Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN

TOF (Tetralogi Fallot)

MATA KULIAH PEDIATRIC NURSING

Disusun oleh :

1. Icha Putri Agustin (462019006)


2. Niken Amanda Apriana (462019016)
3. Ema Tri Laetare (462019036)
4. Agus Turah Wirianto (462019071)
5. Yuliana S Gobuino (462019098)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelaian struktural


jantung dan pembuluh darah besar intratoraks, yang memiliki
potensi atau secara nyata dapat memberikan pengaruh
fungsional yang signifikan. Di Indonesia, angka kejadian
yaitu 8 dari 1000 kelahiran. Secara garis besar PJB dibagi
menjadi dua kelompok yaitu Sianotik dan Asianotik.

Tetralogy Fallot merupakan penyakit jantung bawaan


sianotik yang paling sering ditemukan. Penyakit jantung
bawaan tersebut memiliki empat komponen, yaitu efek
septum ventrikel, over riding aorta, stenosis pulmonal, dan
hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting
dalam menentukan kualifikasi beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal. Stenosis pulmonal bermacam-macam dari
yang sangat ringan hingga atresis pulmonal.

Manifestasi klinis utama berupa sianosis dengan tingkatan


yang beragam tergantung pada sumber dan jumlah aliran
darah paru yang berasal dari duktus arterior persisten, major
aortopulmonary collateral arteries atau dapat juga dari
kombinasi kedunya. Pada saat bayi lahir bayi belum sianotik,
tetapi gejala tersebut timbul setelah tubuh bayi dengan
tetralogy fallot memiliki peluang untuk mengalami
komplikasi neurologis.
B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas


mengenai Tetralogy Of Fallot dengan menjelaskan definisi,
etiologi, manifestasi, patofisiologi, pathway, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta
memecahkan salah satu kasus dari Tetralogy Of Fallot.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung
bawaan sianotik (warna kulit) yang terdiri dari 4 kelainan khas,
yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi
ventrikel kanan, dan Overriding aorta, (Ibrahim E, dkk (2008).
Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan
anatomi sebagai berikut :
a. Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat
antara kedua rongga ventrikel.
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep
pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru,
bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang
keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik,
sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan.
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel
kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel akibat dari
stenosis pulmonal. 1
Tetralogi of fallot (TOF) merupakan penyakit jantung
congenital tipe sianotik yang paling banyak didapatkan, dimana
kelainannya terdiri dari defek septum ventrikel (VSD), overriding

1
Putri, D. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada anak S yang mengalami TOF.
aorta, stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH).
Beberapa kelainan mungkin dapat terjadi menyertai TOF,
diantaranya defek septum atrial (ASD) sehingga disebut
pentalogy of fallot, anomaly arteri coronary.2
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung
bawaan sianotik yang paling banyak ditemukan, yaitu ±10% dari
penyakit jantung bawaan yang ada. TOF terdiri atas kombinasi
beberapa kelainan jantung, yaitu ventricular septal defect (VSD),
overriding aorta, stenosis pulmonal, serta hipertrofi ventrikel
kanan.3
Kesimpulannya Tetralogy of Fallot (TOF) adalah sebuah
penyakit jantung bawaan yang mempengaruhi struktur oragan
jantung. penyakit ini terjadi karena adanya kelaianan pada organ
jantung. Penyakit ini dapat dideteksi ketika awal kehidupan atau
saat bayi lahir.

B. Etiologi

Penyakit jantung bawaan, yang salah satunya tetralogi Fallot,


disebabkan oleh gangguan perkembangan sistem kardiovaskular
pada masa embrio. Terdapat peranan faktor endogen, eksogen,
dan multifaktorial (gabungan dari kedua faktor tersebut).

a. Faktor endogen

- Berbagai jenis penyakit genetik (kelainan kromosom)

2
I Gusti Ngurah Rai Artika, B. Y. (2016). Jurnal Komplikasi Anastesi. Penatalaksanaan
Anastesi Colonostomy pada Pasien Atresia Ani dengan Tetralogi Of Fallot (TOF), 25-39.
3
Arsy Felicita Dausawati, I. F. (2013). Jurnal Anestesi Perioperatif. Penatalaksanaan
Anestesi Pasien Tetralogy of Fallot pada Operasi Mouth Preparation, 119-123
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan

- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti


diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung dan
kelainan bawaan,

b. Faktor eksogen

- Riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut program KB


oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu); ibu menderita

- Penyakit infeksi (rubella); pajanan terhadap sinar-X4

Tabel 2.1 Etiologi Penyakit Jantung Bawaan5

Genetik 10%

Kromosom 7%

Monogenik 3%

Lingkungan 3%

Multifaktorial 90%

4
Putri, D. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada anak S yang mengalami TOF.
5
Amalia, P. (2019). Tetralogy Fallot, 1-4.
Tabel 2.2 Beberapa Faktor Lingkungan yang Dapat menyebabkan PJB6

Kelainan % dengan PJB Kelainan Jantung Utama


Sindroma rubella 50% PDA, SP perifer
Embriopati diabetes 3-5% TAV, DSV. Koark
Fenilketonuria 30% TF, DSV, DSA
Embriopati talidomid 13% TF, TAB, VKAJKG
Embriopati isotetrinoin 25% TF, TAB. IAA
Sinfrom janin alkohol 35% DSV, DSA, TF
Sindrom janin hidatoin 10% SP, SA, PDA
Sindrom janin trimetadion 50% DSV, TF
Keterangan : PDA = patent ductus arteriosus; SP = stenosis pulmonal; TAB =
transposisi arteri besar; DSV = defek septum ventrikel; Koark = koarktasio aorta; TF =
tetralogi Fallot; DSA = defek septum atrium; VKAJKG = ventrikel kanan dengan jalan
keluar ganda; IAA = interrupted aortic arch; SA = stenosis aorta

C. Manifestasi klinis
Menurut Wong, dkk (2009), tanda dan gejala TOF antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada
denyut jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru
akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling
nyata, mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi
aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi
tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang
besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung
kongesif.

6
Amalia, P. (2019). Tetralogy Fallot, 1-4.
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi
dan anakanak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif
untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring.
Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh
kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat.
Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin
oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak
akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan
menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik,
biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya
kembali dalam beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan
anoksia “biru”)
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama
kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan
gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita
mulai sulit bernapas. Seranganserangan demikian paling
sering terjadi pada pagi hari.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal
dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat
yang tidak diobati. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya
berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan
subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga
terlambat.
6. Biasanya Denyut Pembuluh Darah Normal
Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks
kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya
mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas.
Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus
sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal
ke-3 dan ke-4.
7. Bising Sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar,
bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar
intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi
di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung
kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan
ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan ditimbulkan
oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini
dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior
maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh-
pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau
terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.7
D. Patofisiologi

Patofisiologi pada TOF sangat identic dengan sianosis


yang paling terkenal, terdiri dari defek septum ventrikel, stenosis
pulmonal, overiding aorta dan hipertofi ventrikel kanan.
Frekuensi TOF kurang lebih 10%. Sirkulasi darah penderita TOF
berbeda dibanding anak normal. Kelainan yang memegang
peranan penting adalah stenesis pulmonal dan VSD. Tekanan
antara ventrikel kiri dan kanan pada pasien TOF adalah sama
7
Putri, D. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada anak S yang mengalami TO
akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan darah bebas mengalir
bolak balik melalui celah ini. Tingkat keparahan hambatan pada
jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan arah aliran
darah pasien TOF. Aliran darah ke paru akan menurun akibat
adanya hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan;
hambatan yang tinggi di sini akan menyebabkan makin banyak
darah bergerak dari ventrikel kanan ke kiri. Hal ini berarti makin
banyak darah miskin oksigen yang akan ikut masuk ke dalam
aorta sehingga akan menurunkan saturasi oksigen darah yang
beredar ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan sianosis.

