Anda di halaman 1dari 47

TUNA NETRA

Untuk mata kuliah


Anak Berkebutuhan Khusus

DISUSUN OLEH:
Asrilia Kurniasari 20181115064
Mar’atushsholihah 20181115067
Vivi Puspitasari 20181115070
Dina Nur Amala 20191115062
Our Learning focus:

Definisi tuna netra

Klasifikasi tuna netra

Penyebab terjadinya ketunanetraan

Cara pencegahan terjadinya ketunanetraan

Dampak ketunanetraan

Pendidikan bagi anak tunanetra dalam pendidikan inklusi


DEFINISI
TUNA NETRA
Definisi Tuna Netra dari segi bahasa
• Dalam KBBI
• Tuna artinya: tidak memiliki, tidak punya, luka
atau rusak.
• Netra artinya: penglihatan.
• Tuna netra berarti buta, tetapi buta belum
tentu sama sekali tidak bisa melihat.
Definisi Tuna Netra dari segi bahasa
• Dalam literatur bahasa Inggris
• Tuna netra disebut “Visual Impairment”
artinya kerusakan penglihatan atau “Sight
Loss” artinya kehilangan penglihatan
Definisi Tuna netra Menurut Para Ahli
1. Menurut T. Sutjihati Somantri, (2006: 65)
tunanetra merupakan individu yang indra
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari
seperti orang awas.
2. Menurut Persatuan Tuna Netra Indonesia (dalam
Humairo: 2013) Tuna netra adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga
mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak
mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca
tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya
normal meskipun dibantu dengan kacamata.
Definisi Umum
• Tuna netra adalah istilah
umum yang digunakan
untuk kondisi seseorang
yang mengalami gangguan
atau hambatan dalam indra
penglihatannya sehingga
membutuhkan layanan
pendidikan atau
pembelajaran yang khusus.
Anak-anak dengan gangguan penglihatan,
bisa diketahui dengan kondisi berikut:
• Ketajaman penglihatannya kurang dari
ketajaman yang dimiliki orang awas.
• Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau
terdapat cairan tertentu.
• Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
• Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang
berhubungan dengan penglihatan.
KLASIFIKASI
TUNA NETRA
Klasifikasi Tuna Netra berdasarkan
ketajaman penglihatan
Tuna Netra Berat (Totally blind)
• Tidak mampu melihat apapun

Tuna Netra Sedang (Partially sighted)


• Kehilangan sebagian daya penglihatannya, tetapi masih
bisa melihat huruf tebal dengan kaca pembesar
Tuna Netra Ringan (Low Vision)
• Mengalami hambatan penglihatannya, tetapi masih bisa
mengikuti pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan
Klasifikasi Tuna Netra berdasarkan
pemeriksaan klinis

Tuna Netra 20/70 – 20/200


•Bisa dibantu dengan alat bantu
khusus
Tuna Netra kurang dari 20/200
•Tidak bisa dibantu dengan alat bantu
Snellen chart
• Poster yang
berfungsi
untuk
mendeteksi
tajam
penglihatan
seseorang.
Klasifikasi Tuna Netra berdasarkan saat
terjadinya ketunanetraan menurut
Lowenfeld (1955)
Tuna netra sebelum dan sejak lahir

Tuna netra usia dini

Tuna netra usia sekolah

Tuna netra dewasa

Tuna netra lansia


Klasifikasi Tuna Netra berdasarkan
adaptasi pendidikan

Ketidakmampuan melihat taraf sedang

Ketidakmampuan melihat taraf berat

Ketidakmampuan melihat taraf sangat


berat
PENYEBAB
TERJADINYA
KETUNANETRAAN
Penyebab Tuna Netra

Prenatal Post natal

keturunan persalinan

kehamilan Penyakit mata

kecelakaan
Penyebab Tuna Netra
INTERNAL Genetik DNA
PENYEBAB

Rubella dan syphillis

Glaukoma

Retinoblastoma

EKSTERNAL Retinopati diabetes

Kekurangan vitamin A

Zat kimia

kecelakaan
CARA PENCEGAHAN
TERJADINYA
KETUNANETRAAN
medis

sosial
Cara pencegahan

edukatif
a. Pencegahan secara medis

1. Melakukan pemeriksaan genetika kepada dokter ahli


sebelum menikah.
2. Menghindari penggunaan terapi radioaktif bagi ibu
hamil, terutama pada usia kandungan tuga bulan
pertama dan 3 bulan ketiga.
3. Pencegahan terhadap virus menular seperti virus
rubella, syphilis, dan sebagainya.
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah
kekurangan vitamin A.
5. Melakukan pemeriksaan dini kepada dokter mata,
apabila terjadi keluhan pada mata secara serius.
b. Pencegahan secara sosial

• Memberikan penyuluhan mengenai penyebab


tunanetra.
• Kegiatan yang dilakukan oleh Puskemas
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
• Meningkatkan perlindungan keselamatan
kerja para buruh di perusahaan-perusahaan,
terutama pada perusahaan yang banyak
menggunakan bahan kimia.
c. Pencegahan secara edukatif

Peranan keluarga Peranan sekolah

Pengetahuan tentang penyakit mata dan


Kebiasaan hidup sehat
cara pencegahannya

Kebiasaan membaca, menonton TV,


Pemeliharaan diri dan lingkungan
gadget, dan tidur yang baik

Mainan yang tidak membahayakan Mainan yang tidak membahayakan


DAMPAK
KETUNANETRAAN
Dampak Ketunanetraan

Masyarakat
Lembaga Pendidikan
Keluarga
Penderita
Dampak tunanetra bagi penderita.

• Sikap penderita tunanetra terhadap kondisinya


sangat mempengaruhi kehidupan dirinya.
• penderita akan kesulitan dalam beraktivitas
sehari-hari, penderita akan mengalami kesulitan
berjalan dan memerlukan alat bantu berjalan
berupa tongkat.
• Penderita akan kesulitan memahami materi
pelajaran yang disajikan dalam bentuk visual dan
lebih memahami materi pelajaran yang disajikan
secara lisan atau bisa diraba.
Perkembangan kognitif
• Menurut Somantri (2012: 67)
• Perkembangan kognitif anak tuna netra
cenderung terhambat dibandingkan anak
normal karena perkembangan kognitif tidak
saja erat dengan kecerdasan atau intelegensia
saja, tetapi juga dengan kemampuan indera
penglihatannya.
Perkembangan Motorik
• Menurut Somantri (2012: 76)
• Perkembangan motorik anak tuna netra akan
ada hambatan besar. Anak hanya akan tahu
segala hal hanya dengan dideteksi oleh
tangan, kaki, atau indera pendengaran dan
penciumannya. Hambatan ini membuat anak
tuna netra mengalami masalah besar /
keterlambatan dalam hal orientasi dan
mobilitasnya.
Perkembangan Emosi
• Menurut Somantri (2012: 80-83)
• Perkembangan emosi anak tuna netra akan
sedikit mengalami hambatan dibandingkan
dengan anak yang awas.
• Sebab: Tidak dapat melakukan pengamatan
secara visual terhadap reaksi lingkungan.
• Gejala yang timbul:
• Keterbatasan dalam berkomunikasi secara emosi.
• Pola emosi negatif yang berlebihan seperti takut,
malu, cemas, khawatir, mudah marah, iri hati,
serta sedih berlebihan.
Perkembangan sosial
• Menurut Somantri (2012: 83-85)
• Hambatan muncul pada anak tuna netra akibat
langsung atau tidak langsung dari
ketunanetraannya, yaitu: kurang motivasi,
perasaan rendah diri, malu, penolakan
masyarakat, penghinaan, acuh tak acuh,
ketidakjelasan tuntutan sosial, terbatasnya
kesempatan belajar tentang pola tingkah laku
dapat mengakibatkan perkembangan sosialya
terhambat.
Perkembangan Kepribadian
• Konsep diri merupakan hal yang penting yang harus
disadari penderita dia dapat memandang dirinya lebih
bermakna dan berharga, menutupi kekurangan dengan
kelebihan akan membuatnya lebih bersyukur dan bisa
membuktikan bahwa dirinya juga bisa hidup mandiri
seperti orang normal.
• Perkembangan apapun mengenai tunanetra sangat
tergantung dari orang yang menanganinya. Jika anak
tunanetra dipercaya dan didukung untuk melakukan
kegiatan positif maka perkembangannya pun akan
bermakna.
Akibat hilang/berkurangnya
fungsi indra penglihatannya
maka tuna netra berusaha
memaksimalkan fungsi indra-
indra yang lainnya seperti,
perabaan, penciuman,
pendengaran, dan lain
sebagainya sehingga tidak
sedikit penyandang tunanetra
yang memiliki kemampuan luar
biasa misalnya di bidang musik
atau ilmu pengetahuan.
PENDIDIKAN
BAGI ANAK TUNA
NETRA
Layanan pendidikan bagi anak tunanetra pada
dasarnya sama dengan layanan pendidikan bagi anak
awas hanya dalam teknik penyampaiannya
disesuaikan dengan kemampuan dan ketidak
mampuan atau karakteristik anak tunanetra. (dalam
Riyanti:2013)
Perhatian khusus dalam pembelajaran
bagi anak tuna netra:
• Pembelajaran dalam kurikulum yang diperluas
• Model pendidikan tertentu
• Mempergunakan prinsip metode khusus
Kurikulum yang diperluas
• Dalam Humairo (2013)
• Tuna netra mempunyai dua perangkat
kebutuhan kurikulum:
• Kurikulum umum
• Kurikulum khusus
Model Pendidikan
Pendidikan khusus

Pendidikan terpadu

Guru kunjung

Pendidikan inklusif
Pendidikan Terpadu
• Pendidikan terpadu ialah model
penyelenggaraan program pendidikan bagi
anak yang berkebutuhan khusus yang
diselenggarakan bersama-sama dengan anak
normal dalam satuan pendidikan reguler
dengan menggunakan kurikulum yang berlaku
di lembaga pendidikan yang bersangkutan.
(Kemendikbud No. 002/U/1986)
Bentuk keterpaduan
• . Kirk & Gallagher (1989:61-62)
Bentuk kelas biasa dengan guru konsultasi
(regular classroom with consultant teacher)

Kelas biasa dengan guru kunjungan (itinerant


teacher)

Kelas biasa dengan ruang sumber (resource


room) atau ruang bimbingan khusus

Kelas khusus (special class)


Pendidikan Inklusif
• Pendidikan Inklusif adalah pendidikan reguler
yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
yang memerlukan pendidikan khusus pada
sekolah reguler dalam satu kesatuan yang
sistemik. Berdasarkan kemendikbud No.
0491/U/1992 anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus seperti tuna netra dapat
belajar secara terpadu dengan anak sebaya
lainnya dalam satu sistem pendidikan yang
sama.
Keuntungan Pendidikan terpadu
• Melalui sistem pendidikan terpadu, anak
tunanetra akan memperoleh keuntungan berikut:
• Memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengenyam pendidikan bersama-sama
dengan anak awas lainnya.
• Kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi
lingkungan dengan membiasakan diri berinteraksi
dengan teman-temannya yang awas.
Prinsip pembelajaran
Membutuhkan pengalaman
nyata

Membutuhkan pengalaman
menyatukan

Membutuhkan belajar sambil


bekerja
Jenis Layanan Pendidikan
Layanan Umum
• Keterampilan
• Kesenian
• olahraga

Layanan khusus
• Latihan membaca dan menulis braille
• Latihan penggunaan tongkat
• Latihan orientasi dan mobilitas
• Latihan visual/fungsional penglihatan
Tempat / sistem layanan

Sistem segregasi
• Sekolah khusus Tuna Netra SLB A
• Sekolah Dasar Luar Biasa

Sistem integrasi
• Pendidikan Terpadu
• Pendidikan Inklusif
Metode pembelajaran
Media Pembelajaran
• Menurut fungsinya(dalam Riyanti:2013),

Alat Peraga Alat Bantu Pembelajaran


• Objek atau situasi yang • Alat bantu untuk baca-tulis,
sebenarnya. • Alat bantu untuk membaca
• Benda asli yang diawetkan, (bagi anak low vision),
contohnya binatang yang • Alat bantu berhitung,
diawetkan. • Alat bantu audio yang sering
• Tiruan (model), 3D atau 2D. digunakan oleh anak tunanetra.
Alat Bantu Braille Tuna netra
Evaluasi Pembelajaran
• Materi tes atau pertanyaan yang diberikan kepada
anak tunanetra, tidak mengandung unsur-unsur
yang memerlukan persepsi visual.
• Soal yang diberikan kepada anak tunanetra yang
tergolong buta, hendaknya dalam bentuk huruf
braille, sedangkan bagi anak low vision dapat
menggunakan huruf biasa yang ukurannya
disesuaikan dengan kemampuan penglihatannya.
• Anda harus bersifat objektif dalam mengevaluasi
pencapaian prestasi belajar anak tunanetra atau
memberikan penilaian yang sesuai dengan
kemampuan.
• Waktu pelaksanaan tes bagi anak tunanetra,
hendaknya lebih lama dibandingkan dengan
pelaksanaan tes untuk anak awas
DAFTAR PUSTAKA
• Somantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT
Refika Aditama.
• Wardani, IG.A.K. et al. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa.
Jakarta: Universitas Terbuka
• Humairo Noer. (2013). Makalah Tunanetra, [Online]. Tersedia:
http://www.academia.edu. [05 Maret 2015].
• Riyanti Widi. (2013). Karakteristik dan Pendidikan Tunanetra,
[Online]. Tersedia: http://www.academia.edu. [05Maret 2015].
• Adriana. (2013). Layanan Pendidikan Bagi Anak Dengan Ganggyan
Tunanetra, [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu. [06 Maret
2015].
• Sumiyati Yeti. (2014). Makalah Bimbingan dan Pendidikan Anak
Tunanetra, [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu. [06 Maret
2015].

Anda mungkin juga menyukai