Anda di halaman 1dari 3

Judul SOP

PEMERIKSAAN SARAF CRANIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/3

Tanggal Ditetapkan Oleh


Terbit Ketua STIKES Karya Husada Semarang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Ns. Fery Agusman MM,
M.Kep,Sp.Kom

PENGERTIAN Pemeriksaan saraf cranial adalah pemeriksaan yang dilakukan


dalam rangka menentukan diagnosa keperawatan tepat dan
melakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

TUJUAN 1. Mengkaji integritas sistem neurologi meliputi sistem saraf


kranial
2. Mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga
menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya
KEBIJAKAN Dilakukan untuk menentukan diagnosa dalam pemeriksaan saraf
cranial
PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Bagan snellen


2. Botol kecil berisi zat beraroma
3. Koin atau klip kertas
4. Jarum
5. Senter kecil
6. Spatel lidah
7. Botol berisi air panas dan dingin
8. Kapas
9. Gula
10. Garam

A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
PROSEDUR 2. Memperkenalkan diri / Menanyakan nama pasien
PELAKSANAAN 3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi
3. Olfaktori (penciuman).
Minta klien mengidentifikasi aroma non-iritatif, seperti
kopi dan vanila, dengan mata tertutup
4. Optik (penglihatan)
Minta klien membaca bagan snellen
5. Okulomotor (pergerakan mata ekstraokular,konstruksi-
dilatasi pupil )
Kaji delapan pergerakan mata dan reaksi serta akomodasi
pupil terhadap cahaya.
6. Troklear (menggerakan bola mata ke samping ke bawah)
Kaji delapan pergerakan mata
7. Trigeminal (sensasi kornea, kulit wajah, otot mastikasi)
a. Sentuhkan kapas secara perlahan pada kornea untuk
menguji refleks kornea
b. Minta klien untuk menutup mata, kemudian sentuhkan
kapas, jarun, dan klip kertas secara bergantian pada
kulit wajah klien
c. Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat
memalpasi otot maseter dan tamporal
8. Abdusen (menggerakan bola mata ke samping)
Kaji arah tatapan klien
9. Fasial (ekspresi wajah dan pengecapan)
a. Minta klien untuk tersenyum, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata kemudian
perhatikan kesimetrisannya.
b. Minta klien mengidentifikasi rasa, asin dan manis
dengan meletakkan garam dan gula dibagian depan
pinggir lidah.
10. Auditori (pendengaran)
Kaji kemampuan klien untuk mendengar kata yang
diucapkan.
11. Glosofaringeal(pengecapan, menelan, pergerakan lidah)
a. Minta klien untuk mengidentifikasi rasa asam, asin atau
manis pada bagian posterior lidah
b. Gunakan spatel lidah untuk menimbulkan refleks gag
c. Minta klien untuk menggerakkan lidahnya
12. Vagus (sensasi pada faring, pergerakan pita suara)
a. Minta klien untuk mengucapkan “ah”, observasi
pergerakan palatum dan faringeal
b. Gunakan spatel lidah untuk menimbulkan refleks gag
c. Kaji adanya suara parau ketika klien berbicara
13. Aksesori (pergerakan kepala dan bahu)
Minta klien untuk mengangkat bahu dan memalingkan
wajah ke sisi yang ditahan oleh tangan anda secara pasif
14. Hipoglosal (potrusi lidah)
Minta klien menjulurkan lidah sejajar garis tengah tubuh,
kemudian menggerakkannya ke kanan dan kiri.
15. Dokumentasikan
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan

INTERPRETASI Hasil pemeriksaan saraf cranial:


PROSEDUR Klien mampu menyebutkan aroma dengan mata tertutup, mampu
membaca bagan snellen,pergerakan mata nornal, dapat merasakan
reflek pada wajah, ekspresi wajah simetris, dan pengecapan bagus.
Pengkajian pendengaran baik pasien dapat mendengar kata yang
diucapkan, klien dapat mengidentifikasi rasa yang diberikan.

Patient safety:
Perawat melakukan identifikasi sebelum melakukan tindakan,
menggunakan komunikasi yang mudah dipahami (komunikasi
efektif), mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
menggunakan APD (handscone dan masker), memastikan tindakan
dan prosedur apa yang sesuai dengan keadaan pasien, dan
memastikan keamanan pasien.
Komunikasi:
Komunikasi yang digunakan perawat ke pasien dan perawat antar
perawat harus menggunakan komunikasi yang efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh penerima
akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
Dokumentasi:
Mendokumentasikan hasil tindakan yang sudah dilakukan, dan
dicatat pada catatan keperawatan.

DOKUMEN Kusyati, Eni., dkk. 2012. Keterampilan Dan Prosedur


TERKAIT Laboratorium Keperawatan Dasar Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai