Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TERAPI BERMAIN

STASE KEPERAWATAN ANAK

NAMA : Winahyu Retno Utami


NIM 2008190
KELOMPOK : INDIVIDU

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERPAI BERMAIN
DI RUANG SADEWA 4 RSWN SEMARANG

POKOK BAHASAN : TERAPI BERMAIN ANAK


SUB POKOK BAHASAN : TERAPI BERMAIN ANAK USIA 7 TAHUN
WAKTU : Pkl. 09.00 – 09.30
HARI/TANGGAL : Kamis/ 27 Mei 2021
TEMPAT : Kamar 401 SADEWA 4 RSWN
SASARAN : An . N ( 7 th )
PELAKSANA : WINAHYU RETNO UTAMI

A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang disadari. Apabila anak terserang sakit proses bermain anak akan terganggu
apalagi jika anak tersebut dirawat di Rumah Sakit mereka tidak bias bermain hanya
karena penyakitnya tetapi juga karena lingkungan yang belum mereka kenal, orang orang
yang belum dikenal, serta prosedur atau tindakan yang membuat anak merasa takut dan
stress dan membuat mereka tidak bias bermain. Padahal bermain sangat penting bagi
anak untuk melanjutkan tumbuh kembang dan mengembangkan kreativitas (Saputro,
2017).
Pada masa kanak-kanak bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak.
Bermain dapat dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Efektifitas bermain anak sangat
ditentukan oleh jenis permainan yang disesuaikan dengan usia anak. Selain itu peran
orang tua dalam menunjang kebutuhan bermain anak sangat diperlukan. Jenis permainan
pada anak usia 4-6 tahun ini ada berbagai macam seperti permainan bola keranjang,
bermain dokter- dokteran, bermain abjad, mewarnai gambar dan menyusun puzell
(Saputro, 2017).
Puzzle merupakan permainan dengan cara menyusun gambar. Pada permainan
yang satu ini anak Anda dilatih untuk mengingat sebuah bentuk gambar, kemudian
menyusunnya kembali dengan tepat. Hal ini tentu saja akan mengurangi dampak
hospitalisasi pada anak selama perawatan di rumah sakit (Saputro, 2017).
Rata-rata anak yang dirawat di RSUD K.R.M.T wongsonegoro fungsi motorik
sudah berkembang dengan baik dan fungsi motorik halus mulai mengalami
perkembangan. Demikian juga fungsi social dan bahasa sudah mulai terbentuk. Karena
itu perlu program bermain yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal bagi anak, salah satunya adalah mewarnai gambar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain, anak dapat menunjukan rasa percaya diri serta
mengurangi kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali, diharapkan mampu:
a. Meringankan rasa cemas/stress anak terhadap suasana rumah sakit serta proses
perawatan.
b. Membuka jalan anak untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
d. Menilai kedekatan dan interaksi antara anak dengan orang tua.
e. Menciptakan dan meningkatkan hubungan yang lebih erat serta hangat antara
anak dan orang tua juga perawat.
f. Tujuan bermain puzzel :
1) Mainan Puzzle Dapat Meningkatkan Daya Ingat Anak.
2) Mainan Puzzle Mampu Melatih Kesabaran Anak.
3) Mainan Puzzle Dapat Melatih Motorik Anak.
4) Bermain Puzzle Melatih Anak Mengenal Bentuk.
5) Bermain Puzzle Melatih Kemampuan Anak Dalam Menyelesaikan
Masalah.

C. Metode & Media


Metode :
1. Bermain Puzzle merupakan permainan dengan cara menyusun gambar. Pada
permainan yang satu ini anak Anda dilatih untuk mengingat sebuah bentuk gambar,
kemudian menyusunnya kembali dengan tepat.
2. Dipilih puzzle dengan tema yang disukai oleh anak.
3. Anak diberikan kebebas untuk memilih gambar puzzle.
4. Didampingi oleh orang tua selama proses bermain.
5. Dibutuhkan teman satu kaar atau kelompok seusia.
6. Mendapatkan tanggapan dari anak
Media:
1. Puzzle
2. Hadiah

D. Kegiatan
1. Pengorganisasian

a. Ada tidaknya resiko permainan

b. Anak tidak boleh dipaksa dalam program bermain ini

c. Bila anak kelelahan bermain harus dihentikan

d. Permainan berfokus untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar, halus,


sensorik, kognitif dan afektif.

e. Permainan menyusun dapat dilakukan sendirian / individu mau bersam kelompok


dalam satu usia.

2. Setting Tempat

Keterangan
Fasilitator / Perawat :

Anak :
Orang Tua :
Meja :

3. Kegiatan Bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1 Pembukaan a. Salam pembuka a. Memperhatikan
b. Salam b. Menjawab salam
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan

2 Kegiatan bermain a. Menyiapkan mainan a. Mengikuti


b. Menjelaskan aturan b. Melaksanakan
permaina permainan sesuai
c. Menyampaikan waktu aturan
permainan
d. Mendapatkan hadiah bila
dapat menyelesaikan
permainan.

3 Evaluasi a. Melakukan evaluasi a. Memperhatikan


b. menanggapi

E. Evaluasi

1. Anak mengikuti program bermain sampai selesai

2. Anak mampu menyusun puzzel dengan tepat

3. Anak mampu berkonsentrasi saat bermain puzzle

4. Anak merasa senang saat bermain puzzle

F. Dokumentas
G. Lampiran Materi

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri

B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKLAH


Stimulasi yang diperlukan anak prasekolah adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke
tetangga (Suherman, 2000)

C. TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau
tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining
yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan
validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara
efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan
perkembangan (Soetjiningsih, 1998).
Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/
tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan;
Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.

D. FAKTOR PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN MENYUSUN PAZEL


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun kecakapan motorik tertentu seperti
menyusun, merangkai ataupun memposisikan benda, dapat menghambat
berkembangnya keterampilan berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami
keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia prasekolah tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan
kasarnya dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak usia ini
berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga ingin
mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan
yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter
sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda mendapati si
kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu waspada.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau
hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor
lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di
negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang
sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang
anak yang optimal.

F. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

G. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir
dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.

H. Fungsi Bermain di Rumah Sakit


Meskipun anak sedang mengalami perawatan di rumah sakit, kebutuhan aktivitas anak
akan aktivitas bermain tidak boleh terhenti. Bermain di rumah sakit juga dibutuhkan.
Menurut Ikhbal (2016) bermain di rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan.
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentanng bagian-bagian tubuh dan
fungsinya.
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
serta proedur medis.
6. Memberi peralihan dan relaksasi.
7. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan.
8. Memberikan solusi untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi
perasaan.
9. Mengembangkan kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain di rumah sakit.
10. Mencapai tujuan terapeutik.

I. Permainan Puzzle
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan
psikososial pada anak usia pra sekolah. Puzzle merupakan alat permainan asosiatif
sederhana. Permainan mengenai terapi bermain menggunakan puzzle untuk mengatasi
kecemasan 13 sendiri telah dilakukan, dengan hasil terapi bermain puzzle dapat
mengatasi kecemasan pada anak yang dihospitalisasi (Mutiah, 2015).
Penelitian oleh Kaluas (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle dapat
menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini karena saat bermain puzzle anak dituntut
untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat laun hal ini akan berakibat pada
mental anak sehingga anak terbiasa bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menghadapi
sesuatu. Bermain puzzle tidak hanya memiliki manfaat untuk mengatasi kecemasan
namun juga membantu untuk perkembangan anak (Pratiwi & Deswita, 2013) .
DAFTAR PUSTAKA

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart Anak. Terdapat


pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd.dir/doc.pd
f. Diakses pada 25 Desember 2013.
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku,
Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Saputro, Heri dan Intan Fazrin. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo:
FORIKES.
Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from
Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis : Mosby
year book

Anda mungkin juga menyukai