A. Defisini Preeklampsia
Preeklampsia
merupakan
sindrom
spesifik-kehamilan
berupa
dipakai
sebagai
tanda-tanda
B. Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut.
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis
C. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat :
1. Preeklampsia ringan
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasrakan atas timbulnya
hipertensi diserta proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
Dikatakan preeklampsia ringan bila :
a. Hipertensi : sistolik/diastolik 140/90 mmHg
b. Proteinuria: 300mg/24 jam atau 1 + dipstik
c. Edema
Edema
lokal
tidak
dimasukkan
dalam
kriteria
ditegakkan
tercantum
berdasarkan
dibawah
kriteria
ini.
preeklampsia
Preeklampsia
berat
digolongkan
preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110
mmHg
10
2.1.3 Insidensi
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena
banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian
preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan
bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu
23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Rozhikan, 2007).
Menurut penelitian retrospective study yang dilakukan oleh Ozkan S
dkk dari bulan Juni 1997 sampai tahun 2004 di Kocaeli University, Turkey
bagian obstetri dan ginekologi, dari 5,155 persalinan selama masa periode
tersebut, ditemukan 438 kasus (8,49%) adalah hipertensi dalam kehamilan.
Dari 438 kasus hipetensi dalam kehamilan, terdapat 255 kasus yang
memenuhi kriteria inklusi. Dari 255 kasus tersebut, ditemukan 138 pasien
(54,11%) dengan preeklampsia berat, 88 pasien (34,50%) dengan
preeklampsia ringan, dan 29 pasien (11,37%) dengan hipertensi kronik. Dari
138 preeklampsia berat, ditemukan 28 kasus (11%) eklampsia, 28 kasus
(11%) sindroma HELLP. Selain itu dari seluruh kasus yang ditemukan, 75
kasus (29,4%) mengalami IUGR, 49 (19,2%) oligohidramnion, dan 19
(7,5%) solusio plasenta. Selain itu , dilaporkan juga cara persalinan, dari
255 kasus hipertensi dalam kehamilan, 105 pasien (41,2%) melahirkan
normal, sedangkan 150 pasien (58,8%) melahirkan secara caesar dengan
indikasi terbanyak adalah gawat janin, yaitu 69 kasus (46%). Ibu yang
11
Persen (%)
5,75
13,0
7,0
9,17
Penulis
Simanjuntak J.
Maizia
Girsang E.
Priyatini
12
13
2.1.5 Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Terdapat
banyak
teori
yang
ingin
menjelaskan
tentang
penyebab
14
ini selesai pada akhir trisemester I dan pada masa ini proses tersebut telah
sampai pada deciduomyometrial junction. Pada usia kehamilan 14-16
minggu terjadi invasi tahap kedua dari sel trofoblas dimana sel-sel trofoblas
tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga kedalam
miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu
penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta perubahan
material fibrinoid dinding arteri. Akhir dari invasi trofoblas ini akan
menimbulkan distensi lapisan otot arteri spiralis akibat degenerasi, dan juga
vasodilatasi arteri spiralis, pembuluh darah menjadi berdinding tipis, lemas
dan berbentuk seperti kantong sehingga akan terjadi dilatasi secara pasif
sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang
meningkat pada kehamilan. yang kemudian akan memberikan dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan remodelling arteri
spiralis. Pada preeklamsia terjadi kegagalan remodelling menyebabkan
arteri spiralis menjadi kaku dan keras sehingga arteri spiralis tidak
mengalami distensi dan vasodilatasi yang akibatnya aliran darah utero
plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Kegagalan
tersebut dapat terjadi karena 2 hal yaitu:
1. Tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas.
15
16
(A)
(B)
memungkinkan
terjadinya
sejumlah
aliran
darah
ke
uteroplasenta.
Sedangkan pada gambar (B) :
preeklampsia, perubahan arteri spiralis ini tidak terjadi dengan sempurna
sehingga dinding otot tetap kaku dan sempit dan akibatnya akan terjadi
penurunan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta yang mengakibatkan
hipoksia. (Cunningham, 2005).
17
seluruh struktur sel endotel. Pada keadaan ini didapatkan adanya ketidak
seimbangan
antara
faktor
vasodilatasi
dan
vasokontriksi.
Endotel
dimana
dalam
pembuatannya
di
katalisir
oleh
enzim
dengan
bantuan
siklooginase.
Trombosan
memiliki
efek
genetik
Telah
di
duga
dilaporkan
turut
adanya
berperan
dalam
peningkatan
patogenesis
angka
kejadian
19
yang
bersifat
asing.
Hal
ini
disebabkan
adanya
Human
20
2.1.6 Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2005). Wanita dengan hipertensi pada
kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi
endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit
saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju
filtrasi
glomerulus
dan
proteinuria.
Kerusakan
hepar
dari
nekrosis
21
Peningkatan
hemolisis
microangiopati
menyebabkan
anemia
dan
22
3. Mata
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina
yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan
berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan. Skotoma,
diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang
menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun
didalam retina (Wiknjosastro, 2006).
4.Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi.
Jika autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka
menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular.
Pada keadaan selanjutnya dapat ditemukan pendarahan. Selain itu ditemukan
juga edema-edema dan anemia pada korteks serebri (Wiknjosastro, 2006).
5. Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan eklampsia dan
merupakan penyebab utama kematian (Wiknjosastro, 2006). Edema paru
biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang mengalami kelainan
pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi
karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik
koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid sebagai pengganti
darah yang hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati.
23
6. Hati
Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar,
perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat
aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum
disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan
terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pada lesi ini
dapat mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan
membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).
7. Ginjal
Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama glomeruloendoteliosis,
yaitu pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan
penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma
biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada sebagian besar
wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju
filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma
sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus
preeklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat dari nilai
normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan
perubahan intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat (Cunningham, 2005).
Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi garam dan
air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi natrium di
24
25
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang dapat terjadi pada preeklampsia berat diantaranya adalah
(Wiknjosastro, 2006) :
26
27
Pasien tidak sadar, suara nafas berisik. Keadaan ini bisa berlangsung hanya
beberapa menit atau bahkan dapat menetap sampai beberapa jam
2. Sindroma HELLP
a. Definisi
Sindroma HELLP adalah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.
H: Hemolysis
EL: Elevated Liver Enzyme
L : Low Platelets Count
b. Diagnosis
Diagnosis sindroma HELLP ditegakkan jika ditemukan tanda-tanda dibawah
ini:
-
Didahului tanda dan gejala yang khas malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah
Adanya tanda dan gejala preeeklampsia
Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya LDH, AST, dan
bilirubin indirek
Tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST,
LDH
Trombositopenia
Trombosit 150.000/ml
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen,
tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus
dipertimbangkan sindroma HELLP,
c. Klasifikasi
28
50.000/ml
d. Patofisiologi
Penyebab sindrom HELLP secara pasti belum diketahui, sindrom
menyebabkan terjadinya kerusakan endotelial mikrovaskuler dan aktivasi
platelet intravaskuler. Aktivasi platelet akan menyebabkan pelepasan
tromboksan A dan serotonin, dan menyebabkan terjadinya vasospasme,
aglutinasi, agregasi platelet, serta kerusakan endotelial lebih lanjut.
Kaskade ini hanya bisa dihentikan dengan terminasi kehamilan.
Sel-sel darah merah yang mengalami hemolisis akan keluar dari
pembuluh darah yang telah rusak, membentuk timbunan fibrin. Adanya
timbunan fibrin di sinusoid akan mengakibatkan hambatan aliran darah
hepar, akibatnya enzim hepar akan meningkat. Proses ini terutama terjadi
di hati, dan dapat menyebabkan terjadinya iskemia yang mengarah kepada
nekrosis periportal dan akhirnya mempengaruhi organ lainnya (Maurin,
1999).
29
3. Edema Paru
Pada preeklampsia berat, dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik
(payah jantung ventrikel kiri akibat peningkatan afterload) atau non
kardiogenik (akibat kerusakan sel endotel pembuluh darah kapilar paru).
Prognosis preeklampsia berat menjadi buruk bila edema paru disertai
oliguria (Angsar, 2010).
4. Solusio Plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklampsia.
5. Hipofibrinofen
Hipofibrinogrem biasanya ditemui pada preeklampsia berat, sehingga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala
6. Hemolisis.
Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Hal ini belum di ketahui
secara pasti, nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi
penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
7. Perdarahan otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
30
8. Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.
9. Nekrosis hati.
Nekrosis periportal hati pada Preeklampsia eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum.
10. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerolus, yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
11. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi.
Persen (%)
5,1
20,31
1,21
12,57
4,32
Peneliti
Simanjuntak J.
Maizia
Girsang E.
Girsang E.
Priyatini
32
Kematian maternal pada preeklampsia ini disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
diantaranya koagulasi intravaskular disseminata (KID), gagal ginjal akut,
edema paru, pendarahan pasca persalinan, sindroma HELLP, dan lain lain.
Arinda (2011) mengumpulkan data tentang luaran maternal pada preeklampsia
berat di RSUP dr Kariadi Semarang. Di RSUP dr Kariadi Semarang pada tahun
2010 didapatkan 234 (11,86%) kasus preeklampsia berat dari 1973 persalinan.
Luaran maternal pada kasus preeklampsia berat tersebut meliputi persalinan
dilakukan dengan seksio sesarea 103 kasus (44%), plasenta previa 10 kasus
(4,3%), solusio plasenta 1 kasus (0,4%), perdarahan postpartum 5 kasus
(2,1%), eklamsia 7 kasus (3%), impending eclampsia 19 kasus (8,1%), sindrom
HELLP 4 kasus (1,7%), sindrom HELLP parsial 26 kasus (11,1%), edema paru
24 kasus (10,3%), gagal ginjal akut 4 kasus (1,7%), kematian maternal 5 kasus
(2,1%).
Sementara data dari RSU abdoel moeloek belum di dapatkan.
35