Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetralogy of fallot (ToF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik


yang terdiri dari empat kelainan khas, yaitu defek septum ventrikel (ventricular
septal defect, VSD), stenosis infundibulum ventrikel kanan atau biasa disebut
stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta.

ToF merupakan jenis penyakit jantung bawaan tersering. Sekitar 3-5%


bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan menderita jenis ToF. 3 Di AS,
10% kasus penyakit jantung kongenital adalah ToF, sedikit lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka
kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga
meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia
memperlihatkan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita
penyakit jantung bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus
meninggal pada bulan pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik.
Sekitar 25% pasien ToF yang tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun
pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal
sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun. 4

Penyakit jantung bawaan sering dapat dideteksi dengan USG pada masa
kehamilan. Pemeriksaan fetal echocardiography juga baik dilakukan pada
pelayanan antenatal sebagai salah satu cara deteksi dini penyakit jantung
bawaan.5 Diagnosis dini ToF dapat menentukan langkah selanjutnya harus
diambil. Penetapan langkah yang tepat setelah deteksi dini penyakit jantung
bawaan ToF pada anak dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.Dengan
penegakan diagnosis yang tepat dan cepat, komplikasi penyakit jantung
bawaan ToF dapat diminimalkan.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Tetralogy of fallot (ToF)
2. Untuk mengetahui etiologi Tetralogy of fallot (ToF)
3. Untuk mengetahui phatofisiologi Tetralogy of fallot (ToF)
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tetralogy of fallot (ToF)
5. Untuk mengetahui komplikasi Tetralogy of fallot (ToF)
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Tetralogy of fallot (ToF)
7. Untuk mengetahui penangan Tetralogy of fallot (ToF)
8. Untuk mengetahui pengkajian Tetralogy of fallot (ToF)
9. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan Tetralogy of fallot (ToF)
10. Untuk mengetahui intervensi keperawatan Tetralogy of fallot (ToF)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik.
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan
anatomi sebagai berikut :
a. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep
juga menebal dan menimbulkan penyempitan
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian
aorta keluar dari bilik kanan
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal,
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
(Harianto, 1994).

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor –faktor tersebut antara lain:
a. Faktor endogen
-Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
-Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
-Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
-Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
-Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
-Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.
Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum
akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. (Breitbart R, Flyer
2006. )

C. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala Tetralogi of Fallot antara lain :
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut
jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar
setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata,
mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin
mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin
terdapat suatu gagal jantung kongesif.
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan
anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan
dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat
melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia
“biru”)
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi
bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Serangan-serangan
demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
5. Pertumbuhan dan perkembangan
Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal dapat
mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati.
Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta
otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa
pubertas juga terlambat.
6. Biasanya denyut pembuluh darah normal
Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri
depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran
normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat
dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah
parasternal ke-3 dan ke-4.
7. Bising sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising
tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi
kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar
ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan
pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan
ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut
dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang
melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.. (Apitz C
2009 )

D. Phatofisiologi
Sirkulasi darah penderita ToF berbeda dibanding pada anak
normal. Kelainan yang memegang peranan penting adalah stenosis
pulmonal dan VSD. Tekanan antara ventrikel kiri dan kanan pada pasien
ToF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan darah bebas
mengalir bolak-balik melalui celah ini. Tingkat keparahan hambatan pada
jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan arah aliran darah
pasien ToF. Aliran darah ke paru akan menurun akibat adanya hambatan
pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan; hambatan yang tinggi di sini
akan menyebabkan makin banyak darah bergerak dari ventrikel kanan ke
kiri. Hal ini berarti makin banyak darah miskin oksigen yang akan ikut
masuk ke dalam aorta sehingga akan menurunkan saturasi oksigen darah
yang beredar ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan sianosis. Jika terjadi
hambatan parah, tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan
cabang-cabang arteri pulmonalis untuk mendapatkan suplai darah yang
mengandung oksigen. Onset gejala, tingkat keparahan sianosis yang terjadi
sangat bergantung pada tingkat keparahan hambatan yang terjadi pada
jalan keluar aliran darah di ventrikel kanan. (Nova R. 2010 )
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
-Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan
kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah paru
-Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah
penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode
neonatal
-Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic
propilaksis
-Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan,
digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif.
-Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah
jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang
diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
-Besi untuk mengatasi anemia
Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi serta iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan
mengobati serangan hypersianosis.
-Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan
menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk. ( Kosim MS, 2008.)

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak
pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran
darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah (acob G, Mathews C. 2010 )

G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
a. Penyakit vaskuler pulmonel
b. Deformitas arteri pulmoner kanan
c. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
d. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia,
anemia, atau sepsis
e. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
f. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative
(Breitbart R, Flyer 2006. )

H. Pencegahan
Langkah pencegahan untuk penyakit jantung kongenital ini sebenarnya
tidak diketahui tetapi langkah untukk berjaga-jaga bisa diambil untuk
mengurangi risiko mendapat bayi yang mengidap masalah jantung, yaitu: 8, 9,
10 Sebelum mengandung seseorang wanita itu perlu memastikan ia telah
mendapatkan imunisasi rubella.
Jangan merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan. Ibu-
ibu yang mengalami penyakit kronik seperti Diabetes, Fenilketonuria (PKU),
epilepsi dan kecacatan jantung perlu mengunjungi dokter sebelum hamil.
Persatuan Jantung Amerika (AHA) mencadangkan pemberian antibiotik
pencegahan (prophylaxis) kepada anak-anak yang menghidap endokarditis
bakterialis apabila mereka menjalani: 9, 10 Pembedahan tonsil dan adenoid.
Pembedahan gastrointestinal, saluran reproduksi dan saluran kemih.
Ampicillin 50mg/kg (maksimal 2 g) bersama gentamicin 2 mg (maksimal 80
mg) diberi 30 menit sebelum dilakukan prosedur berkenaan. Dan hendaknya
diulang 6 jam kemudian bagi kedua obat tersebut. Obat ulangan itu boleh
diganti dengan Amoxicillin 25 mg (maksimal 1.5 g) bagi penderita dengan
resiko rendah. (Apitz C 2009 )

G. Pengkajian

1. Anamnase

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Penanggung jawab :

Agama :
Status perkawinan :

Alamat :

No . medical record :

Tanggal masuk :

Diagnose medic :

Tanda – tanda vital :

Nadi :

Tekanan darah :

Pernafasan :

Suhu :

2. Riwayat kesehatan

-Keluhan utama / keadaan saat ini:Pada awal bayi baru lahir biasanya belum
ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.

-Riwayat Penyakit keluarga : Penyakit genetic yang ada dalam keluarga :


misalnya down syndrome.Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan
bawaan,DM,Hypertensi

-Riwayat kehamilan: Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.Program KB


hormonal, riwayat mengkonsumsi obat – obat (thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu) Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella (
campak Jerman ) atau infeksi virus lainnya Pajanan terhadap radiasi selama
kehamilan,Ibu yang alkoholik, Gizi ang buruk selama kehamilan

Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena
pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua

-Riwayat Tumbuh:

a. Pertumbuhan berat badan

b. Kesesuaian berat badan dengan usia


c. Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit

-Riwayat perkembangan / psikososial

a. Kemampuan psikososial

b. Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia

c. Kelainan tumbang yang menyertai

d. Mekanisme koping anak / keluarga

e. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

f. Perubahan status kesadaran dan sirkulasi:

g. Riwayat kejang,pingsan, sianosis

-Pola aktifitas

a. Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan

b. Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting

c. Adakah kelelehan saat menyusu

d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

e. Kemampuan makan / minum

f. Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu

g. Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

h. Tingkat pengetahuan anak dan keluarga

i. Pemahaman tentang diagnose

j. Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis

k. Regimen pengobatan dan perawatan

l. Rencana perawatan di rumah

m. Rencana pengobatatan dan perawatan lanjutan


-Pemeriksaan Fisik ( head to toe )

a. Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi menetap
( morbus sereleus )

b. Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah
tumbuh

Berat badan bayi tidak bertambah

c. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan

d. Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai bawah

e. Dispnea de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau pingsan

f. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat

g. Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal


hyperpnea , hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,
lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

h. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum
ia berjalan kembali.

i. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.

j. Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

k. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.

l. Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

m. Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk


mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest

-Riwayat kehamilan : Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.

Faktor Endogen

1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom

2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan


3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu

1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa


resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin,
jamu)

2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella

3) Pajanan terhadap sinar –X

-pemeriksaan fisik

1) Akivitas dan istirahat Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat


karena kondisinya. Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan
umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

2) Sirkulasi Gejala : Takikardi, disritmia Tanda : adanya Clubbing finger


setelah 6 bulan, sianosis pada membran muksa, gigi sianotik

3) Eliminasi Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.

4) Makanan/ cairan Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan,


sulit menetek Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering

5) Hiegiene Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan


diri.

6) Neurosensori Tanda : Kejang, kaku kuduk Gejala : Tingkat kesadaran


letargi hingga koma bahkan kematian

7) Nyeri/ keamanan Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal,


leher kaku Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/
mengaduh/ mengeluh

8) Pernafasan Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras


didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam 9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang Gejala : Suhu meningkat, menggigil,
kelemahan secara umum,
H .Diagnosa

a. Resiko penurunan cardiac output berhubungan dengan adanya kelainan


structural jantung.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan
O2 terhadap kebutuhan tubuh..
c. Resiko infeksi berhubungan dengan keadaan umum tidak adekuat.

(Wilkinson, 2016 )

I. Intervensi
Diagnosa I
Resiko penurunan kardio output

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan


penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
- denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
- Klien tidak terlihat pucat.
- Klien tidak terlihat lemah.
- mengalami sianosis pada tubuhnya.

Intervensi :
-Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
-Catat bunyi jantung.
- Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
-Pantau intake dan output setiap 24 jam.
-Batasi aktifitas secara adekuat.
-Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.

Diagnosa II
Intoleransi Aktivtas

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan


masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:

- Pasien dapat
- melakukan aktivitas sesuai dengan batas kemampuan
- Klien dapat tidur nyenyak pada malam hari
- Klien terlihat lebih segar ketika terbangun

Intervensi :
- Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi.
- Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (mis. Takikardi,
disritmia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan
frekuensi pernapasan
- Perawatan jantung : meningkatkan tingkat aktivitas fungsional maksimal
untuk pasien yang mengalami episode gangguan fungsi jantung akibat
ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard
- Terapi latihan fisik : pengendalian otot : menggunakan aktivitas atau
protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan
gerakan tubuh yang terkontrol
- Anjurkan kepada pasien dan orang terdekat teknik perawatan diri yang
akan meminimalkan konsumsi oksigen (mis: pemantauan mandiri dan
tehnik langka untuk melakukan AKS)
- Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis. Untuk latihan
ketahanna ) untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika
perlu.
- Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
salah satu faktor penyebab

Dianosa III
Risiko infeksi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan


infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi
-Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat

Intervensi
-Kaji tanda vital dan tanda – tanda infeksi umum lainnya.
-Hindari kontak dengan sumber infeksi.
-Sediakan waktu istirahat yang adekuat.
-Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan
(Wilkinson, 2016 )
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ToF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang terdiri dari empat
kelainan anatomi yaitu VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan,
dan overriding aorta. Empat kelainan ini menyebabkan perbedaan sirkulasi
darah penderita ToF.
Deteksi dini ToF dapat dilakukan sejak usia dini. Anamnesis atau
alloanamnesis, pemeriksaan fi sik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat
mampu menegakkan diagnosis ToF. Penegakan diagnosis yang tepat
memudahkan penanganan. Tata laksana yang baik bagi penderita ToF adalah
dengan melakukan bedah kuratif. Selain itu, komplikasi pada penderita ToF
juga perlu diantisipasi. Komplikasi yang perlu diwaspadai adalah abses serebri,
gagal jantung, endokarditis, dan polisitemia. Penderita ToF dengan komplikasi
perlu diberi tata laksana yang sesuai.

B. Saran

1. Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membahayakan pada masa


kehamilan
2. Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Breitbart R, Flyer D. Tetralogy of fallot. In: Flyer DC, editor. Nadas’ Pediatric
Cardiology 2ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier,2006.

Apitz C, Webb GD, Redington AN. Tetralogy of Fallot. Lancet 2009; 374(9699):
1462–71

Nova R. Penyulit pada Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Palembang: Subbagian


Kardiologi IKA FK Unsri; 2010

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatalogi.
Jakarta: IDAI; 2008.

acob G, Mathews C. Unrepaired Tetralogy of Fallot Presenting of Brain Abscess.


Calicut Medical Journal 2010; 8(3):e5.

Wilkinson , J. (2016). Diagnosis keperawatan diagnosis NANDA-I, intervensi


NIC, hasil NOC. Jakarta: EGC.
Dosen : Rahmawati Ramli S.Kep., Ns., M.Kes

Mata Kuliah : Keperawatan Anak 2

“Tetralogy of fallot”

Disusun oleh :

Yuli Safira [142 2016 0005]

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan ridha Allah Subhanahu wata’ala dan atas perkenaa-anya jualah


sehingga dapat memberikan waktu dan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tetralogy of fallot” makalah ini
masihlah sangat jauh dari kesempurnaan.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini, mahasiswa(i) dapat
menambah pengetahuan dan wawasannya mengenai patent ductus arteriosus.
Kami dari penyusun menyadari bahwa makalah ini yang kami sadur dari
berbagai sumber masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu masih
memberikan peluang bagi pembaca untuk mengkritik secara positif demi
perkembangan makalah selanjutnya.

Makassar, 9 Oktober 2018

PENULIS

Anda mungkin juga menyukai