Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEP ANAK AUTIS

DAN

ASKEP ANAK HIPERAKTIVITAS

Di Susun Oleh:

DENI SAPUTRA PRATAMA

DIKY PRASETYA

Lokal 2C

PONDOK PESANTREN KALIMOSODO

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2014/2015


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTIS

1 PENGERTIAN

Autism disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi,
mengalami kesulitan menggunakan bahasa , berperilaku berulang-ulang,serta bereaksi tidak
biasa terhadap rangsangan sekitarnya. (dr.leo keanner,1938)
Autism bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana
terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap
sekitar, sehingga autism seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autism tidak termasuk golongan penyakit jadi tetatepi suatu kumpulan gejala kelainan
perilaku dan kemajuian perkembangan. Dengan kata lain,pada anak autism terjadi kelainan
emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
Autism terjadi sejak usia muda,biasanya sekitar 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja.

2 PENYEBAB

Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan mungkin adanya


kelainan dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya ringan penyakit.
(faisal,2003)
Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
a. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat
didalam otak anak autis. Selain itu,ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam
otak sehingga emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter
menentukan obat yang lebih tepat. Obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis
psikotropika,yang bekerja pada susunan saraf pusat.
b. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis. Tahun 1997,seorang
pasien autis,Parker Beck,mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk. Ternyata,ia
kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan sekretin,Beck sembuh dan mengalami
kemajuan luar biasa. Kasus ini memicu penelitian-penelitian yang mengaruh pada gangguan
metabolisme pencernaan.
c. Peradangan dinding usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah anak autis yang
memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian besar anak. Dr.
Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal inggris,menduga peradangan tersebut disebabkan
virus,mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak
imunisasi MMR (measles,mumps,rubella) karena diduga menjadi biang keladi autis pada
anak.
d. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika
terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak muncul,meski anak membawa gen
autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.
e. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan
logam berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga,kemampuan sekresi logam berat
dari tubuh terganggu secara genetik.

3 TANDA DAN GEJALA

Kelompok kelainan perilaku yang hampir selalu ditemukan pada autisme,antara lain :
a. Mengalami kesulitan untuk menjalin pergaulan yang rapat
b. Sangat kurang menggunakan bahasa
c. Sangat lemah kemampuan berkomunikasi
d. Kelainan lain :
- Sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Anaka akan bereaksi secara emosional kadang
bereaksi kasar meskipun hanya perubahan kecil dari kehidupan rutin
- Setiap perubahan bagi anak autisme selalu dirasakan buruk dan perubahan yang kearah baik
pun tidak pernah dirasakan surprise.
- Memperlihatkan gerakan-gerakan tubuh yang aneh
- Sebagian kecil anak autisme menunjukkan masalah perilaku yang sangat menyimpang
autisme ditandai oleh ciri- ciri utama,antara lain :
a. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
b. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya
c. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan pada anak = autistic-
children)
d. Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.
Gejala iniber variasi beratnya pada setiap kasus tergantung pada umur,intelegensia,pengaruh
pengobatan,dan beberapa kebiasaan pribadinya. Pada pemeriksaan status mental,ditemukan
kurangnya orientasi lingkungan,rendahnya tingkatan meskipun terhadap kejadian yang baru,
demikian juga kepedulian terhadap lingkungan sekitar sangat kurang. Anak autisme kalau
berbicara cepat tetapi tanpa arti,kadang diselingi suara yang tidak jelas maksudnya seperti
suara gemeretak gigi.

4 KLASIFIKASI

Autisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :


a. Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena kelainan
sudah timbul sebelum lahir.
b. Autisme reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-ulang dan
kadang-kadang disertai kejang-kejang
c. Autisme yang timbul kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman
baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
a. Menyendiri
- Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
- bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun
usianya bertambah lanjut.
- menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat sesuatu,melakukannya
berulang-ulang
- Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
b. Kelompok anak autisme yang pasif
- Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan kelompok.
- Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat biasa
berbicarannya.
- Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang tepat
- Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
- Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
c. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
- Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan cepat bisa
berbicaramasih bisa ikut berbagi rasa dengan teman
- Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip kata yang aneh dan kurang
dimengerti
- Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.

5 PENATALAKSANAAN

Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme,antara lain (faisal,2003)
a. Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang
wajar
b. Pengasuh dan orangtua harus diajari cara menghadapi anak autisme untuk mengurangi
perlakuan yang tidak wajar.
c. Pengobatan yang dilakuakan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan
sejalan dengan pertambahan usia anak
d. Diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan dan tanggung jawab terhadap orang
sekitarnya
e. Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan,tapi dapat ditanggulangi dengan terapi
dini,terpadu, dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi,bahkan dihilangkan sehingga
anak bisa bergaul secara normal,tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat ,berkarya, bahkan
membina keluarga. Berikut ini beberapa jenis terapi bagi anak autis :
a) Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki
komunikasi,memperbaiki respon terhadap lingkungan,dan menghilangkan perilaku aneh serta
diulang-ulang. Dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai
adalah yang bekerja di otak.
b) Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.
Terapi ini dilakuak berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh,seperti gangguan
pencernaan,alergi,daya tahan tubuh rentan,dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan
fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
c) Terapi wicara
Umumnya,terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami
keterlambatan bicara dan kesulitan bahasa.
d) Terapi perilaku
Terapi inibertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya
dengam perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang
baik,antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan
menguatkan,memperbaiki koordinasi dan ketrampilan otot halus anak.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


