Disusun
Oleh :
Pembimbing :
Moch. Syauki
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Pasar Bisnis dan Pasar Konsumen..............................................3
B. Situasi Pembelian Pasar Bisnis.....................................................................6
C. Pembelian dan Penjualan Sistem..................................................................6
D. Peserta Proses Pembelian Bisnis...................................................................7
E. Proses Pembelian/Pengadaan (Procurement)................................................9
F. Mengelola Hubungan Pelanggan Bisnis-ke-Bisnis.....................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses dalam pembelian bisnis-ke-bisnis?
2. Bagaimana pembeli bisnis mengambil keputusan mereka?
3. Bagaimanastrategi perusahaan agar dapat membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan bisnis?
C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuiproses dalam pembelian bisnis-ke-bisnis.
2. Untuk mengetahui carapembeli bisnis mengambil keputusan mereka.
3. Untuk mengetahui strategi perusahaan agar dapat membangun hubungan
yang kuat dengan pelanggan bisnis.
1
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan memiliki manfaat bagi seluruh
pembaca khususnya pembaca yang berkecimpung di dunia bisnis dalam
mengaplikasikan pemahamannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengubah praktik dan kinerja mereka. Dalam tahun – tahun terakhir,
hubungan antara pelanggan dan pemasok telah berubah dari benar – benar
bermusuhan menjadi erat dan akrab.
3. Pembelian professional
Barang bisnis dibeli oleh agen ( petugas ) pembelian yang terlatih, yang
harus mengikuti kebijakan, batasan, dan persyaratan pembelian organisasi.
Banyak instrumen pembelian – contohnya: permintaan harga atas produk
yang akan dipesan, proposal pembelian, dan kontrak pembelian –
tidak ditemukan dalam pembelian konsumen.
4. Pengaruh pembelian berganda
Umumnya, keputusan pembelian pasar bisnis dipengaruhi lebih banyak
orang.Komite embelian terdiri dari ahli-ahli teknik dan bahkan manajemen
senior yang menjadi pihak yang sering melakukan pembelian barang-
barang utama.
5. Panggilan berjualan berganda
Suatu studi yang dilakukan McGraw-Hill menemukan bahwa diperlukan
empat sampai empat setengah panggilan untuk menutup rata-rata
penjualan industri. Dalam kasus penjualan peralatan modal untuk proyek
besar, perusahaan dapat melakukan berbagai usaha untuk mendanai sebuah
proyek dan siklus penjualan.
6. Permintaan turunan
Permintaan atas barang bisnis benar – benar berasal dari permintaan atas
barang konsumsi. Karena alasan itu, para pemasar bisnis harus secara
dekat memantau pola pembelian konsumen akhir. Contoh: laporan majalah
Purchasing menunjukkan bahwa perusahaan otomotif yang termasuk
dalam kelompok Tiga Besar di Detroit mendorong ledakan permintaan
atas produk baja batangan. Banyak dari permintaan tersebut merupakan
turunan dari kecintaan konsumen yang terus berlanjut atas minivan dan
truk ringan lainnya, yang mengkonsumsi baja jauh lebih banyak daripada
jenis mobil lainnya.
4
7. Permintaan inelastic
Permintaan total atas berbagai barang dan jasa bersifat tidak elastis yaitu:
tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan harga. Perusahaan–perusahaan
pembuat sepatu tidak akan membeli lebih banyak kulit jika harga kulit
turun. Mereka juga tidak akan membeli lebih sedikit kulit jika harga kulit
meningkat, kecuali jika mereka dapat menemukan bahan pengganti kulit
yang memadai. Permintaan bersifat sangat tidak elastis dalam jangka
pendek karena para produsen tidak dapat mengubah secara cepat metode
produksi mereka. Permintaan juga sangat tidak elastis atas barang bisnis
yang merupakan presentase kecil dari biaya total barang, seperti tali
sepatu.
8. Permintaan yang berfluktuasi
Permintaan atas barang dan jasa bisnis cenderung lebih mudah berubah–
ubah dibandingkan dengan permintaan atas barang dan jasa konsumsi.
Presentase tertentu peningkatan permintaan konsumen dapat menyebabkan
presentase peningkatan permintaan yang jauh lebih besar atas pabrik dan
peralatan yang diperlukan untuk memproduksi output tambahan. Ekonom
menyebut dampak itu sebagai dampak percepatan. Kadang–kadang
peningkatan 10 persen permintaan konsumen dapat menyebabkan
kenaikan 200 persen permintaan bisnis akan produksi bersangkutan pada
periode berikutnya: 10 persen penurunan permintaan konsumen dapat
menyebabkan kehancuran total permintaan bisnis.
9. Pembeli yang terkonsentrasi secara geografis
Lebih dari setengan pembeli bisnis di AS terkonsentrasi di tujuh Negara
bagian: New York, California, Pennsylvania, Illinois, Ohio, New Jersey
dan Michigan. Konsentrasi produsen secara geografis membantu
mengurangi biaya penjualan.
10. Pembelian langsung
Pembeli bisnis sering membeli langsung barang dari produsen tanpa
perantara, terutama untuk barang yang rumit secara teknis atau mahal
seperti pesawat terbang.
5
B. Situasi Pembelian Pasar Bisnis
Pembeli bisnis mengahadapi banyak keputusan dalam melakukan
pembelian. Jumlah keputusan tersebut bergantung pada situasi pembelian. Ada
tiga jenis situasi pembelian menurut Patric Robinson, diantaranya:
1. Pembelian Kembali/Ulang Langsung
Situasi pembelian di mana departemen pembelian yang membeli/memesan
ulang secara rutin dan memilih pemasok dari daftar yang telah disetujui.
Contohnya perlengkapan kantor, bahan kimia dalam jumlah banyak.
2. Pembelian Kembali/Ulang Modifikasi
Situasi pembelian di mana pembeli ingin memodifikasi spesifikasi produk,
harga, kebutuhan pengiriman, atau syarat lain. Biasanya melibatkan
peserta tambahan dari kedua belah pihak.
3. Tugas Baru
Situasi pembelian di mana pembeli membeli produk barang atau jasa
untuk pertama kalinya. Contohnya, gdung kantor, sistem keamanan baru.
Semakin besar biaya risiko, semakin besar jumlah peserta pengambil
keputusan dan semakin besar pula pengumpulan informasi mereka dan
karena itu semakin lama waktu yang digunakan untuk penyelesaian
keputusan.
6
permintaan pelanggan. Tetapi, mereka dapat melangkah lebih dari spesifikasi-
spesifikasi tersebut dan menawarkan nilai tambahan dengan berbagai cara.
7
f. Pembeli (buyer)
Pembeli merupakan oarng yang mempunyai otoritas resmi untuk memilih
pemasok dan mengatur syarat pembelian.Pembeli dapat membantu menyusun
spesifikasi produk, tetapi mereka memainkan peran utama dalam memilih
vendor dan bernegosiasi.Dalam pembelian yang lebih rumit, pembeli dapat
melibatkan manajer tingkat tinggi.
g. Penjaga gerbang (gatekeeper)
Penjaga gerbang maksdunya adalah orang yang mempunyai kekuatan
untuk mencegah penjual atau informasi agar tidak menjangkau anggota pusat
pembelian.Misalnya, agen pembelian, resepsionis, dan operator telepon dapat
mencegah wiraniaga agar tidak menghubungi pengguna atau pengambil
keputusan.
a. Pengaruh Pusat Pembelian
Pusat pembelian biasanya meliputi beberapa peserta yang memiliki
minat, otoritas, status, dan persuasivitas yang berbeda dan terkadang kriteria
keputusan yang sangat berbeda. Pembeli bisnis juga memiliki motivasi,
persepsi, dan preferensi pribadi yang dipengaruhi oleh usia, penghasilan,
penidikan, posisi pekerjaan, kepribaian, sikap terhaap risiko, dan budaya.
b. Penentuan Target Pusat Pembelian
Dalam menentukan target pusat pembelian, pemasar bisnis harus
mengetahui peserta utama dalam pengambilan keputusan, keputusan yang
mereka pengaruhi, sejauh mana penagaruh tersebut, dan criteria seperti apa
yang mereka gunakan. Pemasar bisnis tidak selalu mengetahui secara persis
jenis dinamika kelompok yang terjadi sepanjang proses pengambilan
keputusan, meskipun informasi apapun yang dapat diperoleh tentang factor
kepribadian akan bermanfaat.
Penjual kecil berkonsentrasi untuk menjangkau influencer
kunci.Penjual besar melakukan penjualan multilevel yang mendalam untuk
menjangkau peserta sebanyak mungkin.Wiraniaga mereka seakan “hidup
bersama” dengan pelanggan volume tinggi.Perusahaan harus sangat
mengandalakan program komunikasi perusahaan mereka untuk menjangkau
8
pengaruh pembelian yang tersembunyi setra terus memberikan informasi
kepada pelanggan yang sudah ada.
9
F. Mengelola Hubungan Pelanggan Bisnis-ke-Bisnis
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, pemasok dan pelangan
bisnis melakukan eksplorasi dengan beragam cara untuk mengelola hubungan
mereka. Hubungan yang lebih erat ini sebagaian didorong oleh manajemen rantai
pasokan, keterlibatan pemasok sejak awal, dan aliansi pembeliaan.
Mengoptimalkan hubungan yang dapat tepat dengan bisnis sangatlah penting
untuk semua program pemasaran holistik Kotler (2008 : 218).
1. Manfaat Koordinasi Vertikal
Sebagian besar riset mendukung koordinasi vertikal yang lebih besar
antara mitra pembeliaan dan penjual, sehingga mereka tidak hanya sekedar
bertransaksi tetapi terlibat dalam kegiatan yang menciptakan nilai yang lebih
besar bagi kedua pihak.Membangun kepercayaan adalah salah satu syarat
hubungan jangka panjang yang sehat. “gagasan Pemasaran: membangun
kepercayaan dan kredibilitas perusahaan” menyebutkan beberapa dimensi kunci
terhadap kepercayaan semacam itu. Pengetahuan yang khusus dan relavan dengan
mitra hubungan juga merupakan faktor penting dalam kekuatan ikatan antara
perusahaan yang bermitra.
Kotler (2008 : 220) Hubungan antara agen periklana dengan klien
mengilustrasikan penemuan-penemuan ini:
a. Dalam tahap pembentukan hubungan, salah satu mitra mengalami
pertumbuhan pasar yang substansial—perusahaan manufaktur yang
memanfaatkan teknik produksi massal mengembankan merek nasional, yang
meningkatkan arti pentingdan jumlah iklan media massa.
b. Ketidakmetrisan informasi antara mitra menyiratkan bahwa kemitraan akan
menghasilkan lebih banyak laba dibandingkan jika mitra berusaha menginvasi
wilayah perusahaan lainnnya—Agen periklanan mempunyai pengetahuan
khusus yangtidak dapat dimiliki dengan mudah oleh klien mereka.
c. Setidaknya salah satu mitra menempatkan penghalang yang tinggi di pintu
masuk sehinga mencegah mtra lain memasuki bisnis—Agen periklanan tidak
dapat menjadi produsen nasional dengan mudah, dan selama bertahun-tahun,
perusahaan manufaktur tidak diperkenalkan untuk menerima komisi media.
10
d. Ada ketidak seimbangan ketergantungan sehingga satu mitra dapat
mengendalikan atau mempengaruhi mitra lain—Agen periklanan
mengendalikan seluruh akses media.
e. Salah satu mitra mengambil keuntungan dari ekonomi-ekonomi skala yang
berkaitan dengan ubungan ini—Agen periklanan mendapat keuntungan
dengan menyediakan informasi pasar yang sama kepada banyak klien.
Riset menemukan bahwa hubungan pembeli-pemasok di bedakan oleh empat
faktor :
1. Ketersediaan alternatif
2. Pentingnya pasokan
3. Kompleksitas pasokan
4. Dinamismepasar pasokan
Berdasarkan empat faktor di atas, hubungan pembeli-pemasok digolongkan
menjadi delapan katagori berbeda:
1. Pembeli dan penjual dasar—Katagori ini merupakan pertukaran sederhana dan
rutin dengan tingkat pertukaran kerja sama dan informasi yang moderat.
2. Pembelian per elemen—Hubungan ini memerlukan lebih banyak adaptasi oleh
penjual serta pertukaran kerja sama dan informasi yang lebih sedikt.
3. Transaksi kontraktual—Pertukaran ini didefinisikan berdasarkan kontrak
resmi dan biasanya mempunyai tingkat kepercayaan, kerja sama, dan interaksi
yang rendah.
4. Pasokan pelanggan—Dalam situasi pasokan umum tradisonal, persaingan dan
bukan kerja sama merupakan bentuk tata kelola yang dominan.
5. Sistem kerja sama—Mitra dalam sistem kerja sama memiliki cara-cara
oprasional yang seragam, tetapi tidak satu pun dari mereka yang menunjukkan
komitmen struktual melalu sarana atau adaptasi hukum.
6. Kolaboratif—Dalam pertukaran kolaboratif, sebagian besar kepercayaan dan
komitmen menimbulkan kemitraan sejati.
7. Pelanggan adalah raja—Dalam hubungan yang erat dan kooperatif ini, penjual
menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa
mengharapkan banyak adaptasi atau perubahan sebagai bayarannya.
11
2. Hubugan Bisnis: Risiko dan Oportunisme
Para peneliti telah melihat bahwa upaya untuk membangun hubungan
pelanggan-pemasok akan menciptakan ketegangan antara penjagaan keamanan
dan adaptasi. Koordinasi vertikal dapat memperkuat ikatan pelangan-penjual
tetapi pada saat yang sama dapat meningkatkan risiko terhadap infestasi khusus
pelanggan dan pemasok. Investasi khusus adalah pengeluaran yang dirancang
khusus untuk perusahaan tertentu dan mitra rantai nilai (investasi dalam pelatihan
khusus-perusahaan, peralatan, dan prosedur atau sistem operasi).investasi ini
membantu perusahaan menumbuhkan laba dan mencapai positioning. Misalnya
xerox bekerja sama secara erat dengan pemasoknya untuk mengembangkan proses
dan komponen khusus yang mengurangi biaya manufaktur mesin fotocopynya
30% sampai 40%. Sebagai gantinya , pemasok mendapatkan penjualan dan
jaminan volume, pemahamaan tentang kebutuhan pelanggan mereka yang lebih
baik, dan posisi yang kuat dengan Xerox untuk penjualan di masa yang akan
datang.
Oportunisme menjadi masalah karena perusahaan harus mendedikasikan
sumber daya untuk pengendalian dan pengawasaan yang sebenarnya dapat
dialokasikan untuk tujuan yang lebih produktif. Kontak saj amungkin tidak cukup
untuk mengatur transaksi pemasok ketika oportunisme pemasok manjadi sulit
dideteksi, ketika perusahaan melakukan investasi khusus dalam aset yang tidak
dapat mereka gunakan dimanapun , dan ketika kadaan darurat lebih sulit
diantisipasi. Pelanggan dan pemasok lebih cenderung untuk membentuk joint
venture (ketimbang mendatangani kontrak sederhana) ketika tingkat ke khususan
aset pemasok tinggi, mengamati perilakupemasok menjadi sulit, dan pemasok
mempunyai reputasi buruk. Kita pemasok mempunyai reputasi baik., pemasok
lebih suka menghindari oportunisme untuk melindungi aset tidak nyata yang
berharga lain.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar Bisnis (business market) merupakan suatu tempat dimana produsen-
produsen melakukan penawaran barang dan jasa kepada para konsumen dengan
strategi-strategi pemasaran yang handal untuk mempengaruhi konsumen agar
dapat memiliki barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen tersebut. Pasar
Bisnis terdiri dari semua organisasi yang mendapatkan barang dan jasa yang
digunakan untuk memproduksi produk atau jasa lain yang kemudian dijual,
disewakan atau dipasok ke organisasi lain. Industri utama yang termasuk ke dalam
pasar bisnis adalah pertanian, perhutanan dan perikanan; pertambangan;
manufaktur; konstruksi; transportasi; komunikasi; utilitas publik; perbankan;
keuangan; dan asuransi; distribusi; serta jasa.
Dalam analisis pasar bisnis kami mendapatkan tahap-tahapnya, pertama
siapa saja peserta dalam proses pembelian, kemudian setelah mengetahui peserta
dilakukan proses pembelian atau pengadaan, selanjutnya kita harus memahami
tahap-tahap dalam proses pembelian, setelah proses pembelian dilakukan kita
harus bisa mengelola hunbungan pelanggan bisnis ke-bisnis dan kita dijelaskan
pula pasar lembaga da pemerintah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, M. Umer, masa depan umum ekonomi : sebuah tinjauan islam, Jakarta:
Gema Insani, 2001.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. “Manajemen Pemasaran”. Edisi
Ketiga Belas. Erlangga: Jakarta.
14