Anda di halaman 1dari 40

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

“KUNJUNGAN RUMAH PASIEN”

Kelompok A-1
Ketua : Muhammad Dayu Wardana (1102014166)
Sekretaris : Fanisa Tria Rani (1102015069)
Anggota : Rizkiyah Juniarti (1102012252)
Cakra Karim Narendra (1102014060)
Fajar Pambudi (1102014090)
Fuad Farizi (1102014109)
Istiqomah Hidayati (1102015106)
Much. Hasyim Asyari (1102015142)
Ainul Jihan Nur Anjali (1102016012)
Causa Alina (1102016045)
Danti Fadhila (1102016046)

UNIVERSITAS YARSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

APRIL 2020
SKENARIO 2

KUNJUNGAN RUMAH PASIEN

Seorang dokter berkunjung ke rumah pasien laki - laki, umur 50 tahun


yang sebelumnya sudah berulang kali berkunjung ke klinik dengan keluhan batuk
berulang. Pasien mengeluh penyakitnya ini menganggu pekerjaannya sebagai guru
honorer yang menyebabkan dia tidak bisa mengajar. Keluhan seperti ini timbul
terutama saat malam hari dan musim hujan atau cuaca dingin, dokter
mendiagnosis pasien dengan asma bronkial, karena sering berulang dan timbul
hampir setiap hari dokter ingin mengunjungi rumah pasien dan mengetahui lebih
lanjut tentang kondisi pasien dan keluarganya.

Pasien mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus per hari, menggunakan


motor sebagai sarana transportasi untuk menuju tempat kerja yang jaraknya
sekitar 25 km dari rumah.

Pasien tinggal di sebuah rumah di kawasan padat penduduk dengan ukuran


6x10 m bersama keluarganya. Keluarga ini terdiri dari orangtua pasien, istri, dan
dua orang anak, yang pertama berumur 17 tahun dan yang kedua berumur 13
tahun. Anak kedua menderita asma sama seperti ibu pasien atau neneknya.
Kondisi dalam rumah kurang pencahayaan dan ventilasi.

Sebagai dokter keluarga bagaimana pandangan saudara terhadap


keluarga ini, dan bagaimana kaitannya dengan penyakit yang diderita
anggota keluarga tersebut?

Sebagai dokter muslim, bagaimana pandangan saudara terhadap


keluarga ini dan bagaimana hak dan kewajiban pasien baik sebagai individu
maupun sebagai anggota keluarga.

2
PERTANYAAN

1. Apa peran keluarga dalam bidang kesehatan? (cakra)


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga? (fajar)
3. Bagaimana peran lingkungan terhadap keluarga yg terkena penyakit?
(riskiyah)
4. Apa hak dan kewajiban pasien sebagai individu atau anggota keluarga
menurut pandangan islam?(fuad)
5. Apa saja kriteria rumah ideal? (causa)
6. Apa yang harus dilakukan dokter saat melakukan kungjungan ke rumah
pasien? (jihan)
7. Apakah pendidikan dan ekonomi mempengaruhi kesehatan pasien?
(hasyim)
8. Apakah penyebab timbulnya penyakit pada pasien di skenario ? (isti)
9. Bagaimana pandangan islam tentang peran keluarga? (dayu)
10. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan sakit yang
diderita pasien? (jihan)

JAWABAN
1. Memberi asuhan, pencegahan, dan menjaga lingkungan keluarga tersebut.
(kia) Mengawasi jalan nya pengobatan, mengatur pola hidup, haknya
mendapat perlindungan dari keluarga. (fajar)

2. Faktor internal : genetik, gaya hidup

Faktor eksternal : lingkungan, pendidikan, ekonomi, pekerjaan.

Faktor psikososial: dukungan keluarga (causa)

3. Menjenguknya, memberi bantuan, memberi dukungan secara psikososial,


apabila penyakit menular, dilakukan tindakan pencegahan atau preventif
(cakra)

4. hak : mendapat kasih sayang, mendapat pengobatan, mendapatkan air susu


ibu, berhak mendapatkan kehidupan

Kewajiban : emberikan perhatian dan kasih sayang terhadapa anggota


keluarga (danti, isti)

5. Kriteria :
 ventilasi cukup
 pencahayaan cukup
 bersih
 tidak becek

3
 adanya jamban
 jarak minimal antar jamban 7 meter
 Luas rumah sesuai dengan jumlah penghuninya.
 Terdapat sumber air bersih dan MCK yang baik
 Luas untuk perorang : 8m2 perorang.
 Terdapat sarana pembuangan asap dapur (isti, dayu, danti)

6. Mengecek kondisi dan kesehatan pasien, melihat lingkungan sekitar


pasien, memberikan edukasi dan pengobatan bila perlu. (fajar)

7. semakin tiggi pendidikan atau pengetahuan maka semakin tinggi tingkat


kesadaran terhadap kesehatan. Faktor ekonomi mempengaruhi, tidak
cukup biaya untuk mendapatkan rumah yang layak dan berobat. (fanisa,
danti)

8. bisa terjadi karena ventilasi yang terbatas, dan pencahayaan yang kurang,
pasien tidak menggunaan masker saat berkendara, gaya hidup pasien yang
kurang sehat seperti merokok (dayu, fajar)

9. Samawa, menjunjung prinsip saling pengertian dan ridho,selalu menjaga


interaksi yang baik, menjaga hak dan kewajiban antara anggota keluarga,
suami harus membimbing dan menjaga stabilitas keluarga, istri harus
menjadi surga bagi suami dan anak- anak. Suami dan istri harus saling
menjaga, anak2 harus patuh pada orang tua. (fuad)
Memiliki kewajiban untuk mencipatakan keluarag yang harmonis, dan
memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dan pendidikan kepada
anak tersebut.(rizkiyah)

10. ada, melalui genetik dan pola hidup (hasyim)

4
HIPOTESIS

Keluarga berperan sebagai pemberi dukungan pendidikan, kesehatan, untuk dapat


menghindari masalah kesehatan yang disebabkan oleh faktor internal, eksternal,
dan psikososial.

5
SASARAN BELAJAR
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Konsep Keluarga
1.1. Definisi
1.2. Fungsi
1.3. Bentuk
1.4. Struktur
1.5. Siklus Kehidupan
1.6. Hak Dan Kewajiban
1.7. Ciri- Ciri
LO 2. Memahami dan Menjelaskan Rumah Sehat
2.1. Definisi
2.2. Kriteria
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Diagnosis Holistik dan Penerapannya
Pada Kasus Skenario
LO 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Konsep, Fungsi
Keluarga, dan Hak Kewajiban Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit

6
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Konsep Keluarga

1.1. Definisi

1. UU RI No. 10 Th 1992
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami istri dan anak; atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak
2. Depkes RI (1998)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
3. WHO (1996)
Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adaptasi, atau perkawinan.
4. Helvie (1981)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

1.2. Fungsi

Menurut WHO (1978) fungsi keluarga dibagi menjadi;

1. Fungsi biologis
2. Meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak; memenuhi
kebutuhan gizi keluarga; memelihara dan merawat anggota keluarga
3. Fungsi psikologis
4. Memberikan kasih sayang dan rasa aman; memberikan perhatian di antara
anggota keluarga; membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga;
memberikan identitas keluarga.
5. Fungsi sosialisasi
6. Membina sosialisasi pada anak; membina norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkah perkembangan anak; meneruskan nilai-nilai
keluarga.
7. Fungsi ekonomi

7
8. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga; pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga; menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga di masa yang akan datang (misalnya pendidikan anak, jaminan
hari tua)
9. Fungsi pendidikan
10. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki;
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa; mendidik anak sesuai dengan
tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman (1998), fungsi keluarga dibagi menjadi 5, yaitu;

1. Fungsi affective
Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental,
saling mengasuh, menghargai, terikat, dan berhubungan; mengenal
identitas individu; rasa aman.
2. Fungsi sosialisasi peran
Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan; fungsi dan peran di masyarakat;
sasaran untuk kontak sosial di dalam atau di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi
Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.
4. Fungsi ekonomi
Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga; menambah penghasilan
keluarga sampai dengan pengalokasian dana.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Konsep sehat-sakit keluarga; pengetahuan dan keyakinan tentang sakit
sebagai tujuan kesehatan keluarga untuk membentuk keluarga yang
mandiri.

8
Menurut Undang-Undang (1992) membagi fungsi keluarga sebagai berikut

1. Fungsi keagamaan
 Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga,
 Menerjemahkan ajaran dan norma agama kedalam tingkah laku
hidup sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga,
 Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengalaman ajaran agama,
 Melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang keagamaan
yang tidak/kurang diperoleh disekolah atau masyarakat,
 Membina rasa, sikap ,dan praktik kehidupan beragama.
2. Fungsi Budaya adalah
 Membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan norma
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan,
 Membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya asing
yang tidak sesuai,
 Membina tugas keluarga sebagai saran anggota nya untuk mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi
dunia,
 Membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk
mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik (positif) serta
globalisasi dunia,
 Membina budaya keluarga yang sesuai ,selaras , dan seimbang
dengan budaya masyarakat /bangsa untuk menunjang
terwujudnnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
3. Fungsi Cinta kasih adalah
 Menumbuhkembangkan potensi simbol cinta kasih sayang yang
telah ada diantara anggota keluarga dalam simbol yang nyata,
seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus,

