Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA KASUS TETRALOGI OF FALLOT

DI RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu : Dirgantari Pademme, S.Kep,.Ners,. M.Kep

DI SUSUN OLEH :

ADE RIKO MAULANA (201702001A)

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

SORONG

2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetralogi of fallot (kelainan jantung bawaan) adalah penyakit jantung kongentinal


yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi
karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD (Defek
Septum Ventrikel), stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis), hipertrofi ventrikel
kanan (penebalan otot ventrikel kanan), dan overiding aorta (katup aorta membesar)
Nursalam dkk (2006).
Di Amerika Serikat, 10% kasus penyakit jantung kongenital adalah Tetralogy Of
Fallot (TOF), sedikit lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Seiring dengan
meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung
juga meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan
gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang
memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama usianya jika
tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak diterapi akan meninggal
dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal
sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun, Anonim (2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada
penulisan laporan pendahuluan ini adalah “Tetralogy Of Fallot (TOF)”

C. Tujuan

Tujuan umum laporan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Tetralogy Of dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Tetralogi Of Fallot

Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang
terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan Overriding
aorta, Ibrahim E, dkk (2008). Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif dan semakin lama semakin berat.

Tetralogy of fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi secara kongenital
dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi pada jantungnya TOF ini adalah
merupakan penyebab tersering pada cyanotic heart tefect dan juga pada blue baby syndrome.

Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:

a. Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel akibat dari stenosis pulmonal.

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin
lama makin berat.

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti, diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain
adalah:

a. Faktor endogen yaitu berbagai jenis penyakit genetik (kelainan kromosom); anak yang
lahir sebelumnya menderita penyakt jantung bawaan; adanya penyakit tertentu dalam
keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung dan kelainan bawaan,
b. Faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella); pajanan
terhadap sinar-X.

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan
kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

C. Manifestasi Klinis

Menurut Wong, dkk (2009), tanda dan gejala TOF antara lain adalah sebagai berikut :

1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak
kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan
pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi
tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin
terdapat suatu gagal jantung kongesif.

3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak- anak yang mulai
belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih
satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung
penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang
terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya
kembali dalam beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”) Terutama
merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi
dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai sulit
bernapas. Serangan- serangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak
normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati.
Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari
jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.

6. Biasanya Denyut Pembuluh Darah Normal


Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke
depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas.
Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada,
pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
7. Bising Sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar
luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di
atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada
obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan
ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising
diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di
anterior maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah
koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.
D. Patofisiologi
Tetralogy fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas defekseptup
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan secara anatomis
sesungguhnya tetralogy fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai defiasi
ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat aorta). Defiasi ini menyebabkan akar aorta
bergesek kedepan (dekstro posisi aorta), sehingga terjadi over riding aorta terhadap septum
interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hypoplasia arteri
pulmonal. Pada tetralogy fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50%. Apabila
overriding aorta melebihi 50%, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda
ventrikel kanan.
Defiasi septup infundibuler kearah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang
paling esensial pada tetralogy fallot. Itu sebabnya suatu defek septum ventrikel dan over riding
aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler, misalnya, tidak dapat disebut sebagai tetralogy
fallot apabila tidak terdapat defiasi septum infundibuler ke anteriol. Terkadang tetralogy fallot
disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai
tetralogy fallot.
Adanya obstruksi infundibuler menyebabkan tekanan dalam ventrikel kanan meningkat,
tetapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogy fallot tekanan dalam ventrikel kanan,
ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Oleh sebab itu, pada tetralogy fallot jarang terjadi
gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek
septum ventrikel, gagal jantung kongestif dapat saja melebihi tekanan sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogy fallot yang utama. Berat ringannya sianosis
tergantung dari tingkat keparahan stenosis infundibuler yang terjadi pada tetralogy fallot dan
arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya
suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau dapat pula sianosis timbul
beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang
perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan usia
hipertropi infundibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu.
Stenosis infundibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrikel
kanan, sehingga semakin lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu dengan
meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta
pulmonal sering tumbuh luasa pada tetralogy fallot, melalui cabang mediastinal, bronkial,
esofagus, subklavika dan anomaly arteri lainnya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA (Major
Aorta Pulb monary Collateral Arteries).

Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2015), patofisologi dari penderita TOF pada anak
adalah sebagai berikut, yaitu :

Terpapar faktor endogen dan eksogen Kelainan

jantung kongenital sianotik : tetralogi fallot

Pulmonal stenosis VSD overiding aorta

0bsutrksi berat Tek. Ventrikel kanan > V. Kiri aliran darah dari
ventrkel kanan dan
ventrikel kiri masuk ke
aorta
aliran darah ke paru ↓ aliran darah dari kanan
ke kiri

volume darah yang darah (kaya CO2) dengan


teroksigenasi tidak darah (O2) tercampur optimal

(sedikit)
menurunnya O2 aliran darah yang rendah
dalam darah O2 ke aorta ↑↑

Hipoksemia

Gambar 2.1 Pathway Tetralogy Of Fallot Redington AN, dkk (2009)

Sirkulasi darah penderita TOF berbeda dibanding anak normal. Kelainan yang memegang
peranan penting adalah stenesis pulmonal dan VSD. Tekanan antara ventrikel kiri dan kanan
pada pasien TOF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan darah bebas mengalir
bolak balik melalui celah ini. Tingkat keparahan hambatan pada jalan keluar darah di ventrikel
kanan akan menentukan arah aliran darah pasien TOF. Aliran darah ke paru akan menurun
akibat adanya hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan; hambatan yang tinggi di
sini akan menyebabkan makin banyak darah bergerak dari ventrikel kanan ke kiri. Hal ini berarti
makin banyak darah miskin oksigen yang akan ikut masuk ke dalam aorta sehingga akan
menurunkan saturasi oksigen darah yang beredar ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan sianosis.
Jika terjadi hambatan parah, tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan cabang-cabang
arteri pulmonalis untuk mendapatkan suplai darah yang mengandung oksigen. Onset gejala,
tingkat keparahan sianosis yang terjadi sangat tergantung pada tingkat keparahan hambatan yang
terjadi pada jalan keluar aliran darah di ventrikel kanan, Redington AN, dkk (2009).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita tetralogy fallot adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematocrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang
rendah. Pada umumnya hemoglobin di pertahankan 16-18 gr/dl dan hematocrit antara 50-
65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan klien yang memiliki
nilai Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
a. Analisa Gas Darah
PCV meningkat lebih besar 65% dapat menimbulkan kelainan koagulasi ; waktu
perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang
abnormal.
b. Desaturasi darah arterial
c. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
2. Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak
ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu. Selain itu, didapatkan hasil arkus aorta di sebelah kanan, aorta
asendens melebar, konus pulmonalis, apeks terangkat dan vaskularitas paru berkurang.
3. Elektrokardiogram
Pada pemeriksaan EKG di dapatkan hasil sumbu QRS hampir selalu berdevisiasi
kekanan. Tampak pula hipertropi ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru.
5. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan ventrikel kanan,
dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

F. Penatalaksanaan
Menurut Haws dan Paulette S (2007), pada serangan sianotik akut, lakukan
langkah-langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekuk lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mlg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipnea.
3. Natrium bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian pada kondisi ini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran dara ke paru
menurun.
Dengan usaha di atas di harapkan anak tidak lagi mengalami takipnea, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal tersebut tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian:
1. Propranolol 0,01-0,25 mlg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal /bolus diberikan setengahnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
2. Ketamine 1-3 mlg/kg (rata-rata 2,2 mlg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.
3. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penaganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru-paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
G. Komplikasi
1. Thrombosis Serebri
Biasanya terjadi dalam sinus duralis dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering
ditemukan pada polisitemia hebat. Dapat juga dibangkitkan oleh dehidrasi. Thrombosis
lebih sering ditemukan pada usia 2 tahun. Penderita ini lpaling sering mengalami anemia
defisiensi besi dengan kadar Hb dan Ht dalam batas normal.
2. Abses Otak
Komplikasi abses otak biasanya dialami oleh pasien yang telah mencapai usia di atas 2
tahun. Awitan penyakit sering kali tersembunyi di sertai demam derajat rendah. Mungkin
ditemukan nyeri tekan setempat pada cranium. Laju endap darah dan hitung jenis leukosit
dapat meningkat. Penderita juga dapat mengalami serangan seperti epilepsy. Tanda
neurologis yang terlokalsasi tergantung dari tempat dan ukuran abses tersebut.
3. Endocarditis Bakterialis
Komplikasi ini terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih
sering ditemukan pada anak yang menjalani prosedur pembuatan pintasan selama masa
bayi.
4. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada bayi yang mengalami atresia paru dan
memiliki aliran darah kolateral yang besar. Kondisi ini hamper tanpa pengecualian, akan
menaglami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan penderita menjadi sianosis
akibat sirkulasi paru yang menurun.
5. Hipoksia
Hipoksia terjadi akibat stenosis pulmonal yang menyebabkan aliran darah dalam paru
menurun.

H. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pasien TOF pada anak menurut Wong, dkk (2009), adalah
sebagai berikut antara lan :
1. Pengkajian
1) Identitas (data biografi)
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling sering muncul
adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan secara genetic dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga karena kelainan kromosom
2) Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas fisik seperti
pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk
waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda sianosis, dyspnea,
sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung berdebar.
4) Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita infeksi rubella.
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota keluarga yang
lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic atau karena kelainan kromosom
6) Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena keletihan. Anak
akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
7) Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.
8) Pengkajian fisik (ROS: Review Of Systeem)
a. B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika melakukan aktivitas.
Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertamabahnya derajat obstruksi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada membrane
mukosa, gigi sianotik.
c. B3 (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian. Sakit
kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku. Tampak terus terjaga, gelisah,
menangis/mengadu/mengeluh.
d. B4 (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. B5 (Pencernaan)
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. B6 (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya. Ataksia, lemas,
masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Penuruanan curah jantung b/d malformasi jantung
2) Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatkan kebutuhan kalori.
4) Kecemasan orang tua b/d kurang pengetahuan orang tua dan pospitalis
5) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


(1) (2) (3) (4)
1. Penurunan curah jantung Seletah dilakukan Perawatan jantung
Definisi : asuhan a. Evaluasi adanya
Ketidak adekuatan darah keperawatan nyeri dada
yang di pompa oleh selama 1 x 24 jam (intensitas, lokasi,
jantung untuk memenuhi klien radiasi, durasi, dan
metabolic tubuh. menunjukkan factor pencetus
curah jantung nyeri).
Batasan Karakteristik : adekuat, dengan b. Lakukan penilaian
Perubahan kriteria: komprehensif
frekunesi/irama jantung : a. Tekanan darah terhadap sirkulasi
1. Bradikardi dalam rentang perifer (misalnya
2. Takikardi normal cek nadi perifer,
3. Palpitasi jantung b. Toleransi edema, pengisian
4. Perubahan EKG terhadap kapiler dan suhu
Perubahan preload : aktivitas ekstrimitas).
1. Keletihan c. Nadi perifer c. Catat tanda dan
2. Mumur jantung kuat gejala penurunan
3. Edema d. Ukuran jantung curah jantung.
4. Penurunan dan normal d. Observasi tanda-
peningkatan CVP, e. Tidak ada tinda vital
PAWP. (central distensi vena e. Observasi status
venous pressure, jugularis kardiovaskular
pulmonary artery f. Tidak ada f. Observasi disritmia
wedge pressure) disritmia jantung termasuk
Perubhan afterload : g. Tidak ada bunyi gangguan irama
1. Dyspnea jantung dan konduksi
2. Perubahan warna abnormal g. Observasi status
kulit (mis : pucat, h. Tidak ada respirasi terhadap
sianosis, abu-abu) angina gejala gagal
3. Perubahan tekanan i. Tidak ada jantung
darah edema perifer h. Observasi
j. Tidak ada keseimbangan
udema pulmo cairan (asupan-
k. Tidak ada haluaran dan berat
diaphoresis badan harian)
l. Tidak ada mual i. Kenali adanya
m.Tidak ada perubahan tekanan
kelelahan darah
j. Kenali pengaruh
psikologis yang
mendasari kondisi
klien.
k. Evaluasi respons
klien terhadap
disritmia
l. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiarimia sesuai
kebutuhan.
m. Monitor respons
klien terhadap
pemberian terapi
antiaritmia.
n. Instruksikan klien
dan keluarga
tentang pembatasan
aktivitas.
o. Tentukan periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan.
p. Observasi toleransi
klien terhadap
aktivitas
q. Abservasi adanya
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan
ortopnea
r. Ciptakan hubungan
yang saling
mendukung antara
klien dan keluarga
s. Anjurkan klien
untuk melaporkan
adanya
ketidaknyamanan
dada.
t. Tawarkan
dukungan spiritual
untuk klien dan
keluarganya.
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
gas asuhan a. posisikan klien
Definisi : kelebihan atau keperawatan untuk
deficit oksigenasi selama 1 x 24 jam memaksimalkan
dan/atau eliminasi klien ventilasi.
karbon dioksida pada menunjukkan b. Auskultasi bunyi
membrane alveolar- pertukaran gas napas, area
kapiler. adekuat, dengan penurunan ventilasi
Batasan karakteristik : kriteria: atau tidak adanya
1. Dyspnea a. Status mental ventilasi dan
2. Gelisah dalam rentang adanya bunyi napas
3. Sianosis normal tambahan.
4. Hipoksia b. Klien bernapas c. Keluarkan secret
5. Pola pernapasan dengan mudah dengan batuk
abnormal c. Tidak ada efektif atau
6. Warna kulit dyspnea lakukan suction
abnormal d. Tidak ada sesuai kebutuhan
7. Takikardia kegelisahan d. Anjurkan klien
8. Napas cuping hidung e. Tidak ada untuk bernapas
9. Penurunan sianosis pelan, napas dalam
karbondioksida f. Tidak ada dan batuk
10. pH arteri abnormal somnolen e. Ajarkan klien cara
g. PaO2 dalam menggunakan
batas normal inhaler
h. PCO2 dalam f. Atur posisi klien
batas normal untuk mengurangi
i. pH arteri dalam dyspnea.
batas normal g. Monitor status
j. saturasi O2 respirasi dan
dalam batas oksigenasi sesuai
normal kebutuhan.
k. ventilasi perfusi h. Atur asupan caitan
seimbang untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
cairan.
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut,
hidung, dan trakea
dari sekresi sesuai
kebutuhan.
b. Pertahankan
kepatenan jalan
napas.
c. Siapkan
perlengkapan
oksigen dan atur
system
humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran
oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan.
h. Observasi
efektivitas terapi
oksigen
i. Monitor
kemampuan pasien
dalam menoleransi
perpindahan
oksigen ketika
makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan
dengan kebutuhan
terapi oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi
kecepatan, irama,
kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
napas tambahan
dan adanya retraksi
otot interkosta.
c. Observasi pola
napas, seperti
bradipnea,
takipnea,
hiperpentilasi,
pernapasan
abnormal.
d. Lakukan perkusi
toraks anterio dan
posterior di bagian
apeks dan dasar
kedua paru.
e. Auskultasi bunyi
paru setelah
pemberian
pengobatan.
f. Observasi
peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi
kemampuan klien
untuk batuk efektif
h. Catat karakteristik
dan lamanya batuk.
i. Observasi adanya
bunyi krepitasi
sesuai kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto
toraks
3. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan a. Tanyakan pada
kebutuhan tubuh keperawatan klien tentang alergi
Definisi : selama …… x24 terhadap makanan
Asupan nutrisi tidak jam klien dapat b. Tanyakan makanan
cukup untuk memenuhi meningkatkan kesukaan klien
kebutuhan metabolic status nutrisi c. Kolaborasi dengan
Batasan Karakteristik : dengan kriteria: ahli gizi tentang
1. BB badan 20% atau a. Asupan nutrisi jumlah kalori dan
lebih di bawah adekuat. tipe nutrisi yang
rentang BB ideal b. Asupan dibutuhkan.
2. Bising usus makanan dan d. Anjurkan asupan
hiperaktif cairan adekuat kalori yang tepat
3. Membrane mukosa c. Energy yang sesuai dengan
pucat meningkat gaya hidup
4. Tonus otot menurun d. Berat badan e. Anjurkan
5. Sariawan rongga meningkat peningkatan zat
mulut besi yang sesuai
6. Ketidakmampuan f. Anjurkan
memakan makanan peningkatan
7. Diare asupan protein dan
8. Kelemahan otot vitamin c.
pengunyah g. Anjurkan untuk
9. Kelemahan otot banyak makan
menelan buah dan minum
h. Berikan klien diet
tinggi protein
tinggi kalori.
4. Ansietas Setelah dilakukan Menurunkan
Definisi : asuhan kecemasan
Perasaan tidak nyaman keperawatan a. Gunakan
atau kekhwatiran yang selama ….. x24 ketenangan dalam
samar disertai respons jam orang tua pendekatan untuk
otonom (Sumber sering klien mampu menenangkan
kali tidak spesifik atau mengontrol cemas orang tua klien
tidak diketahui oleh dengan kriteria: b. Jelaskan seluruh
individu) perasaan takut a. Orang tua klien prosedur tindalan
yang disebabkan oleh dapat kepada orang tua
antisipasi terhadap merencanakan klien dan perasaan.
bahaya. Hal ini strategi koping c. Gunakan
merupakan isyarat untuk situasi ketenangan untuk
kewaspadaan yang yang membuat menenangkan
memperingatkan stress. orang tua klien.
individu akan adanya b. Orang tua klien d. Jelaskan seluruh
bahaya dan dapat prosedur tindakan
memempukan individu mempertahan kepada orang tua
untuk bertindak penampilan klien dan perasaan
menghadapi ancaman. peran. yang mungkin
Batasan karakteristik : c. Orang tua klien muncul pada saat
Perilaku : melaporkan melakukan
1. Agitasi tidak ada tindakan.
2. Gelisah gangguan e. Berusaha
3. Gerakan ekstra resepsi sensori. memahami
4. Insomnia d. Orang tua klien keadaan orang tua
5. Mengekspresikan melaporkan klien dna situasi
kekhwatiran karena tidak ada stress yang di alami
perubahan dalam manifestasi orang tua klien.
peristiwa hidup kecemasan f. Berikan informasi
6. Tampak waspada secara fisik. tentang diagnose,
7. Kontak mata yang e. Orang tua klien prognosis dan
buruk melaporkan tindakan.
8. Penurunan tidak ada g. Temani klien untuk
produktivitas manifestasi memberikan
perilaku akibat kenyamanan dan
kecemasan. mengurangi
f. Oaring tua ketakutan.
klien dapat h. Anjurkan keluarga
meneruskan untuk menemani
aktifitas yang klien sesuai
dibutuhkan kebutuhan
meskipun ada i. Motivasi orang tua
kecemasan. klien untuk
g. Orang tua klien mengungkapkan
menunjukkan perasaan,
kemampuan pengharapan, dan
untuk berfokus ketakutan yang di
pada alami
pngetahuan dan j. Identifikasi tingkat
keterampilan kecemasan orang
yang baru. tua klien
h. Orang tua klien k. Berikan aktivitas
dapat hiburan untuk
mengidentifika mengurangi
si gejala yang ketegangan.
merupakan l. Bantu orang tua
indicator klien untuk
kecemasan. mengidentifikasi
situasi yang
menyebabkan
kecemasan.
m. Control stimulus
sesuai kebutuhan
klien.
n. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
o. Ciptakan hubungan
saling percaya.
p. Bantu orang tua
klien untuk
mengungkapkan
yang membuat
cemas.
q. Tentukan
kemampuan oran
tua klien dalam
membuat
keputusan
r. Ajarkan orang tua
dengan teknik
relaksasi
s. Observasi gejala
verbal dan
nonverbal dari
kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan Peningkatan
dan perkembangan asuhan perkembangan anak
Definisi : keperawatan a. Bina hubungan
Kondisi individu diharapkan saling percaya
menggalamai gangguan pertumbuhan dan dengan anak.
kemampuan bertumbuh perkembangan b. Identifikasi
dan berkembang sesuai anak adekuat, kebutuhan khusus
dengan kelompok usia dengan kriteria : anak dan
Penyebab : a. Anak mencapai penerimaan yang
1. Efek ketidak pertumbuhan dibutuhkan.
mampuan fisik normal yang c. Bina hubungan
2. Keterbatasaan diharapkan saling percaya
lingkungan sesuai usianya dengan memberi
3. Inkonsistensi dengan berat perawatan.
respon badan, tinggi d. Ajarkan pemberi
4. Pengabaian badan, lingkar perawatan tenang
5. Terpisah dari lengan, dan tahap penting
orang tua lingkar lengan perkembangan
dan/atau orang atas dalam normal dan
terdekat rentang normal. perilaku yang
6. Defisiensi b. Anak mencapai berhubungan.
stimulus tahap e. Demonstrasikan
(SDKI) pertumbuhan aktifitas yang
fisik, kognitif meningkatkan
dan kemajaun perkembangan
psikososial kepada pemberi
sesuai usia perawatan.
tanpa f. Fasilitasi pemberi
keterlambatan perawatan untuk
perkembangan. berhubungan
c. Anak mencapai dengan sumber
kematangan komunitas sesuai
fisik yang kebutuhan.
berkembang g. Fasilitasi integrasi
secara normal antara anak dan
teman sebayanya.
h. Beri aktivitas yang
meningkatkan
interaksi di antara
anak-anak.
i. Dukung anak untuk
mengekspresikan
diri melalui pujian
atau umpan balik
positif atas usaha-
usahanya.
j. Beri mainan atau
benda-benda yang
sesuai dengan
usianya.
k. Bernyanyi dan
berbicara dengan
anak
l. Motivasi anak
untuk bernyanyi
dan menari.
m. Rujuk pengasuh ke
kelompok
pendukung sesuai
kebutuhan.
Terapi nutrisi
a. Kaji status nutrisi
lengkap sesuai
kebutuhan.
b. Observasi asupan
makanan atau
cairan dan jumlah
kalori harian.
c. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
jumlah kalori dan
jenis makanan yang
dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
d. Kaji status nutrisi
lengka sesuai
kebutuhan.
e. Observasi asupan
makanan atau
cairan dan jumlah
kalori harian.
f. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
jumlah kalori
dengan jenis
makanan yang
dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
g. Pilihkan suplemen
nutrisi sesuai
kebutuhan.
h. Anjurkan oaring
tua utnuk
memberikan
makanan tinggi
kalsium dan kalium
sesuai kebutuhan.
i. Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
protein.
j. Berikan perawatan
mulut sebelum
makan sesuai
kebutuhan.
k. Bantu anak untuk
posisi duduk
sebelum makan.
Monitor status nutrisi
a. Observasi berat
badan anak.
b. Amati interaksi
orang tua dan anak
selama makan
sesuai kebutuhan.
c. Observasi turgor
kulit sesuai
kebutuhan.
d. Observasi
kekeringan rambut.
e. Observasi kadar
albumin, protein
total, Hb, Ht,
limfosit dan
elektrolit.
f. Observasi
pertumbuhan dan
perkembangan.
g. Observasi tingkat
energy, kelelahan
dan kelemahan.
h. Observasi adanya
pucat, kemerahan,
konjugtiva atau
konjungtiva kering.
i. Observasi asupan
kalori dan nutrisi.
j. Observasi
kelembaban
mukosa mulut.
k. Catat adanya
edema, kemerahan,
dan hipertrofi pada
lidah dan
membrane mukosa
oral.
l. Catat adanya
perubahan penting
dalam status
nutrisi.
m. Kenalkan pada ahli
gizi sesuai
kebutuhan
n. Berikan kondisi
lingkungan yang
mendukung saat
makan.

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2011).

5. Evaluasi
Diagnose keperawatan: Penurunan curah jantung
1. Klien menunjukkan penurunan episode dyspnea, angina dan distritmia
2. Klien menunjukkan perilaku untuk menurunkan beberapa kerja jantung
3. Klien menunjukkan nadi perifer kuat tidak ada kelelahan.

Diagnose keperawatan: Gangguan pertukaran gas


1. Klien menunjukkan frekuensi napas normal, bunyi napas bersih, tidak ada bunyi
CRACKLE atau mengi, tidak ada sesak.

Diagnose keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


1. Orang tua klien melaporkan asupan makanan dan cairan adekuat
2. Orang tua klien melaporan peningkatan berat badan.

Diagnose keperawatan: kecemasan orang tua


1. Orang tua klien menunjukkan kemampuan koping untuk mengatasi stress
2. Orang tua klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik dan perilaku
3. Orang tua klien mampu meneruskan aktivitas meskipun ada kecemasan
4. Orang tua klien mampu berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru
5. Orang tua klien menunjukkan kemampuan mengidentifikasi gejala kecemasan
6. Orang tua klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

Diagnose keperawatan: gangguan pertumbuhan dan perkembangan


1. Klien menunjukkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dalam rentang normal
2. Klien menunjukkan kemajuan perubahan fisik, perkembangan kognitif dan psikososial
3. Klien menunjukkan perkembangan yang optimal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus TOF
Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas. Pada
saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki. Ibu pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Frekuensi nafas 60x/menit,
frekuensi nadi 140x/menit, tekanan darah 90mmHg, dan suhu 38,70 celcius. Pada auskultasi
jantung terdengar suara jantung 1 (S1) normal, suara jantung 2 (S2) tunggal dan keras. Pasien
tampak mudah lelah saat beraktivitas.
a. Diagnosa keperawatan yang muncul (beserta DS dan DO)
b. Intervensi dari masing-masing diagnosa
c. Diagnosa utama pada kasus di atas
d. Intervensi utama pada kasus di atas

Jawaban:

ANALISIS DATA
DS:
1) Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas
2) Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
DO:
1) Pada saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki
2) Frekuensi nafas 60x/menit,
3) frekuensi nadi 140x/menit,
4) tekanan darah 90mmHg, dan
5) suhu 38,70 celcius.
6) Pada auskultasi jantung terdengar suara jantung 1 (S1) normal,
7) suara jantung 2 (S2) tunggal dan keras.
8) Pasien tampak mudah lelah saat beraktivitas.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL (BESERTA DS DAN DO) .


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal
DS:
- Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas,
DO:
- Pada saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki
- Frekuensi nafas 60x/menit,
- frekuensi nadi 140x/menit,
- tekanan darah 90mmHg, dan
- suhu 38,70 celcius
- Pada auskultasi jantung terdengar suara jantung 1 (S1) normal, suara jantung 2 (S2)
tunggal dan keras.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
DS:
- Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas,
DO:
- Pasien tampak mudah lelah saat beraktivitas dan mengalami sesak nafas,
- pada saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki,
- frekuensi nafas 60x/menit,
- frekuensi nadi 140x/menit,
- tekanan darah 90mmHg, dan
- suhu 38,70 celcius.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktalitas


DS:
- Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas
DO:
- Pada auskultasi jantung terdengar suara jantung 1 (S1) normal, suara jantung 2 (S2)
tunggal dan keras.
- frekuensi nafas 60x/menit,
- frekuensi nadi 140x/menit,
- tekanan darah 90mmHg, dan
- suhu 38,70 celcius.
B. INTERVENSI DARI MASING-MASING DIAGNOSA
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal ditandai
dengan Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas,
pada saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki
Setelah diberi asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas
dalam tubuh klien dapat diatasi. Dengan kriteria hasil :

a. Klien dapat bernafas dengan normal


b. Tanda-tanda vital normal : RR:30-40 x/menit
c. Saturasi O2 kembali normal
d. Warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

Intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
3) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan
reaksi otot supraclaviculas dan interkosta
4) Observasi adanya perubahan tekanan darah
5) Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengih
6) Atur posisi klien senyaman mungkin (posisi semifowler di sarankan untuk masalah sesak
nafas)
7) Observasi adanya dyspnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea
8) Monitor saturasi oxygen pada pasien yang tersedia (seperti SAO2, SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang ada

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen ditandai dengan pasien tampak mudah lelah saat beraktivitas dan mengalami sesak
nafas,
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan  
Kriteria Hasil :
b. Klien dapat melakukan aktivitas
c. Klien tidak tampak lemah   
d. Nafas klien kembali normal sehingga dapat melakukan aktivitas
Intervensi:

1) Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik


2) Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi dan terapi rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan
3) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
4) Kaji adanya fakktor yang menyebabkan kelelahan
5) Posisikan pasien dalam keadaan nyaman
6) Beritahu keluarga untuk membantu pergerakan klien ketika beraktivitas
7) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktalitas ditandai dengan


Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak nafas pada
auskultasi jantung terdengar suara jantung 1 (S1) normal, suara jantung 2 (S2) tunggal dan
keras.
Seletah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam klien menunjukkan curah
jantung adekuat, dengan
Kriteria hasil:
a. Tekanan darah dalam rentang normal
b. Toleransi terhadap aktivitas
c. Nadi perifer kuat
d. Ukuran jantung normal
e. Tidak ada disritmia
f. Tidak ada bunyi jantung abnormal

Intevensi
1) Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya cek nadi perifer,
edema, pengisian kapiler dan suhu ekstrimitas).
2) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
3) Observasi tanda-tinda vital
4) Observasi status kardiovaskular
5) Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi
6) Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung
7) Kenali adanya perubahan tekanan darah
8) Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai kebutuhan.
9) Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas.
10) Observasi adanya dyspnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea

C. DIAGNOSA UTAMA PADA KASUS DI ATAS


Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal
ditandai dengan Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS dengan keluhan sesak
nafas, pada saat pengkajian didapatkan kebiruan pada bibir, ujung jari tangan dan kaki

D. INTERVENSI UTAMA PADA KASUS DI ATAS


Setelah diberi asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas
dalam tubuh klien dapat diatasi. Dengan kriteria hasil :

a. Klien dapat bernafas dengan normal


b. Tanda-tanda vital normal : RR:30-40 x/menit
c. Saturasi O2 kembali normal
d. Warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

Intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
3) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan
reaksi otot supraclaviculas dan interkosta
4) Observasi adanya perubahan tekanan darah
5) Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengih
6) Atur posisi klien senyaman mungkin (posisi semifowler di sarankan untuk masalah sesak
nafas)
7) Observasi adanya dyspnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea
8) Monitor saturasi oxygen pada pasien yang tersedia (seperti SAO2, SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang ada

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kombinasi kelainan kongenital yang di kenal sebagai tetralogy fallot antara lain defekseptum
ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katub pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Penyebab tetralogy fallot terdiri dari dua factor yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan
tetralogy fallot umumnya akan mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang
tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis.pemeriksaan yang dilakukan antara lain
pemeriksaan darah, foto toraks, elektrokardiografi dan ekokardiografi.

B. Saran-saran

1. Bagi Rumah Sakit


Rumah sakit untuk memudahkan memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan
tepat hendaknya pihak rumah sakit lebih memperhatikan sumber daya perawat dan
menyediakan fasilitas yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Bagi Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami tetralogy
of fallot hendaknya perawat meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara lebih profesional terutama dalam menangani pasien dengan tetralogy
of fallot.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Keluarga hendaknya dapat mengetahui sejauh mana prognosa penyakit yang dialami
pasien bila tidak dirawat, dan keluarga harus mau menjaga batasan-batasan sesuai
dengan kondisi penyakit pasien.
4. Bagi Institusi
Intitusi diharapkan agar bisa memberikan, menambahkan dan memperbarui refrensi yang
ada diperpustakaan sehingga didalam penyusunan karya tulis ilmiah dan mahasiswa tidak
mengalami kesusahan dalam mencari linteratur.

5. Bagi Mahasiswa kesehatan


Mahasiwa diharapkan agar lebih aktif menvariasi informasi dan ilmu pengetahuan agar
dapat diharapkan dalam praktik dan mempermudah dalam penyusunan tahap akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Putri,Della Amanda,2016,Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami Tetralogy Of
Fallot Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Karya
Tulis Ilmiah, Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda 2016.

Aspiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC
dan NOC, Jakarta : EGC, 2014.
Karso. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai