Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN


KETIDAKBERDAYAAN

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Ns. Florensa, M.Kep.S,p.Kep J

DISUSUN OLEH:

Ananda 841191005
Clara Erika 841191003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PTODI DIII KEPERAWATAN
PONTIANAK
2021
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan
rahmat Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan Jiwa ini.Pada
kesempatan kali ini tidak lupa kami juga mengucapkan Terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut terlibat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ini,baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini pasti memiliki banyak
kekurangan oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun.Kami juga memohon maaf bila ditemukan kesalah penulisan pada Makala
ini.Semoga Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak,25 Oktober 2021

penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

2.1 Konsep dasar ketidakberdayaan .........................................................................


2.2 Konsep asuhan keperawatan ..............................................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses modernisasi


saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community),
terutama di kota – kota negara yang sedang berkembang, seperti halnya di
indonesia. Modernisasi sebagai proses perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh
masyarakat manapun, khususnya masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki
dampak positif dan negatif dari modernisasi antara lain, dikarenakan perubahan
yang cepat, maka tidap setiap orang dapat mengikuti perubahan sosial tersebut.
Akibatnya meningkatkan beban psikologis, sosiologis, maupun beban ekonomi
(Soeroso, 2008)

Stresor kehidupan semakin meningkat, individu diharuskan untuk


menghadapi stresor tersebut dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika
terjadi ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada perilaku
yang menyimpang (Widianti, 2007). Keperawatan merupakan ilmu yang
memberikan fokus perhatian utama terhadap kondisi homeostatis individu dalam
kondisi seimbang. Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis
manusia saat dihadapkan pada hal – hal yang dirasa telah melampaui batas atau di
anggap sulit untuk dihadapi. Seseorang yang mengalami stres dapat berdampak
positif atau negatif (Agolla & Ongori, 2009).

Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku


adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi
tuntutan peran dalam kehidupan (Towsend, 2010). Koping yang tidak efektif dapat
mengarahkan kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus
mencoba menggunakan berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia
gunakan, tetapi tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada tujuan
penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada kelelahan menggunakan sumber
adaptasi, sehingga mendapatkan individu dalam kondisi ketidakberdayaan. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi
percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut, jika
ketidakberdayaan berlangsung lama maka dapat mengarah ke kepuutusasaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ketidakberdayaan ?
2. Apa saja tanda dan Gejala Ketidakberdayaan?
3. Apa Penyebab terjadinya Ketidakberdayaan ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien ketidakerdayaan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makala ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu memahami apa itu ketidakberdayaan.
2. Agar mahasiswa mampu memahami apa saja tanda dan gejala yang
muncul.
3. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien ketidakberdayaan.
4. Agar mahasiswa mengerti apa penyebab terjadinya ketidakberdayaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Ketidakberdayaan


A. Definisi
Ketidaberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian
terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan
tidak akan memengaruhi hasil (NANDA-I, 2018).

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak


akan memengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan ketika individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Stuart,
2016).

Ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannyya


tidak akan memperngaruhi hasil secara bermakna, kurang pengendalian yang
dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi (Wilkinson, 2007).

Sedangkan menurut SDKI, 2016 adalah persepsi bahwa tindakan


seseorang tidak akan mempengatuhi hasil secara signifikan ; persepsi kurang
kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi


individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu yang
signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan. Ketidakberdayaan
beda dengan keputusasaan. Keputusasaan berarti bahwa seseorang mempercayai
bahwa tidak ada solusi untuk masalahnya. Pada ketidakberdayaan, pasien
mungkin mengetahui solusi permasalahannya , tetapi pasien tersebut
berkeyakinan bahwa hal tersebut diluar kendalinya.

B. Etiologi Ketidakberdayaan
Menurut SDKI, 2016 penyebab ketidakberdayaan adalah ;
1. Program perawatan atau pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
2. Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
3. Interaksi interpersonal tidak memuaskan
Faktor situasional yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan dapat
berupa perubahan personal dan lingkungan seperti hospitalisasi,peningkatan
ketakutan atau menerima masukan negatif. Secara maturasional, proses
pendewasaan menjadi remaja atau dewasa atau perubahan menjadi lansia, serta
kehilangan (pmecatan, defisit sensori, kehilangan uang, dan orang terdekat).

C. Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan

Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang


dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain;

1. Rendah

Klien yang mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi


dan bersikap pasif.

2. Sedang

Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan


ititabilitas, marah dan merasa bersalah, klien tidak melakukan praktik
perawatan diri keika ditantang, klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan, klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
kemampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya, klien menunjukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.

3. Berat

Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang


terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan
dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi dan
hasil). Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada posisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang
memengaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan
mempertahankan situasi bebas NAPZA.

D. Proses Terjadinya Masalah

Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan


ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam – macam situasi,
individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada ketidakberdayaan, klien
mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
tersebutdiluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati – hati
untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien bukan
dari asumsi. Perbedaan budaya individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk
merasa nmempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan
bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Wilkinson, 2007).