Jika terjadi hambatan parah, tubuh akan bergantung pada


duktus arteriosus dan cabang-cabang arteri pulmonalis untuk
mendapatkan suplai darah yang mengandung oksigen. Onset
gejala, tingkat keparahan sianosis yang terjadi sangat tergantung
pada tingkat keparahan hambatan yang terjadi pada jalan keluar
aliran darah di ventrikel kanan. Derajat stenosis pulmonal sangat
menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak
terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis sangat
nyata. Kelainan obstruksi terbatas hanya sampai pada bagian
jalan keluar ventrikel kanan, disertai atau tidak dengan kombinasi
PS valvular dan kadang-kadang dengan annulus ostium
pulmonalis yang sempit atau stenosis cabang pulmonalis. Bagian-
bagian krista supra-ventrikulus terganggu pada TOF, sebagai
akibat terdapatnya VSD (terutama bagian parietal krista
berpindah ke atas ke arah septum). Distal dari Krista terdapat
infundibulum; obstruksi ventrikel terjadi pada jalan keluar dan
juga pada inlet infundibulum.
Pada keadaan ekstrim, maka bagian septum krista
berpindah keatas tempat terdapat mekanisme sfingter yang kuat
dibagian jalan keluar ventrikel kanan. Hipertrofi akan terjadi
terus-menerus pada sfingter ini, sehingga kemudian terjadi

penyempitan ekstrim jalan keluar ventrikel kanan. Ventrikel


Septal Defek (VSD) umumnya besar dan sering terletak dibagian
atas septum ventrikel, disebelah kanan bawah katup aorta dan
dibawah krista supraventrikularis. Overiding aorta lebih
mengarah ke hemodinamika daripada pengertian anatomik saja.
Basis aorta terhadap VSD berpindah ke arah ventral, kadang-
kadang membuat bentuk demikian rupa sehingga dapat dikatakan
ada transposisi sebagian aorta. Hipertrofi ventrikel kanan adalah
akibat obstruksi ventrikel kanan. Aorta umumnya melebar. 25%
penderita dengan arkus ke kanan, aorta membelok. Terutama
pada TF berat, terjadilah a. interkostalis dari aorta desenden serta
anyaman kolateral yang rapat dari a. bronkialis dalam perut.
Beratnya stenosis dan besarnya VSD menentukan gambaran
klinis.

Pada stenosis pulmonal sedang atau berat (obstruksi


ventrikel kanan), maka dalam keadaan istirahat maupun stress
terdapat pirau kanan ke kiri. Sedangkan sianosis hanya terdapat
setelah menangis, minum dan stress. Serangan anoksia
merupakan tanda bahaya pertama. Segera setelah bangun atau
setelah menangis keras, terjadi sianosis jelas, setelah itu pucat dan
pingsan. Penyebab serangan ini masih belum jelas. Salah satu
teori hiperventilasi menyebabkan meningginya alir balik.
Serangan anoksi sering didahului oleh permulaan tangis yang
kuat.

Pada saat menangis mekanisme valsava ini menimbulkan


berkurangnya aliran darah ke paru sehingga mengakibatkan
serangan tersebut. Anak dengan sianosis terus-menerus sekitar
umur 6 bulan, pertama-tama menunjukkan jari-jari tabuh. Anak
dengan TF berat sering jongkok (squatting) yang patognomonik
untuk kelainan ini. Pertumbuhan dan perkembangan anak
golongan sianosis ringan atau sedang hampir tidak kalah dengan
teman sebayanya. Gangguan terdapat pada anak dengan sianosis
berat. Gigi-geligi anak dengan sianotik sering dalam kondisi
buruk, karena perkembangan email gigi yang buruk. Ginggiva
hipertrofik. Kelainan orthopedi berupa skoliosis sangat menyolok
dan patognomonik untuk TOF.

Palpasi. Impuls ventrikel kanan jelas, sering teraba


getaran bising sepanjang tepi sternum kiri. Auskultasi. Bunyi
jantung I keras, disebabkan oleh penutupan katup trikuspid yang
kuat. Bunyi jantung II lemah pada sela iga II kiri: keras dan split
pada sela iga IV kiri. Terdengar bising sistolik ejeksi dengan
pungtum maksimum disela iga II dan IV kiri dengan puncak
segera setelah bunyi jantung I (berbeda dengan PS valvular). Pada
serangan anoksia bising menghilang, karena pada saat itu aliran
darah minimal atau tidak ada darah sama sekali yang mengalir ke
paru. Pada sirkulasi kolateral a. bronkialis yang luas, terdengar
bising pada sebelah kiri sternum disamping kedua sisi kolumna
vertebralis di punggung (bising sistolik lemah berfrekuensi
tinggi). Salah satu resiko terbesar pada pasien dengan TOF yang
tidak dikoreksi intraoperatif adalah terjadinya episode
hipersianosis.

Salah satu mekanisme yang bertanggung jawab terhadap


terjadinya desaturasi arterial secara tiba-tiba adalah penurunan
SVR yang akan mengakibatkan peningkatan pirau kanan ke kiri
darah melalui VSD. Penurunan tekanan darah sistemik dibawah
60 mmHg telah ditemukan sebagai salah satu factor pencetus
untuk timbulnya episode tersebut8. 910

8
Muh. Wirawan Harahap, W. (2019). Artikel Riset Green Medical Journal.
Penatalaksanaan Anestesi pada Pasien Labiognatopalatoschizis dengan
Tetralogy of Fallot, 1-9.
9
Putri, D. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada anak S yang mengalami TOF.
10
Amalia, P. (2019). Tetralogy Fallot, 1-4.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan penderita Tetralogi Fallot
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%.
Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan
parsial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial
oksigen (PO2) dan penurunan klien yang memiliki Hb dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan
aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung,
gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat.
Selain itu, dapatkan hasil arkus aorta di sebelah kanan, aorta
asendens melebar, konus pulmonalis, apeks terangkat dan
vaskularitas paru berkurang.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil sumbu QRS hampir
selalu berdevisiasi kekanan. Tampak pula hipertropi ventrikel
kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, utama aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan arteri pulmonalis dan penurunan
aliran darah ke paru.
5. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
selamat defek sekat ventrikel banyak, mengatasi kelainan
arteri koronari dan mengatasi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, penngkatan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.11

G. Penatalaksanaan

11
Ika Rizkiani, I. I. (2018). Tetralogi Fallot, 4-7.
Tatalaksana terhadap pasien terdiri dari perawatan medis serta
tindakan bedah. Tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk
persiapan prabedah dan perawatan pascabedah.

Tatalaksana medis:

1. Pada serangan sianotik akut:


a) Pasien diletakkan dalam knee-chest position
b) Diberikan O2 masker 5-8 liter/menit
c) Morfin sulfin 0,1-0,2 mg/kgBB/subkutan (sebagai ahli
menyarankan intramuscular)
d) Diberikan sodium bikarbonat 1 meq/kgBB/IV untuk
koreksi asidosis
e) Diberikan transfuse darah bila kadar hemoglobin <15
g/dl, jumlah darah rata-rata yang diberikan adalah 5
ml/kgBB
f) Diberikan propranolol 0,1 mg/kgBB/IV secara bolus
g) Jangan memberikan Digoxin pada saat pasien menderita
serangan sianotik karena akan memperburuk keadaan
2. Apabila tidak dilakukan oprasi, dapat diberikan propranolol
rumat dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Bila pasien mengalami serangan sianotik disertai dengan
relatif, maka diperlukan preparat Fe. Dengan Fe ini akan
terjadi retikulosistosis dan kadar hemoglobin meningkat.
3. Hiege mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan
sumber infeksi untuk terjadinya endocarditis infeksi atau
abses otak.
4. Terjadinya dehidrasi harus dicegah khususnya pada infeksi
interkuren.
5. Orang tua perlu diedukasi atau diajarkan untuk mengenali
serangan sianotik dan penanganannya.

Tatalaksana intervensi non bedah:


1. Dilatasi alur keluar vertical kanan dan katup pulmonal denga
balon, kadang dilakukan untuk mengalami gejala berat.
2. Pemasangan stent pada duktus arteriosus persisten bisa juga
dikerjakan bila stenosis pulmonal berat atau atretik.

Tatalaksana bedah :

Tatalaksana bedah terdiri dari 2 jenis, yaitu oprasi paliatif untuk


menambah aliran darah baru, dan bedah korektif. Bedah paliatif
bertujuan meningkatkan aliran darah pulmoner, dilakukan pada:

1. Neonatus tetraogi fallot berat/atresia pulmonary dengan


hipoksia berat.
2. Bayi tetraogi fallot dengan annulus pulmonary atau arteri
pulmonalis hipoplatistik.
3. Bayi tetralogy fallot dengan usia < 3-4 bulan dengan spell
berulang yang gagal diterapi.
4. Bayi tetralogy fallot dengan berat< 2,5 kg.
5. Anak tetralogy fallot dengan hipoplatistik cabang-cabang
arteri pulmonalis (diameter dibawah ukuran tengah yang
dibuat oleh kirklin)
6. Anomaly arteri coroner yang melintang di depan alur keluar
ventrikel kanan.

Jenis terapi bedah paliatif yang dikenal:


1. Anastomosis ujung ke sisi (end to side anastomosis) arteri
subklavia dengan arteri pulmonalis proksimal ipsilateral.
Tindakan ini disebut prosedur blalock-taussing atau BT shunt.
2. Prosedur Waterston, yaitu anastomosis antara aorta asendens
dengan arteri pulmonalis kanan.
3. Prosedur glrm, yaitu anastomosis antara kava superior dengan
arteri pulmonalis kanan.

Bedah korektif dilakukan pada kasus yang ideal, pada usia


yang cukup aman sesuai kemampuan tiap-tiap institusi, yang
dilakukan dengan penutupan VSD dan eksisi infundibulum,
pelebaran annulus pulmonary dan arteri pulmonalis dengan patch
bila perlu. Terapi pembedahan dibagi menjadi paliatif dan
korektif, bedah paliatif yang bisa dilakukan adalah oprasi B-T
(Blalock-Taussig) Shurt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi
pulmonal dengan menghubungkan arteri subklavia dengan
pulmonalis yang ipsilateral. Umumnya bedah paliatif dilakukan
pada bayi kecil atau dengan hypoplasia arteri pulmonalis dan
pasien yang sering mengalami serangan sianotik pada bedah
korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau bedah
paliatif. Jadi arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya
koreksi total dilakukan pada pasien tetralogy fallot dibawah usia 2
tahun. Di negara maju yang telah berpengalaman oprasi sudah
dilakukan sebelum umur satu tahun.12

12
Putri, D. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada anak S yang mengalami TOF.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : Selasa, 2 Maret 2021
1. Data Admisi
1. Nama : An. C
2. No RM : 4193
3. Tanggal masuk : Selasa, 2 Maret 2021
4. Masuk dari : Poliklinik/UGD/Rumah/Lainnya:
5. Dx medis : TOF (Tetralogi Fallot)
6. Jenis kelamin : Laki-laki
7. Alamat : Jl. Jambu air no.20 Salatiga
8. Agama : Kristen protestan
9. Pekerjaan :-
10. Pendidikan terakhir :-
11. Status pernikahan : nikah/janda/duda/belum menikah
2. Data pengkajian diperoleh dari
1. Klien sendiri :-
2. Orang lain, nama : Ny. A
a. Hubungan dengan klien: Orang tua
3. Penanggung jawab
1. Nama : Ny. A
2. Alamat : Jl. Jambu air no.20 Salatiga
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Hubungan dg klien : Orang tua
1 Genogram (minimal 3 generasi keatas terhitung dari pasien.
Contoh: dari kakek sampai ke cucu)

Keterangan :
Laki- : laki-laki

:Perempuan

: Klien

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

2 Data fisik
1. Keluhan utama: .................................................................
2. Riwayat penyakit sekarang: ...............................................
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
(alasan klien masuk rumah sakit, yang sekarang ini klien rasakan,
mengapa klien merasa membutuhkan bantuan tenaga kesehatan)
3. Riwayat penyakit terdahulu
a Riwayat operasi : ya/tidak, jelaskan (kapan, dimana, operasi
apa)
b Riwayat rawat inap : ya/tidak, jelaskan (alasan, lamanya)
1 Jantung 5 Kanker
2 Hepatitis 6 Paru
3 Hipertensi 7 Jiwa
4 DM 8 Lainnya

4. Keadaan umum
a. Suhu : 35,1°C
b. Nadi : 187x/mnt (kuat/lemah); (reguler/ireguler)
c. TD :52/31 mmHg
d. RR : 18 x/mnt (dalam/dangkal); (reguler/ireguler)
e. Kesadaran:
GCS motorik:5 verbal: 3 eye: 2

1 CM 4 Stupor
2 Apatis 5 Coma
3 Somnolent

5. Respiratori
a Batuk : ya/tidak;produktif/tidak produktif
b Napas bunyi : vesikuler/lainnya, jelaskan
c Sesak napas saat :
1 Ekspirasi 3 Istirahat
2 Inspirasi 4 Aktivitas
d Tipe pernapasan :
1 Perut 5 Cynestokes
2 Dada 6 Lainnya
3 Biot
4 Kussmaul
e Sianosis: (ya/tidak),
Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat
dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke
kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal
jantung kongesif.

f Perokok ( ) Ya ( √ ) Tidak, berapa lama…….,


habis berapa……./hari
g Perkusi paru: (resonan/ sonor, hipereronan/hipersonor,
dullness/redup) Letak:……
h Bunyi napas: Murmur
i Fungsi mental/gelisah : -
6. Kardiovaskular
1. Riwayat penyakit hipertensi/masalah jantung: Ada masalah
jantung sejak lahir
2. Nyeri dada ( ) Ya ( √ ) Tidak
P:
Q:
R:
S:
T:
3. Kesemutan : -
4. Palpitasi ( ) Ya ( √ ) Tidak
5. Pusing ( ) Ya ( √ ) Tidak
6. Pingsan ( ) Ya ( √ ) Tidak
7. Keluhan lainnya, jelaskan : -
a. Perdarahan, lokasi -
b. Edema, lokasi - grade: -
c. Hematoma, lokasi -
7. Neurologis
a GCS: Apatis
b Riwayat kecelakanan/ penyakit cedera serebral/ cidera kepala
dan medulla spinalis ( ) Ya ( √ ) Tidak, fraktur………….,
Kapan:………………. Kondisi:…………………
Pengobatan:………………. Sembuh:
……………………………
c Pupil : isokor/unisokor
d Reflek cahaya :
a. Sinistra : +/- cepat/lambat
b. Dextra : +/- cepat/lambat
e Bicara:
a. Komunikatif c. Mencong
b. Aphasia d. Pelo
f Keluhan lain
a. Kesemutan d. Gelisah
b. Bingung e. Kejang
c. Tremor
g Koordinasi ekstrimitas
a. Normal
b. Paralisis, lokasi
c. Plegia, lokasi
h Keluhan lain: -
8. Integumen
a Warna kulit
a Kemerahan d Jaundice
b Pucat e Normal
c Sianosis
b Kelembaban
1 Lembab
2 Kering
c Turgor
1 > 2 dt
2 < 2 dt
d Nyeri ( ) Ya ( √ ) Tidak
P:
Q:
R:
S:
T:
e Gatal ( ) Ya (√) Tidak
f Panas ( ) Ya (√ ) Tidak
g Lesi/luka/eritema: ( ) Ya ( √ ) Tidak Lokasi:
……………………… Jumlah:…………….. Ukuran:
…………………… Warna dasar:………….. Stadium:………
Tanda-tanda infeksi:…………………….
h Abnormalitas kuku: -
i Keluhan lain, jelaskan -
j Lokasi -

