Anda di halaman 1dari 3

FORMAT RESUME PROSEDUR

Judul SOP

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/3

Tanggal Ditetapkan Oleh


Terbit Ketua STIKES Karya Husada Semarang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Ns. Fery Agusman MM,
M.Kep,Sp.Kom

PENGERTIAN Pemeriksaan Fisik Jantung adalah sebuah proses pemeriksaan dari


seorang ahli medis yang memeriksa bagian jantung.

TUJUAN 1. Mengkaji ketidaknormalan denyut jantung


2. Mengkaji ukuran dan bentuk jantung
3. Mengkaji bentuk jantung
4. Mengidentifikasi adanya gangguan kardiovvaskuler.
KEBIJAKAN Pasien dalam keadaan pemeriksaan fisik rutin (check up), Pasien
dengan chest pain, pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung,
edema, dan syncopal attack.
PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Stetoskop
2. Senter kecil
A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
PROSEDUR 2. Memperkenalkan diri / Menanyakan nama pasien
PELAKSANAAN 3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi
Inspeksi dan Palpasi
3. Atur posisi klien telentang dengan anda berada disebelah
kanan klien
4. Identifikasi tanda pada dada dengan mempalpasi sudut
sternal, yang teraba menyerupai tonjolan datar memanjang
pada sternum, sekitar 5 cm dibawah takik sternal
5. Gerakan jari anda ke bawah di kedua sisi sudut untuk
menentukan kosta kedua
6. Palpasi ruang interkosta ke-2 kanan untuk menentukan area
aorta dan ruang interkosta ke-2 kiri untuk area pulmonal
7. Amati, kemudian palpasi area aorta dan area paru untuk
mengetahui ada/tidaknya pulsasi
8. Dari area triskupidalis, geser ujung jari secara lateral sekitar
5-7 cm ke garis midklavikula kiri untuk untuk menentukan
area apeks atau titik impuls maksimal (point of maximal
impuls, PMI)
9. Amati dan palpasi area apeks untuk mengkaji pulsasi
10. Untuk mengkaji pulsasi aorta, amati dan palpasi area
epigastrik tepat di bawah ujung sternum.
Perkusi
11. Lepaskan pakaian klien dan jelaskan apa yang akan anda
lakukan
12. Lakukan perkusi dari lateral kiri medial untuk mengetahui
batas kiri jantung
13. Lakukan perkusi dari atas ke bawah untuk menentukan
batas atas jantung
14. Bunyi redup menunjukan jantung dibawah area perkusi.
Auskultasi
15. Anjurkan klien bernapas secara normal, kemudian minta
klien untuk menahan napas saat ekspirasi
16. Dengarkan bunyi jantung pertama (S1) sementara
mempalpasi nadi karotis, perhatikan adanya splitting S1
(bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang hampir
bersamaan)
17. Pada awal sistoledan selama periode diastole, dengarkan
secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan
18. Anjurkan klien untuk bernapas normal, kemudian
dengarkan S2 secara seksama untuk mengetahui adanya
splitting S2 saat inspirasi
19. Kaji frekuensi jantung, yaitu setelah bunyi S1 dan S2
terdengar jelas seperti “lub dup”, hitung setiap kombinasi
S1 dan S2 sebagai satu denyut jantung dan hitung selama 1
menit.
20. Bantu klien merapikan pakaian dan tempat tidurnya
21. Mencuci tangan
22. Dokumentasi
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan
INTERPRETASI Hasil pemeriksaan Fisik Jantung:
PROSEDUR Normal :
1. Pulsasi terlihat pada pasien kurus, tidak terlihat pada pasien
gemuk
2. Pulsasi teraba pada pasien yang kurus, tidak teraba pada
pasien yang gemuk
3. Bunyi pekak/datar
4. Bunyi lup dup (bunyi jantung 1/S1- bunyi jantung 2/S2)

Abnormal :
1. Pulsasi terlihat pada pasien yang gemuk
2. Pulsasi teraba pada pasien yang gemuk
3. Bunyi pekak/datar melebar karena cardiomegali
4. Bunyi tambahan (bunyi jantung 3/S3 dan bunyi jantung
4/S4, bunyi mur-mur, bunyi tapak kuda.

Patient safety:
Perawat melakukan identifikasi sebelum melakukan tindakan,
menggunakan komunikasi yang mudah dipahami (komunikasi
efektif), mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
menggunakan APD (handscone dan masker), memastikan tindakan
dan prosedur apa yang sesuai dengan keadaan pasien, dan
memastikan keamanan pasien.
Komunikasi:
Komunikasi yang digunakan perawat ke pasien dan perawat antar
perawat harus menggunakan komunikasi yang efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh penerima
akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
Dokumentasi:
Mendokumentasikan hasil tindakan yang sudah dilakukan, sebagai
bukti sudah memberikan terapi dan tindakan terhadap pasien.

DOKUMEN Kusyati, Eni., dkk. 2012. Keterampilan Dan Prosedur


TERKAIT Laboratorium Keperawatan Dasar Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai