Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PERENCANAAN PADA PASIEN KETIDAKBERDAYAAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

Disusun Oleh:

1. Nabila Fairuz Nuranthis (202040029)


2. Prenda Priwardiba (202040035)
3. Sri Andriyani (202040041)
4. Tika Ambarwati (202040043)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ICHSAN MEDICAL CENTER BINTARO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “ Laporan Pendahuluan
dan Strategi Perencanaan Pada Pasien Ketidakberdayaan “yang mana referensinya
berasal dari internet. Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna
mengetahui penjelasan mengenai konsep teori dari ketidakberdayaan.

Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini. Namun tentu saja makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan saran saran positif yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan juga bagi penulis pada khususnya. Sekian dan terima kasih.

Tangerang Selatan, 17 oktober 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Umum..................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................................3
2.2 Penyebab...........................................................................................................3
2.3 Fase-fase............................................................................................................3
2.4 Proses Terjadinya Masalah.............................................................................4
2.5 Faktor Sumber Koping....................................................................................8
2.6 Faktor Mekanisme Koping..............................................................................9
BAB III...........................................................................................................................11
POHON MASALAH......................................................................................................11
3.1 Pohon Masalah...............................................................................................11
3.2 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji...................................11
3.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................11
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan..................................................................12
3.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Jiwa...........................................19
REFERENSI
STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN (KLIEN)
A. Proses Keperawatan
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses


modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat
perkotaan (urban community), terutama di kota-kota negara yang sedang
berkembang, seperti halnya di Indonesia. Modernisasi sebagai proses
perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh masyarakat manapun, khususnya
masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya, masyarakat memiliki teknologi modern sehingga dapat
mensejahterakan kehidupan manusia. Sementara dampak negatif dari
modernisasi antara lain, dikarenakan perubahan yang cepat, maka tidak setiap
orang dapat mengikuti perubahan sosial tersebut. Akibatnya meningkatkan
beban psikologis, sosiologis, maupun beban ekonomi.
Stresor kehidupan semakin meningkat. Individu diharuskan untuk
menghadapi stresor tersebut dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika
terjadi ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada
perilaku yang menyimpang. Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan
fokus perhatian utama terhadap kondisi homeostasis individu dalam kondisi
seimbang. Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis manusia
saat dihadapkan pada hal-hal yang dirasa telah melampaui batas atau dianggap
sulit untuk dihadapi. Seseorang yang mengalami stres dapat berdampak positif
atau negatif.
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku
adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi
tuntutan peran dalam kehidupan. Koping yang tidak efektif dapat
mengarahkan kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus
mencoba menggunakan berbagai sumber

1
koping yang dimiliki dan dapat ia digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu
hasil yang mengarah kepada tujuan penggunaan koping. Maka, dapat
berakibat pada kelelahan menggunakan sumber adaptasi, sehingga
menempatkan individu dalam kondisi ketidakberdayaan. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya,
tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi
tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke
keputusasaan.

1.2 Rumusan Masalah


Referensi ini membahas
1. Definisi ketidakberdayaan
2. Penyebab ketidakberdayaan
3. Fase-fase ketidakberdayaan
4. Proses terjadinya masalah
5. Faktor sumber koping
6. Faktor mekanisme koping
7. Asuhan keperawatan
8. Strategi perencanaan
1.3 Tujuan Umum
1. Memahami konsep teori dari ketidakberdayaan
2. Meningkatkan kemampuan dalam penelitian
3. Memenuhi tugas “Keperawatan Kesehatan Jiwa 1”

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa
perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil
yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang
diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Ketidakberdayaan
merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi
hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi
terakhir atau yang baru saja terjadi. Ketidakberdayaan merupakan keadaan
ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu.
2.2 Penyebab

Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, yaitu:


1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang
kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
2.3 Fase-fase
1. Rendah
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktasi tingkat energi dan
bersikap pasif

3
2. Sedang
Klien mengalami ketergantugan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah. Klien
tidak melakukan praktir perawatan sendiri ketika ditantang. Klien tidak
ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas
sebelumnya. Klien menunjukan ekspirasi keraguan tentang perfoma peran.
3. Berat
Klien menunkukan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali ( terhadap perawatan
diri, situasi, dan hasil).
2.4 Proses Terjadinya Masalah
Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan
ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi.
Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol. Pada ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi
terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya
untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama,
dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis
ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien bukan dari asumsi.
Perbedaan budaya dan individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk merasa
mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan bahwa
orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal).
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan
2) Gaya hidup (merokok, alkohol, obat, dan zat adiktif) dan
pengalaman menggunaan zat terlarang

4
3) Menderita penyakit kronis ( riwayat melakukan general checkup,
tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penyakit jantung, paru-paru yang
mengganggu aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang- kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya : sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman erubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
2) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kuang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi
diriya
3) Ketidak mampuan menjalankan peran akibat penyakit yangsecara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya : sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sidah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter / terlalu melindungi atau menyayangi.
7) Motivasi : penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
taha perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
pengembangkan hobi dan aktivitas sehati-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi

5
9) Self kontrol : tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut,akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya.
10) Kepribadian : mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupen perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mngalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya.
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan ( misalnya : pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan)
5) Adanya normal individu ataumasyarakat yang menghargai kontrol
( kontrol lokus internal)
6) Dalam ketidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarrakatan
secara aktif, enggan bergaul dan Kadang menghindar dari orang
lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatas di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
pasif
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
eksternal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.
Faktor –faktor lain yang berhubungan dengan faktor presipitasi timbulnya
ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :

6
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
program pengobatan yang terkait dengan penyakit (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompleks) (proses intoksifikasi
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkohol, obat-obatan, kafein dan tembakau
6) Mengalami ganggguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras,etnik dan
gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).

7
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan
terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dimasyarakat.
2.5 Faktor Sumber Koping
a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber
informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang berhubungan
ketidakberdayaan, kekuatan dan factor pendukung serta keberhasilan
yang pernah dicapai. Kemampuan mempertimbangkan alternative
aktivitas yang realistik. Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan
dan memantau kemajuan dari kondisi pengobatannya.
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang
dapat dikendalikan oleh pasien.
3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif
terutama dalam pencarian sumber informasi untuk mengatasi
ketidakberdayaannya.
4) Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan peran
atau kondisi kesehatan dan kehidupannya.
5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis,
mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
b. Sosial support
1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota
masyarakat di sekitarnya.

8
2) Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota
masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini.
3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan atau
perkumpulan di masyarakat.
4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai
norma tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada.
c. Material Asset
1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan stabil
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas.
3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk
mengantisipasi kebutuhan hidup.
4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya.
2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat
menjalani hidup dengan semangat.
3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik
mencegah daripada mengobati.
2.6 Faktor Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik dan
peran yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya

9
4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan
status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran
dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif
menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan.

b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang
dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan
kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain,
kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri
dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada
penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (represi/supresi).

10
BAB III
POHON MASALAH

3.1 Pohon Masalah


Harga diri rendah Kecemasan Risiko tinggi perilaku kekerasan

Ketidakberdayaan

Mekanisme koping efektif

3.2 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

Tanggal/Jam Data Fokus Masalah Keperawatan


30 Oktober 2022 DS : klien mengatakan Ketidakberdayaan
08.00 WIB bahwa ia merasa tidak
mampu dan malas
melakukan kegiatan

11
sehari-hari.
DO : Klien terlihat diam
dikamar setiap hari,
klien terlihat gelisah

3.3 Diagnosa Keperawatan


Ketidakberdayaan

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Khusus Rencana Tindakan Keperawatan


Klien menunjukan - Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-
partisipasi: keputusan faktor yang dapat berpengaruh pada
perawatan ksehatan ditandai ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan,
dengan: aktivitas hiburan, tanggung jawab peran,
- Mengungkapkan hubungan antar pribadi). Rasional:
dengan kata-kata mengidentifikasi situasi/hal-hal yang
tentang segala perasaan berpotensi dapat dikendalikan dan dapat
ketidakberdayaan digunakan sebagai sumber kekuatan/power
- Mengidentifikasi bagi pasien.
tindakan yang berada - Diskusikan dengan pasien pilihan yang
dalam kendalinya realistis dalam perawatan, berikan
- Menghubungkan tidak penjelasan untuk pilihan tersebut. Rasional:
adanya penghalang Memberikan kesempatan pada klien untuk
untuk bertindak berperan dalam proses perawatan, termasuk
- Mengungkapkan untuk meningkatkan pemikiran positif
dengan kata-kata pasien, dan meningkatkan tanggung jawab
kemampuan untuk

12
melakukan tindakan pasien.
yang diperlukan - Libatkan pasien dalam pembuatan
- Melaporkan dukungan keputusan tentang rutinitas
yang adekuat dari orang perawatan/rencana terapi.
terdekat, termasuk Rasional: Pelibatan pasien dalam proses
teman dan tetangga pembuatan keputusan, mampu
- Melaporkan waktu, meningkatkan rasa percaya diri.
keuangan pribadi dan - Jelaskan alasan setiap perubahan
asuransi kesehatan yang perencanaan perawatan kepada pasien
memadai (jelaskan semua prosedur, peraturan dan
- Melaporkan pilihan untuk pasien, berikan waktu untuk
ketersediaan alat, menjawab pertanyaan dan minta individu
bahan, pelayanan, dan untuk menuliskan pertanyaan sehingga
transportasi tidak terlupakan).
Rasional: Meningkatkan kemampuan
berpikir positif terhadap proses perawatan
yang sedang dijalani oleh pasien, pelibatan
klien dalam setiap pengambilan keputusan
menjadi hal penting.
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi
kehidupannya yang dapat dikendalikan
(perasaan cemas, gelisah, ketakutan).
Rasional: Kondisi emosi pasien
mengganggu kemampuannya untuk
memecahkan masalah. Bantuan diperlukan
agar dapat menyadari secara akurat
keuntungan dan konsekuensi dari
alternative yang ada.
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi
kehidupan yang tidak dapat ia kendalikan
(adiksi), Disukusikan dan ajarkan cara

13
melakukan manipulasi menghadapi
kondisikondisi yang sulit dikendalikan,
misalnya afirmasi.
Rasional: Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan ketidakmampuan
sebagai upaya mengatasi masalah yang
tidak terselesaikan dan menerima hal-hal
yang tidak dapat diubah.
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor
pendukung, kekuatankekuatan diri
(misalnya kekuat an baik itu berasal dari
diri sendiri, keluarga, orang terdekat, atau
teman).
Rasional: Pada pasien dengan
ketidakberdayaan dibutuhkan faktor
pendukung yang mampu mensupport
pasien, dari dalam sendiri dapat berupa
penguatan nilai-nilai spiritual, Jika dalam
proses perawatan kekuatan lain tidak
adekuat.
- Sampaikan kepercayaan diri terhadap
kemampuan pasien untuk menangani
keadaan dan sampaikan perubahan positif
dan kemajuan yang dialami pasien setiap
hari.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri
terhadap kemampuan atas upaya dan usaha
yang sudah dilakukan oleh pasien.
- Biarkan pasien mengemban tanggung
jawab sebanyak mungkin atas praktik

14
perawatan dirinya. Dorong kemandirian
pasien, tetapi bantu pasien jika tidak dapat
melakukannya.
Rasional: memberikan pilihan kepada
pasien akan meningkatkan perasaannya
dalam mengendalikan hidupnya.
- Berikan umpan balik positif untuk
keputusan yang telah dibuatnya.

Referensi

Keliat BA, Akemat S, Daulima NH, Nurhaeni H. Keperawatan kesehatan jiwa


komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC. 2011.

NANDA Internasional. (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014 terj. Mode Sumarwati. Jakarta: EGC

15
STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN
(KLIEN)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat berdiam diri dikamarnya
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
3. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal masalah yang dialami
c. Mengidentifikasi kemampuan/aspek positif
d. Melakukan kegiatan aspek positif yang telah disetujui
e. Memasukan dalam jadwal kegiatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu klien mengidentifikasi factor-faktor yang dapat
menimbulkan ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
serta memperluas kesadaran diri

16
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat dilakukan saat
ini
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih sesuai
dengan kemamouan klien
e. Melatih kegiatan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak. Perkenalkan mana saya Tika Ambarwati Boleh
dipanggil Tika Kalau pak namanya siapa? Lebih seneng dipanggil
bagaimana? Saya mahasiwa Stikes IMC Bintaro prodi keperawatan
yang sedang praktik di kelurahan ini pak.”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan pak hari ini?”
c. Kontrak
“ Baiklah selama 30 menit ke depan kita akan berbincang-bincang
tentang apa yang dirasakan pak agar kita saling mengenal. Bagaimana
pak bersedia? Tempatnya mau dimana pak?”
2. Fase Kerja
“ Saya perhatikan tadi Bapak terlihat sedih dan merenung, memangnya apa
yang dirasakan bapak saat ini? O gitu jadi bapak merasa tidak mampu.
Pada saat apa biasanya bapak merasa tidak mampu dengan diri sendiri?
Bagaimana dengan lingkungan sekitar bapak, misalnya dari keluarga
bapak, adakah hal-hal yang bapak sukai dari mereka? Baiklah kalau
begitu, sekarang bisakah bapak sebutkan kapada saya hal apa saja yang
bapak sukai dalam diri bapak? Coba ingat-ingat kembali kemampuan apa
saja yang dapat bapak lakukan? Sekerang bagaiman kalau saya membantu
bapak membuat daftar hal-hal positif dan kemampuan apa saja yang bapak
miliki. Baiklah, tadi bapak sudah menuliskan dan menyebutkan hal positif
dan kemampuan yang dimiliki. Disini, bapak dapat melihat sendiri bapak

17
memiliki kelebihan seperti orang lain tapi tergantung bapak juga apakah
ingin mengembangkan kemampuan tersebut atau tidak. Menurut bapak
kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau tidak?
Nah setelah tadi kita menuliskan hal positif dan kemampuan yang bapak
miliki, menurut bapak kemampuan yang mana yang mampu untuk bapak
lakukan saat ini?. Wah iya bagus sekali merapihkan taman.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Pasien mengatakan setelah berbincang-bincang merasa lebih tenang
dan merasa lebih percaya diri. Pasien mampu menjawab semua
pertanyaan dari perawat Pasien juga mau melakukan kegiatan yang
sudah ia buat bersama perawat.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti bapak dapat mempraktekan kembali kemampuan positif yang
sudah bapak tulis. Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal
kegiatan harian ya pak?”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Nah bapak sekarang waktunya kan sudah 30 menit, jadi untuk hari ini
sampai disini dulu. Besok kita akan bertemu lagi dan membicarakan
tentang kemampuan positif lain yang bapak miliki, saya pamit dulu.
Assallamuallaikum”

18
3.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Jiwa

Di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa : Cinta Kasih

Nama : Tn. P Ruangan : Durian No. RM : 20195

Tanggal : 17 Oktober 2022 Jam : 13.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : Pasien mengatakan bahwa ia S:
merasa tidak mampu dan malas - Pasien mengatakan lebih
melakukan kegiatan sehari-hari. percaya diri
DO : Pasien terlihat diam dikamar
setiap hari, klien terlihat gelisah
Diagnosis keperawatan :
Ketidakberdayaan O:

Tindakan keperawatan : - Pasien terlihat senang saat di

- Membantu pasien untuk ajak mengobrol

mengidentifikasi factor-faktor - Pasien terlihat antusias saat

yang dapat berpengaruh pada melakukan kegiatan positif

ketidakberdayaan (misalnya: yang sudah dia lakukan

pekerjaan, aktivitas hiburan,


tanggung jawab peran, hubungan
antar pribadi).

19
- Melibatkan pasien dalam A:
pembuatan keputusan tentang - Ketidakberdayaan (-)
rutinitas perawatan/rencana
terapi.
- Menjelaskan alasan setiap P:

perubahan perencanaan - Intervensi dihentikan

perawatan kepada pasien


(jelaskan semua prosedur,
peraturan dan pilihan untuk
pasien, berikan waktu untuk
menjawab pertanyaan dan minta
individu untuk menuliskan
pertanyaan sehingga tidak
terlupakan).
- Membantu pasien
mengidentifikasi faktor
pendukung, kekuatan-kekuatan
diri (misalnya kekuatan baik itu
berasal dari diri sendiri, keluarga,
orang terdekat, atau teman).
- Menyampaikan kepercayaan diri
terhadap kemampuan pasien
untuk menangani keadaan dan
sampaikan perubahan positif dan
kemajuan yang dialami pasien
setiap hari.
- Membiarkan pasien mengemban
tanggung jawab sebanyak
mungkin atas praktik perawatan
dirinya. Dorong kemandirian
pasien, tetapi bantu pasien jika

20
tidak dapat melakukannya.
- Memberikan umpan balik positif
untuk keputusan yang telah
dibuatnya.

Rencana tindak lanjut :


- Pasien diharuskan terus menulis
jadwal kegiatan positif yang pasien
lakukan, agar mengetahui apakah
kegiatan tersebut dilakukan tiap
hari atau tidak

21

Anda mungkin juga menyukai