Anda di halaman 1dari 22

LI 1. Mengetahui dan menjelaskan tentang Plasmodium LO 1.1. Definisi 1.2. morfologi 1.3. klasifikasi 1.4. siklus hidup LI 2.

Mengetahui dan menjelaskan tentang vektor malaria LO 2.1. Spesies vektor 2.2. morfologi 2.3. habitat 2.4. siklus hidup 2.5. pemberantasan LI 3. Mengetahui dan menjelaskan tentang malaria LO 3.1. definisi & epidemiologi 3.2. etiologi 3.3. penularan 3.4. patologi 3.5. manifestasi klinis 3.6. diagnosis (anamnesis pemeriksaan lab) 3.7. diagnosis banding 3.8. penatalaksanaan 3.9. pencegahan 3.10. komplikasi 3.11. prognosis LI 4. Mengetahui dan menjelaskan obat-obat malaria LO 4.1. macam-macam 4.2. farmakokinetik 4.3. farmakodinamik 4.4. efek samping

Definisi plasmodium
Plasmodium adalah parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria. Karena plasmodium berkembang biak dan hidup dalam sel darah manusia maupun binatang.

Morfologi plasmodium
Morfologi Plasmodium berbeda-beda tiap spesies. Sitoplasmanya mempunyai bentuk yang tak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung kromatin, pigmen serta granula. Pigmen malaria terdiri dari protein yang telah didenaturasi, yaitu hemozoin atau hematin yang merupakan hasil metabolisme antara parasit dengan bahan-bahan dari eritrosit.

Bentuk cincin dari keempat spesies ini sangat mirip dan sulit dibedakan. Cincin P. Falciparum cenderung sedikit lebih kecil dan lebih banyak dibanding spesies lainnya. Eritrosit yang terinfeksi vivax dan ovale akan membesar dan menunjukan titik schuffner sebagai cincin yang tumbuh menjadi tropozoit. Paratropozoid vivax cenderung lebih berpencar dibanding ovale yang lebih kompak. Jumlah khas merozoit yang diproduksi per skizon adalah: 1. P. Vivax 14-20 2. P. Ovale 6-12 3. P. Malariae 8-10 4. P. Falciparum 16-24 Gametosit P. falciparum berbentuk bulan sabit tetapi tidak pada plasmodium lainnya. P. Malariae tidak mengubah bentuk eritrosit host. 1. Plasmodium vivax Stadium trofozoit muda: bentuk cincin (1/3 eritrosit), eritrosit membesar, titik schuffner mulai tampak Stadium trofozoit tua: bentuk amebois (masih terdapat vakuol), eritrosit membesar, titk schuffner jelas

Stadium skizon muda: inti membelah (jumlah 4-8), eritrosit membesar, titk schuffner jelas Stadium skizon matang: jumlah inti 12-24, pigmen kuning tengguili berkumpul, eritrosit membesar, titik schuffner masih tampak di pinggir Stadium mikrogametosit: inti besar, padat, pucat, pigmen tersebar, eritrosit membesar, titk schuffner jelas di pinggir Stadium makrogametosit: inti kecil, padat, merah, pigmen di sekitar inti, protoplasma biru eritrosit membesar

2. Plasmodium ovale Stadium trofozoit muda: ukurannya 1/3 eritrosit, titik schuffner terbentuk dini, bentuknya bulat, granula pigmen lebih kasar, eritrosit membesar dan lonjong, pinggir eritrosit bergerigi Stadium skizon muda: bulat Stadium mikrogametosit: inti difus, sitoplasma pucat kemerahan, bulat, pigmen coklat tengguli, granula kasar Stadium makrogametosit: bulat, inti kecil,kompak,sitoplasma biru 3. Plasmodium malariae Stadium trofozoit muda: bentuk cincin (1/3 eritrosit), eritrosit tidak membesar, sitoplasma tebaldan gelap, tampak titik ziemann Stadium trofozoit tua: bulat (1/2 eritrosit), melintang sepanjang sel darah merah, berbentuk pita, pigmen kasar dan gelap Stadium skizon muda: membagi inti Stadium skizon matang: rata-rata berisi 8 buah merozoit, mengisi hampir semua eritrosit, merozoit berbentuk teratur seperti bunga daisy Stadium mikrogametosit: sitoplasma berinti kecil dan padar, berwarna biru, inti difus, lebih besar intinya, pigmen tersebar di sitoplasma, berbentuk granula kasar berwarna tua Stadium makrogametosit: sitoplasma berwarna biaru tua, inti kecil dan padat 4. Plasmodium falciparum Stadium trofozoit muda: eritrosit tidak membesar, titik maurer, cincin agak besar, sitoplasma tebal, pada infeksi multiple tampak >1 parasit di eritrosit Stadium skizon muda: inti membelah (jumlah 2-6), eritrosit tidak membesar, pigmen menggumpal berwarna hitam Stadium skizon matang: inti 8-24, parasit biasanya tidak mengisi seluruh eritrosit (2/3) pigmen menggumpal, eritrosit tidaki membesar Stadium mikrogametosit: parasit berbentuk sosis, pigmen tersebar, plasma merah muda, eritrosit tidak membesar, inti tidak padat Stadium makrogametosit: parasit berbentuk seperti pisang, plasma biru, protoplasma biru, eritrosit tidak membesar

Klasifikasi plasmodium
a. Plasmodium falcifarum Yang sering menjadi penyebab malaria cerebral dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria diseluruh dunia.

- Hanya ditemukan bentuk tropozoit dan gametosit pada darah tepi, kecuali pada kasus infeksi yang berat. - Schizogoni terjadi di dalam kapiler organ dalam termasuk jantung. - Sedikit schizont di darah tepi, terkait berat ringannya infeksi. Penyebab Distribusi Masa tunas : malaria falsiparum/ malaria tropika/ malaria tersiana maligna : daerah tropik (Afrika dan Asia tenggara) : 9-14 hari

b. Plasmodium vivax Spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang muda (retikulosit) kira-kira 43% dari aksus malaria diseluruh dunia disebabkan oleh Plasmodium vivax. Penyebab : malaria vivaks/ malaria tersiana Distribusi : kepulauan Indonesia (menjadi frekuaensi tertinggi diantara spesies lain), korea selatan, china, turki. Eropa saat musim panas, amerika selatan dan utara. Di afrika jarang ditemukan. Masa tunas : 12-17 hari Diagnosis : dengan ulasan Giemsa

c. Plasmodium Malariae Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah merah yang lebih tua. Penyebab : malaria malariae/ malaria kuartana (karena serangan demam berulang pada 4 hari) Distribusi : daerah tropik tetapi frekuensi cenderung rendah. Di indonesia dilaporkan terdapat di papua barat, nusa tenggara timurdan sumatera selatan Masa tunas : 30-40 hari Diagnosis :dengan ulasan Giemsa. Sering ditemukan di sediaan darah tipis tanpa sengaja. Pengobatan : klorokuin basa (mengeleminasi semua stadium)banyak yang resisten. Berganti ke arteminisin dan pironaridin.

d. Plasmodium ovale Prediksinya terhadap sel sel darah merah. Mirip dengan Plasmodium vivax (menginfeksi selsel darah muda). Penyebab : malaria ovale Distribusi : daerah tropik afrika bagian barat. Di indonesia banyak di irian jaya dan pulau timor. Masa tunas : 8-14 hari Diagnosis : dengan ulasan Giemsa. Prognosis : dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan

Siklus hidup plasmodium


Malaria disebabkan oleh parasit berjenis sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamukAnopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Plasmodium akan mengalami dua siklus dalam prosesnya sebagai perantara atau vektor penyakit malaria, yaitu :

1. Siklus Sporogoni (Di Dalam Tubuh Nyamuk) Siklus pertama adalah siklus seksual atau yang disebut juga dengan sporogoni terjadi dalam tubuh nyamuk. Gamet jantan+betina ookinet (dalam perut nyamuk) menembus lambung nyamuk (bentuk kista) (proses: 8-35 hari) membentuk sporozoit tersebar ke kelenjar ludah menusuk manusia 2. Siklus Skizogoni (Di Dalam Tubuh Manusia) Siklus aseksual atau yang disebut juga dengan skizogoni terjadi pada tubuh manusia. Manusia yang tergigit nyamuk yang telah berlangsung siklus pertama atau siklus sporogoni akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas Plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sprozoit masuk ke hati skizon skizon pecah, melepas merozoit menginfeksi eritrosit (mulai siklus eritrositer) merozoit berubah morfologi jadi trofozoit (2-3 hari) Membentuk gametosit mikro dan makrogamet terhisap nyamuk Masa inkubasi (fase berkembangnya parasit dalam tubuh manusia) malaria berkisar antara 7-30 hari tergantung spesiesnya.P. falciparum memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P. ovale 8-14 hari, sedangkan P. malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan yang diberikan. (http://tugas-pbw.comuf.com/penyakittropis/index.php/malaria/penularan-malaria/carapenularan)

Spesies vektor malaria


Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda (Gandahusada, 2006). Nyamuk yang menjadi vektor di Jawa dan Bali An. sundaicus, An. aconitus, An. balabacencis dan An. maculatus. Di daerah pantai banyak terdapat An. sundaicus dan An. subpictus, sedangkan An. balabacencis dan An. maculatus ditemukan di daerah non persawahan. Anopheles aconitus, An. barbirostrosis, An. tessellatus, An. nigerrimusdan An. sinensis di Jawa dan Sumatera tempat perindukan di sawah kadang di genangan-genangan air yang ada di sekitar persawahan. Di Kalimantan yang dinyatakan sebagai vektor adalah An. balabacensis, An. letifer. Malaria berkaitan erat dengan keadaan wilayah, di kawasan tropika seperti Indonesia penularan penyakit ini sangat rentan, karena keadaan cuaca yang mempunyai kelembaban tinggi akan memberikan habitat yang sesuai untuk pembiakan nyamuk yang menjadi vektor penularan kepada penyakit ini (Prasetyo, 2006).

Morfologi vektor
a. Stadium telur Berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkavs Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral b. Stadium larva Bagian badan berbentuk khas yaitu: spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sbelah dorsal abdomen dan bulu palma padabagian lateral abdomen c. Stadium pupa Punya tabung pernapasan yang berbentuk lebar dan pendek d. Stadium dewasa

Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang probosisnya (penghisap). Nyamuk jantan ruas palpis bagian apikal berbentuk gada,nyamuk betina ruas palpusnya kecil Sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok membentuk belangbelang hitam putih dan bagian ujung sisik sayap tumpul Bagian posterior abdomen lancip

Habitat vektor
1. Anopheles sundaicus Lebih senang menghisap darah orang daripada binatang Aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 22.00-01.00 Lebih banyak ditemukan menggigit orang diluar rumah daripada di dalam rumah Pada waktu malam nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah, perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara satu dengan lokasi lainnya Jarak terbang nyamuk betina cukup jauh pernah ditangkap ditempat lebih 3 km dari tempat perindukan Berkembang biak di air payau dengan kadar garam optimum 12-18% meski tidak begitu tinggi jentik nyamuk dapat ditemukan pada kadar garam di bawah 5% dan bila kadar garam mencapai 40% maka jentik akan menghilang Jentik berkumpul di tempat tempat yang tertutup tanaman air yang mengapung (ganggang atau lumut), sampah yang terapung apung dan pinggiran yang berumput Genangan air apyau untuk berkembang biak adalah genangan terbuka dan mendapat sinar matahari langsung, genangan air yangterlindungi oleh rimbunan tumbuhan pelindung akan menjadikan tempatyang tidak cocok untuk tempat perindukan. 2. Anopheles Balabacensis Lebih tertatik menghisap darah orang darapada binatang baik di dalam maupun di luar rumah Ditemukan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau Keaktifan mencari darah terlamat kebanyakan ditangkap setelah tengah malam sampai subuh, meskipun sebenarnya sudah mulai terlihat sejak senja sampai pagi. Sebelum dan sesudah menghisap darah pada malam hari banyak hinggap di dinding. Pada siang hari tidak ditgemukan istirahat di dalam rumah tetapi di alam luar (hutan) walau tidakdiketahui dimana nyamuk tersebut beristirahat. Tempat perindukan genangan air tawar didalam hutan (permanen atau temporer), dignangan air tidak mengalir bekas tapak kaki, bekasroda,juga di pinggir sungai terutama pada musim kemarau. Pada musim hujan tempat perbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang tergenang,digenangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubanglubang batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya terhenti. Pada musim kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangan-genangan air sepanjang sungai. 3. Anopheles Sinensia Lebih tertarik menghisap darah binatang (lembu) daripada orang walaupun akan menghisap darah orang pula Banyak dijumpai menggigit diluar rumah, aktif mencari darah setelah gelap dan menurun setelah pukul 21.00, di tempat teduh pada siang hari mau juga menggigit orang atau binatang

Pada siang hari jarang ditemukan di dalam rumah tetapi malam hari dapat ditemukan hinggap didinding kamar dan beranda rumah sebelum dan setelah menghisap darah Jentik berkembang biak dalam kolam terbuka yang berumput, sawah dan rawa. 4. Anopheles Nigerrimus Lebih tertarik menghisap darah binatang (lembu) daripada orang walaupun akan menghisap darah orang pula Banyak dijumpai menggigit diluar rumah, aktif mencari darah setelah gelap dan menurun setelah pukul 21.00, di tempat terduh pada siang hari mau juga menggigit orang atau binatang Pada siang hari jarang ditemukan di dalam rumah tetapi saat malam hari ditemukan hinggap didinding kamar dan beranda ruma sebelum dan sesudah menghisap darah. Jentik lebih sennang berkembang biak di kolam yang dalam dan rawa dengan permukaan yang tertutup oleh tanaman 5. Anopheles maculatus Spesies nyamuk ini umumnya berkembang biak pada genangan air tawar jernih baik di tanah seperti dimata air, galian galian pasir atau belik, genangan air hujan maupun genangan air di dungai yang berbatu-batu kecil yang terbentuk karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan menggenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari langsung.perilaku menghisap darah baik didalam maupun luar rumah paling banyak sekitarr pukul 22.00. spesies ini pada siang hari ditemukan beristirahat di luar rumah pada tempat tempat yang teduh. Jarak terbangnya +/- 1 km tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya lebih suka menggigit binatang daripada manusia. 6. An. Aconitus Persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya 7. An. Subpictus Kumpulan air permanen/ sementara, celah tanah bekas kaki, tmabka ikan dan bekas galian di pantai 8. An. Barbitostis Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur dll 9. An. Letifer Air tergenang terutama dataran pinggir pantai 10. An. Farauti Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawa dan saluran air 11. An. Punctulatus Air tempatterbuka dan terkena sinar matahari, pantai, tepi sungai 12. An. Lodlowi Sungai di daerah pegunungan 13. An.koliensis

Bekas jejak roda kendaraan,lubang di tanah berisi air, saluran kolam,kebun kangkung dan rawa tertutup 14. An. Flavirostis Sungai dan mata air terutama apabila bagian tepinya berumput 15. An. Karwari Air twar yang jernih yang terkena sinar matahari di daerah pegunungan.

Siklus hidup
Nyamuk anopheles mengalami metamorforsis sempurna. Telurlarvapengelupasan kulit 4x pupa nyamuk dewasa. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, t e r g a n t u n g p a d a spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.

Pemberantasan
Pengendalian vektor Sebelum DDT, malaria telah berhasil dibasmi atau dikendalikan juga di beberapa daerah tropis dengan menghapus atau keracunan tempat berkembang biak nyamuk atau dari habitat air dari tahap larva, misalnya dengan mengisi atau mengoleskan minyak ke tempat-tempat dengan berdiri air. Metode ini telah melihat sedikit aplikasi di Afrika selama lebih dari setengah abad. Pada 1950-an dan 1960-an, ada upaya kesehatan masyarakat yang utama untuk memberantas malaria di seluruh dunia secara selektif menargetkan nyamuk di daerah di mana malaria merajalela. Namun, upaya tersebut sejauh ini gagal untuk memberantas malaria di banyak bagian negara berkembang-masalah yang paling umum di Afrika. Sebuah metode bahkan lebih futuristik dari kontrol vektor adalah gagasan bahwa laser dapat digunakan untuk membunuh nyamuk terbang. Profilaksis obat Beberapa obat, sebagian besar yang juga digunakan untuk pengobatan malaria, dapat diambil preventif. Umumnya, obat ini diminum setiap hari atau mingguan, pada dosis yang lebih rendah daripada yang digunakan untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit itu. Penggunaan obat profilaksis jarang praktis untuk warga penuh-waktu daerah endemik malaria, dan penggunaannya biasanya terbatas pada pengunjung jangka pendek dan wisatawan ke daerah malaria. Hal ini disebabkan biaya pembelian obat, efek samping negatif dari penggunaan jangka panjang, dan karena beberapa anti-malaria yang efektif obat sulit untuk mendapatkan luar negaranegara kaya. Penggunaan obat profilaksis mana nyamuk pembawa malaria yang hadir dapat mendorong perkembangan imunitas parsial. Indoor sisa penyemprotan Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) adalah praktek penyemprotan insektisida pada dinding interior rumah di daerah yang terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies nyamuk pada permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jika dinding tempat tinggal telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk istirahat akan dibunuh sebelum mereka dapat menggigit korban lain, mentransfer parasit malaria. Pestisida pertama digunakan untuk IRS DDT. Satu masalah dengan semua bentuk Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi nyamuk. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Perilaku Nyamuk dan Pengendalian Vector, spesies nyamuk yang dipengaruhi oleh IRS adalah spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan tinggal dalam ruangan), dan karena iritasi yang disebabkan

oleh penyemprotan, keturunan evolusi mereka untuk menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika terpengaruh sama sekali-oleh IRS, rendering itu agak tidak berguna sebagai mekanisme pertahanan. Kelambu dan seprai Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan sangat mengurangi infeksi dan penularan malaria. Jaring bukan penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan dengan insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum memiliki waktu untuk mencari cara melewati net. Jaring insektisida (ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif sebagai jaring tidak diobati. Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari 2% dari anak-anak di daerah perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang dilindungi oleh ITN. Sejak feed Anopheles''''nyamuk di malam hari, metode yang disukai adalah untuk menggantung "kelambu" besar di atas pusat tempat tidur sedemikian rupa sehingga tirai turun dan meliputi tempat tidur sepenuhnya. Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau deltametrin telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling hemat biaya pencegahan.

Definisi malaria
Pengertian Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yang dikenal dengan Plasmodium, dimana ia menginfeksi sel-sel darah merah. (http://www.kesehatan123.com/1853/malaria-pengertian-sejarah-dan-penyebaran-penyakit/) Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. (http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria) Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. (http://eprints.undip.ac.id/29789/2/4_pendahuluan.pdf)

Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika dan bagian Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari sejuta pertaun. Beberapa negara yang bebas malaria yaitu AS, Canada, dan negara di eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya sangat baik; walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria yang import karena pendatang dari negara ataupun penduduknya mengunjungi daerah malaria. Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae umumnya di jumpai pada semua negara dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya Plasmodium falciparum; negara oceania dan india umumnya Plasmodium vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dari kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara, Maluku, Irian Jaya dari Lombor sampai Nuse tenggara Timur serta Timor timur meruopakan daerah endemik malaria dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivas. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan batam kasus malaria cenderung meningkat.

Etiologi malaria
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, Plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari, Plasmodium ovale dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan Plasmodium malarie dengan masa inkubasi 7-30 hari [6]. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun yang seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. (http://eprints.undip.ac.id/29789/2/4_pendahuluan.pdf) Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagianbesar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari , pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar (Widoyono, 2005). Nyamuk anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarangditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000 2500meter (Sutisna, 2004). Ciri nyamuk Anopheles relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri yang palingmenonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk beristirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari (Faisal, 2007). Peran nyamuk sebagai faktor penular malaria tergantung kepada beberapa faktor antara lain: a. Umur nyamuk Diperlukan waktu untuk berkembang biak gametosit dalam tubuh nyamuk untuk menjadi sporozoit yakni bentukparasit yang siap menginfeksi manusia sehat b. Peluang kontak dengan manusia merupakan kesempatan untukmenularkan sporozoit ke dalam darah manusia. c. Frekuensi menggigit seekor nyamuk. Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya semakin besar kemungkinan dia berperan sebagai vektor penularan penyakit malaria d. Kerentanan nyamuk terhadapparasit itu sendiri. Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya e. Ketersediaan manusia disekitar nyamuk. Nyamuk yang memiliki kebiasaan menggigit di luar rumah padamalam hari maka akan mencoba manysia danmasuk ke dalam rumah setelah menggigit , beristirahat di dalam maupun di luar rumah f. Kepadatan nyamuk. Kalau populasi nyamuk terlalu banyak sedangkan persediaan makanan misalnya binatang atau manusia tidakada maka kepadatannyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu sendiri g. Lingkungan. Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor- faktor tersebut antara lain:fisik, biologi, kimia (http://www.scribd.com/doc/61098386/3/Etiologi-Malaria)

Patogenesis malaria
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran

darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik. Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Penghancuran eritrosit Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal. b. Mediator endotoksin-makrofag Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit. c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alam-alat dalam. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurangkurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum. (http://malariana.blogspot.com/2008/11/malaria-patofisiologi.html) Nyamuk yang terinfeksi plasmodium menggigit manusia sporozoit schizon merozoit sel hati akan pecah merozoit keluar dari sel hati merozoit dapat masuk dan tumbuh lagi dalam sel hati baru Merozoit akan masuk dalam aliran darah siklus eritrositer tropozoit muda (bentuk cincin) tropozoit tua skizon dengan merozoit skizon pecah merozoit memasuki eritrosit baru makrogametosit dan mikrogametosit

Bila eritrosit yang mengandung gametosit dihisap nyamuk dalam lambung nyamuk makrogametosismembentuk zigot yang disebut ookinet ookinet menembus dinding lambung nyamuk ookista sporozoit dilepaskan pada nyamuk minghisap darah manusia terpapar malaria (http://www.scribd.com/doc/42127069/Patofisiologi-Malaria)

Penularan malaria
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis malaria. Di daerah lain, ada musim malaria yang biasanya berhubungan dengan musim hujan. Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit ataubahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik. (http://www.depkes.go.id/downloads/world_malaria_day/fac_sheet_malaria.pdf) Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain melalui berbagai hal berikut diantaranya : 1. Bawaan lahir dari ibu ke anak karena infeksi pada sawar plasenta. 2. Melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. 3. Melalui transfusi darah. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati. http://tugas-pbw.comuf.com/penyakittropis/index.php/malaria/penularan-malaria/cara-penularan

Manifestasi klinis malaria


Perjalanan penyakit malaria terdiri atas serangan demam yang disertai oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Ciri khas demam malaria adalah periodisitasnya. Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk p. falciparum dan terpanjang untuk p.malariae), pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Masa Pre-paten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (microscopic treshold). Serangan primer akhir dari masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/ menggigil; panas dan berkeringat.lama dari serangan ini tergantung dari imunitas penderita. Gejala klasik yang sering terjadi dalam kasus malaria adalah trias malaria yaitu: Periode dingin (15-60 menit) / stadium frigonia Menggigil diikuti dengan meningkatnya temperatur Periode panas (2-6 jam) / stadium makme Nadi cepat, panas badan tinggi dalam beberapa jam, mual,muntah,

Periode berkeringat (2-4 jam) / stadium sudoris Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, penderita merasa sehat tetapi lemah. Serangan demam makin lama akan berkurang beratnya karena tubuh telah menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena respon imun hospes. periode laten periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi malaria Relaps Gejala klinik setelah 5 tahun berakhirnya serangan primer,biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh. Relaps dapat bersifat : a. Rekrudesensi (atau relaps jangka pendek), yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu setelah serangan pertama hilang. b. Rekurens (atau relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit daur eksoeitrosit (yang dormant, hipnozoit) dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah seranagn pertama hilang. Gejala lain: Splenomegali. Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria yang menahun. Perubahan limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah warna menjadi hitam, karena pigmen yang ditimbun dalam eritsosit yang mengandung kapiler dan sinusoid. Eritsoit yang tampaknya normal dan yang mengandung parasit dan butir-butir hemozoin tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Pigmen tampak bebas atau dalam sel fagosit raksasa. Hiperplasia, sinu smelebar dan kadang-kadang trombus dalam kapiler dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa limpa. Pada malaria menahun jaringan ikat bertambah tebal, sehingga limpa menjadi keras. Anemia. Pada malaria dapat terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak. Anemia disebabkan beberapa faktor : a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa, dalam hal ini faktor auto imun memegang peran. b. Reduced survival time, maksudnya eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup lama. c. Diseritropoesis yakni gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang, retikulosit tidak dapat dilepaskan dalam peredaran darah perifer. http://malariana.blogspot.com/2008/11/patologi-dan-gejala-klinis.html

Pemeriksaan fisik dan penunjang campak


P. Falciparum P. Vivax Daur praeritrosit Hipnozoit 515 hari 8 hari + P. Ovale 9 hari + P. Malariae 10-15 hari -

Jumlah merozoit hati Skizon hati Daur eritrosit Eritrosit yang dihinggapi Titik-titik eritrosit Pigmen

40.000 60 mikron 48 jam Muda & normosit Maurer Hitam

10.000 45 mikron 48 jam Retikulosit & Normosit Schuffner Kunig tengguli 12-18 8-9 hari ++

15.000 70 mikron 50 jam Retikulosit & Normosit muda

15.000 55 mikron 72 jam Normosit

Schuffner (James) Ziemann Tengguli ra 8-10 12-14 hari + Tengguli hitam 8 20-28 hari -

Jumlah merozoit eritrosit 8024 Daur dalam nyamuk pada 10 hari 27 C Pembesaran eritrosit -

(http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/malaria/) Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratip maupun preventip. Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan: 1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal 2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria 3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria 4. Riwayat sakit malaria 5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir 6. Riwayat mendapat transfusi darah Pemeriksaan fisik 1. Malaria tanpa komplikasi: a. Demam (pengukuran dengan termometer 37,5C) b. Konjungtivis atau telapak tangan pucat c. Pembesaran limpa (splenomegali) d. Pembesaran hati (hepatomegali) 2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini: a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri) c. Kejang-kejang d. Panas sangat tinggi

e. Mata atau tubuh kuning Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui : a. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. b. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik. b. Tes Antigen : p-f test Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test). c. Tes Serologi Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radioimmunoassay. d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin. (http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html)

Diagnosis banding malaria


Malaria ringan tanpa komplikasi : a) demam tifoid b) demam dengue c) ISPA d) Leptospirosis ringan e) infeksi virus akut lainnya 2. Malaria berat dengan komplikasi : a) radang otak (meningoencepahalitis) b) tifoid encefalopati c) hepatitris d) leptospirosis berat e) sepsis f) demam berdarah dengue http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&ht ml=07110-wpes275.htm 1.

Penatalaksanaan malaria
I. Medikamentosa a. Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kg bb terbagi dalam 3 hari yaitu 10 mg/kg bb pada hari ke-1 dan 2, serta 5 mg/kg bb pada hari ke-3. Kina dihidroklorid intravena 1mg garam/kg bb/dosis dalam 10 cc/kg bb larutan dekstrosa 5% atau larutan NaCl 0,9%, diberikan per infus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 kali. Lini pertama untuk P. falciparum adalah tablet artesunat (4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, hari 1, 2, 3) + tablet amodiakuin (10 mg basa/kgBB/hari, hari 1, 2, 3) + tablet primakuin (dosis 0.75 mg basa/kgBB/oral dosis tunggal pada hari 1). Lini kedua digunakan tablet kina (30mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis) + tetrasiklin (50 mg/kgBB, 4 dosis)/doksisiklin (2 mg/kgBB/hari, 2 dosis) + primakuin (dosis tunggal) b. Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin Kuinin sulfat oral 10 mg/kg bb/dosis, 3 kali sehari, selama 7 hari. Dosis untuk bayi adalah 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari. Ditambah Tetrasiklin oral 5 mg/kg bb/kali, 4 kali sehari selama 7 hari (maksimum 4 x 250 mg/hari) c. Regimen alternatif Kuinin sulfat oral Kuinin dihidroklorid intravena ditambah Pirimetamin sulfadoksin (fansidar) oral Tabel 1. Dosis Pirimetamin sulfadoksin (fansidar) menurut umur Umur Pirimetamin sulfadoksin (tahun) (tablet) <1 1-3 4-8 9-14 > 14 1/4 1/2 1 2 3

d. Pencegahan relaps Primakuin fosfat oral Malaria falciparum : 0,5-0,75 mg basa/kg bb, dosis tunggal, pada hari pertama pengobatan Malaria vivax, malariae, dan ovale : 0,25 mg/kg bb, dosis tunggal selama 5-14 hari. III. Suportif Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral atau parenteral. Pelihara keadaan nutrisi. Transfusi darah pack red cell 10 ml/kg bb atau whole blood 20 ml/kg bb apabila anemia dengan Hb < 7,1g/dl. Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai. Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit. Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. Dialisis peritoneal dilakukan pada gagal ginjal. Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen. Apabila terjadi gagal nafas perlu pemasangan ventilator mekanik (bila mungkin). Pertahankan kadar gula darah normal. Antipiretik Diberikan apabila demam > 39 C, kecuali pada riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal. (http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&ht ml=07110-wpes275.htm)

Pencegahan malaria
Metode pencegahan penyakit malaria dapat dibagi menjadi dua basis besar, yaitu berbasis pada komunitas (masyarakat) dan berbasis pribadi. Dijelaskan sebagai berikut : A. Berbasis Masyarakat 1. Pola perilaku bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan dan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye massal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang. 2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan. 3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan mengigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida. B. Berbasis Pribadi 1. Pencegahan gigitan nyamuk a. Menggunakan kontruksi rumah yang anti nyamuk dengan menggunakan kasa pada ventilasi pintu dan jendela. b. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito-net). c. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar 2. Pengobatan bila memasuki daerah endemik meliputi :

a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan khusus, yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgBB/minggu atau dosisiklin 100 mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (Suldox), 3 tablet sekali minum. 3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil a. Klorokuin, bukan kontraindikasi b. Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/ kgBB/ minggu dan proguanil 3mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitif terhadap klorokuin. c. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin. d. Profilaksis dengan dosisiklin tidak diperbolehkan. (http://tugas-pbw.comuf.com/penyakittropis/index.php/malaria/pencegahan-malaria)

Komplikasi campak
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebutpernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal. Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut : 1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous. 2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress. 3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya. 4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl. 5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome). 6. Hipoglikemi : gula darah <> 7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8). 8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler 9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam 10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD) 11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan otak. (http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html)

Prognosis malaria
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak menyebabkan kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P. Malariae dapat berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps, pernah dilaporkan sampai 30-50 tahun. Infeksi P. falciparum

tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi P. falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.(8,11) WHO mengemukakan indikator prognosis buruk apabila(8) : Indikator klinis: a. Umur 3 tahun atau kurang b. Koma yang berat c. Kejang berulang d. Refleks kornea negatif e. Deserebrasi f. Dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edema paru) g. Terdapat perdarahan retina Indikator laboratorium: a. Hiperparasitemia (>250.000/ml atau >5%) b. Skizontemia dalam darah perifer c. Leukositosis d. PCV (packed cell volume) <20 % e. Glukosa darah <40 mg/dl f. Ureum >60 mg/dl g. Glukosa likuor serebrospinalis rendah h. Kreatinin > 3,0 mg/dl i. Laktat likuor serebrospinalis meningkat j. SGOT meningkat > 3 kali normal k. Antitrombin rendah l. Peningkatan kadar plasma 5-nukleotidase

Macam-macam obat malaria


Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria, maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan: 1. Skizontosida jaringan primer: proguanil, pirimerin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit dalam eritrosit; dapat digunakan sebagai profilaksis kasual 2. Skizontosida jaringan sekunder: primakuin,dapatmembasmi parasit daur eritrosit atau stadium jaringan. P.vivax danp. Ovale digunakan untukpengobatan nadikal sebagai obat anti relaps 3. Skizontosida darah: membasmiparasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida darah juga mengeliminasi stadium seksual di eritrosit p. Vivax, p. Ovale danp. Malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit p. Falciparum yang matang. Skizontosida darahyang ampuh adalah kina, amodikuin,halo fatine,golongan artemisin sedangkan efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetin 4. Gametosida: mengeleminasi stadium seksual termasuk gametosit p. Falciparum juga mempengaruhi stadiumperkembangan parasit malaria dalam nyamuk anopheles. Beberapa obat gametosit bersifat sporontoisda. Primakuin adalah gametosida utnukkeempat spesies; sedangkan kina , klorokuin, amodiakun adalah gametosida p. Vivax, p.malariae, p. Ovale 5. Sporontosida: mencegah atau menghamabt gametosit dalamdarah untukmembentuk ookistra dan sporozoit dalam nyamuk anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat sporogonik. Obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan pro-guanil

Farmakokinetik, Farmakodinamik dan Efek samping

1. Klorokuin dan turunannya (klorokuin, amodiakuin dan hidrosiklokuin) Farmakodinamik: Aktivitas anti malaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive klorouin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah umumnya negative pada waktu 48-72 jam Mekanisme kerja obat: menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang melibatkan berbagai mekanisme genetic yangkompleks Farmakokinetik: Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat dan adanya makanan mempercepat absorbsi ini Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non diffusible plasma continent Metabolisme: berlangsung lambat sekali Ekskresi: metabolit klorokuin dieksresi melalui urin Efek samping: Sakit kepala ringan, gatal gatal,gangguan pencernaan, gangguan penglihatan Untuk terapi supresi menimbulkan sakit kepala, penglihatan kabur, erupsi kulit, uban danperubahan gambar ekg Dosis tinggi parenteral menimbulkan toksisitas terutama pada kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, yang menyebabkan henti jantung 2. Pirimetamin (turunan pirimidin) Farmakodinamik: Merupakan skizonrosid darah yang bekerja lambat Waktu paruhnya lebih panjang dari proguanil Dalam bentuk kombinasi, pitimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas untuk supresi malaria,terutama yang disebabkan oleh strain plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin Mekanisme kerja: menghambat enzim dihidrofolat reduktase yang bkerja alamrangkaian reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan jangka lama nyang menyebabkanterjadinya mutasi pqada gen yang menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas prirmetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia Farmakokinetik: Absorbsi: melalui saluran cerna berlangsung lambat tapi lengka Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 4-6 jam Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati dan limpa Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari melalui urin Efek samping: Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrostik yang serupa dengan apa yang terjadi pada asam folat 3. Primakuin (turunan 8-aminokuinolon)

Farmakodinamik: Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah Aktifitas anti malaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale Memperlihatkan efek gametosiodal terhadap ke 4 jenis plasmodium terutama plasmodium palcifarum Mekanisme antimalaria: mungkin primakuin berubah menjadi elektrolit yang bekerja sebagai mediatoor reduksi oksidasi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti malaria melalui pembentukan oksigen relatif untuk mempengaruhi transportasi elektron parasit Farmakokinetik: Absorbsi: setelah pemberian oral, primakuin segera di absorbsi Distribusi: luas ke jaringan Pada dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3jam dan waktu paruh eleminasinya 6jam Metabolisme: berlangsung cepat. Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal Efek samping: Yang terberat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yangmengalami defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidroginase Dengan dosis tinggi menimbulkan gangguan lambung dan dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan sianosis 4. Kina dan Alkaloid sinkoma Farmakodinamik: Kina beserta pririmetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen terpilih plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid terhadap plasmodium vivax dan plasmodium malariae Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang efektif dibanding dengan klorokuin Mekanisme kerja: bekerja dalam organel (vakuol makanan) plasmodium palcifarum melalui penghambtan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme Farmakokinetik: Absorbsi: baik terutama melalui usus halus bagian atas Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah satu dosis tunggal Distribusi: luas, terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa Metabolisme: di dalam hati Ekskresi: hanya kira-kira 20% yang diekskresi dalam bentuk utuh di urin Waktu paruh eleminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada pasien malariae berat 18 jam Efek samping: Menyebabkan sinjonisme yang tidak terlalu memerlukan penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan mual Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, syaraf, kardiovaskular dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan, seperti bingung, gelisah dan delirium. Pernapasan mulamula dirangsang lalu dihambat kulit menjadi dingin dan sianosis; suhu kulit dan tekanan darah menurun; akhirnya pasien meninggal karena henti nafas

Pada wanita hamil yangmenderita malaria terjadi reaksi hipersensivitas kina yang menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia dan hemoglobinurin

Indikasi P. falciparum yang sensitif terhadap klorokuin dan P. malariae

Obat alternatif Klorokuin fosfat 1g, selanjutnya 500 mg pada 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 36 jam berikutnya. (Total 50 mg/kgBB dalam 48 jam). Untuk anak diberikan dosis awal 16,7 mg/kgBB, selanjutnya diberikan 8,3 mg/kgBB pada 6 jam, 12 jam, 24 jam, dan 36 jam berikutnya. Dosis total 50 mg/kgBB Klorokuin fosfat, dosis seperti di atas dan selanjutnya primakuin fosfat 26,3 mg per hari selama 14 hari (bila G6PD normal) Kina 3 X 650 mg/hari selama 3-7 hari ditambah salah satu obat di bawah ini Doksisiklin 2 X 100 mg/hari selama 7 hari, atau Klindamisin 2 X 600 mg/hari selama 7 hari, atau Sulfadoksin + pirimetamin (Fansidar) sekali makan 3 tablet Meflokuin sekali 750 mg/oral (~15 mg/kgBB) selanjutnya 500 mg pada 6-8 jam berikutnya atau Artesunat/artemeter oral, dosis tunggal per hari; 4 mg/kgBB pada hari ke 1, 2 mg/kgBB pada hari ke 2 dan ke 3, i mg/kgBB pada hari ke 4 sampai ke 7 atau Halofantrin oral 500 mg tiap 6 jam sebanyak 3 x. Selanjutnya diulang 1 minggu kemudian

P. vivax dan P. ovale

P. falciparum resisten terhadap klorokuin, tanpa komplikasi

Anda mungkin juga menyukai