9
 Membina tingkah laku ,saling menyayangi diantara anggota
keluarga maupun antara keluarga yang satu dengan yang lainnya
secara kuantitatif dan kualitatif,
 Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
uhkrawi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang,
 Membina rasa ,sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
4. Fungsi perlindungan
 Memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara anggota
keluarga.Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam
maupun dari luar keluarga,
 Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
maupun dalam,
 Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga
sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
5. Fungsi reproduksi
 Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga
sekitarnya.
 Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembetukan
keluarga dalam hal usia , kedewasaan fisik dan mental,
 Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang
berkaitan dengan jangka waktu melahirkan, jarak antara kelahiran
dua anak, dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga,
 Mengembang kan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal
yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang
pertama dan utama,

10
 Menyadari ,merencanakan, dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan
masalah dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya
baik lingkungan masyarakat maupun sekolahnya. Membina proses
pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal yang perlu
dilakukannya  untuk meningkatkan kemantangan dan kedewasaan
baik fisik maupun mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan
sekolah maupun masyarakat.
 Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja bermamfaat positif bagi anak, tetapi
juga orang tua untuk perkembangan dan kematangan hidup
bersama menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
7. Fungsi Ekonomi
Adalah melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup
keluarga, mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselamatan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga, mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah
dan perhatiaanya terhadap anggota rumah tangga bejalan serasi,
selaras, dan seimbang, membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga
sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
Adalah membina kesadaran dan praktik kelestarian lingkungan
internal keluarga, membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkunga hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan
keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya.

Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa


fungsi keluarga dibagi menjadi 8. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh
BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 1994, yaitu :

11
1. Fungsi Keagamaan
Yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.
2. Fungsi Sosial Budaya
Dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
3. Fungsi Cinta Kasih
Diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta
memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
4. Fungsi Melindungi
Bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
5. Fungsi Reproduksi
Merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi
dalam keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik
7. Fungsi ekonomi
Adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

12
Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara
serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan
yang berubah secara dinamis.

1.3. Bentuk

Bentuk keluarga menurut Susman (1970) dapat dibagi menjadi bentuk


tradisional dan bentuk non-tradisional.
A. Tradisional
1. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
2. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
3. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
4. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai: paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
6. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(week-end)
8. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)

13
10. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

14
B. Non-Tradisional :
1. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
3. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
7. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya
9. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

15
1.4. struktur
1. Dominasi jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
b) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
2. Dominasi keberadaan tempat tinggal
a) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
b) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
3. Dominasi pengambilan keputusan
a) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
b) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
Genogram

Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari
silsilah keluarga pasien yang berguna  bagi  pemberi layanan kesehatan untuk
segera mendapatkan  informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas
hubungan antar anggota keluarga. Genogram adalah biopsikososial pohon
keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam
keluarga serta hubungan antar anggota keluarga.

Di dalam genogram berisi: nama, umur, status menikah, riwayat


perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik,

16
tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting dengan
profesional yang lain serta informasi-informasi lain yang relevan.

Genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan adanya


kekerasan (abuse) di dalam keluarga. Genogram idealnya diisi sejak kunjungan
pertama anggota keluarga, dan selalu dilengkapi (update) setiap ada informasi
baru tentang anggota keluarga   pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam
teori sistem keluarga dinyatakan bahwa keluarga sebagai sistem yang saling
berinteraksi dalam suatu unit emosional. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3 generasi keluarga. Sehingga idealnya,
genogram dibuat minimal untuk 3 generasi.

17
1.5. Siklus Kehidupan

Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi
dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan
gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami
kebanyakan keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis
menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga,
umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.

Duvall (1067) mengklasifikasikan siklus kehidupan keluarga menjadi 8 tahap


yaitu :
1) Tahap awal perkawinan (newly married), suatu pasangan yang baru
saja kawin dan belum mempunyai anak.
2) Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child), keluarga tersebut
telah mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang.
3) Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (family with preschool
children), keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia
prasekolah (30 bulan sampai 6 tahun).

18
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in
school), keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia sekolah
(6-13 tahun).
5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenager),
keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia remaja (13-20
tahun).
6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga
(family as launching centre), satu persatu anak meninggalkan keluarga,
dimulai oleh anak tertua dan diakhiri oleh anak terkecil.
7) Tahap orang tua usia menengah (parent alone in middle years), semua
anak telah meninggalkan keluarga, tinggal suami istri usia menengah.
8) Tahap keluarga usia jompo (aging family members), suami istri telah
berusia lanjut sampai dengan meninggal dunia.

Sedangkan Howell (1975) membagi menjadi:


1. Tahap kemitraan informal (phase of informal partnership)
Pada tahap ini pria dan wanita saling menjajaki untuk membentuk keluarga.
Hubungan antara keduanya meskipun dapat sangat erat, tetapi masih bersifat
informal, karena belum diikat oleh pernikahan.
2. Tahap perkawinan awal (phase of early marriage)
Pada tahap ini pria dan wanita telah melangsungkan pernikahan dan karena itu
menjadi satu keluarga, tetapi belum mempunyai anak.
3. Tahap ekspansi (phase of expansion)
Pada tahap ini anggota keluarga bertambah (ekspansi) karena lahirnya anak anak.
4. Tahap konsolidasi (phase of consolidation)
Pada tahap ini ada penambahan anggota keluarga lagi, karena tidak ada lagi anak-
anak yang dilahirkan.
5. Tahap penciutan (phase of contraction)
Pada tahap ini satu per satu anak yang dimiliki, karena sudah dewasa, mulai
meninggalkan keluarga. Dapat karena telah membentuk keluarga sendiri atau
hidup mandiri secara terpisah.
6. Tahap akhir kemitraan (phase of final partnership)

19
Pada tahap ini, karena tidak ada kesibukan lagi padahal usia masih produktif,
isteri misalnya mulai mencari kesibukan baru, sedangkan suami lebih
memusatkan perhatiannya pada pekerjaan dan pengembangan karier, kemitraan
antara suami dan isteri menjadi renggang dan bahkan dapat hilang.
7. Tahap kelenyapan (phase disappearance)
Pada tahap ini yang dihitung sejak masa pensiun, suami atau isteri, satu per satu
meninggal dunia sehingga ada akhirnya lenyaplah keluarga tersebut.

20
1.6. Hak dan kewajiban

Hak dan Kewajiban antara orang tua dan anak serta hak kewajiban antara orang
tua menurut undang- undang RI no 1 tahun 1974 tentang perkawinan:

Pasal 45
1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya.
2) Kewajiban orang tua yang di maksud ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak ini
kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun
perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pasal 46
1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,orang tua
dan keluarga dalam garis lurus ke atas,bila mereka itu memerlukan bantuannya.

Pasal 47
1) Anak yang belum mencapai umur 18(delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka
tidak di cabut dari kekuasaannya.
2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai perbuatan hukum di dalam dan di
luar pengadilan.

Pasal 48
1) Orang tua tidak di perbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-
barang tetap yang di miliki anaknya yang belum berumur 18(delapan belas) tahun
atau belum melangsungkan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak itu
menghendakinya.

Pasal 49
1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat di cabut kekuasaannya terhadap
seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang
lain keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah

21
dewasa atau pejabat yang berwenang dengan keputusan Pengadilan dalam hal-
hal :
a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya.
b. Ia berkelakuan buruk sekali.
2) Meskipun orang tua di cabut kekusaannya, mereka masih berkewajiban untuk
memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.

Hak dan kewajiban suami istri menurut Undang-undang RI nomor 1 tahun


1974 tentang perkawinan:

Pasal 30

Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31

1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.

2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

Pasal 32

1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
oleh suami isteri bersama.

Pasal 33

Suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memberi


bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.

Pasal 34

1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan


hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.

22
3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugutan kepada Pengadilan.

1.7. Ciri- ciri

Ciri-ciri keluarga disetiap negara berbeda-beda bergantung pada


kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya.

Menurut Suprajitno (2004) keluarga di Indonesia mempunyai ciri – ciri


sebagai berikut:

a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi semangat


kegotong royongan.
b. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
c. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui
musyawarah dan mufakat.
d. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. Keluarga
di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling menghormati satu
sama lain, sedikit sulit menerima inovasi baru.

Menurut Ali (2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:

a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh semangat
kegotongroyongan.
b. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental
b. yang mempunyai tanggung jawab besar.
c. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam
d. mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawarah dan
mufakat.
e. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan-keluarga
di pedesaan

23
f. masih bersifat tradisional, sederhana, saling menghormati satu sama lain
dan sedikit
g. sulit menerima inovasi baru.

Robert Maclver dan Charles Morton Page yang dikutip oleh Ali (2010)
menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
e. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Rumah Sehat

2.1. Definisi

Menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999, Rumah sehat adalah


rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air minum, akses jamban sehat,
lantai, ventilasi dan pencahayaan.

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat


kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat
dari tanah.

2.2. Kriteria

24
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
o Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
o Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
o Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
o Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara
o Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan
ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a) Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C

25
b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d) Pertukaran udara
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f) Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang
perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi
“Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati
dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi,
dan teratur”

Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria yaitu:
1) memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang
gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu;

26
2) memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah;
3) memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup
sinar matahari pagi;
4) memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat


minimum komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana
sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum
yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai
berikut:

1) minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding,


lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur, dan pencahayaan;
2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban
(sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan
sarana pembuangan sampah;
3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan
(Dinas Kesehatan, 2005).

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Diagnosis Holistik dan


Penerapannya pada Kasus Skenario
Karena kebutuhan seorang dokter keluarga untuk berpikir holistik dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dalam sehat-sakit dan sejahtera,
maka perlu adanya pencarian penyebab masalah kesehatan yang dikaitkan dengan
aspek personal, aspek klinis, aspek individual, psikososial, keluarga, serta
lingkungan kehidupan pasien lainnya (faktor risiko internal dan eksternal).

27
Dengan demikian diharapkan penyelesaian masalah dapat dilakukan langsung
secara efektif dan efisien terhadap penyebab utamanya. Proses pengumpulan data
dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan disertai kerjasama antar
penyedia pelayanan kesehatan. Tidak semua data diidentifikasi di kamar praktik
dokter dan tidak harus selalu terjadi dalam satu waktu. Proses identifikasi ini
terjadi secara bersinambung dan terintegrasi. Untuk itu diperlukan pencatatan
yang baik dan benar.

Diagnosis holistik terdiri dari 5 aspek :


1. Aspek Personal
a. Idenfitikasi alasan kedatangan pasien
b. Identifikasi harapan pasien
c. Identifikasi kekhawatiran pasien
2. Aspek Klinik
a. Identifikasi diagnosis kerja/diagnosis klinis
b. Identifikasi diagnosis banding
3. Aspek Risiko Internal Pasien
Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien yang berasal dari
dalam tubuh pasien : status gizi, perilaku, imunitas, jenis kelamin, usia, dll.
4. Aspek Risiko Eksternal Pasien
Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien yang berasal dari luar
tubuh pasien : lingkungan keluarga, lingkungan rumah, lingkungan
pekerjaan, stressor, dll
5. Aspek Fungsional
Identifikasi derajat fungsional pasien yaitu dampak aktivitas harian pasien
saat mengalami keluhan/gejala yang dikeluhkan (International
Classification of Primary Care). Dibagi menjadi lima:
- 1 : No difficulty at all (sama sekali tidak mengurangi
pekerjaan/aktivitas harian)
- 2 : A little bit of difficulty (mulai mengurangi aktivitas berat, aktivitas
ringan masih mampu)

28
- 3 : Some difficulty (mulai mengurangi aktivitas ringan, sebagian
perawatan diri sementara dibantu orang lain, kemungkinan perawatan
di RS untuk sementara waktu)
- 4 : Much difficulty (aktivitas harian lebih banyak di rumah, tidak
mampu bekerja di luar rumah, perawatan diri sebagian sudah harus
dibantu orang lain)
- 5 : Could not do/permanent unfit (100% berbaring di tempat tidur,
perawatan diri seluruhnya harus dibantu orang lain)

No Aspek Rincian Keterangan


1. Alasan kedatangan pasien 1. keluhan utama (reason Keluhan (complaints) dari
of encounter) /simptom/ Fisik, mental
sindrom klinis yang neuropsikologikososial (walau
ditampilkan keluhan tak jelas )

2. apa yang diharapkan


pasien atau keluarganya
3. serta apa yang
dikawatirkan pasien atau
keluarganya

2. Diagnosis klinis Bila diagnosis klinis belum dapat Diagnosis berdasarkan ICD
biologikal, psikomental, ditegakkan cukup dengan 10, dan ICPC-2 yang juga
intelektual, nutrisi diagnosis kerja. mengemukakan masalah
sertakan derajat sosial dan derajat penyakit
keparahan .
3. Perilaku individu dan gaya - kebiasaan (dietary habits;tinggi lemak,
hidup (life style), merokok tinggi kalori)
kebiasaan yang
menunjang terjadinya - kebiasaan
penyakit, beratnya jajan, kebiasaan makan
penyakit - kebiasaan
individu mengisi waktu
dengan perihal yang negatip
4. Pemicu psikososial dan 4.1. pemicu primer adalah dinilai - Bantuan suami
lingkungan dalam dari dukungan keluarga terhadap penyakit istri
kehidupan seseorang yang terdekat (family (bila yang sakit adalah
hingga mengalami support) isteri)
penyakit seperti yang
ditemukan 4.2. pemicu dukungan keluarga
lainnya (dinilai dari tidak
- Tidak ada

29
adanya/kurangnya ) sesuai bantuan/perhatian/
kedekatan hubungan perawatan/ suami & istri,
seseorang dengan anak sesuai dengan hiraki
keluarganya) anak, menantu sesuai
dengan kedudukan, cucu
dan lainnya atau pelaku
rawat yang
- Kurangnya kasih
sayang (hubungan yang tak
harmonis)
- Kurangnya
perhatian perkembangan
penyakit Kurangnya
pengobatan /perawatan
oleh keluarga ,
- Tidak ada
penyelesaian masalah yang
dilakukan ,
- tidak ada waktu
yang disediakan keluarga
- pekerjaan (penuh
waktu, kerja keras fisik,
psikologis)
- pengaruh negatip dari
; kultur,budaya, pergaulan
kebiasaan keluarga,
kepercayaan ,
pendidikan (rendah,
keterampilan terbatas)
No Aspek Rincian Keterangan
5. 4.3. pemicu sosial (yang negatip) - kebiasaan buruk
dapat menimbulkan masalah berkaitan tidak berolah
kesehatan , atau kejadian raga,
penyakit - perilaku jajan
keluarga (tak masak
sendiri), menu keluarga
yang tak sesuai kebutuhan
- perilaku tidak
menabung (perilaku
konsumtif)
- tidak adanya
perencanaan keluarga(tak

30
ada pendidikan anak , tak
ada pengarahan
pengembangan karier )
6. 4.4. masalah perilaku keluarga - perilaku kebersihan
yang tidak sehat buruk
- perilaku keluarga
pemanfaatan waktu luang
buruk
- penggunaan obat
addiktif, penggunaan napza,
merokok
4.5. masalah ekonomi yang
mempunyai pengaruh - pendapatan tak
terhadap penyakit/masalah cukup, tak menentu dengan
kesehatan yang ada jumlah keluarga besar
- ketergantungan
finansial pada orang lain
- ratio ketergantungan
(beban keluarga)
4.6. akses pada pelayanan
kesehatan yang - tak mudahnya untuk
mempengaruhi penyakit : mencapai tempat praktik
- tiada biaya berobat,
- tidak mempunyai
sistem pra
upaya/Asuransi Kesehatan)
- pelayanan provider
kesehatan yang tidak
informatif, tidak ramah,
tidak komprehensif
4.7. pemicu dari lingkungan fisik
- polutan dalam rumah
(asap dapur, asap
rokok,debu)
- pada tempat kerja
(polusi asap, debu, kimia)
pada lingkungan
pemukiman

No Aspek Rincian Keterangan

31
7. 4.8. masalah dengan bangunan - ventilasi, tak ada/tak
tempat tinggal yang memadai
berdampak negatip terhadap - pencahayaan kurang/
kesehatan pasien dan tertutup banguan tinggi,
keluarga - sumber air tak sehat
(MCK),
- wc umum, sistem
pembuangan ,
- keamanan gedung ;
ergonomi rumah, tangga,
licin, (terutama untuk
lansia, balita),
- privasi tak ada
,kepadatan hunian , bising

4.9. lingkungan pemukiman yang - kepadatan


berdampak negatip pada perumahan,
seseorang - sistem pembuangan
sampah, limbah
- kebersihan ,
kebisingan , pemukiman
kumuh , dll

32
8. Fungsi sosial seseorang Aktivitas Menjalankan Fungsi kemampuan dalam menjalani
Sosial Dalam Kehidupan kehidupan untuk tidak
Skala 1 tergantung pada orang lain.
- Mampu melakukan (skala 1-5)
pekerjaan seperti sebelum sakit - Perawatan diri,
bekerja di dalam dan di luar
Skala 2 rumah (mandiri)
- Mampu melakukan
pekerjaan ringan sehari-hari di - Mulai mengurangi
dalam dan luar rumah aktivitas kerja (pekerjaan
Skala 3 kantor)
- Mampu melakukan
perawatan diri, tapi tak mampu
melakukan pekerjaan ringan - Perawatan diri masih
Skala 4 bisa dilakukan, hanya
- Dalam keadaan tertentu mampu melakukan kerja
masih mampu merawat diri, ringan
namun sebagian besar
pekerjaan hanya duduk dan - Tak melakukan
Skala 5 berbaring aktivitas kerja, tergantung
pada keluarga
- Perawatan diri dilakukan
orang lain, tak mampu berbuat
apa-apa berbaring pasif - Tergantung pada
pelaku rawat

Penerapan diagnosis holistik pada kasus skenario

1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan : batuk berulang
- Kekhawatiran : tidak dapat bekerja dan mencari uang
- Harapan : cepat pulih dan bisa mengajar kembali
- Persepsi :-

2. Aspek klinik
- Diagnosis : Asma bronkial
3. Aspek resiko interna
- Usia 50 tahun
- Ibu pasien dan anak ke 2 memiliki penyakit asma

33
- Gaya hidup merokok
- Menggunakan motor untuk menempuh jarak 25 km
4. Aspek eksterna
- Rumah di kawasan padat penduduk
- Rumah kurang pencahayaan dan ventilasi
5. Derajat fungsional : skala 2

LO 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Konsep,


Fungsi Keluarga, Dan Hak Kewajiban Merawat Anggota Keluarga
Yang Sakit
Konsep keluarga dalam Islam adalah suatu rancangan ide yang dirumuskan
untuk suatu keluarga yang terikat dalam hubungan pernikahan baik dari segi
metodenya, tujuannya, prinsip, dan fungsinya dari keluarga tersebut berdasarkan
ajaran Islam.

Keluarga muslim adalah keluarga yang meletakkan segala aktivitas pembentukan


keluarganya sesuai dengan syari’at Islam yang berdasarkan al-Quran dan as-
Sunnah. Keluarga tersebut dibangun di atas aqidah yang benar dan semangat
untuk beribadah kepada Allah serta semangat untuk menghidupkan syiar dan
adab-adab Islam Islam sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah SAW. Menurut
HammudahAbdul Al-Ati dalam bukunya “The Family Structure in Islam” definisi
keluarga dilihat secara operasional adalah: “Suatu struktur yang bersifat khusus
yang satu sama lain mempunyai ikatan khusus, baik lewat hubungan darah atau
pernikahan. Perikatan itu membawa pengaruh pada adanya rasa “saling berharap”
(mutual expectation) yang sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan dengan
kekuatan hukum serta secara individual saling mempunyai ikatan batin”.

Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah keluarga inti yang terdiri atas
suami istri dan anak-anak yang biasanya hidup bersama dalam suatu tempat
tinggal. Namun demikian menurut Abdul Al ‘Ati pengertian keluarga tidaklah
dibatasi oleh kerangka tempat tinggal. Sebab anggota sebuah keluarga tidaklah
selalu menempati tempat tinggal yang sama. Adanya rasa saling harap sebagai
unsur dalam perikatan keluarga itu lebih penting dari unsur tempat tinggal.

Pentingnya Keharmonisan Keluarga Yang paling berpengaruh buat pribadi dan


masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran.

34
Alloh dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia
untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: "dan
diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia mencipatakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan
diajadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Ruum [30]: 21)

Tugas Suami
Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri
itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala
sesuatu maka ia akan buntu. Terlalu berlebih dalam meluruskannya berarti
membengkokkannya dan membengkokkannya berarti menceraikannya.
Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka
diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian
atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan
seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah
dengan baik." (HR. Bukhari, Muslim). Seorang suami seyogyanya tidak terus-
menerus mengingat apa yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan
pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan
banyak sekali. Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia
sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-
sumber kebahagiaan itu berada. Alloh berfirman; "Dan bergaullah bersama
mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka
bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Aloh
menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa' [4]: 19)

Tugas Istri
Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri
mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai
pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga
dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan
mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya. Inilah istri shalihah
sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya dan
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami
dan tiada mengingkari kebaikannya. Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan
dan mangabaikan kekhilafan. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan
jangan mengkhianati ketika ia pergi. Dalam hadits: "Perempuan mana yang

35
meninggal dan suaminya ridha kepadanya maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi,
Hakim, Ibnu Majah)

Ada juga yang mengungkapkan beberapa karakteristik yang harus terwujud dalam


sebuah keluarga yang menjadikannya layak disebut sebagai model keluarga
muslim. Karakteristik tersebut adalah:
1. Keluarga yang dibangun oleh pasangan suami-istri yang shalih.
2. Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan
norma Islam.
3. Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah
islami.
4. Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan
dakwah, dalam bentuk dan skala apapun.
5. Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah
tangga.
6. Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-
masing.
7. Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik
anak-anak).
8. Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).

Fungsi

1. Tempat berteduh yang baik dan nyaman bagi seluruh anggotanya;


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi
kaum yang berpikir.” (ar-Ruum: 21)
2. Tempat untuk mendapatkan makanan, minuman, serta pakaian yang cukup
bagi seluruhanggotanya;
“…Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara yang ma’ruf….” (al-Baqarah: 233)

36
3. Tempat suami dan istri memenuhi kebutuhan biologisnya.
“Nikahilah perempuan yang penuh kasih sayang dan yang banyak anak
karena aku ingin memperbanyak dengan kalian atas umat yang lain pada hari
kiamat.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Hak dan Kewajiban dalam Merawat Orang Sakit

Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat
atau keluarganya. Hak orang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari
segala tanggung jawab social yang normal. Artinya orang yang sedang sakit
mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan sehari-hari yang biasa dia
lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak, tergantung tingkat
keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut. Apabila tingkat keparahan
sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu menuntut haknya.
Dan seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh. Maksudnya, ia tetap
dalam posisinya tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi
kerjanya dikurangi.
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus
dituntutnya, misalnya menderita penyakit menular. Hak tersebut haruslah dituntut
karena bila tidak akan dapat menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping
produktivitas kerja menurun atau bahkan dapat menambah beratnya penyakit.
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan
kepada orang lain. Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi
yang lemah, lebih-lebih bila sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi.
Anggota keluarga dan anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu dan
merawatnya. Oleh karena tugas penyembuhan dan perawatan memerlukan
keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan kepada lembaga-lembaga
masyarakat atau individu tertentui seperti dokter, perawat, bidan dan petugas
lainnya.

Kewajiban keluarga merawat orang sakit :


1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mempunyai
peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mengenal, dan

37
menemukan masalah kesehatan dalam keluarga sebagai antisipasi menjaga
kesehatan dalam keluarganya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Keluarga
merupakan pusat pengambilan keputusan terpenting, termasuk membuat
keputusan tentang masalah kesehatan keluarga. Keluarga dalam tugasnya
mengambil keputusan bagi anggota keluarga disebut sebagai pelayanan
rujukan kesehatan primer
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada

Kewajiban Keluarga Terhadap Orang Sakit

Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya

Orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan


perlindungan dan sandaran. Perlindungan (pemeliharaan, penjagaan) atau
sandaran itu tidak hanya berupa materiil sebagaimana anggapan banyak
orang, melainkan dalam bentuk materiil dan spiritual sekaligus.

Karena itulah menjenguk orang sakit termasuk dalam bab tersebut.


Menjenguk si sakit ini memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya
(yang menjenguknya) menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya,
menaruh keinginan kepadanya, dan mengharapkan agar dia segera
sembuh. Faktor-faktor spiritual ini akan memberikan kekuatan dalam jiwanya
untuk melawan serangan penyakit lahiriah. Oleh sebab itu, menjenguk orang
sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian dari
pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka pengobatan tidak
seluruhnya bersifat materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits Nabawi
menganjurkan "menjenguk orang sakit"

38
Dari abu musa r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: jenguklah orang
sakit, dan berikanlah makanan kepada orang yang lapar, dan bebaskanlah
tawanan. (h.r. bukhari)

Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam:

1. Apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya


2. Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu.
3. Apabila ia meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia.
4. Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka doakanlah ia olehmu
5. Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah
dia. (h.r. muslim)

Menjenguk orang yang terbaring sakit.Sebagian ulama telah menetapkan


menjenguk orang sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan
orang yang kelaparan dan membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat
bahwa menjenguk ini pada dasarnya hukumnya sunnah. Namun pada
perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan tertentu.

Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan


beban mental keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan
manusia akan mati, memberikan dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.

39
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, M.T., Novitasari, A. and Setiawan, M.R., 2017. Buku Ajar:
Kedokteran Keluarga.
Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.Jakarta
: EGC.
Goldenberg, I., & Goldenberg, H. (2008). Family therapy: An overview. Belmont,
CA: Thomson Brooks/Cole.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan. Available at :
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf (Last Update: 8
Mei 2020)

Kewajiban-Kewajiban Orang Sakit. Available at : http://darussunnah.or.id/artikel-


islam/nasehat/kewajiban-kewajiban-orang-sakit/ (Last Update : 8 Mei 2020)
Konsep Keluarga Dalam Islam. Available at:
https://www.rendrafr.com/2018/12/konsep-keluarga-dalam-islam.html (Last
update : 8 Mei 2020)
McDaniel, S., Campbell, T.L., Hepworth, J., & Lorenz, A. (2005). Family -
Oriented Primary Care (2nd Ed.). New York: Springer (page 42) 
Nitra N. Rifki, dkk. (2014). Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran
Komunitas. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research.
Philadelphia: F. A. Davis Company

Sloane, P.D., Slatt, L.M., Ebell, M.H., & Jacques, L.B. (2002).  Essential of
Family Medicine (4th Ed.).  Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins
(page 24)

Undang-Undang RI no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Available at :


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47406/uu-no-1-tahun-1974 (Last
Update: 8 Mei 2020)

40

Anda mungkin juga menyukai