Anda di halaman 1dari 10

Essay Etiologi Malaria

Dosen Pembimbing:

Irwan Sulistio, S.KM., M. Kes

Disusun Oleh:

Dewi Lia Listyawati (P27833319010)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI D4 KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Etiologi Malaria

Malaria adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang tersebar
melalui gigitan nyamuk sebagai penyebab utama. Penyakit ini cukup eksis di pada
daerah tropis dan subtropis seperti Indonesia, Afrika, Asia Tenggara, Amerika Tengah
karena daerah tersebut memiliki suhu yang cukup hangat, sehingga parasit malaria
dan nyamuk yang membawanya dapat tumbuh serta berkembang biak dengan baik.
Pada tahun 2017 terdapat 100 jiwa melayang dari 261.671 kasus malaria yang
terdapat di Indonesia.

A. Morfologi Agent

Malaria disebabkan oleh parasit protozoa Plasmodium. Malaria manusia


disebabkan oleh empat spesies Plasmodium yang berbeda: Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale
dan. Ada juga parasit yang menyerang hewan yaitu Plasmodium knowlensi
yang sampai sekarang, belum ada laporan tentang penularan malaria-zoonosis
pada manusia-nyamuk melalui manusia. (WHO,2020)

1. Plasmodium falciparum

Plasmodium falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena


siklus perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat
menyumbat aliran darah sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral.
Malaria ini dapat berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan
mendominasi di beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia.

a. Bentuk Tropozit

Parasit ini berbentuk tropozoit yaitu seperti cincin dengan inti


yang kecil dan sitoplasma halus, sering ditemukan bentuk cincin
dengan dua inti. Pada tropozoit dewasa, sitoplasma berbentuk ovale
dan tidak teratur, pigmen berkumpul menjadi satu kelompok dan
berwarna hitam. Tropozoit dewasa biasanya ditemukan pada infeksi
berat.
b. Bentuk Skizon

Jarang ditemukan, biasanya ditemukan dengan tropozoit dewasa


yang berjumlah banyak. Bentuknya kecil sitoplasma pucat, pigmen
berwarna gelap. Pada skizon dewasa terdapat merozoit yang berjumlah
20.

c. Bentuk Gametofit

Berbentuk seperti pisang, pigmen tersebar sampai ke ujung,


terdapat balon merah dipinggir parasit. Bentuk gametosit dapat
ditemukan bersamaan dengan bentuk tropozoit.
2. Plasmodium vivax

Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia.


Hidup pada sel darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan
penyakit tertian yang ringan dimana demam terjadi setiap tiga hari. Parasit ini
bisa dorman di hati manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh setelah beberapa
bulan bahkan tahun.

Parasit ini berbentuk seperti cincin dengan ukuran lebih besar daripada
tropozoit Plasmodium falciparum dengan sitoplasma yang bentuknya
tidak teratur. Sedangkan tropozoit dewasa bentuk sitoplasmanya amoboit
dengan inti yang besar. Pigmen berwarna coklat kekuningan yang tersebar

pada sebagian sitoplasma dan bila bentuknya bulat tanpa vakuola akan
sulit di bedakan dengan bentuk gametosit.

3. Plasmodium malariae
a. Bentuk tropozoit

Bentuk seperti cincin dengan sitoplasma tebal dengan inti yang


besar. Pada tropozoit dewasa bentuk cincin berukuran lebih besar,
pigmen kasar dan sering menutupi inti. Sulit dibedakan dengan
bentuk gametosit Plasmodium falciparum.

b. Bentuk skizon

Ukurannya lebih kecil dari Plasmodium vivax. Bentuk kecil


seperti bunga mawar. Jumlah merozoit rata-rata 8, sering hanya inti
dan pigmen yang terlihat.

c. Bentuk gametosit

Pigmen padat, gelap dan menggumpal. Bentuknya sama dengan


tropozoit yang berkelompok sehingga sulit dibedakan dan jumlah
dalam darah sedikit.

4. Plasmodium Ovale

Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan


pulau-pulau di Pasifik Barat. Bentuknya mirip dengan Plasmodium vivax
menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale, dapat
dorman dihati manusia.. Sel darah merah yang dihinggapi akan sedikit
membesar, bentuknya lonjong dan bergerigi pada satu ujungnya adalah
khas Plasmodium ovale. Plasmodium Ovale menyerupai Plasmodium
malariae pada bentuk skizon dan tropozoid yang sedang tumbuh.
B. Transmisi Penyakit ke Manusia

Ketika nyamuk betina  Anopheles sp yang terinfeksi


plasmodium malaria menggigit manusia, sejumlah sporozoit
yang terdapat dalam air liur nyamuk masuk ke dalam
peredaran darah manusia. Sporozoit ini kemudian akan
menginvasi hepar, berkembang biak dan bertambah banyak
secara aseksual. Situasi ini berlangsung sekitar 8 hingga 30
hari secara asimtomatik.
Plasmodium menjadi dorman dalam hepar dalam suatu
periode waktu tertentu, kemudian organisme ini akan
melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran darah seiring
dengan rupturnya sel-sel hepar. Merozoit ini akan memasuki
dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai siklus
eritrosit kehidupannya.
Disfungsi hepar akibat dari infeksi malaria sangat jarang
terjadi. Biasanya terjadi pada penderita yang telah mengidap
penyakit sebelumnya seperti hepatitis virus, penyakit hati
kronis. Sindrom yang terjadi disebut sebagai malaria hepatitis.
Telah dilaporkan, kejadian yang meningkat akan malaria
hepatopati seperti yang terjadi di Asia Tenggara dan India.
Sejumlah sporozoit dari Plasmodium
vivax dan Plasmodium ovale tidak segera berkembang
menjadi merozoit dalam siklus ekso-eritrosit (diluar tubuh
nyamuk) tapi memproduksi sejumlah hipnozoit. Hipnozoit ini
mampu bertahan dalam sel-sel hepar untuk jangka waktu
panjang berbulan-bulan hingga tahunan, secara tipikal 7-10
bulan. Setelah periode dorman, hipnozoit ini akan kembali
aktif dan memproduksi merozoit-merozoit untuk dilepaskan ke
dalam peredaran darah. Hipnozoit bertanggung jawab untuk
masa inkubasi yang panjang dan terjadinya relaps di
kemudian hari.

C. Gejala

Penderita malaria ditandai dengan demam yang timbul bersiklus di mana


terdapat periode tanpa demam. Siklus demam bervariasi antara 24-72 jam yang
mengikuti siklus replikasi plasmodium di dalam eritrosit:

 Plasmodium Vivax (48 jam)

 Plasmodium palcifarum (48 jam)

 Plasmodium malariae (72 jam).

Demam biasanya diikuti dengan tanda prodromal lainnya seperti:

1. Rasa dingin sampai menggigil dan berkeringat.

2. Anemia yang timbul akan disertai rasa lemah dan tidak bersemangat

3. Sakit kepala.
4. Pegal linu.
5. Mual atau muntah.
6. Munculnya ikterus karena pemecahan eritrosit pada siklus replikasi
eritrositer.

7. Limpa hipertrofi untuk mendaur ulang sisa eritrosit yang lisis, sehingga
limpa dapat diraba di bawah rusuk kiri (tanda schufner I-IV)

8. Abdomen yang membesar.


9. Pada infeksi berat akibat infeksi Plasmodium palcifarum dapat terjadi
malaria cerebral akibat perlekatan eritrosit terinfeksi pada ujung kapiler di
otak yang menyebabkan gangguan kesadaran sampai koma yang dikenal
sebagai malaria cerebral.

D. Pengobatan

Berdasarkan petunjuk dari Kementrian Kesehatan, penggunaan obat malaria


harus mengikuti protap standar yang mendasarkan diagnosis berdasarkan
konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, baik itu mikroskopis, RDT maupun
PCR. Penggunaan ACT hanya boleh diberikan pada pasien malaria yang sudah
dikonfirmasi laboratorium, sementara untuk kasus klinis yang memberikan gejala
malaria tanpa adanya konfirmasi laboratorium disarankan tidak menggunakan
ACT tetapi menggunakan obat malaria generasi sebelumnya untuk mencegah
timbulnya resistensi terhadap ACT dalam waktu singkat akibat penggunaan yang
tidak terkontrol.

Golongan Jenis obat


Cinchona alkaloids Quinine
4-aminoquinolines Chloroquine, amodiaquine
8-aminoquinolines Primaquine, tafenoquine,
Pamaquine
4-quinoline methanols Mefloquine
9-phenanthrene Halofantrine
methanols
Antifolic drugs Pyrimethamine, proguanil
Sulfa drugs a) sulphones; dapsone
b) sulphonamides;
sulphadoxine
Sesquiterpene lactones a) artemisinin,
(Artemisinin derivatives) dihydroartemisinin
b) artesunate, artemether,
arteether
Antibiotics tetracycline,
chloramphenicol,
Fluoroquinolon
azithromycin, clindamycin,
rifampicin

E. Pencegahan
Untuk pencegahan malaria bagi orang yang berkunjung ke daerah endemis,
disarankan yang menggunakan personal proteksi seperti kelambu, repelen
nyamuk, serta pakaian yang melindungi. Terdapat beberapa upaya yang dapat
dilakukan dalam hal vektor kontrol sebagaimana daftar di bawah ini:

TYPE KEGIATAN SASARAN EFEK


LLIINs ( long lasting Pembagian kelambu Individu beresiko Mencegah gigitan,
insecticide berinsektisida mengurangi populasi
impregnated nats) nyamuk
IRS ( Indoor residual Penyemprotan Nyamuk resting Mengurangi nyamuk
spray) dinding rumah yang akan bertelur,
Mengurangi populasi
nyamuk
Animal barrier Menempatkan ternak Nyamuk dewasa Mengurangi jumlah
besar di antara yang akan menggigit gigitan yang terjadi di
habitat dan ke pemukiman pemukiman
pemukiman
Barier trap Menempatkan Nyamuk dewasa Mengurangi jumlah
berinsektisda perangkap berupa yang akan menggigit gigitan yang terjadi di
pagar jala ke pemukiman pemukiman
berinsektisida di
antara habitat dan
pemukiman
Larval control Penebaran agen Jentik nyamuk Mengurangi populasi
larvasida nyamuk baru
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2020. Perjalanan dan Kesehatan Internasional Malaria diakses dari


https://www.who.int/ith/diseases/malaria/en/ pada tanggal 12 Maret 2020 puukul 0.48
WIB.

Ardilla, Anggi. 2017. Sensitivitas Dan Spesifisitas Hasil Pemeriksaan Malaria Metode
Mikroskopis Dan Immunochromatographic Test Kesmas Ngali Nusa Tenggara Barat.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang

Rusjdi Selfi Renita. 2014. Perjalanan Parasit Malaria Ditinjau Dari Aspek Imunologi dan
Biomolekuler. Padang: Universitas Andalas

Wahid Isra. MALARIA. Makassar: Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai