2) Plasmodium malariae
3) Plasmodium ovale
Plasmodium ovale merupakan parasit yang menyebabkan penyakit malaria ovale.
Biasanya Plasmodium ovale terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat, Pasifik
Barat dan di beberapa bagian lain di dunia.
Di Indonesia, parasot ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan
di Pulau Timor.
Morfologi :
Trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit).
Titik Schüffner terbentuk saat dini dan tampak jelas.
Stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih
kasar tapi tidak sekasar P.malariae. Pada stadium ini, eritrosit agak membesar dan
sebagian besar berbentuk lonjong.
Stadium gametosit betina berbentuk bulat, punya inti kecil, kompak, dan
sitoplasmanya berwarna biru.
Gametosit jantan punya inti difus, sitoplasma berwarna pucat, kemerah-merahan
berbentuk bulat.
4) Plasmodium falciparum
Parasit ini ditemukan di daerah tropik, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. \
Daur hidup
Malaria
definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil anemia, dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi
parasit yang merupai malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
(Depkes, 2006)
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi sel darah merah oleh genus
Plasmodium. Parasit disuntikkan ke dalam tubuh manusia oleh nyamuk Anopheles betina.
(WHO, 2010)
epid
o Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara hingga belahan bumi
selatan; mulai dari ketinggian 2850 m sampai daerah yang letaknya 400 m
dibawah permukaan laut.
o Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus
malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta - 2,7 juta kematian. Dan 90% kematian
terjadi pada anak-anak.
o Menurut data yang berkembang hampir separuh dari populasi Indonesia (lebih
dari 90 juta orang atau 46% dari total populasi Indonesia) bertempat tinggal di
daerah endemik malarian dan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap
tahunnya.
etiologi
Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat
spesies, yaitu :
Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan hospes
definitif yaitu nyamuk anopheles
(Sumarmo, 2010)
Patogenesis
1. Plasodium falcifarum
Setelah melalui jaringan hati Plasmodium falcifarum melepaskan 18-24 merozoit
kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa dan
mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari fagosit serta filtrasi. Merozoit
yang lepas dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi eritrosit . selanjutnya
parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam
eritosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada
manusia. Patogenesa yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang disebabkan oleh
malaria P.falcifarum.
Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor penjamu
(host). Yang termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan
virulensi parasit. Sedangkan yang dimaksud dengan factor penjamu adalah tingkat
endemisitas daerah tempat tinggal, genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP
secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium
matur pada 24 II. Permukaan stadium cincin akan memampilkan antigen RESA (Ring-
erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob
dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP
tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) dari
makrofag.
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
Nama penyakit: malaria kuartana karena serangan demam berulang pada hari
keempat. Daur praeritrosit 10-15 hari, daur eritrosit 72 jam. Tidak mengalami fase hipnozoit
dan pembesaran eritrosit. Jumlah merozoit 15 ribu, ukuran skizon hati 55 mikron, jumlah
merozit eritrosit 8. Berada pada eritrosit normosit. Titik eritrosit(ziemann), pigmen tengguli
hitam.
Patologi : Masa inkubasi 18 hari kadang sampai 30-40 hari Serangan demam lebih
teratur terutama pada sore hari Dapat menyebabkan kelainan ginjal krna Plasmodium
Malariae besifat menahun dan progresif dengan prognosis buruk.
4. Plamodium ovale
Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya
infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu
juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual)
3. Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:
Stadium Dingin
Mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan
penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang
tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering
dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.
Stadium Demam
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40ºC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode
ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
Stadium Berkeringat
Dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu
turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya
dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah, tetapi lebih sehat. Stadium ini
berlangsung 2-4 jam.
(Sudoyo dkk, 2009)
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
( Depkes, 2006 )
A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan adalah gejala klasik yang menjadi Trias
Malaria secara berurutan :
a. Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, seluruh badan gemetar dan gigi sering
terantuk diikuti meningkatnya temperatur.
b. Periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi bebrapa
jam diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat.
1. Sering disertai sakit kepala, mual dan atau muntah
2. Kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa
3. Riwayat berpergian dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah malaria
4. Tinggal dan berdomisili di daerah endemis malaria
5. Pernah menderita malaria
6. Riwayat mendapat transfusi darah
7. Gejala pada daerah endemis biasanya lebih ringan dan tidak klasik karena timbulnya
antibodi, sedangkan pada non endemis lebih klasik/khas dan cenderung menjadi berat.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
2. Keadaan umum yang lemah.
3. Kejang-kejang.
4. Panas sangat tinggi.
5. Mata dan tubuh kuning.
6. Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna.
7. Nafas cepat (sesak napas).
8. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
9. Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
10. Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
11. Telapak tangan sangat pucat.
B. Pemeriksaan fisik
C.Pemeriksaan Laboratorium
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab
antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk
penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.
( Depkes, 2006)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
( Depkes, 2006)
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai
berikut :
a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)
Penderita panas dengan nyeri kepala yang kondusif, hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang
dan gejala neurologis lainnya.
b. Stroke (gangguan kardiovaskular)
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologic laterialisasi (hemiperese atau
hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes mellitus dan
lain-lain).
c. Tifoid ensefalopati
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demam tifoid
lainnya.
d. Hepatitis
Prodormal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makan diikuti
dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin seperti air tah. Kadar
SGOT dan SGPT meningkat > 6x.
e. Leptospirosis Berat
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan yang menunjang
adanya transmisi leptospirosis (pembersih got, sampah, dll.), leukositosis, gagal ginjal, dan
sembuh dengan pemberian antibiotika.
f. Glomerulonefritis akut atau kronik
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberika respon terhadap pengobatan malaria
secara diri dan adekuat.
g. Sepsis
Demam dengan fokal infeksi yang jelas penurunan kesadaran, gangguan sirkulasi,
leukositosis dengan granula toksik yang didukung hasil biakan mikrobiologi.
h. Demam berdarah dengue atau Dengue shock syndrome.
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa syok dengan keluhan
sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi pendarahan (epitaksis, gusi, petekie,
purpura, hematom, hemetemesis dan melena), sering muntah, uji torqinuet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi inhibisi
hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
( Depkes, 2006)
Komplikasi
1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar
GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau perbedaan
temperature kulit-mukosa >1
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).10.Makroskopik
hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada
kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
( Depkes, 2006 )
GEBRAK Malaria
Tujuan Kegiatan GEBRAK Malaria
Gebrak malaria adalah gerakan nasional yang mencakup seluruh komponen lapisan
masyarakat dalam rangka mengontrol malaria melalui kemitraan bersama antara pemerintah,
perorangan, LSM, badan donor lokal dan internasional.
Yaitu dengan strategi deteksi dini dan pengobatan yang tepat , peran serta aktif masyarakat
dalam pencegahan malaria, perbaikan kualitas pencegahan dan pengobatan malaria melalui
perbaikan kapasitas petugas kesehatan yang terlibat.
Strategi Kegiatan GEBRAK Malaria
1. mengobati penderita malaria.
2. mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia :
memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah (jendela dan pintu) menggunakan kelambu
dan repellent.
3. mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk
dan penetapan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah penduduk.
Dalam pemberantasan dibedakan menjadi 2 yaitu pemberantasan dan pembasmian. Di
Indonesia hanya pada taraf pemberantasan, meliputi :
a) Diagnosis awal dan pengobatan yg tepat
b) Progam kelambu dengan insektisida
c) Penyemprotan
d) Pengawasan detektif aktif dan pasif
e) Survey demam dan pengawasan migrant
f) Deteksi control epidemic
Prognosis
Malaria vivaks prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama dua bulan atau lebih.
Malaria malariae jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria
ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan
komplikasi yang menyebabkan kematian.
