Anda di halaman 1dari 17

MAD MAPPING AUTISME PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
1. Anis Yuli Sholiqah
2. Alexandrina Carvalho
3. Deasy Anjani Lupa
4. Edit Therasa Miranti
5. Ruth Diana Wamiabu
6. Yunita Maniburi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

•Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak
yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan
perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan
hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan,
kemampuan mendengar dan komunikasi verbal

•The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada
masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan

•The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala
item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan
komunikasi dan sosial mereka

•The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak usia
2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang
kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
Diagnosa Noc NIC b.

Pasien akan
1. Risiko mutilasi diri 1.Jamin keselamatan anak dengan memberi
dibuktikan mendemonstrasikan rasa
berhubungan dengan perilaku-perilaku aman, lingkungan yang

individu autistic
alternative (misalnya kondusif untuk mencegah perilaku
memulai merusak diri.
interaksi antara diri dengan 2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku
perawat) mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan
sebagai 3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari
respons
terhadap trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung
tangan untuk mencegah menarik – narik rambut,
kecemasan dengan criteria
pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka
hasil:
pada ekstremitas saat gerakan-gerakan
1. Rasa gelisah dipert ahankan
histeris
pada tingkat anak merasa
4. Untuk membentuk kepercayaan satu anak
tidak memerlukan perilaku-
dirawat oleh satu perawat
perilaku mutilatif diri.
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama
2. Pasien memulai interaksi
waktu – waktu mening- katnya kecemasan agar tidak
antara diri dan perawat
terjadi mutilasi
apabila merasa cemas.
Anak akan
2. Gangguan interaksi sosial 1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan keper-
berhubungan dengan mendemonstrasikan cayaan
kepercayaan 2. Berikan benda-benda yang
hambatan perkembangan.

pada seorang
  pemberipe rawatan
dengan dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan
yang ditandai
rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak
sikap responsive pada mengalami distress
wajah dan kontak 3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika
mata dalam waktu anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
yang ditentukan untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
dengan criteria hasil: saling percaya
1. Anak mulai berinteraksi 4. Lakukan dengan perlahan- lahan, jangan memaksakan interaksi-
dengan diri dan interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
orang lain perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman ,
 
dan pelukan
2. Pasien menggunakan
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu-waktu
kontak mata, sifat
meningkatnya kecemeasan agar tidak
responsive pada wajah terjadi mutilasi.
dan perilaku-perilaku
nonverbal lainnya
dalam berinteraksi
dengan orang lain
 
3. Pasien tidak menarik diri
dari kontak fisik
dengan orang lain
3. Gangguan komunikasi verbal Anak akan membentuk 1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami
berhubungan dengan gangguan kepercayaan dengan tindakan- tindakan dan komunikasi anak
neuromuskuler seorang pemberi 2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak
perawatan ditandai dengan sampai kepuasan pola komunikasi terbentuk
3. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi- ekspresi nonverbal yang
sikap responsive dan benar
kontak mata dalam 4. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi
waktu yang telah untuk menguraikan kode pola
komunikasi
ditentukan dengan
kriteria hasil:
1. Pasien mampu

berkomunikasi
dengan cara yang
dimengerti oleh
orang lain
2. Pesan-pesan
nonverbal pasien
sesuai dengan
pengungkapan
verbal
3. Pasien memulai
berinteraksi verbal
dan non verbal
dengan orang lain
4. Gangguan Indentitas Pasien akan menyebutkan 1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
Pribadi bagian-bagian tubuh 2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
diri sendiri dan bagian- kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
Makan
bagian tubuh dari
pemberi perawatan 3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian
dalam waktu yang tubuhnya
ditentukan untuk 4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
mengenali fisik dan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan- perbedaan antara pasien
emosi diri terpisah dari dengan perawat
orang lain saat pulang 5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-
dengan kriteria hasil: batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-
1. Pasien mampu untuk gambar dari anak
membedakan bagian-
bagian dari tubuhnya
dengan bagian-bagian
dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan
kemampuan untuk
memisahkan diri dari
lingkungannya dengan
menghentikan ekolalia
(mengulangi kata-kata
yang di dengar) dan
ekopraksia (meniru
gerakan-gerakan yang
dilihatnya
Implementasi
 Mengkaji perilaku mutilatif terhadap kecemasaan
 Membantu anak dalam menyebutkan bagian tubuhnya
 Memberikan Rasa aman agar anak tidak mengalami distress
 Membantu anak perawatan diri dan Makan.
 
 Evaluasi
 Pasien bisa berinteraksi dengan orang lain
 Pasien mampu berkontak fisik dengan orang lain
 Pasien udah mulai menggunakan ekspresi non verval
 
PENATALAKSANAAN
 
A. Medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonim 5-
Hydroxytryotamin (5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel- sel saraf.Seluler
30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin dalam darah. Kadar norepenefrin,dopanim
dan serotonim 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan
tetapi, tidak demikian pada penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat
keadaan atau atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autis seperti hiperaktivitas,
penarikan diri,stereotipik ,menyakiti diri sendiri,agresifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias
digunakan sebgai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5- HT untuk mengurangi
agresifitas,hiperaktivitas, dan tingkah laku yang menyakiti diri sendiri.
B. Keperawatan
1.Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak
berbicara yang lebih baik.
2. Terapi okupasi: untuk melatih motoric galus anak
3. Terapi Perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi ,teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka.Mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya ,mereka banyak
yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak heran mereka
sering.mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan dan
rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya .
 
Evidance Base
A. Terapi Applied behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didesain khusus
anak-anak penyandang autism. Metode yang dipakai dalam terapi ini adalah dengan memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).
 
B. Terapi TEACCH
TEACCH adalah Treatmet and education of autistic and related communication handicapped
children, yaitu suatu metode yang dilakuan untuk mendidik anak autis dengan menggunkan
kekuatan relatifnya pada hal terstruktur dan kesenangannya pada rutinitas dan hal-hal yang dapat
diperkirakan dan relative ampu berhasil pada lingkungan yang visual disbanding yang auditori.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai