PENDAHULUAN
I.I
Latar belakang
Retinopati diabetic adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa
aneuris mata, melebarnya vena, dan eksudat lemak. (H.S. Ilyas, Ed. III)
Retinopati diabetik adalah kerusakan progresif pembuluh darah di retina yang
disebabkan oleh kadar gula darah tinggi ( hiperglikemia). (kamus kesehatan)
Retinopati diabetik merupakan kelainan retina akibat dari komplikasi diabetes
yang menyebabkan kebutaan , biasanya timbul setelah penderita
menderita
diabetes mellitus selama 5 15 tahun. Dimana angka kejadian pada wanita lebih
banyak daripada pria . Umur yang terbanyak menderita retinopati diabetika
adalah 50 65 tahun. (Valero&Droilhet, 2004)
Retinopati diabetic adalah suatu Mikroangiopathy progresif yang ditandai
oleh kerusakkan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus (DG Vaughan, 2000),
meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler, dan vena-vena (HV Nema,
2002).
B. Macam-macam Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu :
a. Retinopati Non Proliferatif
Merupakan stadium awal dari proses penyakit ini. Selama menderita
diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata
melemah. Timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah tersebut (mikroaneurisma)
yang dapat pecah sehingga membocorkan cairan dan protein ke dalam retina.
Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak berbentuk
cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang
berwarna putih kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina.
Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan
protein dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan pembengkakan pada pusat
retina (makula). Keadaan ini yang disebut makula edema, yang dapat
memperparah pusat penglihatan seseorang.
2
b. Retinopati Proliferatif
Retinopati nonproliferatif dapat berkembang menjadi retinopati proliferatif
yaitu stadium yang lebih berat pada penyakit retinopati diabetik. Retinopati
diabetic proliferatif adalah neovaskularisasi (pertumbuhan) pembuluh darah baru
yang rapuh pada permukaan retina. Pembuluh darah yang abnormal ini mudah
pecah, sehingga terjadi perdarahan pada pertengahan bola mata yang
menghalangi penglihatan. Dari situ terjadi lagi pertumbuhan jaringan parut yang
dapat menarik retina, sehingga retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati
maka dapat merusak retina secara permanen serta bagian-bagian lain dari mata
sehingga mengakibatkan kebutaan.
C. Anatomi & Fisiologi
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Di dalam mata terdapat
bagian-bagian dari mata. Pada makalah ini kami membahas tentang penyakit
yang terdapat di retina. Oleh karena itu bagian mata yang kami bahas tidak
mencakup keseluruhan, jadi retina adalah organ yang berada di paling belakang
dimana retina berfungsi mengubah cahaya menjadi impuls listrik yang
dikirimkan ke otak untuk mengubah cahaya yang masuk menjadi gambar. Retina
terbagi atas 3 lapis utama yang membuat sinar saraf retina, yaitu sel kerucut dan
batang, sel bipolar, dan sel ganglion.Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan
secara histologik, yaitu dari luar ke dalam:
1. lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid
2. lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif
3. membran limitan luar
4. lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang
5. lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit
6. lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar
7. lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson
8. lapis sel ganglion
9. lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik
10. membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.
D. Etiologi
1. Diabetes militus
2. Asupan makanan
3. Obesitas
E. Patofisiology
G. Patoflow
Diabetes Melitus
Gangguan pembuluh
darah di Retina
Kapiler di Retina
Resiko
Nyeri
tinggi
Perdarahan
melemah
atau
hancur
Retinopati
PelepasanDiabetik
retina
dari membran
kebutaan
Neovaskularisas
Fluaters
Iskemikmata
belakang
Gangguan
sensori
Gangguan
kekaburanPerubahan
ansietas
Status
persepsiKoping individu citra
tidaktubuh
H. Komplikasi
a. Okulusi vaskuler retina
b. Glaukoma
c. Ablasio retina
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetik antara lain:
1.
Indirect of Thalamoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa
dapat dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien
ditetes dengan midirasil.
2.
Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus,
retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderita ditetesi medriasil.
3. Foto Fluorescein Angiografi
Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita
selain ditetes medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontras sehingga
gambaran detail halus epitel pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina,
gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFA juga
berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan
Khoroid.
4. Foto Koagulasi Laser
Adalah
teknik
terapi
menggunakan
sumber
sinar
kuat
untuk
5. Operasi Vitrektomi
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan
kaca keruh akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat
adanya jaringan ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina,
sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasio-retina. Operasi
Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas
jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan
photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Meliputi :
Identitas
Keluhan utama
Riwayat kesehatan
- Sekarang
- Keluarga
- Terdahulu
- Psikososial
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian ketajaman mata
b. Kesemetrisan kelopak mata
c. Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
d. Warna mata
e. Kemampuan membuka dan menutup mata
B. Analisa Data
- Gangguan sensori persepsi b/d penurunan fungsi penglihatan ditandai
-
lapangan pandang.
Resiko tinggi cedera b/d perdarahan ditandai dengan nyeri.
Gangguan citra tubuh b/d biofisik ditandai dengan kekaburan
penglihatan.
Ansietas b/d koping individu tak efektiv ditandai dengan kekaburan
penglihatan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d penurunan fungsi penglihatan
2. Nyeri b/d abnormalitas kapiler
3. Risiko tinggi cedera b/d perdarahan
4. Gangguan citra tubuh b/d biofisik
5. Ansietas b/d koping individu tidak efektif
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
9
Rasional
1. Dengan memberikan kesempatan
gangguan penglihatan
2. Memodifikasi lingkungan dapat
membantu pasien memiliki
kebutuhan perawatan diri dan
mengurangi resiko cedera
3. Pasien yang memiliki
pengetahuan dapat melakukan
koping terhadap gangguan
penglihatan secara lebih baik
Diagnosa Keperawatan :
2. Nyeri b/d abnormalitas kapiler
NOC :
1. Nyeri berkurang sampai hilang
Intervensi
1. Kaji adanya keluhan nyeri pada
Rasional
1. Diperlukan untuk
mata
2. Kaji karakteristik nyeri
intervensi lanjut
2. Untuk mengetahui penanganan
menentukan
10
yang tepat
Diagnosa Keperawatan :
3. Risiko tinggi cedera b/d perdarahan
NOC :
1. Pasien menunjukan perubahan perilaku, pola hidup, untuk menurunkan factor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
Intervensi
1. Diskusikan apa yang terjadi
tentang kondisi pembatasan
akivitas
2. Batasi aktivitas seperti
menggerakkan kepala tiba-tiba,
Rasional
1. Untuk mengetahui pembatasan
aktivitas pasien
2. Untuk
mencegah
terjadinya
cedera
Diagnose Keperawatan
4. Gangguan citra tubuh b/d biofisik
NOC :
1. Mampu mengenali dampak aktual pada penampilan tubuh
Intevensi
Rasional
1. Tingkatkan persepsi sadar dan tak Untuk mengetahui persepsi klien tentang
sadar klien serta sikap terhadap tubuhnya
tubuh klien
2. Bantu klien untuk beadaptasi
Diagnosa Keperawatan :
5. Ansietas b/d koping individu tidak efektif
Tujuan :
Kecemasan berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
1. Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
2. Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan
Intervensi
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Berikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
3. Berikan kesempatan kepada
pasien untuk menanyakan apa
Rasional
1. Mengetahui berat ringannya
kecemasan klien
2. Mengetahui sejauh mana ketidak
tahuan pasien tentang penyakitnya
3. Membentuk klien mengerti
sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya
12
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
1. Retinopati diabetika merupakan salah satu penyulit yang paling penting pada
penderita diabetes melitus , dan sangat berpotensi menyebabkan kecacatan
berupa kebutaan .
2. Perjalanan penyakit akan semakin memberat bila faktor penyebabnya yaitu
diabetes melitus tidak diatasi .
3. Penatalaksaan diabetes yang tepat , akan memperlambat perjalanan retinopati
diabetika
4. Terapi yang digunakan hingga saat ini adalah kontrol yang ketat dari diabetes
melitus dan fotokoagulasi .
5.
Pembetian aspirin pada keadaan retinopati diabetika hingga saat ini masih
mengundang berbagai pendapat , baik yang setuju ataupun tidak .
III.II Saran
Kiranya dalam pembuatan makalah kedepannya kelompok daapat memuat lebih
banyak lagi referensi tentang retinopati diabetic.
13