Anda di halaman 1dari 15

PLASMODIUM

1) Jenis dan morfo


1) Plasmodium vivax.
 Plasmodium vivax : parasit yang menyebabkan penyakit malaria vivax atau
biasa disebut juga malaria tersiana
 hospes perantara : manusia
 hospes definitive : nyamuk Anopheles betina.
 biasanya ditemukan di daerah subtropik dan tropik.
 Khusus di Indonesia, Plasmodium vivax tersebar di seluruh kepulauan dan
pada musim kering, umumnya di daerah endemik mempunyai frekuensi
tertinggi di antara spesies yang lain.
Morfologi :
 trofozoit muda
 terdapat bentuk cincin yang besarnya ± 1/3 eritrosit.
 Dengan pulasan Giemsa, sitoplasmanya berwarna biru, intinya merah,
 vakuol yang besar.
 eritrosit yang terinfeksi parasit P.vivax ukurannya lebih besar daripada
ukuran eritrosit yang normal
 tampak titik-titik halus berwarna merah yang disebut titik Schüffner.
 trofozoit tua
 sitoplasma berbentuk ameboid
 pigmen parasit menjadi semakin nyata dan berwarna kuning tengguli
 Skizon matang
 12-18 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit
 pigmen terkumpul di bagian tengah atau di pinggir.
 Pada makrogametosit (betina)
 sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil, padat, dan berwarna merah.
 mikrogametosit (jantan)
 bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru kelabu
 inti yang besar, pucat, dan difus.
 Inti biasanya terletak di tengah
 Baik pada mikrogametosit maupun makrogametosit, butir-butir pigmen
jelas dan tersebar pada sitoplasma.

2) Plasmodium malariae

Plasmodium malariae merupakan parasit yang menyebabkan malaria malariae atau


malaria kuartana. Disebut malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari
ke empat.
Penyakit malaria kuartana dapat ditemukan di daerah tropik, tetapi frekuensinya
cenderung rendah. Di Afrika terutama ditemukan di bagian barat dan utara, sedangkan di
Indonesia dilaporkan di Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (termasuk Timor Leste) dan
Sumatera Selatan.
Morfologi :
 Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda banyak dengan Plasmodium
vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan Giemsa tampak lebih
gelap.
 Eritrosit yang terinfeksi P.malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada
eritrosit dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann.
 Pada trofozoit yang lebih tua bila membulat kira-kira setengah eritrosit.
 Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit dapat melintang sepanjang sel darah
merah.Butir-butir pigmen jumlahnya besar, kasar, dan berwarna gelap.
 Pada makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua, berinti kecil
dan padat.
 Sedangkan pada mikrogametosit, sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan
lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.

3) Plasmodium ovale
 Plasmodium ovale merupakan parasit yang menyebabkan penyakit malaria ovale.
 Biasanya Plasmodium ovale terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat, Pasifik
Barat dan di beberapa bagian lain di dunia.
 Di Indonesia, parasot ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan
di Pulau Timor.
Morfologi :
 Trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit).
 Titik Schüffner terbentuk saat dini dan tampak jelas.
 Stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih
kasar tapi tidak sekasar P.malariae. Pada stadium ini, eritrosit agak membesar dan
sebagian besar berbentuk lonjong.
 Stadium gametosit betina berbentuk bulat, punya inti kecil, kompak, dan
sitoplasmanya berwarna biru.
 Gametosit jantan punya inti difus, sitoplasma berwarna pucat, kemerah-merahan
berbentuk bulat.

4) Plasmodium falciparum

 Plasmodium falciparum merupakan parasit yang menyebabkan penyakit malaria


falsiparum atau malaria tropika atau malaria tersiana maligna.

 Parasit ini ditemukan di daerah tropik, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. \

 Di Indonesia, parasit ini tersebar di seluruh kepulauan.


Morfologi :
 Trofozoid muda (berbentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik Maurer.
 Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit.
 Pada trofozoid (multiple) terdapat lebih dari 1 buah parasit dalam sebuah eritrosit
 Skizon muda jumlah intinya 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam.
 Skizon matang inti membelah 8-24.
 Makrogametosit berbentuk seperti pisang, agak lonjong, plasma berwarna biru, inti
padat kecil, pigmen di sekitar inti.
 mikrogametosit berbentuk seperti sosis, plasma berwarna pucat merah muda, inti
tidak padat, pigmen tersebar.

Daur hidup

Gambar 1. Skema Daur Hidup Plasmodium (www.dpd.cdc.gov)


Tabel 1. Sifat dan Diagnostik Empat Spesies Plasmodium pada Manusia (Inge, 2009)
Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium
falciparum vivax ovale malariae
Daur
5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari
praeritrosit
Hipnozoit - + + -
Jumlah
40.000 10.000 15.000 15.000
merozoit hati
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron
Daur erotrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
Eritrosit yang Muda dan Retikulosit & Retikulosit &
Normosit
dihinggapi normosit normosit normosit muda
Pembesaran
- ++ + -
eritrosit
Titik-titik Schuffner
eritrosit Maurer Schuffner Ziemann
(James)

Malaria
 definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil anemia, dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi
parasit yang merupai malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
(Depkes, 2006)
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi sel darah merah oleh genus
Plasmodium. Parasit disuntikkan ke dalam tubuh manusia oleh nyamuk Anopheles betina.
(WHO, 2010)
 epid
o Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara hingga belahan bumi
selatan; mulai dari ketinggian 2850 m sampai daerah yang letaknya 400 m
dibawah permukaan laut.
o Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus
malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta - 2,7 juta kematian. Dan 90% kematian
terjadi pada anak-anak.
o Menurut data yang berkembang hampir separuh dari populasi Indonesia (lebih
dari 90 juta orang atau 46% dari total populasi Indonesia) bertempat tinggal di
daerah endemik malarian dan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap
tahunnya.
 etiologi
Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat
spesies, yaitu :

1)      Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika


2)      Plasmodium ovale penyebab malaria ovale
3)      Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana
4)      Plasmodium malariae penyebab malarua Quartana

Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan hospes
definitif yaitu nyamuk anopheles
(Sumarmo, 2010)

 Patogenesis
1. Plasodium falcifarum
Setelah melalui jaringan hati Plasmodium falcifarum melepaskan 18-24 merozoit
kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa dan
mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari fagosit serta filtrasi. Merozoit
yang lepas dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi eritrosit . selanjutnya
parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam
eritosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada
manusia. Patogenesa yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang disebabkan oleh
malaria P.falcifarum.
Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor penjamu
(host). Yang termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan
virulensi parasit. Sedangkan yang dimaksud dengan factor penjamu adalah tingkat
endemisitas daerah tempat tinggal, genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP
secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium
matur pada 24 II. Permukaan stadium cincin akan memampilkan antigen RESA (Ring-
erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan  membrane EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob
dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP
tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) dari
makrofag.

2. Plasmodium vivax

Hospes perantaranya adalah manusia. Hospes definitifnya adalah nyamuk anopheles


betina. Nama penyakit yang disebabkannya adalah malaria vivax / malaria tersiana Ia
mengalami fase hipnozoit/ fase tidur / istirahat. Jumlah merozoit 10ribu, skizon hati 45
mikron, merozoit pada eritrosit 12-18. Daur praeritrosit 8 hari, daur eritrosit 48jam. Berada
pada eritrosit retikulosit dan normosit.T erjadi pembesaran eritrosit, titik Schuffner, pigmen
kuning tengguli (fase skizon matang).
Patologi : Masa tunas intrinsik 12-17 hari (beberapa strain sampai 6-9 bulan).
Demam tidak teratur pada 2-4 hari kemudian intermiten dengan perbedaan pada pagi dan
sore, suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.

3. Plasmodium malariae

Nama penyakit: malaria kuartana karena serangan demam berulang pada hari
keempat. Daur praeritrosit 10-15 hari, daur eritrosit 72 jam. Tidak mengalami fase hipnozoit
dan pembesaran eritrosit. Jumlah merozoit 15 ribu, ukuran skizon hati 55 mikron, jumlah
merozit eritrosit 8. Berada pada eritrosit normosit. Titik eritrosit(ziemann), pigmen tengguli
hitam.
Patologi : Masa inkubasi 18 hari kadang sampai 30-40 hari Serangan demam lebih
teratur terutama pada sore hari Dapat menyebabkan kelainan ginjal krna Plasmodium
Malariae besifat menahun dan progresif dengan prognosis buruk.

4. Plamodium ovale

Nama penyakitnya adalah malaria ovale. Mengalami fase hipnozoit, pembesaran


eritrosit. Daur praeritrosit 9 hari, daur eritrosit 50 jam. Jumlah merozoit hati 15 ribu, jumlah
merozoit eritrosit 8-10, skizon hati 70 mikron. Berada pada eritrosit retikulosit dan normosit
muda.
Patologi : Serangannya sama dengan malaria vivax tetapi penyembuhannya sering
secara spontan dan jarang mengalami relaps Tetap ada dalam darah. Mudah ditekan oleh
spesies lain yg lebih virulen dan baru tampak setelah spesies tersebut lenyap.
(Inge, 2009)

 Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi  Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya
infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu
juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual)

2 .Keluhan-keluhan prodromal  Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum


terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada
tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas

3. Gejala-gejala umum  Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:

Stadium Dingin

Mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan
penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang
tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering
dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.

Stadium Demam

Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40ºC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode
ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
Stadium Berkeringat
Dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu
turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya
dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah, tetapi lebih sehat. Stadium ini
berlangsung 2-4 jam.
(Sudoyo dkk, 2009)
 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
( Depkes, 2006 )

A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan adalah gejala klasik yang menjadi Trias
Malaria secara berurutan :
a. Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, seluruh badan gemetar dan gigi sering
terantuk diikuti meningkatnya temperatur.
b. Periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi bebrapa
jam diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat.
1. Sering disertai sakit kepala, mual dan atau muntah
2. Kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa
3. Riwayat berpergian dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah malaria
4. Tinggal dan berdomisili di daerah endemis malaria
5. Pernah menderita malaria
6. Riwayat mendapat transfusi darah
7. Gejala pada daerah endemis biasanya lebih ringan dan tidak klasik karena timbulnya
antibodi, sedangkan pada non endemis lebih klasik/khas dan cenderung menjadi berat.

Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
2. Keadaan umum yang lemah.
3. Kejang-kejang.
4. Panas sangat tinggi.
5. Mata dan tubuh kuning.
6. Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna.
7. Nafas cepat (sesak napas).
8. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
9. Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
10. Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
11. Telapak tangan sangat pucat.

B. Pemeriksaan fisik

1. Demam dengan suhu lebih ≥ 37,5º C


2. Konjungtiva palpebra bisa ditemukan anemis
3. Splenomegali. Pada daerah endemis splenomegali lebih sering dan berderajat besar
khususnya anak-anak
4. Hepatomegali
5. Gejala-gejala komplikasi seperti gangguan kesadaran, ikterik.
6. Adanya riwayat demam, anemia dan splenomegali dapat mengarahkan pada diagnosis
malaria.
( Depkes, 2006 )

C.Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative
maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat
dilakukan melalui :

1. Tetesan preparat darah tebal.


Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa
200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung
parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.
Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan
jumlah parasit per mikro-liter darah.
(Inge, 2009)

2. Tetesan preparat darah tipis.


Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila
jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting
untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan
Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang
umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan
hasil yang cukup baik.
( Inge, 2009)
3. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan
metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH)
dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal
dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari
tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
(Depkes, 2006)
2. Tes Serologi

Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab
antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk
penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.
( Depkes, 2006)

3. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
( Depkes, 2006)

B. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat

1. Hemoglobin dan hematokrit


2. Hitung jumlah leukosit, trombosit
3. Kimia darah lain ( gula darah, serum bilirubin, SGOT, & SGPT), alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)
4. EKG
5. Foto toraks
6. Analisis cairan serebrospinal
7. Biakan darah dan uji serologi
8. Urinalisis
( WHO, 2001)
 Diagnosis Banding
1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai
berikut :
a. Demam tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obsripasi), lidah
kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji Widal
positif bermakna, biakan empedu positif.
b. Demam dengue
Demam tingi terus menerus selama 2-7 hari , disertai keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri
ulu hati, sering muntah, uji torniquetpositif, penurunan jumlah trombosit dan peningkatan
hemoglobin dan hematokrit. Pada demam berdarah dengue, tes erologi inhibisi
hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran bernafas antara lain nafas
cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.
d. Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjuctival injection
(kemerahan pada konjugtiva bola mata), dan nyeri betis yang menyolok. Pemeriksaan
serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik positif.
e. Infeksi virus akut lainnya.

Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai
berikut :
a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)
Penderita panas dengan nyeri kepala yang kondusif, hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang
dan gejala neurologis lainnya.
b. Stroke (gangguan kardiovaskular)
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologic laterialisasi (hemiperese atau
hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes mellitus dan
lain-lain).
c. Tifoid ensefalopati
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demam tifoid
lainnya.
d. Hepatitis
Prodormal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makan diikuti
dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin seperti air tah. Kadar
SGOT dan SGPT meningkat > 6x.
e. Leptospirosis Berat
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan yang menunjang
adanya transmisi leptospirosis (pembersih got, sampah, dll.), leukositosis, gagal ginjal, dan
sembuh dengan pemberian antibiotika.
f. Glomerulonefritis akut atau kronik
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberika respon terhadap pengobatan malaria
secara diri dan adekuat.
g. Sepsis
Demam dengan fokal infeksi yang jelas penurunan kesadaran, gangguan sirkulasi,
leukositosis dengan granula toksik yang didukung hasil biakan mikrobiologi.
h. Demam berdarah dengue atau Dengue shock syndrome.
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa syok dengan keluhan
sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi pendarahan (epitaksis, gusi, petekie,
purpura, hematom, hemetemesis dan melena), sering muntah, uji torqinuet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi inhibisi
hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
( Depkes, 2006)
 Komplikasi

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar
GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau perbedaan
temperature kulit-mukosa >1
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).10.Makroskopik
hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada
kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
( Depkes, 2006 )

 GEBRAK Malaria
Tujuan Kegiatan GEBRAK Malaria
Gebrak malaria adalah gerakan nasional yang mencakup seluruh komponen lapisan
masyarakat dalam rangka mengontrol malaria melalui kemitraan bersama antara pemerintah,
perorangan, LSM, badan donor lokal dan internasional.
Yaitu dengan strategi deteksi dini dan pengobatan yang tepat , peran serta aktif masyarakat
dalam pencegahan malaria, perbaikan kualitas pencegahan dan pengobatan malaria melalui
perbaikan kapasitas petugas kesehatan yang terlibat.
Strategi Kegiatan GEBRAK Malaria
1. mengobati penderita malaria.
2. mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia :
memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah (jendela dan pintu) menggunakan kelambu
dan repellent.
3. mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk
dan penetapan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah penduduk.
Dalam pemberantasan dibedakan menjadi 2 yaitu pemberantasan dan pembasmian. Di
Indonesia hanya pada taraf pemberantasan, meliputi :
a) Diagnosis awal dan pengobatan yg tepat
b) Progam kelambu dengan insektisida
c) Penyemprotan
d) Pengawasan detektif aktif dan pasif
e) Survey demam dan pengawasan migrant
f) Deteksi control epidemic

 Prognosis

Malaria vivaks prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama dua bulan atau lebih.
Malaria malariae jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria
ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan
komplikasi yang menyebabkan kematian.
(Inge, 2009)

Vektor Malaria

Morfologi
 Telur anophelini berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian
atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah
lateral, bagian badannya mempunyai bentuk yang khas, yaitu spirakel di bagian
posteriol abdomen, tergal plate pada bagian dorsal abdomen dan sepasang bulu palma
pada bagian nlateral abdomen.
 Pupanya mempunyai tabung pernapasaan yang bentuknya lebar dan pendek.
 nyamuk dewasa nyamuk jantan memiliki ruas palmus bagian apital yang berbentuk
gada, sedangkan betinanya ruasnya mengecil.
 Sayap pada bagian pinggirnya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berwarna hitam putih,
selain itu ujung sayapnya melengkung.
( Esposito F dan Halbuetzel A)
jenis vektor malaria :

Anopheles Aconitus
1. Vektor jenis Anopheles aconitus betina paling sering menghisap darah ternak.
Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana
kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.
2. Vektor Aconims biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor
ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk. Nyamuk ini biasanya suka hinggap didaerah-
daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu
basah dan lembab.
3. Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran irigasi..
Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang airnya mengalir
perlahan dan kolam air tawar.

Anopheles Sundaicus
1. Vektor jenis ini umumnya lebih sering menghisap darah manusia. Nyamuk ini aktif
menggigit sepanjang malam. Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi
yang satu dengan lokasi yang lain.
2. Jarak terbang Anopheles Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih
dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak
kurang lebih 3 KM dari tempat perindukan nyamuk tersebut .
3. Vektor Anopheles Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, Penyebaran jentik
terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung,
sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.

Anopheles Maculatus
1. Vektor Anopheles Maculatus betina lebih sering menghisap darah binatang. Vektor jenis
ini aktif mencari darah pada malam hari.
2. Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. (sungai yang kecil dengan air jernih,
mata air yang mendapat sinar matahari langsung.) Densitas tinggi pada musim kemarau,
sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan
hanyut terbawa banjir

Anopheles Barbirostris
1. Vektor Anopheles Barbirotris lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan.
Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini
lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari
darah pada waktu malam.
2. tempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap pada pohon-
pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah. Tempat berkembang
biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah-sawah dengan saluran irigasinya kolam
dan rawa-rawa. Dari pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor
Anopheles Barbirotris ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni.
( Depkes RI, 2006 )

 pemberantasan vektor

Pemberantasan malaria dapat dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya:


1. Mengobati penderita malaria
2. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia, yaitu
dengan memasang kawat kasa di bagian-bagian terbuka di rumah (jendela dan pintu)
penggunaan kelambu dan repellent
3. Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang berkaitan deangan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan
nyamuk dan penampatan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah
penduduk
(Sinden, 1997)
tambahan
Malaria disuatu daerah dapat ditemukan secara :
1. Autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adanya manusia yang
rentan, nyamuk dapat menjadi vektor dan ada parasitnya.
2. Impor, terjadi bila infeksinya berasal dari luar daerah endemi malaria
3. Introduksi, timbul karena adanya kasus kedua yang berasal dari kasus impor
4. Reintroduksi, bila kasus malaria muncul kembali yang sebelumnya sudah dilakukan
eradikasi malaria.
5. Induksi, bila kasis berasal dari transfusi darah, suntikan atau kongenital yang tercemar
malaria.

Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur dengan
berbagai cara seperti :

1. Angka limpa (Spleen Rate)

Persentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat, yang bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara Hackett dan Schuffner.
Average enlarge spleen (AES) adalah rata-rata pembesaran limpa yang dapat teraba. Jumlah
limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa x pembesaran limpa pada suatu golongan
umur tersebut. AES ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan.

2. Angka parasit (Parasite Rate)

Persentase orang yang sediaan darahnya positif pada saat tertentu dan angka ini
merupakan pengukuran malariometrik
1. Berat ringannya infeksi malaria pada masyarakat diukur dengan densitas parasit (Density
Parasite) yaitu jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif.

2. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (Parasite
Count) yaitu jumlah parasit dalam 1mm3 darah.

Slide Positive Rate (SPR) menyatakan persentase sediaan darah positif dalam periode
kegiatan penemuan kasus yang dapat dilakukan secara aktif (Active Case Detection) atau
secara pasif (Passive Case Detection).

Annual Parasite Index (API) menyatakan jumlah sediaan darah yang positif dari
jumlah sediaan yang diperiksa per tahun, dalam permil.

Annual Blood Rate (ABER) menyatakan jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap
malaria per tahun dibagi jumlah penduduk dalam persen.

Disuatu daerah malaria dapat terjadi epidemi (wabah), yaitu jika pada suatu waktu
jumlah penderita meningkat secara tajam.
1. Stabil (Stable malaria) adalah keadaan jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara
terus menerus. Dan biasanya kekebalan penduduk tinggi
2. Tidak stabil (Unstable malaria) adalah keadaan jika transmisi di daerah itu tidak tetap.
Dan biasanya kekebalan penduduk rendah

Sifat malaria juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, yang tergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
1. Parasit yang terdapat pada pengandung parasit
2. Manusia yang rentan
3. Nyamuk yang dapat menjadi vektor
4. Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing

3. Angka sporozoit (Sporozoit rate)

Anda mungkin juga menyukai