AUTISME

1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
b. Riwayat keluarga yang terkena autisme.
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
1. Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
2. Cedera otak.
d. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan Kongnitif.
e. Pemeriksaan fisik
Tidak ada kontak mata pada anak.
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
Terdapat Ekolalia.
Tidak ada ekspresi non verbal.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
Peka terhadap bau

2 Diagnosa keperawatan
1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif dapat mengkomunikasikan kebutuhannya
(keinginan akan makan, tidur, kenyamanan, dsb).
Intervensi :
a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yg terdiri atas 1 hingga
3 kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. Minta anak untuk melihat kepada anda
ketika anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya dengan cermat.
b. Gunakan irama, musik dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi
sampai anak dapat memahami bahasa.
c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan
perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dalam pernyataan
yang singkat dan jelas.
e. Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi.
2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang,
serta peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
Intervensi :
a. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan
di rumah sakit
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering. Dekati anak dengan sikap
lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan lakukan dengan kalimat yang jelas dan
sederhana. Apabila dibutuhkan, demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
c. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan
keamanan anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya.
d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif dan
menghukum perilaku yang negatif.
e. Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu.
3. Risiko Perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai
oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan.
Intervensi :
a. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dan ke sekolah khusus jika
diperlukan
c. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling (bila ada).

DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja, Bony. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer
Obor

http://luci-fransisca.blogspot.com/2011/06/askep-pada-anak-autis.

htmlhttp://www.scribd.com/doc/39800209/Askep-Autisme-pada-anak
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
HIPERAKTIVITAS

I.1. PENGERTIAN

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif.

Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang ditandai dengan
kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.

Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian yang


menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini
dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral
minimal.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi
dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem
Anak Sehari-hari mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-
beda.

I.2. ETIOLOGI

Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah
prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi
forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu
yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna
untuk memelihara proses konsentrasi.

Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak,
khususnya sisi sebelah kanan

2. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum
darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X
pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

3. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

4. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya.

I.3. KLASIFIKASI

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-


atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau impulsif.Mereka
tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak
dalam tipe ini memiliki cirri-ciri: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak
mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering
melamun dan dapat digambarkan sedang berada diawang-awang, tidak bisa diajak bicara
atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan
perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki
ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.

Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa
pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering
pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran

3. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-
anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang
mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas,
perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan
impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak
kunjung datang.

I.4. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman
kanak-kanak atau sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan
bahwa anak tersebut tidak dapat dikendalikan, tidak dapat duduk diam,
memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan anak-anak yang
lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia mengikuti
petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak
mau belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta
tidak memberikan tanggapan terhadap peraturan yang ada.

2. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena


gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak control yang normal, tetapi gerakan-
gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu resah dan gelisah.

3. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan


serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa
mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan mereka tersebut.

4. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan


secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat
gembira, mendadak marah-marah dan ngambek serta mudah terangsang,
perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan fustasi, dan kurang dapat
mengontrol diri.

5. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau


bertentangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka
bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif.

6. Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta


mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.

7. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang perkembangan


motorik dan bahasanya juga terlambat, seperti ketidakmampuan belajar
membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik
mereka dapat tertinggal 1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.

8. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali beralih
dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.

9. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan, tidak bisa duduk
tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat
duduk dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh
mesin, kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling
cuma minum lalu bergerak lagi.

Sedangkan menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan Anak, terdapat dua
macam gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi dan gejala hiperaktivitas impulsif,
adalah sebagai berikut :

1. Gejala kurang konsentrasi meliputi :

a) Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail atau membuat
kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.

b) Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas atau aktivitas
bermain.

c) Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.


d) Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah,tugas
atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena sikap menentang atau karena tidak mengerti
intruksi).

e) Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas

f) Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).

g) Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau


aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat-alat sekolah )

h) Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.

i) Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

2. Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :

a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat di tempat
duduk.

b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain atau dalam situasi
lain yang seharusnya tidak diperkenankan.

c) Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak semestinya.

d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas dalam waktu
senggang dengan tenang.

e) Sering tampak repot atau sering seperti diburu-buru.

f) Bicara sering berlebihan.

g) Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum selesai.

h) Sering tidak sabar menunggu giliran.

i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong percakapan atau


permainan orang lain)

I.5. PATOFISIOLOGI

Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat
impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang
berusia antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik
serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angkaangka laboratorik
menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

I.6. KOMPLIKASI

1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengejakan


aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)

3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-
kata yang diungkapkan)

I.7. PEMERIKSAAN

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan
perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka,
tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif,
tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan
belajar pada anak itu.

I.8. PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan

1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak


yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan
sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan
anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan
kepada anak itu sendiri.

2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara


teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti
kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian.

3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat


haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat
santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras

4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang,


dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.

5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian


rupa, barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah
dihindarkan.

6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat


membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut
berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka.

2. Medis

1) Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif.
Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih
sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di
dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta
impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat
diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin
akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk
menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.

2) Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan
pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.

1. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia


masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap
dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta
pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis
di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak
yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini
sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam
rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang
diharapkan.

2. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan


(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg
dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam.

3. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar


18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu.
Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan
obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh
terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.

4. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang


bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan
penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis
serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian
pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


II.1. PENGKAJIAN

A. Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang


mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit


a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi
atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah
atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.

c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku
anak.

d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik


a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.

b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya

3. Mood dan afek


a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.

b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit
kontrol terhadap perilaku tersebut.

d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan


kemarahan.

4. Proses dan isi pikir


Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.

5. Sensorium dan proses intelektual


a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.

b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara


nyata.

c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit
pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu,
karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti
memikirkan sesuati.

e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas.

6. Penilaian dan daya tilik diri


a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering
kali tidak berpikir sebelum bertindak

b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti
berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.

e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa
perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, tidak ada yang menyukaiku di sekolah,
tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.

7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri
anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil
sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang
yang buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan


a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.

b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandung dan orang tua.

c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku
buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas
pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua
atau merusak barang-barang miliki keluarga.

e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri


Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk
tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif mencakup
:

1. Rambut yang halus

2. Telinga yang salah bentuk

3. Lipatan-lipatan epikantus

4. Langit-langit yang melengkung tinggi serta

5. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja


6. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang
halus.

C. Pemeriksaan penunjang
1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.

2. Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan


gangguan ini.

1. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan


pengkodean)

2. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for


attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation
Scale)

3. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering


digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

II.2. DIAGNOSA

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan


(hiperaktivitas).

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.

3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak


dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.

4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit


mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

II.3. INTERVENSI

A. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).

NOC : Ketrampilan interaksi social


Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.

Kriteria Hasil :

1) Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki interaksi social

2) Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social (misalnya: kedekatan,


kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).

3) Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.

4) Indicator skala :

1. Tidak ada

2. Terbatas

3. Sedang

4. Banyak

NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas keperawatan :

1. Kaji pola interaksi antara pasien dan orang lain

2. Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain
dan menghargai hak orang lain.

3. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.

4. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan


dalam berkomunikasi dengan orang lain.

5. Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat berinteraksi dengan
orang lain.

B.Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.

NOC : Konsentrasi

Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda- benda
disekitarnya

Kriteria Hasil :

1) Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.


2) Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu

3) Berespon dengan baik terhadap stimulus.

4) Indikator skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :

1. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian

2. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan


dan orang/bebda-benda disekitarnya.

3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.

4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti,


memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat
konsentrasi.

5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak


dengan gangguan pusat konsentrasi.

C. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hiperaktivitas.

NOC : Menjadi orang tua

Tujuan : Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi terhadap anak
dengan hiperaktivitas.

Kriteria Hasil :

1) Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis

2) Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat mengarah menjadi orang tua
yang tidak efektif.
3) Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.

4) Indikator skala :

1. Tidak sama sekali

2. Sedikit

3. Sedang

4. Kuat

5. Adekuat total

NIC : Peningkatan Perkembangan, aktivitas keperawatan :

1. Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara mengatasi


perilaku anak yang hiperaktif.

2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan normal


dan perilaku anak.

3. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku anak yang


positif.

4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan rumah yang


dapat menurunkan perilaku negative anak.

D. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

NOC : Pengendalian Resiko

Tujuan : Klien dapat terhindar dari resiko cedera

Kriteria Hasil :

1) Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.

2) Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat meningkatkan kerentanan


terhadap cedera.

3) Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan kontak social
lingkungannya dengan baik.

4) Indikator skala :

1. Tidak pernah
2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :

1. Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,


misalnya: perubahan status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.

2. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan


tindakan untuk mencegah cedera.

3. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya


(misalnya : naik tangga, kolam renang jalan raya, dll )

4. Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat membahayakan dan


menyebabkan cidera.

5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan


intruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan yang sesuai dan
tidak menimbulkan cedera.

E.Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental (hiperaktivitas),


kurang konsentrasi.

NOC: Child Development

Tujuan: Pasien tidak mengalami keterlambatan perkembangan

Kriteria Hasil:

1) Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami


keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , bahasa,
keterampilan motorik halus dan motorik kasar.

2) Indikator skala :

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering
5. Konsisten

NIC: Meningkatan Perkembangan

1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak,


temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk
menentukan tingkat fungsional.

2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak


lain.

3. Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.

4. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada


perkembangannya.

5. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha


mengekspresikan diri.

6. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan


anak.

II.4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.

II.5. EVALUASI

1. Kemampuan interaksi sosial

2. Proses pikir

3. Fokus terhadap sesuatu

4. Respon terhadap stimulus

5. Harapan peran orang tua

6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif

7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.

NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai