Anda di halaman 1dari 7

Plasmodium falsiparum

Plasmodium falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya,
sehingga diklasifikasikan dalam subgenus laveran.
Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
Nama penyakit Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses
definitifnya atau merupakan vektornya.

Morfologi dan daur hidup


 Pada Manusia
Anopheles memasukkan sporozoit masuk ke sel parenkim hati perkembangan aseksual
(pre-erythrocytes schizogony) Terbentuk skizon hati merozoit masuk ke sirkulasi darah
( pada P. vivax &P. Ovale sebagian menjadi hipnozoit) menyerang/invasi eritrosit
berubah jadi bentuk ring ( pada P. falciparum cincin berbentuk stereo-headphone yang mengandung
kromatin dan intinya dikelilingi oleh sitoplasma) Parasit tumbuh setelah makan hemoglobin
pada eritrosit ± 36 jam (dalam metabolismenya membentuk pigmen yang disebut hemozoin, pada
P.falciparum, dinding eritrosit membentuk knob yang berfungsi pada cytoadherence & rosetting)
membentuk sizont lalu pecah mengeluarkan 6-36 merozoit (selama ± 48 jam untuk P.Vivax,P.
Ovale,P. falciparum dan ±72 jam untuk P.malariae)

*untuk menembus eritrosit, masin-masing parasit memiliki reseptor sendiri. Reseptor P. Vivax adalah
duffy, sedangkan reseptor P. falciparum adalah glycophorins.

Pada nyamuk

Dalam darah sebagian parasite membentuk gamet jantan & betina masuk ke nyamuk
membentuk zigot dan menjadi lebih bergerak (ookinet) menembus dinding perut nyamuk lalu
membentuk oocyte sporozoit (bentuk infektif)

Vektor Malaria
Nyamuk anophelini yang berpertan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Telur
anophelini yang di letakkan di satu per satu di atas permukaan air berbentuk seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks, dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang
terletak sebelah lateral. Larvanya tampak sejajar mengapung di permukaan air. Pupa mempunyai
tabung pernaoasan yang bentuknya lebar dan pendek; digunakan untuk mengambil O 2 di udara. Pada
nyamuk dewasa, perbedaan antara nyamuk betina dan jantan teletak pada ruas palpus bagian apikal
bebentuk ganda pada jantan dan pada betina ruas tersebut mengecil.

Daur hidup
Nyamuk anophelini mengalami metamorphosis sempurna. Telur menetas  larva  kulitnya
mengelupas/eksoskelet sebanyak 4x  pupa  nyamuk dewasa jantan dan betina. Waktu yang
dibutuhkan dari telur hingga menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies,
makanan yang tersedia, dan suhu udara.
Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vektor
malaria disuatu daerah, apabila spesies anopheles tersebut di daerah yang bersangkutan telah pernah
terbukti positif mengandung sporosoit didalam kelenjar ludahnya
Perilaku Anophelini
Akivitasnya sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara dan suhu. Umumnya anophelini aktif
menghisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang anophelini
biasanya 0,5 – 3 km. Umur nyamuk dewasa anophelini di alam bebas 1 – 2 minggu, tetapi didalam
laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu.

Malaria
Maria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan di
tandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria dapat berlangsung akut
atau kronik. Dan dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun dengan komplikasi yang disebut
malaria berat.

Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium dari famili plasmodidae, yang selain menginfeksi
manusia juga menginfeksi binatang. Pada manusia plasmodium ini menginfeksi eritrosit dan
mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit.

Patogenesis
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai nyamu anopheles betina menggigit mausia dan nyamuk
akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dan kemudian menuju ke hati. Di dalam sel
parenkim hati ememuli perkembangan aseksual. Setelah sel parenkin terinfeksi, terbentuk sizont hati
yang apabila pecah akan mengeluarkan merozoit ke pembuluh darah. Merozoit yang dilepaskan akan
masuk ke dalam RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari
filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritosit. Selanjutny eritrosit akan berkembang biak
secara aseksual dalam eritrosit, bentuk aseksual dalam eritrosit inilah yang bertanggung jawab dalam
patogenes terjadinya malaria.
Karena bentuk aseksualnya berada di sirkulasi darah, maka infeksi melibatkan beberapa organ seperti
otak, jantung – paru, hati, limpa, ginjal, usus, dan sumsum tulang.
 Otak : di jumpai otak yang membengkak dan perdarahan petekie yang multiple pada
jaringan putih.
 Paru : di jumpai gambaran edema paru, pembentukan membran hialin
 Ginjal : tampak bengkak, tubulus mengalami iskemia
 Saluran cerna : terjadi perdarahan karena erosi, selain sekuestrasi juga ditemui iskemia yang
menyebabkan nyeri perut.
Secara garis besar eritrosit yng terinfeksi dapat menimbulkan 3 jenis gangguan :
 Perubahan hemodinamik , eritrosit yang terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat. Hal
tersebut akan menyebabkan pembentukan roset dan gumpalan dalam pembuuh darah yang
dapat memperlambat mikrosirkulasi. Akibatnya secara klinis dapat terjadi gangguan fungsi
ginjal, otak dan syok.
 Perubahan imunologik, antigen parasit lain yaitu ring infected erythrocyte surface antigen
(RESA), protein heat shock, dan lainnya akan mengaktifakn sel mononukleus dalam darah
yang mengakibatkan timbulnya berbagai respon imun yang berbeda.
 Perubahan metabolik

Manifestasi umum malaria


Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa; kelesuhan, malaise, sakit kepala,
sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut
tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan :
 Periode dingin : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigl sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
didiringi dengan meningkatnya temperatur.
 Periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, suhu badan tetap tinggi untuk beberapa
jam, diikuti enganberkeringat
 Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat
Trias Malaria pada Plasmodium falciparum menggigil dapat berlangsung berat atau tidak ada. Dan
anemia juga sering ditemui pada infeksi malaria.
Manifestasi Klinis M. falsiparum; panas ireguler anemia, splenomegali, parasitemia sering di
jumpai dan sering terjadi komplikasi. Gejala prodormal yang sering dijumpai yaitu; sakit kepala, nyeri
belakang/ tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Splenomegali lebih sering dijumpai
di bandingkan hepatomegali dan nyeri pada perabaan; hati membesar dapat disertai timbulnya ikterus.
Kelainan urine dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal granuler.

Diagnosis
diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderit tentang asal penderita apakah
dari daerah endemik malaria, riwayat bepergin ke daerah malaria, riwayat pengobatan kuratip maupun
preventip.

 Pemeriksaan Tetes Darah Untuk Malaria, pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk
menemukan adanya parasit malaria sangat penting unutk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan
pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan di temukannya
parasit.
 Tes antigen : P – F test, yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum.
 Tes Serologi, tes ini berguna mndeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau pada
keadaan parasit sangat minimal.
 Pemeriksaan PCR

Penatalaksanaan
Secara global WHO telah menetapkan di pakainya pengobatan malaria dengan memakai :
 Golongan artemisin
 Pengobatan ACT
 Pengobatan non- ACT
1. Klorokuin Difosfat/ Sulfat
2. Sulfadoksin-Pirimetamin
3. Kina Sulfat
4. Primakuin

OBAT-OBAT ANTIMALARIA
Berdasarkan rumus kimianya, obat-obat antimalaria dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Alkaloida chinchona : kina, kinidin.
2. 4-aminokuinolin : klorokuin, amodiakuin.
3. 8-aminokuinolin : primakuin, kinosid.
4. Diaminopirimidin : pirimetamin, trimetoprim.
5. Sulfanamida : sulfadoksin,sulfadiasin, sulfalen.
Sulfon dapson.
6. 9-aminoakridin : mepakrin.
7. Biguanida : proguanil, klorproguanil, sikloguanil.
8. Tetrasiklin : tetrasiklin, doksisiklin, minosikiln.
9. Antibiotik lain : klindamisin, enitromisin
10. 4-metanolkuinolin : meflokuin.
11. Penantren metanol: halofantrin.
12. Seskuiterpen lakton : qinghaosu.
Seskuiterpen peroksid : yingzhaosu.
13.Pironaridin
14.Lain-lain.
Berdasarkan efek atau kerja obat pada stadia parasit, obat- obat antimalaria dapat digolongkan sebagai
berikut:
1)Sisontosida jaringan primer (pre-eritrositer).
Digunakan untuk profilaksis kausal : B-aminokuinolin, diaminopirimidin, biguanida, sulfanamida,
dan tetrasiklin.
2)Sisontosida jaringan sekunder (ekso eritrositer).
Digunakan untuk mencegah relaps : 8-aminokuinolin.
3)Sisontosida darah (eritrosit)
Digunakan untuk penyembuhan klinis atau supresi : alkaloida chinchona, 4-aminokuinolin,
sulfanamida, sulfon, dan 9aminoakridin.
4)Gamesitosida.
Digunakan untuk membunuh bentuk seksual parasit : alkaloida chinchona, 4-aminokuinolin, dan 8-
aminokuinolin.
5)Sporontosida.
Digunakan untuk mencegah pembentukan ookist dan sporosoit dalam tubuh nyamuk :
diaminopirimidin, sulfanamida, dan biguanida.

Obat-obat antimalaria yang dipakai dalam program adalah klorokuin, sulfadoksin-


pirimetamin, kina, tetrasiklin, dan primakuin.

OBAT-OBAT ANTIMALARIA BARU


Dalam satu dasawarsa terakhir, banyak berkembang obat - obat antimalaria baru. Di antaranya ada
yang sudah terdaftar dan beredar di Indonesia.
1. Sulfalen (sulfametopirasin = kelfisin) pirimetamin
Merupakan obat antimalaria kombinasi golongan sulfanamida dan diaminopirimidin. Obat ini
sudah terdaftar dan beredar di Indonesia dengan nama Metakelfin.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, sisontosida darah dan sporontosida
untuk ke empat jenis plasmodium manusia. Dikemas dalam bentuk 500 mg sulfalen – 25 mg
pirimetamin/tablet. Diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 25 mg/kgbb. untuk anak 15
tahun, 1 tablet untuk anak 610 tahun, dan 23 tablet untuk orang dewasa. Obat ini tidak diberikan pada
bayi dan wanita hamil. Untuk profilaksis diberikan dengan dosis sama seperti dosis pengobatan setiap
minggu. Mempunyai waktu paruh 6585 jam, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya
dalam 4 jam.
Efikasi obat ini baik dengan angka penyembuhan di Asia (Kamboja, Birma, dan Filipina) 80-
100%, kecuali di Thailand karena telah banyak kasus P. falciparum resisten obat antifolat, sedangkan
bebas demam dicapai dalam 13 hari dan bebasparasit juga 13 hari. Efikasi obat ini di Afrika (Somalia,
Kamerun, Senegal, Nigeria, Volta Hulu, Togo, Kongo,Tanzania, dan Kenya) adalah angka
penyembuhan 92-100%, bebas demam 13 hari, dan bebas parasit 23 hari.
Efek samping obat ini seperti sulfadoksin-pirimetamin yaitu : hanya pada orang-orang
tertentu berupa urtikaria, sindrom Steven Johnson, granulositopcni, dan methemoglobinemia.

2. Doksisiklin dan minosiklin


Merupakan obat antimalaria golongan tetrasiklin. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan
digunakan sebagai obat antibiotika. Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, khusus
untuk P. falciparum tetapi tidak digunakan untuk profilaksis. Dikemas dalam bentuk 100 mg/tablet
atau kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 1,52 mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 7 hari, dan hams
diberikan bersama kina atau amodiakuin. Doksisiklin mempunyai waktu paruh 1518 jam.

3. Klindamisin
Merupakan obat antimalaria golongan antibiotika lain. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan
digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum. Dikemas dalam bentuk
75 mg dan 150 mg/ kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 510 mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 5
hari, dan sebaiknya diberikan bersama kina atau amodiakuin. Oemijati dkk (1989), telah meneliti obat
ini di RSU Dili, Timor Timur, dengan hasil baik. Klindamisin diberikan kepada penderita P.
falciparum resisten klorokuin secara in vitro dengan dosis 2 x 300 mg, peroral. selama 5 hari. Angka
penyembuhan 100%, dan bebas parasit dicapai pada hari ke 2-6. Efek samping yang ditemukan ringan
dan bersifat sementara.

4.Meflokuin
Merupakan obat antimalaria golongan 4metanol kuinolin. Obat ini pernah diteliti, belum
terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara obat ini sudah digunakan secara
Luas.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk ke empat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 1525
mg/kgbb. Obat ini aman untuk wanita hamil. Dapat diberikan untuk profilaksis dengan loading
dose 750 mg, kemudian 125 mg/minggu. Waktu paruh obat ini adalah sekitar 3 minggu, dan
konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 1216 jam. Belum ditemukan kasus resistensi
silang dengan obat antimalaria lain. Untuk memperlambat terjadinya resistensi P.
falciparum meflokuin sebaiknya digunakan kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin menjadi MSP
(meflokuinsulfadoksin-pirimetamin) yang dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Efikasi obat ini di Thailand baik, dengan angka penyembuhan 90100%, bebas demam dicapai
pada hari ke 13 dan bebas parasit pada hari ke 35. Di Indonesia, walaupun belum beredar dan dipakai,
telah ditemukan kasus resisten di Irian Jaya dan Jawa Tengah.
Efek samping obat ringan dan sementara yaitu : gangguan saluran pencernaan, lemah, pusing,
insomnia, pruritus, dan skin rash. Semua efek samping ini bersifat sementara dan tidak memerlukan
pengobatan khusus.

5.Halofantrin
Merupakan obat antimalaria golongan penantren metanol. Obat ini belum terdaftar dan beredar di
Indonesia. Di beberapa negara (Perancis dan negara-negara Afrika Barat) obat ini
dalam waktu dekat akan dipakai. Di Indonesia obat ini sedang diteliti.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk ke empat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, 500 mg/kapsul, dan 100 atau 250 mg/5 ml suspensi. Diberikan
secara oral dengan dosis untuk anak-anak 810 mg/kgbb, tiap 6 jam, dengan dosis total 24 mg/kgbb.
Untuk orang dewasa (> 12 tahun) diberikan 500 mg tiap 6 jam, dengan dosis total 1500 mg. Tidak
diberikan pada wanita hamil dan menyusui karena mempunyai efek fetotoksik pada binatang
percobaan. Waktu paruh halofantrin adalah 12 hari, dan konsentrasi dalam plasma mencapai
puncaknya dalam 6 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obatobat antimalaria
lainnya.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan mendekati 100%, waktu bebas demam 13
hari, dan bebas parasit 23 hari.
Efek samping obat ini ringan dan sementara yaitu gangguan saluran pencernaan : mual, sakit
perut, dan diare.

6. Qinghaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton. Obat ini belum terdaftar dan
beredar di Indonesia. Menzpakan obat tradisionil Cina dari ekstrak tumbuhan Artemesia annua L
(Qinghao) yang sebenarnya sudah dipakai sejak ribuan tahun yang lalu. Selain di Cina, qinghaosu
juga diteliti di Birma dan Thailand.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. Falciparum dan P. vivax. Obat ini
baik untuk mengobati malaria berat atau dengan komplikasi karena efek obat yang sangat cepat.
Dikemas dalam bentuk tablet (artemisin qinghaosu) untuk per oral, dalam larutan minyak (artemeter)
untuk suntikan intramuskular, dalam larutan garam fisiologis (artesunat) untuk suntikan intravena atau
intramuskular, dan dalam bentuk supositoria untuk rektal supositoria. Dosis yang efektif masih
diteliti. Dosis total untuk orang dewasa adalah tablet : 2,5-3,2 g, larutan minyak : 0,6-1,2 g, dan
larutan garam fisiologis : 1,2 g. Tidak diberikan pada wanita hamil karena mempunyai efek
fetotoksik. Waktu paruh qinghaosu adalah 7 jam dan konsentrasi maksimum dalam plasma terlihat
setelah 0,5-4 jam pemberian obat. Tidak ditemukan kasus resistensi silang dengan klorokuin.
Obat ini sangat cepat menurunkan demam dan parasit. Waktu bebas demam yang dibutuhkan
adalah 15-22 jam, sedangkan bebas parasit antara 30-68 jam. Angka rekrudensi cukup tinggi yitu >
18% yang biasanya timbul pada hari ke 15-30 setelah pengobatan.
Efek samping obat ini yang didapat adalah penurunan jumlah lekosit dan retikulosit yang
bersifat sementara.

7. Yingzhaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen peroksid. Obat ini baru dikembangkan dan
didapatkan dari tanaman obat tradisionil Cina.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. Falciparum dan tidak ditemukan
resistensi silang dengan klorokuin, meflokuin, dan qinghaosu. Obat ini baik digunakan dengan
kombinasi. Dapat diberikan peroral, atau parenteral. Toksisitas rendah dan tidak ditemukan
mutagenisitas.

8. Pironaridin
Merupakan obat antimalaria derivat hidroksianilino-bensonaphtiridin. Obat ini ban' diteliti
pada binatang percobaan dan in vitro.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. Falciparum dan sensitif terhadap P.
falciparum resisten kiorokuin.

9.Falcimax TM
Merupakan obat antimalaria kombinasi kina, kinidin dan cinchonin. Adapun kerja obat ini
adalah sisontosida darah untuk ke empat spesies plasmodium manusia. Obat ini diberikan dengan
dosis 12 mg/kgbb. flap 8 jam, selama 7 hari, per oral.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan 100%, sedangkan efek samping obat ringan
dan sementara.

10. Lain-lain : 4-piridin metanol, ariltio kuinasolin, 2 fenil fenol, dihidrotriasin 13


Merupakan obat-obat antimalaria yang sedang diteliti pada binatang percobaan dan bersifat
sisontosida darah.

Gerakan Berantas Kembali Malaria

Gebrak malaria adalah suatu gerakan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang serta masyarakat
dalam mengatasi penyakit malaria untuk mewujudkan lingkungan yang terbebas dari penularan
malaria melalui peanggulangan yang bermutu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat malaria.

Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria

1. Diagnosa  Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.


2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
4. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )

Upaya pemberantasan lain yang telah dilaksanakan berupa penemuan penderita, dengan cara :
 Penacarian penderita secara aktif (Active Case Detection)  pencarian penderita dengan gejala
klinis malaria dari rumah ke rumah. Pencarian penderita secara aktif dilaksanakan di desa-desa
endemis malaria.
 Pencarian penderita secara pasif ( Passive Case Detection)  penemuan penderita di Unit
Pelayanan Kesehatan, dilaksanakan oleh petugas pada unit pelayanna kesehatan dengan cara
tersangka malaria yang datang ke UPK.
 Kontak survey  bagian dari kegiatan penyelidikan epidemiologi, dengan cara mengunjungi
penderita (+) yang ditemukan pada ACD dan melakukan pemeriksaan pada kontak serumah
( keluarga) penderita serta tetangga yang rumahnya berdekatan. Pemerikasaan dilakukan petugas
puskesmas untuk mengetahui apakah penderita tersebut telah menularkan penyakit disekitarnya.
 Survey penderita demam ( Mass Fever Survey )  metode penemuan penderita dengan cara
penderita demam di daerah endemis malaria pada waktu tertentu. Survey ini bertujuan
menurunkan jumlah penderita dengan cara mengobati penderita yang ditemuka agar tidak
menular kepada orang lain.
 Migrasi survey  salah satu metode penemuan penderita untuk menjaring penderita yang berasal
dari luar endemis. Dilakukan dengan cara mengambil sedian darah dari pendatang yang non
endemis, bertujuan sebagai tindakan antisipasi.

Anda mungkin juga menyukai