Anda di halaman 1dari 15

LI 1 Memahami dan menjelaskan plasmodium

LO 1.1 Morfologi
1. Plasmodium vivax
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik
schuffner.Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas.Pada skizon
muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning
tengguli.Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna
merah.Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.Plasmodium vivax
menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2. Plasmodium falciparum :
Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer.Hanya ada satu
parasit dalam sebuah eritrosit.Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit dalam
sebuah eritrosit.Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam.Skizon
matang inti membelah 8-24.Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat
kecil, pigmen di sekitar inti.Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak
padat, pigmen tersebar.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana
maligna)

Tropozoit

Bentuk cincin

Skizon

Gametosit

3. Plasmodium malariae :
Stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax, meskipun
sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap.Trofozoid yang lebih tua bila
membulat besarnya setengah eritrosit.Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat
melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.Skizon dengan enam hingga
dua belas merozoit yang biasanya tersusun dengan konfigurasi rosette.Plasmodium malariae
menyebabkan malaria quartana pada manusia.

Tropozoit

Merozoit

Bentuk pita

Skizon

4. Plasmodium Ovale :
Plasmodium yang terutama ditemukan di Afrika timur dan tengah.Trofozoid muda berukuran
kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit).titik schufner terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium
trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak
sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar
berbentuk lonjong.Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma
warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan
berbentuk bulat.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

Tropozoit

LO 1.2 Jenis
Plasmodium
falciparum

Plasmodium
vivax

Plasmodium
ovale

Plasmodium
malariae

Daur
praeritrosit

5,5 hari

8 hari

9 hari

10-15 hari

Hipnozoit

Jumlah
merozoit hati

40.000

10.000

15.000

15.000

Skizon hati

60 mikron

45 mikron

70 mikron

55 mikron

Daur erotrosit

48 jam

48 jam

50 jam

72 jam

Eritrosit yang Muda dan Retikulosit


normosit
& normosit
dihinggapi

Retikulosit & Normosit


normosit muda

Pembesaran
eritrosit

++

Titik-titik
eritrosit

Maurer

Schuffner

Schuffner

Ziemann

Siklus aseksual

48 jam

48 jam

48 jam

72 jam

Pigmen

Hitam

Kuning
tengguli

Tengguli tua

Tengguli
hitam

Jumlah
merozoit
eritrosit

8-24

12-18

8-10

8-9 hari

12-14 hari

26-28 hari

(James)

Daur
dalam 10 hari
nyamuk pada
27C

LO 1.3 daur hidup


LI 2 memahami dan menjelaskan vector
LO 2.1 morfologi
1. Telur
Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian
bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai pelampung yang terletak
pada sebelah lateral.
2. Larva
Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian
badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada
bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen.
3. Pupa
Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan
pendek.Digunakan untuk menganbil O2 dari udara.

4. Dewasa
Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan
panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal
berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas tersebut mengecil.
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok
membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih.Selain itu, bagian ujung sisik sayap
membentuk lengkung (tumpul).Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan
tidak setumpul nyamuk mansonia, tetapi sedikit lancip.( Inge, 2009 )
LO 2.2 Jenis
No
1
2

3
4

5
6
7

Species Anopheles
Anopheles aconitus

Ciri-Ciri
2.1.1. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
2.1.2. Palpi keras kaku seperti sikat
2.1.3. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
Anopheles
2.1.4. Persambungan tarnus dan tibia dengan
balabacensis
pita putih yang panjang
2.1.5. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
Anopheles barbirostris
2.1.6. Palpi keras kaku seperti sikat
2.1.7. Femur dan tibia bercak-bercak
Anopheles farauti
2.1.8. Haltere berwarna putih dengan ujung
hitam
2.1.9.
2.1.10. Femur dan tibia bercak-bercak
Anopheles maculatus
2.1.11. Tarnus kelima kaki belakang putih
2.1.12. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
Anopheles subpictus
2.1.13. Tarnus kelima kaki belakang hitam
2.1.14. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
Anopheles sundaicus
2.1.15. Persambungan tarnus dan tibia tanpa pita
putih

LO 2.3 tempat perindukan


Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya :
1) An. Aconitus
Tempat perindukan larva :
a. Persawahan dengan saluran irigasi
b. Tepi sungai yg airnya mengalir perlahan pada musim kemarau
c. Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya (kolam air tawar)
d. Ternak yg di tempatkan satu atap dengan rumah penduduk
Sifat :
a. Zoofilik (ternak)> Antropofilik(manusia)
b. Menggigit pada saat senja dini hari (eksofagik)

c. Tempat istirahat diluar rumah, 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah
penduduk
d. Suka hinggap didaerah-daerah yang lembab, seperti dipinggir-pinggir parit,
tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.
2) An. Balabacensis
Tempat perindukan larva :
a. Genangan air
b. Tepi sungai saat kemarau
c. Kolam atau sungai yang berbatu
Sifat :
a. Antropofilik > Zoofilik
b. Menggigit saat malam (Endofilik)
c. Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)
3) An. Bancrofti
Tempat perindukan larva :
a. Danau dengan tumbuhan bakung
b. Rawa dengan tumbuhan pakis
c. Genangan air tawar
Sifat :
d. Zoofilik > antropofilik
e. Tempat istirahat belum jelas
4) An. Barbumbrosus
Tempat perindukan larva :
Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)
Sifat :
a. Antropofilik
b. Bionomiknya masih belum banyak dipeajari
5) An. Maculatus.
Tempat perindukan larva :
a. Aliran air jernih dengan arus lambat, sungai yang kecil dengan air jernih, mata
air yang mendapat sinar matahari langsung (daerah pegunungan)
b. Di kolam dengan air jernih juga ditemukan jentik nyamuk ini, (densitasnya
rendah)
Sifat :
a. Zoofilik > Antropofilik
b. Menggigit saat malam
c. Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)
d. Densitas An. Maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim
hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut
terbawa banjir

LO 2.4 daur hidup


Nyamuk anophelini mengalami metamorphosis sempurna.Telur menetas larva kulitnya
mengelupas/eksoskelet sebanyak 4x pupa nyamuk dewasa jantan dan betina.Waktu yang
dibutuhkan dari telur hingga menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada
spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.
Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vektor
malaria disuatu daerah, apabila spesies anopheles tersebut di daerah yang bersangkutan telah
pernah terbukti positif mengandung sporosoit didalam kelenjar ludahnya
LI 3. Memahami dan menjelaskan malaria
LO 3.1 definisi
Malaria adalah penyakit menular endemic di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh
protozoa obligat intrasel genus Plasmodium, biasanya ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles
yang terinfeksi. (Dorland,2012)
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Malaria
dapat berlangsung akut ataupun kronik.Infeksi malaria dapat berlangung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal dengan malaria berat. (IPD, 2009)
LO 3.2 epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika
(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6 triliun manusia
terpapar oleh malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun.
Beberapa negara yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, negara di eropa (kecuali
Russia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara
tersebut terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya yang baik; walaupun demikian banyak
dijumpai kasus malaria yang di import karena pendatang dari negara malaria ataupun
penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada semua
negara dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umunya Plasmodium falciparum;
Plasmodium vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara
Oceania dan India umumnya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale
biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dati Kalimantan, Sulawesi Tengah
sampai Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombor sampai Nusatenggara Timur serta Timor
Timur merupakan daerah endemis malaria dengan Plasodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Beberapa daerah di Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria
cenderung meningkat

Tujuan studi epidemiologi malaria adalah untuk digunakan sebagai dasar rasional dalam
pemberantasan, pengendalian penularan dan pencegahannya. Materi studi epidemiologi malaria,
secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan:
1. Inang (host): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai inang
definitif parasit malaria.
2. Penyebab penyakit (agent): parasit malaria (Plasmodium).
3. Lingkungan (environment).
LO 3.3 etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang dapat menginfeksi manusia dan
binatang (vertebrata) seperti burung, reptil dan mamalia. Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan
di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaituanopheles betina.
Secara keseluruhan, ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada
jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata).Plasmodium penyebab dari malaria
termasuk genus Plasmodium dari famili plasmodidae. yang terdiri dari empat spesies, yaitu :
1. Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika (Malignan Malaria)
2. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale
3. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana (Benign Malaria)
4. Plasmodium malariae penyebab malarua Quartanu
Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan
hospes definitif yaitu nyamuk anopheles.( Sumarmo, 2010)
LO 3.4 jenis
LO 3.5 patogenesis
Singkatnya : Nyamuk yang terinfeksi plasmodium menggigit manusia Sporozoit Schizont
Merozoit - Sel hati akan pecah Merozoit - keluar dari sel hati - merozoit dapat masuk dan
tumbuh lagi dalam sel hati.
Merozoit akan masuk dalam aliran darah - siklus eritrositer - trophozoit muda (bentuk cincin) trophozoit tua - schizont dengan merozoit - Schizont pecah merozoit memasuki eritrosit baru
- makrogametosit dan mikro ametosit. (Ilmu Penyakit Tropik)
Setelah melalui jaringan hati Pl. falciparum melepaskan 18-24 merozoit kedalam sirkulasi.
Merozoit yang dilepaskan akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta
filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit.
Selanjutnya parasit akan berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk asekseual
parasit pada eritrosit inilah yang bertanggung jawab pada patogenesa terjadinya malaria pada
manusia.Patogenesa falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit (intensitas transmisi, densitas
parasit dan virulensi parasit) dan faktor penjamu (tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,
genetik, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit secara garis besar
mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jamI dan stadium matur pada 24 jam II.
Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring Erythrocyte Surgace
Antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membran EP

stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin Rich Protein-1
(HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan
dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan
TNF (IL-1) dari makrofag (IPD jilid III hal 2816)
LO 3.6 komplikasi
1. Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran
(apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara
perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering
disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi,
gangguan ini dapat terjadi karena beberapa proses patologis.Diduga terjadi
sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan
karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan
sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada
perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral metabolic
rate for oxygen pada pasien koma dibanding pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral
yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila
kadar laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.Biasanya disertai ikterik,
gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru.Bila terdapat >3 komplikasi organ,
maka prognosa kematian >75 %.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya
5-10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut.Gangguan fungsi ginjal ini oleh
karena anoksia yang disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi
dan sumbatan mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut;
sedang urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah> 4:1, natrium urin < 20
mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya
GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.Dialisis merupakan
pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada hiperbilirubinemia,
anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
3. Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan
karena
sekuestrasi
dan
sitoadheren
yang
menyebabkan
obstruksi
mikrovaskular.Ikterik karena hemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena P.
falsiparum sering penderita dewasa hal ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit.
Terdapat pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin

dan peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi


hati dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
4. Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa.Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas
kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi
pernafasan dalam keadaan asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau
peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder
pada paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital)
menekan pusat pernafasan.
5. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa
dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)
Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan
absorbsi glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3)
Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit;
5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan
quinine.Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi
laktat yang akan memperburuk prognosis malaria berat
6. Haemoglobinuria (Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam,
hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.Biasanya terjadi pada
infeksi P. falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan
pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena
defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian
primakuin.

7. Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria
menunjukkan prognosis buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan
yang buruk oleh karena hipovolemia yang akan menurunkan pengangkutan oksigen;
2) Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin
terutama TNF-, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati yang berkurang,
sehingga mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga
terganggunya ekresi asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan
asam laktat, dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (<
15meq).Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia.
Gangguan lain seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.

8. Manifestasi gangguan Gastro-Intestinal


Gejala gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak
enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi.Kadang lebih
berat berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan hepatomegali),
ikterik, dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.
9. Hiponatremia
Terjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui
muntah dan mencret ataupun terjadinya sindroma abnormalitas hormon antidiuretik (SAHAD).
LO 3.7 pengobatan
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit. Efektivitasnya
sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, dan
terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive klorokuin. Demam akan hilang
dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang melibatkan
berbagai mekanisme genetic yang kompleks
Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat
dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin) diekskresi
melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran EKG.
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi
miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran cerna.
Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung emas
karna menyebabkan dermatitis.
Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko kejang.
Efek samping : Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan meningkatkan
resiko terjadinya aritmia jantung

b. Turunan 8-aminokuinolon
Farmakodinamik:
Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna bentuk
laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
plasmodium terutama plasmodium falciparum.
Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang bekerja
sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti malaria melalui
pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi electron parasit.
Farmakokinetik:
Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi.
Distribusi: luas ke jaringan.
Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3jam
dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3 macam
metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sehingga
metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari primakuin.
Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine dalam
bentuk asal.
Efek samping:
Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi
enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd).
Dengandesis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung. Dosis
yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
Kontra indikasi:
Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia misalnya
arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan
hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Tidak diberikan pada wanita hamil.
c. Kina dan Alkaloid sinkoma
Kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin
Kuinidin 2 kali lebih kuat dari pada kina, kekuatan 2 alkaloid lainnya hanya setengah dari
kina.
Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik.
Farmakodinamik:
Kina beserta pirimetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen terpilih untuk
plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid terhadap
plasmodium vivax dan plasmodium malariae.

Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang efektif
dibanding dengankan dengan klorokuin.
Mekanisme kerja : bekerja didalam organel (vakuol makanan) plasmodium falciparum
melalui penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat
yang bersifat sitotoksik yaitu heme.
Farmakokinetik
Absorbs: baik terutama melalui usus halus bagian atas.
Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal.
Distribusi: luas, terutama ke hati dan melalui sawar uri, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan
limpa.
Metabolism: didalam hati
Ekskresi: hanya kira-kira 20% yang di ekskresi dalam bentuk utuh di urine
Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada pasien malariae
berat 18 jam.
Efek samping
Dosis terapi kina dapat menyebabkan sinkonisme yang tidak terlalu memerlukan
penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala,
gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular,
dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan ssp, seperti bingung, gelisah, dan delirium.
Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat: kulit menjadi dingin dan sianosis: suhu
kulit dan tekanan darah menurun: akhirnya pasien meninggal karna henti napas.
Pada wanita hamil yang menderita malaria terjadi reaksi hipersensitivitas kina yang
menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia, dan
hemoglobinurin.
Indikasi: Untuk terapi malaria plasmodium falciparumyang resisten terhadap klorokuin

LO 3.8 Pencegahan
Berbasis Masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui
penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye
masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan
ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau
menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air
tergenang.
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah
penularan
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu
kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.

Gebrak Malaria
Pemberantasan malaria dapat dilakukan melalui berbagai cara,di antaranya:
1. mengobati penderita malaria.
2. mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia,yaitu dengan
memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah(jendela dan pintu)menggunakan kelambu dan
repellent.
3. mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk
dan penetapan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah penduduk.
LO 3.9 Prognosis
Prognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematuan.Bila tidak diberi
pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih.Rata-rata infeksi malaria
vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung
lebih lama, terutama karena ralapsnya
LI 4. Memahami dan menjelaskan diagnosis
LO 4.1 anamnesis
Anamnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil,
dan berkeringat( sering juga disebut trias malaria). Demam pada keempat jenis nyamuk berbeda
sesuai dengan proses skixogoninya. Demam karena P.falciparum dapat terjadi setiap hari, pada
P. vivax dan ovale demamnya berselang satu harim dan demam P.malariae menyerang berselang
dua hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah
endemic malaria dalam satu bulan terakhir, apakah prnah tinggal di daerah endemic, apakah
pernah menderita penyakit ini sebelumnya.Dan apakah pernah minum obat malaria.
Kecurigaan adanya tersangka malaria dapat dilihat dari adanya satu gejala lebih, yaitu
gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekungingan pada mata
atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah
keadaann panas yang sangat tinggii, muntah yang terjadi terus menerus, perubahan warna air
kencing menjadi seperti the, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air
kencing sama sekali.
LO 4.2 Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40oC, serta anemia yang dibuktikan dengan konjunctiva
palpebral yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran limpa (splenomegaly)

dan pembesaran hati (hepatomegaly).Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai
dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah,
serta frekuensi nafas yang meningkat.
LO 4.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut tekhnis pembuatannya dibagi menjadi
preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada
tidaknya parasite malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat diligar jenis plasmodium
dan stadiumnya (P.falciparum, P vivax, P.malariae, P. ovale, tropozoit, skizon dan gametosit)
serta kepadatan parasitnya
Kepadatan parasite dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif.
Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasite dalam LPB (Lapangan pandang besar)
dengan rincian sebagai berikut :
(-)

: SDr negative (tidak ditemukan parasite dalam 100 LPB)

(+)

: SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++)

: SDr postif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)


(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Perhitungan kepadatan parasite secara kuantitatif pada sediaan tebal adalah menghitung jumlah
parasite per 200 leukosit.Pada SDr tipis, penghitungan jumlah parasite per 1000 parasit.
Tes Diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Seringkali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk dapat menanggulangi malaria di lapangan
dengan cepat. Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darahdengan cara
imunokromatografi. Dibandingjan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil
pengujian dengan cepat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitas.
Tes serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan memakai tekhnik indirect flourescent antibody
test. Tes ini berrguna untunk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test >1:20 dinyatakan positif. Metode
tes serologi yang lain antara lain, indirect haemagglutination test, immuno-precipitation techniqu, ELISA
test, radio-immunoassay.
Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan
sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat

memberikan hasil yang positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.

Anda mungkin juga menyukai