P.MALARIAE
A.EPIDEMIOLOGY
Materi studi epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang
saling berkaitan:
1. Inang (HOST): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai inang
definitif parasit malaria.
2. Penyebab penyakit (AGENT): parasit malaria (Plasmodium).
3. Lingkungan (ENVIRONMENT).
MEKANISME EPIDEMIOLOGI
B.MORPHOLOGY
Kasus malaria di suatu daerah atau tempat adalah salah satu indikator biologis
malaria. P.Malariae biasanya diperoleh sebagai akibat gigitan nyamuk anopheles betina
yang sebelumnya terinfeksi. Pada kasus tipe kuartana, telah berkembang setelah
transfusi dengan darah yang terinfeksi, dimana pada keadaan ini fase praeritrositik dari
perkembangan parasit dalam hati dapat dihindarkan.
Adanya vektor yang positif sporozoit (dengan pembedahan kelenjar liur atau
reaksi imunologis) menunjukkan bahwa lingkungan setempat cocok untuk
kelangsungan hidup vektor, umurt vektor cukup panjang untuk mendukung
dilampauinya masa inkubasi ekstrinsik P.Malariae dalam nyamuk vektor, yang berarti
pula kelembaban dan suhu udara optimal untuk nyamuk dan parasit P.Malariae.
C.LIFE CYCLE
Manusia merupakan hospes antara tempat Plasmodium Malariae mengadakan
skizogoni (siklus aseksual), sedang nyamuk anopheles merupakan vektor dan hospes
definitif siklus hidup. Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (Sporogoni) dalam
badan nyamuk anopheles dan fase aseksual (Skizogoni) dalam badan hospes
vertebrata.(11,12,15)
2. Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni ekso-eritrosit) atau standar jaringan dengan:
Banyak yang dihancurkan oleh Fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati
dan berkembangbiak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri
berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi
besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai oleh perbelahan
sitoplasma yang mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti
satu dengan ukuran 1,0 sampai dengan 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi
tidak ada reaksi di sekitar jaringan hati. Fase ini berlangsung beberapa waktu,
tergantung dari spesies parasit malaria, seperti terlihat pada tabel I. Pada akhir fase
pra-eritrosit, skizon pecah, beribu-ribu merozoit keluar dan masuk di peredaran darah.
Sebagian besar menyerang dan menembus sel-sel eritrosit yang berada di sinosoid hati
tetapi beberapa difagositosis (stadium eritrositen). (3,9)
2. Tidak pernah ditemukan skizon ekso-eritrositik dalam hati manusia atau simpanse
setelah siklus pra-eritrositik dan
3. Parasit menetap dalam darah untuk jangka waktu panjang yang dapat dibuktikan
pada beberapa kasus malaria transfusi.(3,9)
Merozoit dilepaskan oleh skizon jaringan dan mulai menyerang eritrosit. Invasi merozoit
bergantung pada interaksi reseptor pada eritrosit, glikoforin dan merozoit sendiri. (8)
Sisi anterior merozoit melekat pada membran eritrosit, kemudian membran merozoit
menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi,
membentuk vakuol dengan parasit yang berada di dalamnya. (13,15)Pada saat merozoit
masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini berlangsung
selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat, kecil.
Beberapa diantaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan
inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran, maka
parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi
tidak teratur. Stadium muda ini disebut Trofozoit. Parasit mencernakan hemoglobin
dalam eritrosit dan sisa metabolisme berupa pigmen malaria (hemozin dan hematin).
Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir
berwarna kuning hitam makin jelas pada stadium lanjut. (8,13)
Tropozoit muda atau bentuk cincin menjadi tropozoit tua lalu menjadi skizon dan
akhirnya skizon in kemudian pecah melepaskan 6-24 merozoit ke sirkulasi. Merozoit ini
memasuki eritrosit lain dan mengulangi fase skizogoni selama infeksi dan menimbulkan
parasitemia yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respon imun
hospes.(13,15)
Sporogoni. Pada permukaan zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak,
tetapi dalam waktu 18-24 jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak. Stadium
seperti cacing ini berukuran panjang 8-24 mikron dan disebut ookinet. (9)
D. TRANSMISION
Malaria terdapat di daerah dari 60° Lintang Utara sampai 30° Lintang Selatan,
setinggi 2.666 m sampai daerah yang terletak 433 m di bawah permukaan laut . Antara
batas-batas garis lintang dan garis bujur terdapat daerah yang bebas malaria. Di
Indonesia, P.Malariae ditemukan tersebar di seluruh kepulauan, terutama di Kawasan
Timur Indonesia.P.Malariae di daerah endemi terdapat secara autokton (indigenous
malariae) karena siklus hidup parasit P.Malariae dapat berlangsung (terdapat manusia,
nyamuk dan parasit). Penularan P.Malariae terjadi pada sebagian besar zona tropis.
Meskipun di Amerika Serikat, Kanada dan Eropa Utara, saat ini bebas dari malaria
indigenous, wabah-wabah lokal telah terjadi melalui infeksi nyamuk-nyamuk lokal oleh
(9,12)
pendatang dari daerah endemis.
Besarnya derajat endemi dapat diukur dengan spleen rate dan parasite rate
sehingga dapat dibedakan daerah(12) :
3. Parasit
E.SYMPTOMS
Dimulai pada saat perasaan dingin sekali berulang menjadi panas sekali. Muka menjadi
merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat.
Biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus
sekali pada saat suhu naik sampai 41°C (106°F) atau lebih. Stadium ini berlangsung
selama 2-6 jam.
Dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah, suhu
turun dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemas tetapi sehat. Stadium
ini berlangsung 2-4 jam.
Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama disebut Relaps.(8,9)
Yaitu timbul karena parasit malaria dalam eritrosit menjadi banyak. Timbul 8 minggu
setelah penyakit sembuh.
Karena parasit siklus ekso-eritrosit masuk ke dalam darah dan menjadi banyak.
Biasanya timbul kira-kira 6 bulan (24 minggu) atau lebih setelah sembuh.
2. Reduced survival time, eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat
hidup lama.
4. Derajat fagositis RES meningkat, sehingga akibatnya banyak eritrosit yang hancur.
F.DIAGNOSIS
a. Pengobatan (treatment)
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang
lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan
protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil
menemukan. Atabrine (Quinacrine hidrochroliode) yang pada saat itu lebih efektif
daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir PD II, klorokuin
dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total, juga
lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine atau
Quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-
obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan secara terus
menerus.(9,15)
Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan bila obat
diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk
mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang
sudah terjadi terdiri dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah
transmisi atau penularan bila obat digunakan terhadap gametosit dalam darah. (8,9)
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan
amodiakuin
b. Pencegahan (Control)
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk
malaria. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif mencegah malaria. Mayoritas
obat-obatan yang tersedia untuk melawan malaria adalah juga digunakan sebagai
pencegah.(8,15)
The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal berikut
untuk membantu mencegah merebaknya malaria (9) :
Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar.
Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk
mendekat
Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat
lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
Semua anak dari daerah non endemik malaria apabila masuk ke daerah endemik
malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari
daerah endemik malaria, setiap minggunya diberikan obat antimalaria. Tetapi hati-
hati dalam menggunakan obat karena penggunaan yang berlebihan dapat berakibat
fatal.
a. Proguanil (2dd 100 mg p.c.) untuk daerah dengan hanya P.vivax dan P.
malariae
b. Klorokuin basa 5 mg/kgBB (8,3 mg garam), maksimal 300 mg basa sekali
seminggu untuk daerah dengan resistensi terhadap proguanil. Atau juga
kombinasi kloroquin dan proguanil.
d. Fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75 mg/kgBB atau sulfa-
doksin 10-15 mg/kgBB sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih)
3. Vaksin malaria
DAFTAR PUSTAKA