Anda di halaman 1dari 28

BUKU SAKU

DETEKSI DINI DAN PENANGANAN


AUTISME PADA ANAK

dr. Astri Widya


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

KATA PENGANTAR

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Assalamu’lalaikum warahmatullahi wa
barakatuh
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa
berkat izin Nya Buku Saku Deteksi Dini dan
Penanganan Autisme Pada Anak dapat dibuat.

Kita ketahui bahwa anak autis memiliki


berbagai macam gangguan seperti gangguan
dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial dan
aktivitas harian lain. Sehingga anak autis
membutuhkan penanganan individual yang
intensif sehingga dapat menjadi terampil dalam
kehidupan sehari- hari. Untuk itu, Buku Saku ini
dibuat agar para guru terapis dan orang tua
dapat mendeteksi gangguan autisme pada anak
dan bagaimana cara penanganan yang tepat
untuk anak- anak dengan gangguan tersebut.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh

Oktober 2020

dr. Astri Widya


Apa itu autisme?

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Autisme berasal dari kata autos yang berarti
sendiri dan isme yang berarti aliran. Jadi
autisme berarti suatu paham yang tertarik pada
dunianya sendiri. Menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) autism merupakan kumpulan
gangguan perkembangan dengan karakteristik
lemahnya pada bidang interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku berulang atau minat
terbatas.

Anak dengan autisme biasanya mengalami


kesulitan dalam menjalin hubungan sosial-
emosional timbal balik. Mereka sulit diajak
bercakap-cakap, kurang sampai tidak memiliki
emosi atau ekspresi yang sesuai untuk suatu
keadaan, atau tidak memberi respons sama
sekali jika dipanggil atau diajak bicara. Tidak
adanya kontak mata, tidak ada ekspresi wajah,
atau bahasa tubuh lainnya dapat menunjukkan
anak menderita autisme. Untuk anak yang lebih
besar, dimana pertemanan biasanya mulai
terbentuk, anak dengan autisme sulit menjalin
pertemanan sampai tidak menaruh minat
terhadap teman.

Selain reaksi yang kurang terhadap rangsangan


luar, anak dengan autisme dapat memberikan
reaksi berlebihan atau reaksi yang tidak wajar
terhadap rangsangan nyeri, suhu, suara, atau
tekstur benda. Gejala-gejala ini sampai

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


mengganggu interaksi sosial, aktivitas sekolah,
bermain, atau fungsi kehidupan anak sehari-hari.

Apa penyebab autisme?


Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti
dari autisme. Diperkirakan ada sejumlah
penyebab termasuk perkembangan otak dan
faktor genetik. Berbagai penelitian menemukan
adanya perbedaan dalam perkembangan otak
individu dengan autisme dibandingkan dengan
orang-orang pada umumnya. Hingga saat ini
belum ada bukti yang kuat bahwa autisme
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti
keracunan logam. Namun, faktor eksternal itu
diduga bisa memicu autisme pada anak yang
memang punya kecenderungan genetis untuk
mengalami autisme. Satu hal yang pasti, autisme
tidak disebabkan oleh pola asuh orang tua.

Apa kriteria anak penyandang autisme?


Menurut American Psscyhiatric Association
dalam Buku Diagnostic and Statistical manual of
Mental Disorder Fourth Edition (DSM- IV- TR,
2004) kriteria diagnostik dari gangguan autistik
adalah:
I. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang
timbal balik, minimal harus ada dua dari gejala-
gejala berikut ini:
a. tidak mampu menjalin interaksi sosial yang
cukup memadai, seperti: kontak mata

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup
dan gerak-gerik kurang tertuju.
b. tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
tidak ada empati (tidak dapat merasakan
apa yg dirasakan orang lain).
c. kurang mampu mengadakan hubungan
sosial dan emosional yg timbal-balik
II.Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi,
minimal harus ada satu dari gejala-gejala
berikut ini:
a. perkembangan bicara terlambat atau
sama sekali tidak berkembang. Anak tidak
berusaha untuk berkomunikasi secara
nonverbal. Bila anak itu bisa bicara, maka
bicaranya tidak dipakai untuk
berkomunikasi.
b. sering menggunakan bahasa yang aneh
dan diulang-ulang.
c. cara bermain kurang variatif, kurang
imajinatif dan kurang dapat meniru.
III.Adanya suatu pola yang dipertahankan dan
diulang ulang dalam perilaku, minat dan
kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala
berikut ini:
a.mempertahankan satu minat atau lebih
dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan
b. terpaku pada suatu kegiatan yg ritualistik
atau rutinitas dan tdk ada gunanya.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


c. ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan
diulang- ulang.
d. sering sekali terpukai pada bagian- bagian
benda.
Untuk bayi apabila terdapat gejala satu atau dua
dari gejala berikut segera konsultasikan dengan
dokter:

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Check list menurut WHO ICD 10 untuk deteksi
dini autisme pada anak:

Dikatakan autisme apabila gejala semuanya


minimal 6

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Selain itu, terdapat checklist lain yaitu M- CHAT
(Modified Checklist for Autisme in Toddlers).
Berikut pertanyaan penting bagi orangtua:

Apabila jawaban tidak lebih dari 2 maka anak


sebaiknya dikonsulkan dengan professional ahli.

Waspada red flags Autisme
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas,
terdapat arahan dan pedoman bagi para orang
tua dan terapis dan praktisi untuk lebih waspada

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat.
Menurut The National Institute of Child Health
and Human Development (NICHD) di Amerika
Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus
diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut
(Red flags) . Red flags tersebut antara lain:
1. Tidak ada babbling (ocehan), tidak
menunjuk, atau tidak menunjukkan mimik
wajah yang wajar pada usia 12 bulan
2. Tidak ada kata-kata berarti pada usia 16
bulan
3. Tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata yang
bukan ekolalia pada usia 24 bulan
4. Hilangnya kemampuan berbahasa atau
kemampuan sosial pada usia berapa pun
5. Anak tidak menoleh atau sulit menoleh
apabila dipanggil namanya pada usia 6 bulan
sampai 1 tahun
Apabila menemukan salah satu red flags, anak
harus segera dibawa ke dokter spesialis anak
untuk selanjutnya dilakukan skrining dan
pemeriksaan lebih lanjut sehingga diagnosis
dapat ditegakkan sedini mungkin dan intervensi
dapat dilakukan atau anak dirujuk ke dokter
spesialis saraf anak dan/atau disiplin ilmu
lainnya.
Sebaiknya skrining perkembangan rutin mulai
usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Pada usia
18 bulan dan 24 bulan, atau pada usia

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


berapapun anak ditemukan red flags, anak
dilakukan skrining khusus untuk autisme. 

Hal lain yang dapat diperhatikan orangtua di


rumah jika menemukan anak memiliki separuh
dari gejala berikut maka konsultasikan kepada
para ahli

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Bagaimana penanganan jika anak terdeteksi
mengalami autisme?
Untuk para pendidik dan terapis
1. Lakukan pendekatan
Pendekatan anak autisanak autis dengan
masalah perkembangan dan kemampuan
berbeda, pendekatan penangan
pendidikanya pun juga berbeda-beda.
Dibawah ini di uraikan berbagai pendekatan
dalam pendidikan anak autis sebagai berikut:

a. Discrete Trial Training(DTT)


Dalam pembelajarannya digunakan stimulus
respon atau dikenal dengan orper and
conditioning.Dalam prakteknya guru/ terapis

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


memberikan stimulus pada anak dan dinilai
prilaku anak terhadap stimulus yang
diberikan, setelah itu berikan respon. Apabila
perilaku anak itu baik guru/ terapis
memberikan reinforcement/reward.
Sebaliknya perilaku anak yang buruk
dihilangkan melalui time out/hukuman atau
kata tidak.
b. Learning Experience And Alternative
Program Prescshoolers And Parents (LEAP)
Menggunakan stimulus respon sama dengan
DTT tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-temannya).
Anak autis belajar berperilaku melalui
pengamatan perilaku orang lain.
c. Floor Time merupakan teknik pembelajaran
melalui kegiatan intervensi interaktif.
Interaksi anak dalam hubungan dan pola
keluarga merupakan kondisi penting dalam
menstimulasi perkembangan dan
pertumbuhan anak dari segi komunikasi,
sosial dan perilaku anak.
d. Treatment And Education For Autistic
Children And Related Comunication
Handicaps (TEACCH) TEACCH merupakan
pembelajaran bagi anak autis dengan
memperhatikan seluruh aspek layanan untuk
pengembangan komunikasi anak. Pelayanan
diprogramkan dari segi diagnosa, terapi.
konsultasi, kerjasama dan layanan lain yang

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


dibutuhkan oleh anak maupun orang tua.

Apa saja jenis terapi untuk autisme?


a. Terapi Perilaku
Terapi perilaku (behavior theraphy) adalah terapi
yang dilaksanakan untuk mendidik dan
mengembangkan kemampuan perilaku anak
yang terhambat dan untuk mengurangi perilaku-
perilaku yang tidak wajar dan menggantikannya
dengan perilaku yang bisa diterima dalam
masyarakat. Terapi perilaku ini merupakan dasar
bagi anak-anak autis yang belum patuh (belum
bisa kontak mata dan duduk mandiri) karena
program dasar/kunci terapi perilaku adalah
melatih kepatuhan, dan kepatuhan ini sangat
dibutuhkan saat anak-anak akan mengikuti
terapi-terapi lainnya seperti terapi wicara, terapi
okupasi, fisioterapi, karena tanpa kepatuhan ini,
terapi yang diikuti tidak akan pernah berhasil.
Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia
adalah Applied Behavioral Analysis (ABA) yang
diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University
of California Los Angeles (UCLA).
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan
terletak pada pemberian reinforcement positif
setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi
yang diberikan. Tidak ada hukuman
(punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila
anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau
tidak berespons sama sekali maka ia tidak

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai
tersebut.
Dalam ABA disarankan waktu yang dibutuhkan
adalah 40 jam/minggu, tetapi keberhasilan
terapi ini dipengaruhi beberapa faktor :
1). Berat ringannya derajat autisme,
2). Usia anak saat pertama kali ditangani /
terapi
3). Intensitas terapi
4). Metode terapi
5). IQ anak
6). Kemampuan berbahasa
7). Masalah perilaku
8). Peran serta orang tua dan lingkungan.

Metoda lain dari terapi perilaku ini adalah terapi


bermain/ Son Rise. Son rise adalah program
terapi berbasis rumah untuk anak-anak dengan
yang mengalami gangguan komunikasi dan
interaksi sosial. Program ini dapat membantu
meningkatkan kontak mata, menerima
keberadaan orang lain. Dan yang lebih penting,
program ini, tidak memberikan punishment
berupa kekerasan kepada anak. Proses ini
dilakukan dengan harapan, anak mereka dapat
”berubah” dan menjadi kondisi yang lebih baik.
Metode ini tidak bisa diterapkan/
diimplementasikan pada semua kasus, terutama
kasus autis yang masih berada pada tahap
kurikulum awal.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Kemampuan perkembangan bermain,
merupakan hal yang penting dalam program ini,
selain juga kemampuan komunikasi dan
sosialisasi. Program Son Rise, menyatakan
bahwa, jika kita mengadakan pendekatan ke
anak secara positif, dengan rasa cinta, akan
membuat anak menjalin interaksi dengan kita,
dibandingan bila kita mengedepankan sikap
marah dll.
Dengan program terapi yang lain seperti Metode
DIR / floortime, memiliki kesamaaan dalam hal
kebutuhan arti cinta dan ”penerimaaan”.
Dengan asumsi bahwa anak-anak autis, memiliki
rasa dan mengerti tentang, keberadaan kita,
bahasa tubuh, dan bahasa verbal lainnya. Son-
rise digunakan sesuai dengan kondisi anaknya,
anak diberi tujuan untuk mengikuti, (mengikuti
anak sesuai dengan tugas yang diberikan)
sedangkan floor-time murni bermain dengan
tugas yang diberikan/bermain bebas saja.
TEACCH (Treatment and Education of Austistic
and Related Communication Handicapped
Children and Adults). Kemampuan berbicara dan
sosial seseorang menentukan tingkat
perkembangan sosialnya, atau tingkat
penguasaan kemampuan untuk bertingkah laku
sesuai dengan tuntutan masyarakat serta
menentukan kemandirian dan kesiapan anak
dalam mengikuti proses belajar di sekolah.
Kekuatan dasar ini sangat menentukan

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


kemampuan perilaku adaptif anak, yang dalam
pengertian lebih sempit diartikan sebagai
perilaku yang sesuai dengan kebiasaan yang
dapat diterima secara sosial. Penekanan pada
aspek sosial ini sangat penting mengingat
manusia, termasuk anak autis adalah makhluk
sosial dan mempunyai kebutuhan untuk
melakukan interaksi sosial. Oleh karena itu perlu
dikembangkan kemampuan psikososialnya
dengan menggunakan metode ini.
b. Terapi Wicara (speech therapy)
merupakan suatu keharusan, karena anak autis
mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan
berbahasa.
Tujuannya adalah untuk melancarkan otot-otot
mulut agar dapat berbicara lebih baik. Hampir
semua anak dengan autisme mempunyai
kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak
pula individu autis yang non-verbal atau
kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-
kadang bicaranya cukup berkembang, namun
mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya
untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang
lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa
akan sangat menolong.
c. Terapi okupasi
Terapi okupasi dilakukan untuk membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan
keterampilan otot pada anak autis dengan kata

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


lain untuk melatih motorik halus anak. Hampir
semua anak autis mempunyai keterlambatan
dalam perkembangan motorik halus. Gerak-
geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pinsil dengan cara yang benar,
kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting
untuk melatih mempergunakan otot -otot
halusnya dengan benar. Contohnya Floortime.
d. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan
pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya
lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus.
Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan
sangat banyak menolong untuk menguatkan
otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.
Hydroterapi, merupakan salah satu contoh
terapi fisik yang dapat membantu anak autistik
untuk melepaskan energi yang berlebihan pada
diri anak.
e. Terapi Bermain untuk melatih mengajarkan anak
melalui belajar sambil bermain. Meskipun
terdengarnya aneh, seorang anak autis
membutuhkan pertolongan dalam belajar
bermain. Bermain dengan teman sebaya

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan
interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa
membantu anak dalam hal ini dengan teknik-
teknik tertentu.
Terapi bermain ini bertujuan selain untuk
bersosialisasi juag bertujuan untuk terapi
perilaku, bermain sesuai aturan.
f. Terapi Medikamentosa, obat-obatan (drug
therapy) untuk menenangkan melalui pemberian
obat-obatan oleh dokter yang berwenang, untuk
kebaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar
terlepas dari faktor-faktor yang merusak dari
keracunan logam berat,efek elergi. Terapi
biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter
yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autismem
Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai
anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan
riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak
ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada
gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak
ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah,
urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal
yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Ternyata lebih
banyak anak mengalami kemajuan bila
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu
terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri
(biomedis).
g. Terapi Melalui Makan(diet therapy)

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Di Indonesia, dari hasil pemeriksaan terhadap
200 anak dengan gejala autisme, didapatkan
bahwa seluruhnya menderita alergi makanan
(multiple food allergy). Sekitar 95% alergi
terhadap susu sapi dan jenis gandum. Tidak
semua anak autisme harus menjalani diet bebas
kasein dan glutein. Untuk mengetahui apakah
anak perlu menjalani terapi diet, dapat dilakukan
pemeriksaan feses, urin, darah, rambut.
Pemeriksaan tersebut memerlukan biaya yang
sangat mahal. Salah satu cara yang mudah dan
biaya murah adalah dengan melakukan diet
bebas kasein dan glutein pada anak. Selanjutnya
dipantau ada tidaknya perbaikan pada anak
tersebut, dengan mencatat bahan makanan apa
saja yang diberikan kepada anak dan perubahan
reaksi yang muncul. Bila pada saat anak
mendapat bahan makanan tersebut terlihat
peningkatan perilaku autisme, maka diduga kuat
anak menderita alergi terhadap makanan
tersebut. Hanya saja cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu tidak memungkinkan untuk
menguji semua bahan makanan sekaligus
Indikasi terapi diet pada anak autisme:
- Gangguan bicara yang berat.
- Pada tahun pertama perkembangan anak
normal, tetapi selanjutnya anak mengalami
kemunduran yang nyata dalam
perkembangannya.
- Gangguan buang air besar.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


- Sering mendapat pengobatan dengan
antibiotik
- Sering merasa haus
- Banyak mengkonsumsi produk susu dan
gandum.
- Pucat
- Bayangan yang gelap di kelopak mata bawah
- Warna kulit kemerahan di sekitar anus
- Eksim
Bahan makanan yang harus dihindari dan bahan
makanan pengganti

h. Terapi integrasi sensoris, untuk melatih


kepekaan dan koodinasi daya indra anak
autis.Terapi Integrasi Auditori, untuk melatih
kepekaan pendengaran supaya lebih sempurna.
Dapat menggunakan snozellen.
i. Terapi Musik, untuk melatih audiotori
anak,menekan emosi,melatih kontak mata dan
konsentrasi.
j. Terapi Anggota Keluarga, memberi perhatian
yang penuh. Bisa dengan menggunakan
konseling kognitif perilaku (KKP).
k. Terapi Sosial, kekurangan yang paling mendasar
bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini
membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


main bersama ditempat bermain. Seorang
terapis sosial membantu dengan memberikan
fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan
teman-teman sebaya dan mengajari cara-
caranya.
l. Terapi Perkembangan
RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya
anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian
ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda
dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih
mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
m. Media VisualIndividu autis lebih mudah belajar
dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan
metode PECS ( Picture Exchange Communication
System). Beberapa video games bisa juga dipakai
untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
Contoh lain menggunakan Computer picture.
Pemilihan terapi tersebut diatas yang diberikan
pada anak, tergantung dari kondisi kemampuan
dan kebutuhan anak. Jadi tidak semua terapi
sesuai dengan kebutuhan anak, namun terapi
utama bagi anak adalah terapi perilaku, terapi
wicara dan terapi okupasi.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Bagaimana peran orangtua dalam pendidikan
anak autisme?
Memiliki seorang anak dengan kebutuhan
belajar khusus menuntut orangtua untuk lebih
kreatif. Lakukan rutinitas pada anak-anak dan
pastikan dalam pengawasan dan mereka
membantu mengerjakan hal-hal di rumah – ini
adalah saat yang sangat baik untuk mengajarkan
mereka agar berperan pada keluarganya di
rumah. Membangun Kemandirian melalui
kegiatan sehari-hari bagian yang sangat penting
agar anak- anak menjadi semandiri mungkin di
masa depan dan membangun kepercayaan dan
harga diri anak.

Mengapa harus dilakukan sekarang?

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


 Anak-anak dengan kebutuhan khusus
memerlukan waktu yg lebih lama untuk
menguasai suatu keterampilan. Jadi, latihan
sedini mungkin akan lebih baik.
 Adanya waktu yang panjang di rumah untuk
belajar dan berlatih keterampilan tanpa
terburu-buru untuk berangkat sekolah

Contoh Jadwal Harian

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]
Mengatur Rutinitas Bangun Pagi

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Kerumahtanggan bisa dengan kegiatan berikut:

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Selain itu, orangtua dapat melakukan senam
atau olahraga bersama anak .

Aktifitas lain yang dapat dilakukan seperti


menggambar, menggunting, bercocok tanam
sehingga kemampuan sosial, komunikasi serta
keterampilan motorik halus dan kasar anak
dapat dilatih.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]


Bagaimana tingkat keberhasilan terapi pada
anak autisme?
Kerjasama antara orangtua dan pendidik serta
terapis adalah kunci dari keberhasilan. Selain
itu, faktor penentu keberhasilan pendidikan dan
pengajaran bagi anak autisme adalah:
a. Berat ringannya kelainan/ gejala
b. Usia saat diagnosis
c. Tingkat kemampuan bicara
d. Tingkat kelebuhan dan kekurangan yang
dimiliki anak
e. Kecerdasan/ IQ
f. Kesehatan dan kestabilan emosi anak
g. Terapi yang tepat dan terpadu serta
dilakukan secara konsisten, terstruktur dan
terpola.

[DOCUMENT TITLE] | [Document subtitle]

Anda mungkin juga menyukai