9. Muskuloskeletal
1. Nyeri otot/tulang ( ) Ya ( √) Tidak
P:
Q:
R:
S:
T:
2. Kaku sendi, ( ) Ya ( √ ) Tidak Lokasi:
…………………………..
3. Bengkak sendi, ( ) Ya ( √ ) Tidak Lokasi:
…………………………….
4. Fraktur (terbuka/tertutup), ( ) Ya ( √ ) Tidak Lokasi:
………………………..
5. Alat bantu, ( ) Ya ( √ ) Tidak Jelaskan:
……………………………
6. Pergerakan terbatas, ( ) Ya ( √ ) Tidak Jelaskan:
……………………………
7. Keluhan lain, jelaskan –

10. Pendengaran dan pengelihatan


a Riwayat trauma mata/telinga ( ) Ya ( √ ) Tidak Kapan:
………………….
b Riwayat infeksi mata/telinga ( ) Ya ( √ ) Tidak Kapan:
………………….
c Riwayat katarak ( ) Ya (√) Tidak Kapan:………………….
d Riwayat gaoukoma ( ) Ya ( √ ) Tidak Kapan:
………………….
e Penglihatan
1 Berkurang 2 Ganda
3 Kabur f
4 Buta/gelap
g Pendengaran
1. Normal 4. Alat bantu
2. Berdengung 5. Tuli
3. Berkurang
h Visus :-
i Sklera ikterik : (ya/tidak)
j Konjungtiva : (anemis/merah muda)
k Nyeri : (ya/tidak), intensitas
l Kornea : jernih/keruh/berbintik
m Alat bantu : tidak ada/lensa kontak/kaca mata
n Keluhan lain :-
11. Nutrisi
a Tinggi badan :80 cm Berat badan : 10 Kg
IMT:12
b Berdasarkan IMT, status gizi:
1. Sangat Kurus 4. Gemuk
2. Kurus 5. Obesitas
3. Normal
c Pola makan
1 Frekuensi 3x /hr
Mampu menghabiskan 2 Porsi makan/hari
2 Nafsu makan:
a Baik
b Sedang
c Tidak ada
d Berlebihan
3 Makanan yang disukai : bayam
4 Makanan yang tidak disukai: wortel
5 Alergi : tidak ada
6 Pantangan : tidak ada
d Pola minum
1 2 gelas besar/hari
2 Jenis: air putih
3 Minuman yang disukai:…………
4 Konsumsi kopi: ( ) Ya ( √ ) Tidak, ………..gelas
kecil/hari
5 Konsumsi soda: ( ) Ya ( √ ) Tidak, ………..gelas
kecil/hari
6 Konsumsi minuman alkohol: ( ) Ya ( √ ) Tidak,
………..gelas kecil/hari
e Keluhan
1 Mual 3 Sakit menelan
2 Muntah 4 Sulit menelan
f Diet khusus : b Riwayat penggunaan
tidak ada obat diuretik ( ) Ya
g Keluhan lain : ( √ ) Tidak
tidak ada c Rasa nyeri/terbakar
12. Perkemihan saat kencing ( ) Ya
a Riwayat gangguan ( √ ) Tidak
ginjal ( ) Ya (√ ) d Nyeri pinggang: ( )
Tidak Ya ( √ ) Tidak
P:
Q:
R: i Benjolan
S: : (ya/tidak)
T: j Kesulitan BAK ( )
e Buang air kecil Ya ( √ ) Tidak
1 Lancar k Frekuensi BAK
f Menggunaan kateter 4x/hari
: tidak l Karakter feses
g Warna urine : warna: kuning
: kuning muda kecoklatan
h Frekuensi urine konsistensi: lembek
: 4x/hari berbentuk
m Keluhan lain : tidak ada

13. Istirahat dan tidur


a Pola tidur malam : lamanya 8 jam; pukul 9 s/d 5
b Pola tidur siang : lamanya 4 jam; pukul1 s/d 4
c Kualitas tidur
1. Nyenyak
2. Sering terbangun
d Menggunakan obat tidur: (ya/tidak)
e Kebiasan sebelum tidur: bermain gelang
f Kelopak mata berwarna gelap ( ) Ya ( √ ) Tidak
g Mata merah ( ) Ya ( √ ) Tidak
h Terlihat menguap ( √ ) Ya ( ) Tidak

14. Kebersihan diri


a Mandi : 2x/hari
Dengan sabun : ………… ( √ ) Ya ( ) Tidak
b Ganti baju : 3x/hari
c Cuci rambut : 8x/minggu
d Gosok gigi: 2x/hari
e Keluhan lain : tidak ada
f Bau badan ( ) Ya ( √ ) Tidak
g Kebersihan diri (bersih/tidak bersih)
h Kuku (bersih/kotor, pendek/panjang)
i Kulit kepala (bersih/tidak bersih)
Kutu ( ) Ya ( √ ) Tidak

15. Aktivitas dasar sehari-hari


Tabel 1. Aktivitas Dasar Sehari-hari
No Aktivitas Mandiri Dibantu Bergantung
1 Mandi √
2 Makan √
3 Berpakaian √
4 Toileting √
5 Berpindah √
6 Lainnya √
√Centang yang sesuai

16. Reproduksi
a Aktif dalam melakukan hubungan intim
( ) Ya ( √ ) Tidak
b Pengunaan kondom saat hubungan intim
( ) Ya ( √ ) Tidak
c Masalah/kesulitan dalam berhubungan intim
( ) Ya ( √ ) Tidak
d Laki-laki
1 Kemerahan, lokasi
2 Gatal-gatal, lokasi
3 Kelainan kongenital, jelaskan
4 Lainnya
17. Psikososial
a Status pernikahan
1 Menikah
2 Tidak menikah
3 Cerai
b Jumlah anak kandung: …………anak
c Penampilan
1 Rapi
2 Tidak rapi
d Bicara
1 Cepat
2 Membisu
3 Lambat
4 Kontak mata minimal
e Gangguan orientasi (waktu, tempat, orang)
a. Ada
b. Tidak
c. lainnya
f Suasana hati
1 Sedih 4 Tidak punya harapan
2 Takut 5 Lainnya, jelaskan
3 Cemas
g Faktor stress : -
h Cara mengatasi stress: -
i Masalah finansial: -
j Mekanisme koping
1 Adaptif
2 Mal adaptif
3 Sebutkan:
k Peran dalam keluarga: Anak
l Orang yang berarti
1. Suami/istri
2. Orang tua
3. Anak
m TemanHubungan dengan orang lain
1 Baik
2 Tidak baik
n Aktivitas motorik
1 Lemah 5 Amuk
2 Tegang 6 Mondar-mandir
3 Agitasi 7 Lainnya,
4 Compulsive sebutkan
18. Pembelajaran
a Bahasa dominan Bahasa Indonesia, buta huruf : Tidak
b Tingkat pendidikan : belum sekolah
c Mempunyai pengetahuan tentang permasalahan kesehatan yang sedang di alami
dan perawatan yang perlu dilakukan: ( ) Ya ( √ ) Tidak
d Harapan terhadap tim kesehatan : -
19. Spiritual
a Percaya dengan Tuhan
a. Ya
b. Tidak
b Kegiatan beribadah
1 Selalu
2 Kadang-kadang
3 Tidak pernah
c Kegiatan agama yang ingin dilakukan di RS : -

Pemeriksaan diagnostik/ Laboratorium:


No Tanggal/Hari Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
1. 3/Rabu Pencitraan Negatif - Normal
2 3/Rabu CT- Scan Negatif - Normal
3 4/Kamis Hemoglobin 14,3 g/dL 12-16 9/dL Normal
4 4/Kamis Glukosa 282 mg/dl 100-200 mg/dl Tidak normal

Terapi medikasi:
Tanggal/Hari Nama Obat Dosis Alasan pemberian
4/kamis Atropin dan Narcan 0,4-1 mg Mempertahankan fungsi
jantung dengan baik
4/kamis Midazolam dan 0,025-0,05 Mengurangi rasa cemas
Phenobarbital mg/kgBB
4/kamis Natrium bikarbonat 0,3 mg Mengurangi kontraktilitas
pada jantung

Anda mungkin juga menyukai