(Inge, 2009)
Vektor Malaria
Morfologi
Telur anophelini berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian
atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah
lateral, bagian badannya mempunyai bentuk yang khas, yaitu spirakel di bagian
posteriol abdomen, tergal plate pada bagian dorsal abdomen dan sepasang bulu palma
pada bagian nlateral abdomen.
Pupanya mempunyai tabung pernapasaan yang bentuknya lebar dan pendek.
nyamuk dewasa nyamuk jantan memiliki ruas palmus bagian apital yang berbentuk
gada, sedangkan betinanya ruasnya mengecil.
Sayap pada bagian pinggirnya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berwarna hitam putih,
selain itu ujung sayapnya melengkung.
( Esposito F dan Halbuetzel A)
jenis vektor malaria :
Anopheles Aconitus
1. Vektor jenis Anopheles aconitus betina paling sering menghisap darah ternak.
Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana
kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.
2. Vektor Aconims biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor
ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk. Nyamuk ini biasanya suka hinggap didaerah-
daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu
basah dan lembab.
3. Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran irigasi..
Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang airnya mengalir
perlahan dan kolam air tawar.
Anopheles Sundaicus
1. Vektor jenis ini umumnya lebih sering menghisap darah manusia. Nyamuk ini aktif
menggigit sepanjang malam. Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi
yang satu dengan lokasi yang lain.
2. Jarak terbang Anopheles Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih
dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak
kurang lebih 3 KM dari tempat perindukan nyamuk tersebut .
3. Vektor Anopheles Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, Penyebaran jentik
terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung,
sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.
Anopheles Maculatus
1. Vektor Anopheles Maculatus betina lebih sering menghisap darah binatang. Vektor jenis
ini aktif mencari darah pada malam hari.
2. Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. (sungai yang kecil dengan air jernih,
mata air yang mendapat sinar matahari langsung.) Densitas tinggi pada musim kemarau,
sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan
hanyut terbawa banjir
Anopheles Barbirostris
1. Vektor Anopheles Barbirotris lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan.
Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini
lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari
darah pada waktu malam.
2. tempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap pada pohon-
pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah. Tempat berkembang
biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah-sawah dengan saluran irigasinya kolam
dan rawa-rawa. Dari pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor
Anopheles Barbirotris ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni.
( Depkes RI, 2006 )
pemberantasan vektor
Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur dengan
berbagai cara seperti :
Persentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat, yang bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara Hackett dan Schuffner.
Average enlarge spleen (AES) adalah rata-rata pembesaran limpa yang dapat teraba. Jumlah
limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa x pembesaran limpa pada suatu golongan
umur tersebut. AES ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan.
Persentase orang yang sediaan darahnya positif pada saat tertentu dan angka ini
merupakan pengukuran malariometrik
1. Berat ringannya infeksi malaria pada masyarakat diukur dengan densitas parasit (Density
Parasite) yaitu jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif.
2. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (Parasite
Count) yaitu jumlah parasit dalam 1mm3 darah.
Slide Positive Rate (SPR) menyatakan persentase sediaan darah positif dalam periode
kegiatan penemuan kasus yang dapat dilakukan secara aktif (Active Case Detection) atau
secara pasif (Passive Case Detection).
Annual Parasite Index (API) menyatakan jumlah sediaan darah yang positif dari
jumlah sediaan yang diperiksa per tahun, dalam permil.
Annual Blood Rate (ABER) menyatakan jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap
malaria per tahun dibagi jumlah penduduk dalam persen.
Disuatu daerah malaria dapat terjadi epidemi (wabah), yaitu jika pada suatu waktu
jumlah penderita meningkat secara tajam.
1. Stabil (Stable malaria) adalah keadaan jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara
terus menerus. Dan biasanya kekebalan penduduk tinggi
2. Tidak stabil (Unstable malaria) adalah keadaan jika transmisi di daerah itu tidak tetap.
Dan biasanya kekebalan penduduk rendah
Sifat malaria juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, yang tergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
1. Parasit yang terdapat pada pengandung parasit
2. Manusia yang rentan
3. Nyamuk yang dapat menjadi vektor
4. Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing