Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN ISLAMI II

KONSEP MAQASHID KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Di
S
U
S
U
N
Oleh :
Putri Eliza (22185051)
Bunga Naqia (22185074)
Alfirul Syahril (221850
Riazil Jannah(221850
Anggi Septiana p (221850
Mardiyah(221650

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Reza Kurnia, S.Pd.I., S.KM., MA., M. Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023/2024

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah Maternitas
keperawatan tentang konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil (fisiologis dan
patologis abortus) kita mampu mempelajari dengan baik serta menyelesaikannya
dengan lancar. Sholawat serta salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang dengan jasanyalah kita mampu terbebas dari belenggu jaman kejahiliyah
dan menuju jaman yang terang benderang.

Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai


tentang konsep manusia dan masyarakat. Walaupun makalah ini kurang sempurna
dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
yang membangun. Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................5
2.1 Definisi Maqashid Syariah.............................................................................5
2.2 Maqashid Menurut Imam As-Syatibi dan Imam Al-Ghazali.........................6
2.2.1 Maqashid Syariah Menurut Imam As-Syatibi.........................................6
2.2.2 Maqashid Syariah Menurut Imam Al-Ghazali........................................7
2.3 Contoh kemaslahatan maqashid syariah dalam pelayanan rumah sakit ........8
2.4 Maqashid Menurut Syariah..........................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maqashid Syari'ah, merupakan etaatan dalam menjalankan prinsip-prinsip
syariah yang tujuannya demi terwujudnya kemaslahatan umat. Penerapan
maqashid syariah melibatkan sejumlah kegiatan manusia yang berkait dengan
menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga
keturunan. Oleh sebab itu penerapan maqashid syariah memerlukan SDM yang
terlibat harus benar-benar mengerti dan paham tentang prinsip-prinsip syariah itu
sendiri sehingga tidak menjerumuskan para pengguna dalam kegiatan yang
terlarang.

Secara bahasa, kata maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti
tujuan atau target. Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki
pengertian atau definisi mengenai maqashid syariah yang berbeda. Al-Fasi
misalnya, menurutnya, maqashid syariah merupakan tujuan atau rahasia Allah
yang ada dalam setiap hukum syariat.

Pendidikan karakter merupakan upaya sadar untuk membantu seseorang


memahami, bertindak, dan merawat dirinya berdasarkan standar etika yang
berlaku saat ini.1 Standar moral dalam teori pendidikan karakter ini dapat
dikembangkan melalui pendidikan karakter budaya dan etnis, yaitu agama,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativitas, kemandirian, demokrasi,
semangat belajar, semangat kebangsaan, patriotisme, menghargai tanah air.tanah
air, kesuksesan, persahabatan., menyukai perdamaian, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli masyarakat dan tanggung jawab.2 Sebagaimana tertuang dalam

21
Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. “Pengembangan Pendidikan Karakter”. Bandung: PT.
RefikaAditama

1
Perpres Nomor 87 Tahun 2017, pendidikan karakter sangat penting karena
bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik dalam diri masyarakat, yang
diwujudkan secara khusus melalui nilai-nilai agama, kejujuran, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreativitas mandiri,demokratis, semangat belajar, semangat
kebangsaan, patriotik, menghargai prestasi, komunikasi, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli masyarakat dan bertanggung
jawab.Pendidikan karakter tentunya harus selaras dengan pendidikan moral.
Seperti yang dikatakan Lickona dalam bukunya yang berjudul Character Matters,
bahwa pendidikan karakter adalah suatu upaya sungguh-sungguh yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pribadi seseorang agar menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi diri – diri sendiri dan lingkungan.3
Sebagaimana fitrah dari penciptaan manusia yaitu mencintai kebajikan dan
kebaikan. Tentu saja upaya dalam melahirkan kebajikan dan kebaikan tersebut
muncul dalam dini pribadi seseorang sebagai makhluk komunal yang mana slalu
mendambakan kemaslahatan dalam kehidupan.4 Menurut Al- Syatibi: syariat
diturunkan kepada manusia untuk mengimplementasikan kemaslahatan hidup
segenap umat manusia, baik di dunia dan akhirat. Menciptakan sebuah
kemaslahatan merupakan sebuah kata kunci untuk manusia dalam menciptakan
kebaikan karena prinsip suatu kemaslahatan merupakan pangkal dari konsep
tujuan syariah atau biasa disebut dengan Maqashid Syari'ah. Adapun pijakan
kemaslahatan memiliki sumber yaitu dari Al-Qur'an dan Al-Hadis yang mana
kemudian dari kedua sumber tersebut manusia berupaya memilih dan
menciptakan kemaslahatan yang diinginkan dalam kehidupan. Sebagaimana
dikemukakan Al-Syatibi, Magashid Syari'ah mempunyai lima pokok pokok, yaitu
perlindungan agama, perlindungan jiwa, perlindungan ruhani, perlindungan
keturunan, dan perlindungan harta benda.5
2
.rosidin (2019) “ ilmu Pendidikan islam “ ( berbasis maqashid syariah dengan tafsir tarbawi ) .
rajawali pers
3
Lickona, Thomas. 2012. “Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana
Sekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung
Jawab”. (Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara)
4
Ismail. 2014. “Perbankan Syariah”. Jakarta: Kencana
5
Zatadini, Nabila dan Syamsuri. 2018. ”Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-
Syatibi dan Kontribusinya Dalam Kebijakan Fiskal”. Al-Falah: Journal
of Islamic Economic. Vol. 3. No.2.

2
Pada tahapan perkembangan anak-anak dan remaja, nilai-nilai agama dan
moral sangat penting untuk ditanamkan oleh keluarga, lingkungan sekolah
ataupun lingkungan sosial sehari-hari dengan tujuan kelak saat anak-anak menjadi
dewasa, nila-nilai agama tersebut akan bisa dijadikan sebagai panduan dan
proteksi dari pengaruh-pengaruh negatif yang ada di kehidupan sehari-hari.6

Kesehatan merupakan salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi


pemerintah Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, urusan kesehatan tergolong urusan wajib
pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Menurut Pasal 1 Ayat 16
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pelayanan dasar diartikan sebagai
pelayanan umum untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Oleh karena
itu, seluruh masyarakat Indonesia harus mempunyai akses terhadap layanan
kesehatan. Kesehatan lingkungan masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih
belum sempurna dan kesehatan merupakan salah satu permasalahan mendasar
yang dihadapi pemerintah Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan kesehatan tergolong urusan
wajib pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Menurut Pasal 1 Ayat
16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pelayanan dasar diartikan sebagai
pelayanan umum untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Oleh karena
itu, seluruh masyarakat Indonesia harus mempunyai akses terhadap layanan
kesehatan. Kesehatan lingkungan masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih
belum sempurna.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa yang di maksud dengan maqasid syari’ah ?
2 Apa yang di maksud dengan Maqashid Syariah Menurut Imam Al- Ghazali?
3 Apa yang di maksud dengan Maqashid Syariah Menurut Imam As-Syatibi ?

6
Abu, Ahmadi dan Noor Salimi, 2018, “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam”, Jakarta: Bumi
Aksara

3
4 Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kemaslahatan manusia dalam perspektif
Islam?
5 Sebutkan Contoh Kemaslahatan Maqashid Syariah Dalam Pelayanan Rumah
Sakit?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini supaya bisa menjadi
referensi bagi pembaca, dan untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar
khususnya di Program Studi Diploma Tiga Keperawatan khususnya pada mata
kuliah “Kesehatan Islami II” untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan
“Konsep maqashid Kesehatan Dalam Perspektif Islam”.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Maqashid Syariah


Maqashid Syariah merupakan gabungan dari dua kata yaitu maqashid dan
syariah, kata maqashid merupakan bentuk jamak dari maqshud yang berarti
keinginan, tujuan dan keinginan. Maqshud sendiri berasal dari kata qashada yang
berarti niat atau keinginan.7 Sedangkan kata Syariah berarti jalan menuju sumber
air atau jalan menuju sumber kehidupan. Secara terminologi syariah merupakan
suatu aturan yang berasal dari Allah SWT dan diturunkan melalui Rasul-Nya
untuk diterapkan pada manusia sepanjang hidupnya. Tujuan syariah atau dikenal
dengan maksud-maksud syariah (maqashid syariah) adalah untuk manusia itu
sendiri, bukan untuk Allah SWT sebagai pembuat aturan. 8 Kita tahu bahwa Allah
tidaklah membuat perundang-undangan atau syariat dengan main-main atau senda
gurau, tidak pula menciptakannya dengan sembarangan (sungguh Mahasuci Allah
dari semua hal seperti ini), namun Allah mensyariatkan perundang-undangan
islam untuk tujuan-tujuan besar dengan kemashlahatan dunia dan akhirat yang
kembali kepada para hamba, sehingga kesejahteraan akan merata, dan rasa aman
sentosa akan mendominasi.9

Konsep maqashid syariah sebenarnya sudah ada sejak zaman Imam


haramain (guru al-Ghazali dan direktur Ma'had Nizamiyah yang wafat pada tahun
478 H) dan dilanjutkan oleh al-Ghazali (wafat tahun 505 H), konsep ini kemudian
dikembangkan oleh seorang ulama Malik Andalusia Cordoban bernama as-14
Syatibi (w. 790 H.), yang terkenal dengan kitabnya Al-Muwafaqat Fi ushul
asSyariah.10

7
Sodiq, Amirus. 2015. “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam” Jurnal Equilibrium Vol3 No2
Desember 2015
8
Natadipurba, Chandra. (2016). “Ekonomi Islam 101”, Bandung: PT Mobidelta Indonesia
9
Ahmad al Mursi Husain Jauhar, 2009. “Maqashid Syariah”, Jakarta, Penerbit Amzah
10
Sodiq, Amirus. 2015. “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam” Jurnal Equilibrium Vol3 No2
Desember 2015

5
Konsep maqashid syariah menurut Imam As-Syatibi terbagi menjadi tiga
yitu dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Adapun maqashid syariah menurut Al-
Imam Ghazali terbagi menjadi lima tujuan yaitu menjaga agama (hifz al-din),
menjaga jiwa (hifz al-nafs), menjaga akal (hifzl al-aql), menjaga keturunan (hifzl
al-nasl) dan menjaga harta (hifz-al maal) serta dua maqashid syariah menurut
FORDEBI yaitu menjaga sosial dan menjaga lingkungan.

2.2 Maqashid Menurut Imam As-Syatibi dan Imam Al-Ghazali


2.2.1 Maqashid Syariah Menurut Imam As-Syatibi
Tujuan-tujuan syariat dalam Maqashid al-Syariah menurut al-Syatibi
ditinjau dari dua bagian. Pertama, berdasar pada tujuan Tuhan selaku pembuat
syariat. Kedua, berdasar pada tujuan manusia yang dibebani syariat. Maqashid
syariah menurut Imam As-Syatibi terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu dharuriyat,
hajiyat, dan tahsiniyat.11 menjabarkan maqashid syariah menurut Imam As-Syatibi
adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pertama, kebutuhan dharuriyat, merupakan tingkat kebutuhan yang


harus ada atau disebut dengan kebutuhan dasar. Jika tingkat kebutuhan ini
tidak terpenuhi, keamanan umat manusia akan terancam baik di dunia
maupun di akhirat. Menurut al-Syatibi, ada lima hal yang dimaksud, yaitu
menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga kehormatan dan
keturunan, dan menjaga kekayaan. Untuk menjunjung tinggi lima prinsip
inilah Syariat Islam diturunkan. Jika Anda mempelajari setiap undang-
undang, Anda akan mengetahui alasan pembentukannya, yang tidak lain
adalah mempertahankan lima poin di atas.

2. Tingkat kedua, kebutuhan hajiyat merupakan kebutuhan sekunder yang


apabila tidak dipenuhi tidak akan mengancam keamanan seseorang namun
akan menimbulkan kesulitan. Hukum Syariah Islam menghilangkan semua
kesulitan ini. Adanya hukum rukhshah (kelonggaran) sebagaimana
11
Djawas, Mursyid. "Implementasi Pengelolaan Zakat di Aceh." Mazahib Jurnal
“Pemikiran Hukum Islam”, Vol. Volume 15, Nomor 1, 2016.

6
dijelaskan oleh Abd al-Wahhab Khallaf merupakan contoh kepedulian
syariat Islam terhadap perlunya hal tersebut. Dalam bidang ibadah, Islam
mengatur hukum rukhshah (keringanan) tertentu apabila dalam
pelaksanaannya terdapat kesulitan dalam menjalankan perintah taklif.
Misalnya, Islam memperbolehkan Anda untuk tidak berpuasa saat
melakukan perjalanan dengan jarak tertentu asalkan Anda mengubah hari,
begitu pula dengan orang sakit. Kemampuan menunaikan shalat qasar
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hajiyat tersebut.

3. Tingkat ketiga, kebutuhan tahsiniyat, adalah tingkat kebutuhan yang apabila


tidak dipenuhi, tidak akan mengancam kelangsungan hidup salah satu dari
lima poin di atas dan tidak menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini
diwujudkan dalam bentuk kebutuhan tambahan yang bersifat adat dan sesuai
dengan persyaratan moral dan etika. Contoh dari jenis al-maqasid ini antara
lain adalah kesantunan dalam berkata dan bertindak serta pengembangan
kualitas produksi dan hasil kerja. Pelayanan jenis ini lebih memperhatikan
masalah estetika dan etika, termasuk dalam kategori ini seperti ajaran
kebersihan, dekorasi, sadaqah dan bantuan kemanusiaan. Manfaat ini juga
penting untuk melengkapi manfaat primer dan sekunder.

2.2.2 Maqashid Syariah Menurut Imam Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, pendidikan Islam yaitu pendidikan yang berupaya


dalam pembentukan insan paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Al
Ghazali pula manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha
mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadhilah melalui ilmu pengetahuan
yang dipelajarinya.12

12
Moh Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik Jogjakarta : Ciputat Pers, 2002.

7
Menurut Al Ghazali tujuan utama pendidikan Islam itu adalah ber-taqarrub
kepada Allah Sang Khaliq, dan manusia yang paling sempurna dalam
pandangannya adalah manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah
duniawi Metode yang digunakan untuk diklasifikasikan al-ghazali menjadi dua
bagian :Pertama, metode khusus pendidikan Agama, metode khusus pendidikan
agama ini memiliki orientasi terhadap pengetahuan aqidah karena pendidikan
agama pada realitasnya lebih sukar dibandingkan dengan pendidikan lainnya,
karena pendidikan agama menyangkut problematika intuitif dan lebih
menitikberatkan kepada pembentukan personality peserta didik. Kedua, metode
khusus pendidikan Akhlak, Al-ghazali mengungkapkan :†Sebagaimana dokter,
jikalau memberikan pasiennya dengan satu macam obat saja, niscaya akan
membunuh kebanyakan orang sakit, begitupun guru, jikalau menunjukkan jalan
kepada murid dengan satu macam saja dari latihan, niscaya membinasakan hati
mereka.

2.3 Contoh Kemaslahatan Maqashid Syariah dalam Pelayanan Rumah Sakit

Islam merupakan agama yang menjadi pedoman dalam berbagai aspek


kehidupan. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 208, umat
muslim harus berislam secara keseluruhan. Bukan hanya bagian ibadah, akan
tetapi ketentuan lain seperti mengonsumsi barang atau jasa yang halal dan
hubungan dengan sesama manusia harus sesuai dengan syariat.

Perwujudan pelayanan kesehatan sesuai standar syariah diwujudkan dalam


sertifikasi rumah sakit syariah oleh DSN-MUI. Standar Sertifikasi Rumah Sakit
Syariah terdiri dari lima bab yang diturunkan dari Maqashid syariah. Masing
masing bab dibagi menjadi dua kelompok standar yaitu Standar Manajemen dan
Standar Pelayanan.13

13
MUKISI. (2017). “Pedoman Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Syariah Dan Indikator
Mutu Wajib Syariah”. Jakarta: MUKISI.

8
Standar sertifikasi rumah sakit syariah (edisi 2 1438 H) pada kelompok
standar pelayanan syariah adalah sebagai berikut:

1. Penjagaan Agama (Hifdz Ad-din)

a. Rumah sakit menetapkan Standar Prosedur Operasional


Penerimaan, bimbingan, dan pemulangan pasien.
b. Rumah sakit melengkapi standar transportasi dengan media audio
atau video islami.
c. Rumah sakit menetapkan asesmen spiritual bagi pasien untuk
mendapatkan data keagamaan pasien.
d. Rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur terhadap
Pelayanan Pasien Risiko Tinggi dan tahap terminal.
e. Rumah sakit manjamin kehalalan, higienitas, kemanana makanan
dan terapi nutrisi yang diberikan kepada pasien.
f. Rumah sakit menjamin adanya upaya untuk menjaga aurat pasien,
pelayanan sesuai jenis kelamin dan memelihara unsur ikhtilath.
g. Rumah sakit menjamin upaya pelayanan anestesi dan bedah sesuai
syariah.
h. Rumah sakit menyediakan upaya pelayanan penatalaksanaan
ruqyah syar’iyah.
i. Rumah sakit mengupayakan formularium obat tidak mengandung
unsur bahan yang diharamkan.
j. Rumah sakit melengkapi dokumen pendukung dalam pemberian
obat kepada pasien dengan memuat nilai-nilai islam.
k. Petugas rumah sakit memberikan obat kepada pasien disertai
penyampaian pesan-pesan agama.
l. Rumah sakit memberikan bimbingan rohani islam kepada pasien.
m. Rumah sakit memberikan pelayanan pendampingan pasien yang
mempunyai permintaan khusus.
n. Rumah sakit memberikan pelayanan pada akhir kehidupan.

9
o. Rumah sakit memberikan pendidikan keislaan kepada pasien dan
keluarga mengenai proses penyembuhan penyakit.

2. Penjagaan Jiwa (Hifdz al-nafs)

a. Rumah sakit memberikan pelayanan jenazah secara syariah.


b. Rumah sakit memberikan pelayanan penatalaksanakan nyeri secara
syariah.
c. Pengadaan sumber air sesuai dengan kaidah syariah.

3. Penjagaan Akal (Hifdz al-aql)

a. Rumah sakit melaksanakan mandatory training keagamaan bagi


seluruh staf.
b. Rumah sakit menyediakan perpustakaan yang memuat literatur
islam.
c. Penyelesaian keluhan, konflik atau perbedaan pendapat secara
syariah.
d. Pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kesehatan secara
Islami yang berkelanjutan dari pasien.
e. Edukasi keislaman kepada pengunjung.

4. Penjagaan Keturunan (Hifdz al-nasl)

a. Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara


syariah.
b. Rumah sakit memberikan pelayanan reproduksi Islami.

5. Penjagaan Harta (Hifdz al-mal)

a. Rumah sakit dalam pengelolaan kas (cash management),


pembiayaan, dan investasi bekerja sama dengan lembaga keuangan
syariah.
b. Rumah sakit memiliki kebijakan dan mekanisme pengelolaan
pasien yang tidak mampu membayar.

10
c. Rumah sakit menetapkan standar operasional untuk mengetahui
salah penghitungan billing.

Namun dalam perkembangan pemikiran masa kini, muncul pendapat


mengenai maqashid syariah yang ditambahkan ke dalam tujuh maqashid syariah
yaitu perlindungan sosial dan perlindungan lingkungan hidup. Menurut karena
perkembangan masyarakat dan fenomena ketaatan beragama bahkan telah
merusak lingkungan dan kondisi masyarakat, maka muncullah gagasan perluasan
maqashid al-syariah dalam menjaga lingkungan hidup,dan menjaga perlindungan
sosial.14

2.4 Maqasid menurut syariah

Maqasid merupakan bentuk plural dari kata al-maqsiad mas}darmi@m


dari kata kerja qas}ada- yaqs}udu- qas}dan -maqs}adan. Kata al-qasid dan al-
maqasid memiliki makna yang sama. Maqasid berasal dari fi‘ilsulasi (،‫ يقصد‬،‫قصدا‬
‫ )]قصد‬.Kalimat ini seringkali dipergunakan dalam beberapa makna yang berbeda,
di antaran:

a. Istiqamat ‘ala>al-t}ari@q, seperti dalam firman Allah swt. dalam


QS al-Nah}l/16: 9:

ْ‫نِيَْعَلَع و‬.َ‫َج ْأُم كَاَدَهَل ءَاْش َو َلو َص ِق هِر ئَاجاَ ْهِنَمِو لِيبهسُالَّْد لََال‬

Terjemahnya:

Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-
jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin
kalian (kepada jalan yang benar)”14

b. Al-‘Adl (keadilan), yaitu menengahi di antara dua bagian. Firman


Allah swt. dalam QS Fatir/35: 32:.... ‫ِدَص ْتُقْمُم ْهِنَم و‬Terjemahnya : Dan
di antara mereka ada yang pertengahan….15

14
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (al-Madi@nah alMunawwarah: Mujamma‘
al-Malik Fahd li T{iba>‘ah al-Mus}h}af al-Syari@f, 1418 H), h. 403.
15
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 700.

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Maqashid
Syariah telah sesuai dengan tujuan syariah dan rahasia yang Allah maksudkan
dalam setiap hukumnya. Inti dari tujuan Syariah adalah untuk mencapai
kemaslahatan manusia dan menghilangkan kerugian, dengan tetap menghormati
mabadi (prinsip-prinsip dasar) seperti keadilan, kesetaraan dan kebebasan. penting
untuk menyempurnakan kehidupan. Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar akan
menjelaskan secara lengkap dan jelas mengenai peringkat, tingkat kepentingan
dan kebutuhan, khususnya memperhatikan nilai-nilai dasar Islam.

Maqashid syariah atau maslahat dhuriyyah untuk kemaslahatan agama dan


dunia. Kegagalan untuk melakukan hal ini akan mengakibatkan kerusakan dan
bahkan korban jiwa. Dijelaskan pula gambaran konsep maqashid syariah dan
lima manfaat utamanya.

3.2 Saran
Mempelajari tentang Maqashid Syariah sangat penting untuk diterapkan
dalam praktik keperawatan. Sebagai perawat, kita harus mengetahui kebutuhan
dasar dari pasien, karena ini merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi.
Kita juga seharusnya bisa memprioritas kebutuhan yang mana harus dipenuhi
terlebih dahulu disamping kebutuhan - kebutuhan dasar lainnya.
Dengan adanya makalah tentang Maqashid Syariah ini diharapkan seluruh
mahasiswa terutama keperawatan, dapat menerapkan dalam pelayanan
keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi dan Noor Salimi, 2018, “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam”,
Jakarta: Bumi Aksara
Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. “Pengembangan Pendidikan Karakter”.
Bandung: PT. RefikaAditama
Adam, (2011). Jurnal Fitriani, (2010). “Jurnal Hubungan Pendidikan Ilmiah
Volume” Ii1 No. 2 . Jakarta
Ahmad al Mursi Husain Jauhar, 2009. “Maqashid Syariah”, Jakarta, Penerbit
Amzah
Djawas, Mursyid. "Implementasi Pengelolaan Zakat di Aceh." Mazahib Jurnal
“Pemikiran Hukum Islam”, Vol. Volume 15, Nomor 1, 2016.
Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. “Pengembangan Pendidikan Karakter”.
Bandung: PT. Refika Aditama
Ismail. 2014. “Perbankan Syariah". Jakarta: Kencana
Lickona, Thomas. 2012. “Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana
Sekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung
Jawab”. (Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara)
MUKISI. (2017). “Pedoman Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Syariah
Dan Indikator Mutu Wajib Syariah”. Jakarta: MUKISI
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (al-Madinah al-
Munawwarah: Mujamma‘ al-Malik Fahd li Tiba ‘ah al-Mushaf al- Syarif, 1418
H), h. 403.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 700.

Anda mungkin juga menyukai