Dosen pembimbing
Disusun oleh:
2018-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Ventrikel Septal Defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari
ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah defek yang terjadi pada septum ventricularis,
dinding yang memisahkan ventricularis dextra dengan sinistra. Defek ini muncul secara
kongenital akibat septum interventriculare tidak menutup dengan sempurna selama
perkembangan embrio. Defek ini menyebabkan aliran darah dari ventriculus sinistra akan
masuk ke dalam ventriculus dextra. Darah yang kaya akan oksigen akan dipompa ke paru-
paru yang menyebabkan jantung bekerja lebih berat (Sadler, 2012)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti
(idiopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian VSD. Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah
multifactor. Faktor yang berpengaruh adalah :
1. Faktor eksogen : Ibu mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan penenang dan jamu.
Penyakit ibu (rubella, DM), ibu hamil dengan alkoholik.
a. Faktor prenatal (faktor eksogen)
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor endogen : penyakit genetic (Sindrom down), anak yang lahir sebelumnya
menderita .
a. Faktor genetik (faktor endogen)
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah/ibu menderita PJB
Kelainan kromosom misalnya down sindrom
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan
jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini
umumnya kongenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering
bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, tetralogy of Fallot.
C.MANIFESTASI KLINIS
1. VSD Kecil
a. Biasanya asimtomatik
b. Defek kecil 5-10 mm
c. Tidak ada gangguan tumbang
d. Bunti jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar
keseluruh tubuh prekadium dan berakhir pada waktu diastolic karena
penurunan VSD
e. Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas
ventrikel kiri
f. Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat.
g. Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun.
2. VSD Sedang
D. KLASIFIKASI
E. PATOFISIOLOGI
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dna meningklatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru yang akhirnya dipenuhi darah
dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanna ventrikel kanan meningkat, menyebabkan
piarau terbalik, mengalirkan darah kurang oksigen dari ventrikel kanan ke kiri,
menyebabkan sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak
asimptomatik, tidka diperlukan pengobatan: terapi jika timbul gagal jantung kronik atau
beresiko mengalami perubhan vascular paru atau menunjukan adanya pirau yang hebat
diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal
untuk pembedahan adalah 3 – 5 tahun.
PATHWAY
VSD Pembedahan
Histamin,
bradykinin,
Pirau Ventrikel Kiri postaglandin
Kekanan Resiko
Infeksi
Merangsang
Volume ke paru-paru Ujung Saraf
COP Menurun
Hopertrofi otot Aliran darah ke paru-
ventrikel kanan paru meningkat
Kebutuhan O2 dan
nutrisi tidak
Workload Fibrotik katup arteri
seimbang
pulmonal
1. Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umunya paling jelas
terdengar pada tepi kiri bawah sternum
2. Katerisasi jantung menunjukan hipertropi ventrikel kiri
3. Hitung dara lengkap adalah uji prabedah rutin
4. Pantau TTD
5. Poto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
6. Elektrocardiografi
7. Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
8. MRI
9. Uji masa prothrombin (PT) dan masa trombbplastin parsial (PTT) yang dilakukan
sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan pendarahan
G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pembedahan
Menutup Defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass
Pembedahan pulmonal arteri bunding (pab) atau penutupan defek untuk
mengurangi aliran ke paru
b. Non pembedahan : Menutup defek dengan alat melalui Kateterisasi jantung
c. Pemberian vasopressor atau vasodilator
Dopamin (Intropin)
Memiliki efek inotropic positif pada miokard, menyebabkan peningkatan
curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit
sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolic ; digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (Dosis diatur
untuk mempertahankan TD dan perfusi ginjal)
Isopreterenol (Isuprel)
Memiliki efek intropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah
jantung : menurun tekanan diastolic dan tekanan rata-rata sambal
meningkatkan tekanan siastolik.
2. Non Medis
Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan penyakit jantung
bawaan dapat diselmatkan dan mempunyai nilai harapan hidup yang lebih panjang.
Umumnya tatalaksana penyakit jantung bawaan meliputi tata laksana non bedah dan tata
laksana bedah.
a. Tatalaksana Medikamentosa
Umumnya bersifat sekunder sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya
sendiri atau akibat adanya kelainan lain yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi
medikamentosa untuk menghilangkan gejala dan tanda disamping untuk
mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan tergantung pada jenis
penyakit yang dihadapi. Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung merupakan
3 penyulit yang sering ditemukan pada neonates atau anak dengan kelainan jantung
bawaan. Penanganan terhadap penyulit ini hanya bersifat sementara dan merupakan
upaya untuk memstabilkan keadaan pasien, menunggu tindakan operatif yang dapat
berupa paliatif atau koreksi total terhadap kelainan structural jantung yang
mendasarinya.
b. Kardiologi Intervensi
Salah satu prosedur pilihan yang sangat diharapkan disbanding kardiologi anak adalah
kardiologi intervensi non-bedah melalui katererisasi pada pasien penyakit jantung
bawaan. Tindakan ini selain tidak traumatis dan tidak menimbulkan jaringan parut,
juga diharapkan biayanya lebih murah. Berbagai jenis kardiologi intervensi antara lain
adalah :
Ballon Atrial Septostomy (BAS) adalah prosedur rutin yang dilakukan pada
pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya : TAB
( Transposisi Arteri Besar) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini
dilakukan dengan membuat lubang di septum interratium dan biasanya
dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.
Ballon Pulmonal Valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk
melebarkan katup pulmonal yang menyempit dan ternyata hasilnya cukup
baik, dan biayanya juga jauh lebih rendha dibandingkan dengan operasi
Ballon Mitral Valvatomy (BMV) umumnya dikerjakan pada kasus stenosis
katup mitral akibat demam deuretik.
H. KOMPLIKASI
1. Gagal jantung
2. Endokarditis
3. Insufisiensi aorta
4. Stenosis pulmonal
5. Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
Pengkajian
a. Anamnesa
b. Keluhan Utama : biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat
banyak
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Bayi mengalami sesak napas berkeringat banyak dan pembengkakan pada
tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat daeri defek yang terjadi.
2. Riwayat Kesehatan Lalu`
a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus rubella),
mungkin ada riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
b. Intra Natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
c. Riwayat Neonatus
Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
Bayi rewel dan kesakitan
Tumbuh kembang anak terhambat
Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
Social ekonomi keluarga yang rendah
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan
defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan
e. Analisa Data
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
DS : - Aliran darah ke paru- paru Ketidakseimbangan
DO : meningkat nutrisi kurang dari
1. BB menurun min 10% kebutuhan tubuh b.d
dibawah rentang ideal kelelahan pada saat
DS : Fibrotic katup arteri makan dan meningkatnya
1. Cepat kenyang setelah pulmonal kebutuhan kalori
makan
2. Kram/ nyeri abdomen Aliran darah balik ke
3. Nafsu makan menurun ventrikel kiri
DO :
1. Bising usus hiperaktif Darah, CO2 dan O2
2. Otot pengunyah lemah bercampur
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa Mengalir ke seluruh tubuh
pucat
5. Sariawan Hipoksemia
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok Sesak napas
berlebihan
8. Diare Sesak saat makan/minum
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Faktor resiko Ventrikel Septal Defek Resiko infeksi b.d
1. Penyakit kronis menurunya status
2. Efek prosedur invasive Pembedahan kesehatan
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan Luka insisi
organisme pathogen
lingkangan Resiko infeksi
5. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
1. Anjurkan Edukasi
beraktivitas fisik 1. Aktivitas fisik
sesuai toleransi sesuai toleransi agar
pasien tidak merasa
terbebani
2. Anjurkan 2. Beraktivitas
beraktivitas fisik secara bertahap akan
secara bertahap mempermudah
pasien dalam
menjalani terapi
3. Anjurkan pasien 3. Pengukuran BB
dan keluarga untuk setiap hari agar tidak
mengukur BB setiap terjadi penurunan
hari BB yang darstis
4. Ajarkan pasien 4. Pengukuran intake
dan keluarga dan output penting
mengukur intake dan untuk mengetahui
output cairan harian intake dan output
pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk menetukan
pemberian dosis yang tepat
antiaritmia, jika
perlu
Gangguan Setelah dilakukan Observasi Observasi
pertukaran gas b.d tindakan 1. Monitor 1. Mengetahui
kongesti pulmonal keperwatan selama frekuensi, irama, frekuensi,irama,
ditandai dengan 3x24 jam kedalaman dan kedalaman dan
hipoksia diharapkan upaya napas upaya napas
pertukaran gas 2. Mengetahui pola
pasien meningkat 2. Monitor pola napas
dengan kriteria napas 3. Mengetahui
hasil : 3. Monitor adanya adanya sumbatan
1. Tingkat sumbatan jalan jalan napas
kesadaran napas 4. Mengetahui
meningkat kesimetrisan paru
2. Dispnea 4. Palapasi 5. Mendengarkan
menurun kesimetrisan paru bunyi napas
3. Bunyi napas 5. Auskultasi bunyi 6. Mengetahui
tambahan napas saturasi oksigen
menurun / hilang 6. Monitor saturasi 7. Mengetahui nilai
4. Pusing menurun oksigen AGD
5. Gelisah menurun 7. Monitor nilai 8. Mengetahui hasil
6. Napas cuping AGD x-ray toraks
hidung menurun 8. Monitor hasil x- Terapeutik
7. PCO2 membaik ray toraks 1. Agar interval
8. PO2 membaik Terapeutik sesuai dengan
1. Atur interval kondisi pasien
pemantauan respirasi 2. Agar semua data
sesuai kondisi pasien valid
2. Dokumentasikan Edukasi
hasil pemantauan 1. Agar pasien
Edukasi paham tentang terapi
1. Jelaskan tujuan yang sedang
dan prosedur dilakukan
pemantauan 2. Agar pasien tauh
bagaimana hasil dari
2. Informasikan hasil pemeriksaanya
pemantauan
Intoleransi Setelah dilakukan Observasi Observasi
aktivitas b.d tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
ketidakseimbangan keperawatan gangguan fungsi memperoleh data
anatara pemakaian selama 3x24 jam yang mengakibatkan gangguan fungsi
O2 oleh tubuh dan diharapkan kelelahan yang mengakibatkan
suplai oksigen ke intoleransi pasien pasien kelelahan
sel meningkat dengan 2. Monitor kelelahan 2. Mengetahui
kriteri hasil : fisik dan emosional kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional pasien
meningkat 3. Monitor pola dan 3. Mengetahui pola
2. Saturnas O2 jam tidur dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi 4. Mengetahui lokasi
3. Kemudahan dan dan
dalam melakukan ketidaknyamanan ketidaknyamanan
aktivitas sehari- selama melakukan saat aktivitas
hari meningkat aktivitas Terapeutik
4. Keluhan Lelah Terapeutik 1. Lingkungan
menurun 1. Sediakan nyaman akan
5. Dispnea lingkungan nyaman membantu pasien
saat/setelah dan rendah stimulus menjadi rileks
aktivitas menurun 2. Latihan ini agar
6. Perasan lemah 2. Lakukan latihan tubuh pasien tidak
menurun rentang gerak pasif kaku
dan atau/aktif 3. Aktivitas ini dapat
3. Berikan aktivitas membantu pasien
distraksi yang agar tenang
menenangkan Edukasi
Edukasi 1. Tirah baring yang
1.Anjurkan tirah cukup dapat
baring membantu
mempercepat
penyembuhan
2. Aktivitas secara
2. Anjurkan bertahap akan
melakukan aktivitas membuat pasien
secara bertahap terbiasa
3. Strategi koping
3. Ajarkan strategi dapat memabntu
koping untuk mengungai
mengurangi kelelahan
kelelahan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
dengan ahli gizi mendapatkan gizi
tentang cara yang tepat untuk
meningkatkan terapi
asupan makanan
Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Observasi Observasi
n nutrisi kurang tindakan 1. Identifikasi status 1. Mendapatkan data
dari kebutuhan keperwatan selama nutrisi status nutrisi pasien
tubuh b.d kelelahan 3x24 jam 2. Identifikasi alergi 2. Mendapatkan data
pada saat makan diharapkan status dan intoleransi alergi dan intoleransi
dan meningkatnya nutrisi pasien makanan makanan pasien
kebutuhan kalori membaik dengan 3. Identifikasi 3. Mendapatkan data
kriteria hasil : makanan yang makanan yang
1. Porsi makanan disukai disukai pasien
yang dihabiskan 4. Identifikasi 4. Mendapatkan data
meningkat kebutuhan kalori dan kebutuhan kalori dan
2. Perasaan cepat jenis nutrient jenis nutrient bagi
kenyang menurun pasien
3. Nyeri abdomen 5. Monitor asupan 5. Mengetahui
menurun makanan asupan makanan
4. Diare menurun 6. Monitor BB 6. Mengetahui BB
pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Sajikan makanan 1. Makanan yang
secara menarik dan menarik akan
suhu yang sesuai membantu
meningkatkan nafsu
makan pasien
2. Berikan makanan 2. Makanan tinggi
tinggi serat untuk serat diberikan agar
mencegah terjadinya tidak konstipasi
konstipasi
3. Berikan makanan 3. Makanan tinggi
tinggi kalori dan kalori dan protein
protein untuk memenuhi
kebutuhan gizi
pasien
Edukasi
Edukasi 1. Agar pemberian
1. Anjurkan posisi tepat
duduk, jika mampu Kolaborasi
Kolaborasi 1. Agar pemberian
1. Kolaborasi gizi sesuai dengan
dengan ahli gizi yang dibutuhkan
untuk menentukan
jumlah kaori dan
jenis nuterien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Observasi Observasi
menurunnya status tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
kesehatan keperawatan gejala infeksi local dan gejala infeksi
selama 3x24 jam dan sistemik local dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik Terapeutik
infeksi pasien 1. Batasi jumlah 1. Pengunjung dapat
menurun dengan pengunjung membawa bakteri
kriteria hasil : dari luar
1. Demam 2. Berikan 2. Perawatan kulit
menurun perawatan kulit pada untuk memudarkan
2. Kemerahan area edema area edema
menurun 3. Cuci tangan 3. Mengurangi
3. Nyeri menurun sebelum dan sesudah resiko masuknya
4. Bengkak kontak dengan bakteri melalui
menurun pasien dilingkungan tangan
4. Pertahankan
Teknik aseptic pada 4. Teknik aseptic
pasien beresiko harus dipertahankan
tinggi untuk mengurangi
terjadi paparan
Edukasi bakteri
1. Jelaskan tanda Edukasi
dan gejala infeksi 1. Agar pasien
paham tanda dan
2. Ajarkan cara gejal infeksi
mencuci tangan 2. Cuci tangan yang
dengan benar benar akan
membantu
3. Ajarkan cara membasmi bakteri
memeriksa kondisi 3. Menbatu pasien
luka atau luka agar kebih mandiri
operasi dalam pemeriksaan
kondisi lukanya
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
PPNI.2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II, Jakarta
Amin H, Hardhi k.2015 Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc Jilid I.Jogjakarta : MediAction