Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH OKSIGENASI

(PPOK)

DISUSUN OLEH :

1. Ayu Apriliana P (2008122)


2. Adi Irawan (2008112)
3. Adina Kurnia P (2008113)
4. Endah Widyastuti (2008135)
5. Fani Arga Prastya (2008140)
6. Fika Nadia Sari (2008142)
7. Iga Wardani (2008145)
8. Intan Rahmadhani (2008148)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema.
Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas
jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis
kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien
PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut.( Amin, Hardhi, 2013).
Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi penyebab
kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian dilaporkan setiap
tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita
laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia sangat tinggi. Banyak
penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai saat
ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK. Menurut
Dr. Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit
yang menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati
urutan ke-4 sebagai penyebab kematian. Pada dekade mendatang akan meningkat ke
peringkat ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini
makin meningkat.
Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama
perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah
sakit. Dan yang lebih penting adalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan
pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan
berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang
komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada Ny. P?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum

2
Memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada klien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK).
b. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melaksanakan dan memperoleh dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan PPOK pada pasien.
2. Mengidentifikasi faktor pendukung penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PPOK
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Pada klien PPOK
paru-paru klien tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya sumbatan
dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru. (Lyndon Saputra, 2010).
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara
di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta
adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD,
2009). Selain itu menurut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan satu
kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten
dari jalan napas di dalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah: bronchitis,
emfisema paru, asma terutama yang menahun, bronkiektasis. Arita Murwani (2011)

B. Klasifikasi PPOK
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2014,
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut:
a) Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis: Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri: Normal
b) Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis: Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak
napas derajat sesak 0 (tidak terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit
mendaki) sampai derajat sesak 1 (terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau
sedikit mendaki). Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%.
c) Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis: Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, sesak
napas derajat sesak 2 (jalan lebih lambat di banding orang seumuran karna sesak
saat berjalan biasa). Spirometri: FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
d) Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis: Sesak napas derajat sesak 3 (berhenti untuk bernafas setelah
berjalan 100 meter/setelah berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap) dan 4
(sesak saat aktifitas ringan seperti berjalan keluar rumah dan berpakaian)

4
Eksaserbasi lebih sering terjadi. Spirometri: FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 <
50%.
e) Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis: Pasien derajat III dengan gagal napas kronik disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri: FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30%
atau < 50% (GOLD 2014).

C. Etiologi PPOK
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut
Brashers (2007) adalah:
a) Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami penurunan
fungsi paru secara cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko penyakit paru obstruksi
pada anak.
b) Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara tingkat pertama perokok. Pada
kurang dari 1% penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu antitripsin yang
diturunkan yang menyebabkan awitan awal emfisema.
c) Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak – kanak berhubungan dengan
rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan peningkatan resiko
terkena PPOK saat dewasa. Infeksi saluran nafas kronis seperti adenovirus dan
klamidia mungkin berperan dalam terjadinya PPOK.
d) Polusi udara dan kehidupan perkotaan berhubungan dengan peningkatan resiko
morbiditas PPOK.

D. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi
adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari
gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk

5
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa
(VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan
asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler
pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap
rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran
gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan
hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).

E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK adalah sebagai berikut:
a) “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.

6
b) Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan
bila terjadi infeksi.
c) Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi
semakin nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah:
a) Peningkatan volume sputum
b) Perburukan pernafasan secara akut
c) Dada terasa berat.
d) Peningkatan purulensi sputum
e) Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f) Lelah dan lesu
g) Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik , cepat lelah dan terengah-engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a) Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b) Gagal jantung dan oedema perifer
c) Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah
yang disebabkan (polycythemia (erythrocytosis, jumlah erythrosit yang
meningkat, hal ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas
pengangkutan O2 yang berlebih ( Ikawati, 2016).
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Berhenti merokok
b) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophilin dan
adrenalin)
c) Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul
d) Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
e) Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran
lambat: 1-3 liter/menit
f) Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap
g) Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energi
h) Tindakan rehabilitasi
7
1. Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
2. Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya
3. Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya
4. Vocational suidance: usaha yang dilakukan terhadap penderita agar kembali
dapat mengerjakan pekerjaan seperti semula
5. Pengelolaan psikososial, terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang diseritanya (Padila, 2012).
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mencapai bersihan jalan nafas
a) Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien
b) Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara
tepat dan waspadai kemungkinan efek sampingnya
c) Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan
kecepatan aliran ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu
untuk ekhalasi dan jumlah udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji
adanya dyspnea dan memastikan bahwa dyspnea telah berkurang
d) Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru,
terutama merokok sigaret
e) Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif
intermiten, peningkatan asupan cairan
2. Meningkatkan pola nafas
a) Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat membantu
meningkatkan pola pernafasan
b) Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan respirasi
3. Memantau dan menangani komplikasi
a) Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b) Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan takikardia
c) Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
d) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi atau
komplikasi lain dan laporkan perubahan pada status fisik atau kognitif
(Susan, 2012)

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Ny. P, berumur 70 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas, sesak dirasakan
bertambah saat melakukan aktivitas, setiap aktivitas pasien dibantu keluarga. Pasien
mengatakan sering mengeluarkan riak kental. Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan awal
didapatkan data sebagai berikut:
TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 80x/mnt, RR: 30 x/mnt, S : 37°C
Auskultasi Paru: terdengar suara wheezing
Indeks KATZ: E
Pasien mengeluh tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena sering terbangun jika batuk-
batuk dan sesak muncul.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jakarta
No. RM : 7321
Diagnosa Medis : PPOK
Tanggal Masuk RS : 9 Sept 2021
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 73 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jakarta
Hubungan dengan klien : Suami

9
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas, sesak dirasakan bertambah saat
melakukan aktivitas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sering mengalami sakit perut, di sertai
kembung, dan sering sesak bila kecapekan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien mengatakan sering mengeluarkan riak kental.
- Pasien mengeluh tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena
sering terbangun jika batuk-batuk dan sesak muncul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang dialaminya sekarang. Pasien juga mengatakan tidak ada anggota
keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus, jantung, asma, hipertensi.
d. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

10
4. Pola Pengkajian Fungsional
a. Pola persepsi kesehatan-managemen kesehatan
Pasien mengatakan memeriksakan diri ke puskesmas kedua kalinya
dengan keluhan sesak nafas makin lama semakin bertambah jika
dilakukan beraktivitas.
b. Pola nutrisi-metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari dengan lauk dan
sayuran, porsi sedang habis dan minum air putih 8 gelas/hari, pasien
tidak memiliki alergi makanan.
Pasien mengatakan selama sakit minum 5-6 gelas dalam sehari. Makan
diit yang tersedia habis ½ porsi.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dengan
konsistensi lunak dan bewarna kuning kecoklatan. BAK sebanyak 5-6
kali dalam sehari berwarna kuning tidak pekat sekitar 1500 cc dalam
sehari.
Selama sakit: pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi lunak dan
bewarna kuning kecoklatan. BAK sebanyak 5-6 kali dalam sehari
berwarna kuning pekat sekitar 1500 cc dalam sehari.
d. Pola aktivitas latihan
- Pasien mengatakan setiap aktivitas pasien dibantu keluarga.
- Indeks KATZ: E
Penilaian Aktifitas
INDEK KATZ
Skore
No Macam ADL
0 1 2 3 4
1 Makan 

2 Kontinen (BAB/BAK) 

3 Berpindah 

4 Mandi 

5 Ke kamar kecil 

11
6 Berpakaian 

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Semua dengan bantuan
Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara beru-
rutan, sebagai berikut :
a) Indeks Katz A :mandiri untuk aktivitas 6
b) Indeks Katz B :mandiri untuk aktivitas 5 kecuali bathing
c) Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan 1 fungsi lain
d) Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dreesing dan fungsi lain
e) Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dreesing, toileting, dan 1
fungsi lain
f) Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dreesing, toileting,
transferring, dan 1 fungsi lain
g) Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
MORSE FALL SCALE (SKALA JATUH MORSE)

FAKTOR RISIKO SKALA POIN SKOR

Riwayat Jatuh Ya 25 -
Tidak 0 0
Diagnosis sekunder (≥ 2 diagnosis Ya 15 15
medis) Tidak 0 -
Alat bantu Berpegangan pada 30 -
perabot
Tongkat/alat penopang 15 -
Tidak ada/kursi 0 0
roda/perawat/tirah
baring
Terpasang infus Ya 20 20
Tidak 0 -
Gaya berjalan Terganggu 20 -
Lemah 10 -
Normal/tirah 0 0

12
baring/imobilisasi
Status mental Sering lupa akan 15 -
keterbatasan yang
dimiliki
Sadar akan kemampuan 0 0
diri sendiri
Total 35
Kategori :
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25 – 44
Risiko rendah = 0 - 24
e. Pola kognitif perseptual
Pasien mengatakan fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
masih normal.
Pengkajian Fungsi Kongnitif
NO ITEM PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Jam berapa sekarang ? 
Jawaban : 08.00
2 Tahun berapa sekarang ? 
Jawaban : 2020
3 Kapan bapak/ibu lahir ? 
Jawaban :1964
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang ? 
Jawaban : 56
5 Di mana alamat bapak/ibu sekarang ? 
Jawaban : Jakarta
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama 
bapak/ibu sekarang ?
Jawaban : 1
7 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama 
bapak/ibu sekarang?
Jawaban : 1
8 Tahun berapa hari kemerdekaan indonesia ? 
Jawaban : 1945
9 Siapa nama Presiden RI sekarang? 
Jawaban : Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? 
Jawaban :
20,19,18,17,16,15,14,13,12,10,9,8,7,6,5,4,3,2,1
JUMLAH BENAR 7
Keterangan :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

13
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
f. Pola Istirahat-Tidur
- Pasien mengeluh tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena
sering terbangun jika batuk-batuk dan sesak muncul.
- Tampak terlihat kantung mata
- Terlihat lelah dan mengantuk di siang hari
Skala Norton
PENILAIAN SKOR NILAI
Kondisi Fisik Umum:
a. Baik 4
b. Lumayan 3 2
c. Buruk 2
d. Sangat Buruk 1
Kesadaran:
a. Komposmentis 4
b. Apatis 3 4
c. Konfus/soporus 2
d. Stupor/koma 1
Aktivitas:
a. Ambulan 4
b. Ambulan dengan bantuan 3 1
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1
Mobilitas:
a. Bergerak bebas 4
b. Sedikit terbatas 3 2
c. Sangat terbatas 2
d. Tidak bisa bergerak 1
Inkontines:
a. Tidak 4
b. Kadang-kadang 3 4
c. Sering inkotinensia urin 2
d. Inkotinensia alvi & urin 1
TOTAL 13

14
Kategori Skor:
Kecil sekali/tidak terjadi= 15-20
Kemungkinan kecil terjadi =12-15
Kemungkinan besar terjadi = < 12
g. Pola konsep diri-persepsi diri
- Citra/gambaran tubuh:
Citra tubuh pasien terlihat baik dan sesuai usia, penampilan pasien
cukup rapi dan bersih. Pasien mengatakan tahu jika dirinya sakit dan
sedang dirawat, pasien mengatakan sesak nafas dan sesak bertambah
apabila melakukan aktivitas.
- Identitas diri:
Pasien berjenis kelamin perempuan, tinggal di Jakarta, umur pasien
70 tahun, pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
- Peran:
Pasien mengatakan perannya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-
anaknya.
- Ideal diri:
Pasien mengatakan merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya
nantinya akan mengancam terhadap kematian.
- Harga diri:
Pasien mengatakan khawatir dengan diri sendiri saat sesak bertambah
berat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan perannya sebagai ibu rumah tangga sedikit terganggu
karena apabila mengerjakan aktivitas yang berat sesak semakin terasa.
Pasien mengatakan hubungan dengan lingkungan sekitar terjalin dengan
baik.
i. Pola reproduksi/seksual
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam seksualitasnya, pasien
mengatakan sudah menoupause, pasien mempunyai 2 orang anak dan
sudah menikah.
j. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Ya TIDAK

15
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda? YA Tidak
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya
TIDAK
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda? YA Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya
TIDAK
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru? YA Tidak
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
anda dibanding kebanyakan orang? YA Tidak
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya TIDAK
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
YA Tidak
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya TIDAK
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA
Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada
anda? YA Tidak
Skor: 10 (depresi berat)
Keterangan :
Skor: Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal dan huruf besar. Setiap
jawaban bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai nilai 1
Skor 5 – 9 : Depresi Ringan sampai sedang
Skor 10 – 15 : Depresi Berat
Skor 0 – 5 : Normal
k. Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama Islam dan hanya berdoa untuk kesembuhan penyakit
yang diderita.
16
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 370C
b. Keadaan umum
Keadaan pasien : lemah
GCS : E4V5M6
c. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala dan Wajah
Bentu simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, muka tampak
pucat.
2. Rambut
Rambut berwarna hitam, tidak ada lesi, tidak rontok, rambut tidak
mudah patah.
3. Mata
a. Konjungtiva : anemis
b. Sclera : an ikterik
c. Pupil : isokor
4. Telinga
Bentuk simteris, tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada
benjolan, lesi (-)
5. Hidung
Bentuk simetris, polip (-), terpasang oksigenasi nasal kanul 3
liter/menit.
6. Mulut
Simetris, lesi (-), sianosis (-), mukosa bibir lembab, bersih.
7. Leher
Lesi (-), benjolan (-), simestris, tyroid (-),pembesaran vena jugularis
(-) dan pembesaran kelenjer getah bening (-).
8. Paru
Inpeksi : perkembangan paru kanan dan kiri simetris, lesi (-),
penggunaan otot bantu pernafasan (+), pola napas
17
cepat dan dangkal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronkhi dan wheezing
9. Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis pada ICS 5linea medio clavicularis
kiri
Palpasi : iktus teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : lupdup
10. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan, lesi (-)
Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal, 5 x/menit
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : pekak
11. Genetalia
Menopause
12. Status neurologis
Status neurologis didapatkan reflek fisiologis normal dan reflek
patologis negatif.
13. Status lokalis pada region genue dextra et sinistra
Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ditemukan massa, edema
maupun sianosis. Pemeriksaan palpasi tidak ditemukan benjolan
maupun pembengkakan, krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-).
14. Ekstremitas
Pemeriksaan kekuatan otot
5 5
5 5
Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan (anggota
gerak atas), CRT <3 detik.
Bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari,kaki,terjadi
kekakuan pada lutut, CRT <3 detik.
Tangan kanan terpasang infus NaCl 20 tpm.

18
6. Pemeriksaan Penunjang
Tgl: 9/9/2021
Hasil analisa gas darah:
- pH: 7,47
- PCO2: 25 mmHg
- PO2: 117 mmHg
- HCO3-: 18,2 mmol/L
Tgl: 11/9/2021
Hasil analisa gas darah:
- pH: 7,40
- PCO2: 45 mmHg
- PO2: 61 mmHg
- HCO3-: 18,6 mmol/L
7. Terapi Obat
 VFD NaCl 0,9 % 12 jam /kolf
 Metilprednisolon 2x125 mg
 Ceftriaxone injeksi 1x2 gr
 Levofloxacin 1x750 gr
 Cefixime 2x200 mg
 Ranitidin 2x1 ampul
 Combivent 3x1
 Nairet 3x0,3 cc
 Lasix 3mg/jam
 Candesartan 1x4 mg
 OAT FDC Kat I Fase Intensif

G. Analisa Data
Hari/tgl Data Masalah Kep. Etiologi

19
Kamis, 9/9/2021 DS:
- Pasien
mengatakan
mengeluh sesak
nafas, sesak
dirasakan
bertambah saat
melakukan
aktivitas
- Pasien
mengatakan sering
mengeluarkan riak
kental
Bersihan Jalan
DO:
Napas Tidak Hipersekresi jalan
- RR: 30x/menit,
Efektif napas
Auskultasi paru:
(D.0001)
terdengar suara
ronkhi dan
wheezing
- Terpasang
oksigenasi nasal
kanul 3 liter/menit
- Penggunaan otot
bantu pernafasan
(+)
- Pola napas: cepat
dan dangkal
- Batuk-batuk di
malam hari
Kamis, 9/9/2021 DS: Intoleransi Ketidakseimbangan
- Pasien Aktivitas antara suplai dan
mengatakan (D.0056) kebutuhan oksigen
mengeluh sesak
nafas

20
- Pasien
mengatakan sesak
dirasakan
bertambah saat
melakukan
aktivitas
DO:
- Keadaan: lemah
- N: 80x/menit
- RR: 30x/menit
- Tampak lemas
- Terpasang O2 3
liter/menit
- Aktivitas pasien
dibantu keluarga
- Terlihat lelah dan
lesu
Kamis, 9/9/2021 DS: Ansietas Ancaman terhadap
- Pasien (D.0080) kematian
mengatakan
khawatir dengan
diri sendiri saat
sesak bertambah
berat sangat
mengganggu
aktivitas sehari-
hari
- Pasien
mengatakan
merasa khawatir
dengan kondisi
kesehatannya
nantinya akan
mengancam

21
terhadap kematian
DO:
- Tampak terlihat
kantung mata
- Tampak tidak bisa
tidur nyenyak di
malam hari karena
sering terbangun
jika batuk-batuk
dan sesak muncul
- Terlihat
mengantuk di
siang hari
- RR: 30x/menit
- Muka tampak
pucat
- Tampak gelisah

H. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tanggal Tanggal
. Ditemukan Teratasi
1. Bersihan jalan napas tidak 9/9/2021 11/9/2021
efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan
napas ditandai dengan:
Gejala dan Tanda
Mayor Objektif:
- Sputum berlebih
- Wheezing dan ronkhi
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
Dispnea
Gejala dan Tanda Minor
Objektif:

22
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah
2. Intoleransi aktivitas 9/9/2021 11/9/2021
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan:
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
- Dispnea saat/setelah
aktivitas
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivas
- Merasa lemah
3. Ansietas berhubungan 9/9/2021 11/9/2021
dengan ancaman terhadap
kematian ditandai dengan:
Gejala dan Tanda
Mayor Subjektif:
Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang
dihadapi
Gejala dan Tanda
Mayor Objektif:
Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Objektif:
- Frekuensi napas
meningkat
- Muka tampak pucat

23
I. Perencanaan Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif tindakan keperawatan (1.01011)
berhubungan dengan kepada Ny. P selama Observasi:
hipersekresi jalan 3x24 jam diharapkan 1. Monitor pola napas
napas ditandai bersihan jalan napas (frekuensi, kedalaman,
dengan: tidak efektif dapat usaha napas)
Gejala dan Tanda teratasi dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas
Mayor Objektif: hasil: tambahan (mis.
- Sputum berlebih Bersihan Jalan Napas gurgling, mengi,
- Wheezing dan (L. 01001) wheezing, ronkhi
ronkhi - Produksi sputum kering)
Gejala dan Tanda menurun 3. Monitor sputum
Minor Subjektif: - Wheezing menurun (jumlah, warna, aroma)
Dispnea - Dispnea membaik Terapeutik:
Gejala dan Tanda - Frekuensi napas 1. Posisikan semi flower
Minor Objektif: membaik atau flower
- Frekuensi napas - Pola napas membaik 2. Berikan minuman
berubah Pertukaran Gas (L. hangat
- Pola napas 01003) 3. Lakukan fisioterapi
berubah - Dispnea menurun dada, jika perlu
- Bunyi napas 4. Berikan oksigen, jika
tambahan menurun perlu
- PCO2 membaik Edukasi:
- PO2 membaik Ajarkan teknik batuk
- Pola napas membaik efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Oksigen (1.01026)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:

24
ketidakseimbangan kepada Ny. P selama 1. Monitor kecepatan
antara suplai dan 3x24 jam intoleransi aliran oksigen
kebutuhan oksigen aktivitas dapat teratasi 2. Monitor efektifitas
ditandai dengan: dengan kriteria hasil: terapi oksigen (mis.
Gejala dan Tanda Toleransi Aktivitas (L. oksimetri, analisa gas
Minor Subjektif: 05047) darah), jika perlu
- Dispnea - Dispnea saat Terapeutik:
saat/setelah aktivitas menurun 1. Bersihkan secret pada
aktivitas - Dispnea setelah mulut, hidung, dan
- Merasa tidak aktivitas menurun trakea, jika perlu
nyaman setelah - Perasaan lemah 2. Pertahankan kepatenan
beraktivas menurun jalan napas
- Merasa lemah - Frekuensi napas 3. Gunakan perangkat
membaik oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi:
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan atau tidur
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Teknik Menenangkan
dengan ancaman tindakan keperawatan (1.08248)
terhadap kematian kepada Ny. P selama Observasi:
ditandai dengan: 3x24 jam ansietas dapat Identifikasi masalah yang
Gejala dan Tanda teratasi dengan kriteria dialami
Mayor Subjektif: hasil: Terapeutik:
Merasa khawatir Tingkat Ansietas 1. Buat kontrak dengan

25
dengan akibat dari (L.09093) pasien
kondisi yang dihadapi - Verbalisasi khawatir 2. Ciptakan ruangan yang
Gejala dan Tanda akibat kondisi yang tenang dan nyaman
Mayor Objektif: dihadapi menurun Edukasi:
Sulit tidur - Frekuensi 1. Anjurkan berdoa,
Gejala dan Tanda pernapasan menurun berdzikir, membaca
Minor Objektif: - Pucat menurun kitab suci, ibadah
- Frekuensi napas - Pola tidur membaik sesuai yang dianut
meningkat 2. Anjurkan melakukan
- Muka tampak teknik menenangkan
pucat hingga perasaan
menjadi tenang

J. Implementasi dan Evaluasi

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD
Dx
9/9/2021 1 Memonitor pola napas S:
14.00 (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan mengeluh
usaha napas) sesak nafas, sesak dirasakan
Memonitor bunyi napas bertambah saat melakukan
tambahan (mis. gurgling, aktivitas
mengi, wheezing, ronkhi - Pasien mengatakan sering
kering) mengeluarkan riak kental
Memonitor sputum (jumlah, O:
warna, aroma) - RR: 30x/menit
Memposisikan semi flower - Auskultasi paru: terdengar suara
atau flower ronkhi dan wheezing
Memberikan oksigen, jika - Terpasang oksigenasi nasal kanul
perlu 3 liter/menit
Mengajarkan teknik batuk - Penggunaan otot bantu
efektif pernafasan (+)
Mengkolaborasi pemberian - Pola napas: cepat dan dangkal
bronkodilator - Batuk-batuk di malam hari
- Pasien posisi semi flower

26
- Tampak pasien melakukan teknik
batuk efektif untuk mengeluarkan
dahak
- Sputum: kental, bau khas, warna
kuning keruh dengan jumlah
banyak
- Terapi nebulizer Combivent 3x1
A:
Masalah bersihan jalan napas tidak
efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
Kolaborasi pemberian bronkodilator
2 Memonitor kecepatan aliran S:
oksigen Pasien mengatakan mengeluh sesak
Memonitor efektifitas terapi nafas
oksigen (mis. oksimetri, O:
analisa gas darah), jika perlu - Oksigen nasal kanul 3 liter/menit
Membersihkan secret pada - PCO2: 25 mmHg
mulut, hidung, dan trakea, - PO2: 117 mmHg
jika perlu - Tetap posisi semi flower
- Pasien terlihat lelah dan lesu
- Perawat membersihkan secret
pada mulut dan hidung
A:
Masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
Pertahankan kepatenan jalan napas
dan kolaborasi penentuan dosis
oksigen
3 Mengidentifikasi masalah S:
yang dialami Pasien mengatakan merasa khawatir

27
Membuat kontrak dengan dengan kondisi kesehatannya
pasien nantinya akan mengancam terhadap
Menciptakan ruangan yang kematian
tenang dan nyaman O:
Menganjurkan berdoa, - Terlihat mengantuk di siang hari
berdzikir - Muka pucat
- Tampak gelisah
- Pasien berada diruang ber-AC
- Pasien selalu berdoa untuk
kesembuhannya
A:
Masalah ansietas belum teratasi
P:
Anjurkan melakukan teknik
menenangkan agar pasien tenang
10/9/2021 1 Memonitor pola napas S:
14.00 (frekuensi, kedalaman, Pasien mengatakan sesak sedikit
usaha napas) berkurang tetapi masih batuk dan
Memberikan minuman mengeluarkan dahak
hangat O:
Melakukan fisioterapi dada, - RR: 28x/menit
jika perlu - Pola napas: cepat dan dangkal
Mengkolaborasi pemberian - Pasien tampak minum minuman
bronkodilator hangat
- Pasien sedikit lebih rileks
- Pasien tampak batuk dan
mengeluarkan dahak
- Terapi nebulizer Combivent 3x1
A:
Masalah bersihan jalan napas tidak
efektif teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
Ajarkan teknik batuk efektif

28
2 Menggunakan perangkat S:
oksigen yang sesuai dengan - Pasien mengatakan sesak napas
tingkat mobilitas pasien sedikit berkurang
Mengajarkan pasien dan - Pasien mengatakan badan masih
keluarga cara menggunakan lemas dan lesu
oksigen di rumah O:
Mengkolaborasi penentuan - Perawat mengajarkan
dosis oksigen penggunaan oksigen transport
saat dirumah dan sesak muncul
- Oksigen nasal kanul 3 liter/menit
- Pasien dan keluarga mengikuti
instruksi perawat
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
sebagian
P:
Pertahankan kepatenan jalan napas
3 Menciptakan ruangan yang S:
tenang dan nyaman - Pasien mengatakan cemas sedikit
Menganjurkan melakukan berkurang
teknik menenangkan hingga - Pasien mengatakan sudah bisa
perasaan menjadi tenang menerima kondisi penyakitnya
O:
- Perawat memberikan teknik
distraksi dengan mendengarkan
music sholawat
- Pasien tampak rileks dan tenang
A:
Masalah ansietas teratasi
P:
Hentikan intervensi
11/9/2021 1 Memonitor pola napas S:
14.00 (frekuensi, kedalaman, Pasien mengatakan batuk sudah
usaha napas) berkurang dan dahaknya sudah dapat

29
Memonitor bunyi napas keluar dan sesak napas sudah
tambahan (mis. gurgling, membaik
mengi, wheezing, ronkhi O:
kering) - RR: 24x/menit
Memonitor sputum (jumlah, - Suara napas tambahan: wheezing
warna, aroma) (-)
Memposisikan semi flower - Sputum: warna putih, kental bau
atau flower khas
Memberikan oksigen, jika - Pasien tetap posisi semi flower
perlu - Lepas oksigen nasal kanul
- Pasien tampak lebih tenang
A:
Masalah bersihan jalan napas tidak
efektif teratasi
P:
Hentikan intervensi
2 Mempertahankan kepatenan S:
jalan napas - Pasien mengatakan sesak napas
Mengajarkan pasien dan membaik
keluarga cara menggunakan - Pasien mengatakan kondisinya
oksigen di rumah lebih membaik
Mengkolaborasi O:
penggunaan oksigen saat - Kondisi pasien baik
aktivitas dan atau tidur - Kesadaran Composmentis
- RR: 24x/menit
- Tampak keluarga dan pasien
paham penggunaan oksigen
transport dirumah saat sesak
muncul
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P:
Hentikan intervensi

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

B. Pembahasan Kasus

31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

32
DAFTAR PUSTAKA

33

Anda mungkin juga menyukai