JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020
KATA PENGANTAR
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Assalamu’lalaikum warahmatullahi wa barakatuh Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa berkat izin Nya Buku Saku Deteksi Dini dan Penanganan Autisme Pada Anak dapat dibuat.
Kita ketahui bahwa anak autis memiliki
berbagai macam gangguan seperti gangguan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial dan aktivitas harian lain. Sehingga anak autis membutuhkan penanganan individual yang intensif sehingga dapat menjadi terampil dalam kehidupan sehari- hari. Untuk itu, Buku Saku ini dibuat agar para guru terapis dan orang tua dapat mendeteksi gangguan autisme pada anak dan bagaimana cara penanganan yang tepat untuk anak- anak dengan gangguan tersebut.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Oktober 2020
dr. Astri Widya
Apa itu autisme?
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Autisme berasal dari kata autos yang berarti sendiri dan isme yang berarti aliran. Jadi autisme berarti suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) autism merupakan kumpulan gangguan perkembangan dengan karakteristik lemahnya pada bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku berulang atau minat terbatas.
Anak dengan autisme biasanya mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan sosial- emosional timbal balik. Mereka sulit diajak bercakap-cakap, kurang sampai tidak memiliki emosi atau ekspresi yang sesuai untuk suatu keadaan, atau tidak memberi respons sama sekali jika dipanggil atau diajak bicara. Tidak adanya kontak mata, tidak ada ekspresi wajah, atau bahasa tubuh lainnya dapat menunjukkan anak menderita autisme. Untuk anak yang lebih besar, dimana pertemanan biasanya mulai terbentuk, anak dengan autisme sulit menjalin pertemanan sampai tidak menaruh minat terhadap teman.
Selain reaksi yang kurang terhadap rangsangan
luar, anak dengan autisme dapat memberikan reaksi berlebihan atau reaksi yang tidak wajar terhadap rangsangan nyeri, suhu, suara, atau tekstur benda. Gejala-gejala ini sampai
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
mengganggu interaksi sosial, aktivitas sekolah, bermain, atau fungsi kehidupan anak sehari-hari.
Apa penyebab autisme?
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari autisme. Diperkirakan ada sejumlah penyebab termasuk perkembangan otak dan faktor genetik. Berbagai penelitian menemukan adanya perbedaan dalam perkembangan otak individu dengan autisme dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. Hingga saat ini belum ada bukti yang kuat bahwa autisme disebabkan oleh faktor lingkungan seperti keracunan logam. Namun, faktor eksternal itu diduga bisa memicu autisme pada anak yang memang punya kecenderungan genetis untuk mengalami autisme. Satu hal yang pasti, autisme tidak disebabkan oleh pola asuh orang tua.
Apa kriteria anak penyandang autisme?
Menurut American Psscyhiatric Association dalam Buku Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM- IV- TR, 2004) kriteria diagnostik dari gangguan autistik adalah: I. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, minimal harus ada dua dari gejala- gejala berikut ini: a. tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, seperti: kontak mata
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup dan gerak-gerik kurang tertuju. b. tidak bisa bermain dengan teman sebaya, tidak ada empati (tidak dapat merasakan apa yg dirasakan orang lain). c. kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yg timbal-balik II.Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, minimal harus ada satu dari gejala-gejala berikut ini: a. perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara nonverbal. Bila anak itu bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi. b. sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. c. cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru. III.Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala berikut ini: a.mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan b. terpaku pada suatu kegiatan yg ritualistik atau rutinitas dan tdk ada gunanya.
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
c. ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang- ulang. d. sering sekali terpukai pada bagian- bagian benda. Untuk bayi apabila terdapat gejala satu atau dua dari gejala berikut segera konsultasikan dengan dokter:
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Check list menurut WHO ICD 10 untuk deteksi dini autisme pada anak:
Dikatakan autisme apabila gejala semuanya
minimal 6
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Selain itu, terdapat checklist lain yaitu M- CHAT (Modified Checklist for Autisme in Toddlers). Berikut pertanyaan penting bagi orangtua:
Apabila jawaban tidak lebih dari 2 maka anak
sebaiknya dikonsulkan dengan professional ahli.
Waspada red flags Autisme Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan terapis dan praktisi untuk lebih waspada
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. Menurut The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut (Red flags) . Red flags tersebut antara lain: 1. Tidak ada babbling (ocehan), tidak menunjuk, atau tidak menunjukkan mimik wajah yang wajar pada usia 12 bulan 2. Tidak ada kata-kata berarti pada usia 16 bulan 3. Tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata yang bukan ekolalia pada usia 24 bulan 4. Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan sosial pada usia berapa pun 5. Anak tidak menoleh atau sulit menoleh apabila dipanggil namanya pada usia 6 bulan sampai 1 tahun Apabila menemukan salah satu red flags, anak harus segera dibawa ke dokter spesialis anak untuk selanjutnya dilakukan skrining dan pemeriksaan lebih lanjut sehingga diagnosis dapat ditegakkan sedini mungkin dan intervensi dapat dilakukan atau anak dirujuk ke dokter spesialis saraf anak dan/atau disiplin ilmu lainnya. Sebaiknya skrining perkembangan rutin mulai usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Pada usia 18 bulan dan 24 bulan, atau pada usia
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
berapapun anak ditemukan red flags, anak dilakukan skrining khusus untuk autisme.
Hal lain yang dapat diperhatikan orangtua di
rumah jika menemukan anak memiliki separuh dari gejala berikut maka konsultasikan kepada para ahli
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Bagaimana penanganan jika anak terdeteksi mengalami autisme? Untuk para pendidik dan terapis 1. Lakukan pendekatan Pendekatan anak autisanak autis dengan masalah perkembangan dan kemampuan berbeda, pendekatan penangan pendidikanya pun juga berbeda-beda. Dibawah ini di uraikan berbagai pendekatan dalam pendidikan anak autis sebagai berikut:
a. Discrete Trial Training(DTT)
Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau dikenal dengan orper and conditioning.Dalam prakteknya guru/ terapis
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
memberikan stimulus pada anak dan dinilai prilaku anak terhadap stimulus yang diberikan, setelah itu berikan respon. Apabila perilaku anak itu baik guru/ terapis memberikan reinforcement/reward. Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/hukuman atau kata tidak. b. Learning Experience And Alternative Program Prescshoolers And Parents (LEAP) Menggunakan stimulus respon sama dengan DTT tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-temannya). Anak autis belajar berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain. c. Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan anak dari segi komunikasi, sosial dan perilaku anak. d. Treatment And Education For Autistic Children And Related Comunication Handicaps (TEACCH) TEACCH merupakan pembelajaran bagi anak autis dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi. konsultasi, kerjasama dan layanan lain yang
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
dibutuhkan oleh anak maupun orang tua.
Apa saja jenis terapi untuk autisme?
a. Terapi Perilaku Terapi perilaku (behavior theraphy) adalah terapi yang dilaksanakan untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan perilaku anak yang terhambat dan untuk mengurangi perilaku- perilaku yang tidak wajar dan menggantikannya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat. Terapi perilaku ini merupakan dasar bagi anak-anak autis yang belum patuh (belum bisa kontak mata dan duduk mandiri) karena program dasar/kunci terapi perilaku adalah melatih kepatuhan, dan kepatuhan ini sangat dibutuhkan saat anak-anak akan mengikuti terapi-terapi lainnya seperti terapi wicara, terapi okupasi, fisioterapi, karena tanpa kepatuhan ini, terapi yang diikuti tidak akan pernah berhasil. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis (ABA) yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA). Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Dalam ABA disarankan waktu yang dibutuhkan adalah 40 jam/minggu, tetapi keberhasilan terapi ini dipengaruhi beberapa faktor : 1). Berat ringannya derajat autisme, 2). Usia anak saat pertama kali ditangani / terapi 3). Intensitas terapi 4). Metode terapi 5). IQ anak 6). Kemampuan berbahasa 7). Masalah perilaku 8). Peran serta orang tua dan lingkungan.
Metoda lain dari terapi perilaku ini adalah terapi
bermain/ Son Rise. Son rise adalah program terapi berbasis rumah untuk anak-anak dengan yang mengalami gangguan komunikasi dan interaksi sosial. Program ini dapat membantu meningkatkan kontak mata, menerima keberadaan orang lain. Dan yang lebih penting, program ini, tidak memberikan punishment berupa kekerasan kepada anak. Proses ini dilakukan dengan harapan, anak mereka dapat ”berubah” dan menjadi kondisi yang lebih baik. Metode ini tidak bisa diterapkan/ diimplementasikan pada semua kasus, terutama kasus autis yang masih berada pada tahap kurikulum awal.
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Kemampuan perkembangan bermain, merupakan hal yang penting dalam program ini, selain juga kemampuan komunikasi dan sosialisasi. Program Son Rise, menyatakan bahwa, jika kita mengadakan pendekatan ke anak secara positif, dengan rasa cinta, akan membuat anak menjalin interaksi dengan kita, dibandingan bila kita mengedepankan sikap marah dll. Dengan program terapi yang lain seperti Metode DIR / floortime, memiliki kesamaaan dalam hal kebutuhan arti cinta dan ”penerimaaan”. Dengan asumsi bahwa anak-anak autis, memiliki rasa dan mengerti tentang, keberadaan kita, bahasa tubuh, dan bahasa verbal lainnya. Son- rise digunakan sesuai dengan kondisi anaknya, anak diberi tujuan untuk mengikuti, (mengikuti anak sesuai dengan tugas yang diberikan) sedangkan floor-time murni bermain dengan tugas yang diberikan/bermain bebas saja. TEACCH (Treatment and Education of Austistic and Related Communication Handicapped Children and Adults). Kemampuan berbicara dan sosial seseorang menentukan tingkat perkembangan sosialnya, atau tingkat penguasaan kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat serta menentukan kemandirian dan kesiapan anak dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Kekuatan dasar ini sangat menentukan
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
kemampuan perilaku adaptif anak, yang dalam pengertian lebih sempit diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan kebiasaan yang dapat diterima secara sosial. Penekanan pada aspek sosial ini sangat penting mengingat manusia, termasuk anak autis adalah makhluk sosial dan mempunyai kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Oleh karena itu perlu dikembangkan kemampuan psikososialnya dengan menggunakan metode ini. b. Terapi Wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena anak autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Tujuannya adalah untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autis yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang- kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong. c. Terapi okupasi Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis dengan kata
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
lain untuk melatih motorik halus anak. Hampir semua anak autis mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak- geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar. Contohnya Floortime. d. Terapi Fisik Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya. Hydroterapi, merupakan salah satu contoh terapi fisik yang dapat membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak. e. Terapi Bermain untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain. Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autis membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik- teknik tertentu. Terapi bermain ini bertujuan selain untuk bersosialisasi juag bertujuan untuk terapi perilaku, bermain sesuai aturan. f. Terapi Medikamentosa, obat-obatan (drug therapy) untuk menenangkan melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang, untuk kebaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak dari keracunan logam berat,efek elergi. Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autismem Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Ternyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis). g. Terapi Melalui Makan(diet therapy)
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Di Indonesia, dari hasil pemeriksaan terhadap 200 anak dengan gejala autisme, didapatkan bahwa seluruhnya menderita alergi makanan (multiple food allergy). Sekitar 95% alergi terhadap susu sapi dan jenis gandum. Tidak semua anak autisme harus menjalani diet bebas kasein dan glutein. Untuk mengetahui apakah anak perlu menjalani terapi diet, dapat dilakukan pemeriksaan feses, urin, darah, rambut. Pemeriksaan tersebut memerlukan biaya yang sangat mahal. Salah satu cara yang mudah dan biaya murah adalah dengan melakukan diet bebas kasein dan glutein pada anak. Selanjutnya dipantau ada tidaknya perbaikan pada anak tersebut, dengan mencatat bahan makanan apa saja yang diberikan kepada anak dan perubahan reaksi yang muncul. Bila pada saat anak mendapat bahan makanan tersebut terlihat peningkatan perilaku autisme, maka diduga kuat anak menderita alergi terhadap makanan tersebut. Hanya saja cara ini mempunyai kelemahan, yaitu tidak memungkinkan untuk menguji semua bahan makanan sekaligus Indikasi terapi diet pada anak autisme: - Gangguan bicara yang berat. - Pada tahun pertama perkembangan anak normal, tetapi selanjutnya anak mengalami kemunduran yang nyata dalam perkembangannya. - Gangguan buang air besar.
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
- Sering mendapat pengobatan dengan antibiotik - Sering merasa haus - Banyak mengkonsumsi produk susu dan gandum. - Pucat - Bayangan yang gelap di kelopak mata bawah - Warna kulit kemerahan di sekitar anus - Eksim Bahan makanan yang harus dihindari dan bahan makanan pengganti
h. Terapi integrasi sensoris, untuk melatih
kepekaan dan koodinasi daya indra anak autis.Terapi Integrasi Auditori, untuk melatih kepekaan pendengaran supaya lebih sempurna. Dapat menggunakan snozellen. i. Terapi Musik, untuk melatih audiotori anak,menekan emosi,melatih kontak mata dan konsentrasi. j. Terapi Anggota Keluarga, memberi perhatian yang penuh. Bisa dengan menggunakan konseling kognitif perilaku (KKP). k. Terapi Sosial, kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara- caranya. l. Terapi Perkembangan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik. m. Media VisualIndividu autis lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi. Contoh lain menggunakan Computer picture. Pemilihan terapi tersebut diatas yang diberikan pada anak, tergantung dari kondisi kemampuan dan kebutuhan anak. Jadi tidak semua terapi sesuai dengan kebutuhan anak, namun terapi utama bagi anak adalah terapi perilaku, terapi wicara dan terapi okupasi.
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Bagaimana peran orangtua dalam pendidikan anak autisme? Memiliki seorang anak dengan kebutuhan belajar khusus menuntut orangtua untuk lebih kreatif. Lakukan rutinitas pada anak-anak dan pastikan dalam pengawasan dan mereka membantu mengerjakan hal-hal di rumah – ini adalah saat yang sangat baik untuk mengajarkan mereka agar berperan pada keluarganya di rumah. Membangun Kemandirian melalui kegiatan sehari-hari bagian yang sangat penting agar anak- anak menjadi semandiri mungkin di masa depan dan membangun kepercayaan dan harga diri anak.
Mengapa harus dilakukan sekarang?
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Anak-anak dengan kebutuhan khusus memerlukan waktu yg lebih lama untuk menguasai suatu keterampilan. Jadi, latihan sedini mungkin akan lebih baik. Adanya waktu yang panjang di rumah untuk belajar dan berlatih keterampilan tanpa terburu-buru untuk berangkat sekolah
Contoh Jadwal Harian
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle] Mengatur Rutinitas Bangun Pagi
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Kerumahtanggan bisa dengan kegiatan berikut:
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Selain itu, orangtua dapat melakukan senam atau olahraga bersama anak .
Aktifitas lain yang dapat dilakukan seperti
menggambar, menggunting, bercocok tanam sehingga kemampuan sosial, komunikasi serta keterampilan motorik halus dan kasar anak dapat dilatih.
[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Bagaimana tingkat keberhasilan terapi pada anak autisme? Kerjasama antara orangtua dan pendidik serta terapis adalah kunci dari keberhasilan. Selain itu, faktor penentu keberhasilan pendidikan dan pengajaran bagi anak autisme adalah: a. Berat ringannya kelainan/ gejala b. Usia saat diagnosis c. Tingkat kemampuan bicara d. Tingkat kelebuhan dan kekurangan yang dimiliki anak e. Kecerdasan/ IQ f. Kesehatan dan kestabilan emosi anak g. Terapi yang tepat dan terpadu serta dilakukan secara konsisten, terstruktur dan terpola.