A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang disadari. Apabila anak terserang sakit proses bermain anak akan terganggu
apalagi jika anak tersebut dirawat di Rumah Sakit mereka tidak bias bermain hanya
karena penyakitnya tetapi juga karena lingkungan yang belum mereka kenal, orang orang
yang belum dikenal, serta prosedur atau tindakan yang membuat anak merasa takut dan
stress dan membuat mereka tidak bias bermain. Padahal bermain sangat penting bagi
anak untuk melanjutkan tumbuh kembang dan mengembangkan kreativitas (Saputro,
2017).
Pada masa kanak-kanak bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak.
Bermain dapat dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Efektifitas bermain anak sangat
ditentukan oleh jenis permainan yang disesuaikan dengan usia anak. Selain itu peran
orang tua dalam menunjang kebutuhan bermain anak sangat diperlukan. Jenis permainan
pada anak usia 4-6 tahun ini ada berbagai macam seperti permainan bola keranjang,
bermain dokter- dokteran, bermain abjad, mewarnai gambar dan menyusun puzell
(Saputro, 2017).
Puzzle merupakan permainan dengan cara menyusun gambar. Pada permainan
yang satu ini anak Anda dilatih untuk mengingat sebuah bentuk gambar, kemudian
menyusunnya kembali dengan tepat. Hal ini tentu saja akan mengurangi dampak
hospitalisasi pada anak selama perawatan di rumah sakit (Saputro, 2017).
Rata-rata anak yang dirawat di RSUD K.R.M.T wongsonegoro fungsi motorik
sudah berkembang dengan baik dan fungsi motorik halus mulai mengalami
perkembangan. Demikian juga fungsi social dan bahasa sudah mulai terbentuk. Karena
itu perlu program bermain yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal bagi anak, salah satunya adalah mewarnai gambar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain, anak dapat menunjukan rasa percaya diri serta
mengurangi kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali, diharapkan mampu:
a. Meringankan rasa cemas/stress anak terhadap suasana rumah sakit serta proses
perawatan.
b. Membuka jalan anak untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
d. Menilai kedekatan dan interaksi antara anak dengan orang tua.
e. Menciptakan dan meningkatkan hubungan yang lebih erat serta hangat antara
anak dan orang tua juga perawat.
f. Tujuan bermain puzzel :
1) Mainan Puzzle Dapat Meningkatkan Daya Ingat Anak.
2) Mainan Puzzle Mampu Melatih Kesabaran Anak.
3) Mainan Puzzle Dapat Melatih Motorik Anak.
4) Bermain Puzzle Melatih Anak Mengenal Bentuk.
5) Bermain Puzzle Melatih Kemampuan Anak Dalam Menyelesaikan
Masalah.
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
2. Setting Tempat
Keterangan
Fasilitator / Perawat :
Anak :
Orang Tua :
Meja :
3. Kegiatan Bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1 Pembukaan a. Salam pembuka a. Memperhatikan
b. Salam b. Menjawab salam
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
E. Evaluasi
F. Dokumentas
G. Lampiran Materi
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi
Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
I. Permainan Puzzle
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan
psikososial pada anak usia pra sekolah. Puzzle merupakan alat permainan asosiatif
sederhana. Permainan mengenai terapi bermain menggunakan puzzle untuk mengatasi
kecemasan 13 sendiri telah dilakukan, dengan hasil terapi bermain puzzle dapat
mengatasi kecemasan pada anak yang dihospitalisasi (Mutiah, 2015).
Penelitian oleh Kaluas (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle dapat
menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini karena saat bermain puzzle anak dituntut
untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat laun hal ini akan berakibat pada
mental anak sehingga anak terbiasa bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menghadapi
sesuatu. Bermain puzzle tidak hanya memiliki manfaat untuk mengatasi kecemasan
namun juga membantu untuk perkembangan anak (Pratiwi & Deswita, 2013) .
DAFTAR PUSTAKA