1. Faktor Predisposisi

Dari faktor predisposisi juga memiliki beberapa faktor yaitu;

a. Biologis

1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)

2) Gaya hidup (tidak merokok, alkohol, obat dan zat adaptif) dan
pengalaman penggunaan zat terlarang

3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,


tanggal periksa terakhir)

4) Ada riwayat menderita penyakit jantung, paru – paru yang


mengganggu pelaksanaan aktivitas harian pasien

5) Ada riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai


kejang – kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala
yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic

6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan


ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS

b. Psikologis

1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat


tinggal

2) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai


kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS

4) Kurang puas dengan kehidupanyya (tujuan hidup yang sudah


dicapai)

5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatanya dan kehidupannya


yang sekarang

6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi

7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama


tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari – hari

8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun


sebagai saksi

9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,


mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya

10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

c. Sosial Budaya

1) Usia 30 – meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan

2) Jenis kelamin laki – laki ataupun perempuan mempunyai


kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya

3) Pendidikan rendah

4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses


penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)

5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai


kontrol (misalnya kontrol lokus internal).

6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang


lain, tidak mampu bnerpartisipasi dalam sosial masyarakat secara
aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain.

7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat

8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun


secara pasif.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi


ketidakberdayaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.
Konsisi internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.

Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir,


dan waktu terjadinya dapat bersamaan. Silih berganti atau hampir
bersamaan dengan jumlah stressor lebih dari datu dan mempunyai
kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan
bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami klien.

Faktor – faktor lain yang berhubungan dengan faktor presipitasi


timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut ;

a. Biologis

1) Menderita suatu penyakiit dan harus dilakukan terapi tertentu,


program pengobatan yang terkait dengan penyakit (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompleks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi)

2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir

3) Dalam 6 bulan terakhir mengalami infeksi otak yang


menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic

4) Terdapat gangguan sistem endokrin

5) Penggunaan alkohol, obat – obatan, kafein dan tembakau


6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat

7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik


dan gender

8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis

1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis

2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan


aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan

3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan dan


aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan

4) Konsep diri : gangguan pelaksanaan peran karena


ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran

5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan


orang lain.

c. Sosial budaya

1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan


atau kehidupan yang sekarang

2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga


(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan)

3) Hambatan interaksi interpersoonal akibat penyakit maupun


penyebab yang lain

4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses


penuaan ( misalnya : pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)

5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif

6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan


ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

3. Faktor Penilaian Terhadap Stressor (Wilkinson, 2007)

a. Kognitif
1) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi

2) Mengungkapkan ketidakpuasan dan fruustasi terhadap


kemampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya

3) Mengungkapkan keragu – raguan terhadap penampilan peran

4) Mengungkapkan dengan kata – kata bahwa tidak mempunyai


kendali atau pengaruh terhadap situasi, perrawatan diri atau hasil.

5) Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan


orang lain

6) Kurang dapat berkonsentrasi

b. Afektif

1) Merasa tertekan atau deresi terhadap penurunan fisik yang terjadi


dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program
pengobatan

2) Marah

3) Iritabilitas, ketidaksukaan

4) Perasaan bersalah

5) Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawatan

6) Perasaan cemas atau ansietas

c. Fisiologis

1) Perubahan tekanan darah

2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan

3) Muka tegang

4) Dada berdebar – debar dan keluar keringat dingin

5) Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas

d. Perilaku

1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan


iritabilitas

2) Tidak ada pertahanan pada praktikperawatan diri ketika ditantang

3) Tidak memantau kemajuan pengobatan


4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan
pada saat diberikan kesempatan

5) Kepasifan hingga apatis

6) Perilaku menyerang

7) Menarik diri

8) Perilaku mencari perhatian

9) Gelisah atau tidak bisa tenang

e. Sosial

1) Enggan untuk mengungkapkan perasaannya

2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain.

4. Faktor Sumber Koping

Terdapat beberapa faktor sumber koping diiantaranya yaitu;

a. Personal ability

1) Kemampuan pemecahan masalah : kemampuan mencari sumber


inforrmasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang
berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan faktor pendukung
serta keberhasilan yang pernah dicapai. Kemampuan
mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistik.
Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan memantau
kemajuan dari kondisi pengobatannya

2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas


yang dapat dikendalikan oleh pasien

3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara


efektif terutama dalam pencarian sumber informasi untuk
mengatasi ketidakberdayaan

4) Pengetahuan: kemampuan memahami perubahan fisik dan peran


atau kondisi kesehatan dan kehidupannya

5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistik,


mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
b. Sosial Support

1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota


masyarakat di sekitarnya

2) Kualitas dukungan sosial yang diberikan keluargan anggota


masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini

3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan


atau perkumpulan di masyarakat

4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai


norma tidak bertenangan dengan nilai budaya yang ada

c. Material Asset

1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan


stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari

2) Pasien mampu fasilitasi asuransi kesehatan, jamkesmas, SKTM


atau askes

3) Mempunyai aset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk


mengantisipasi kebutuhan hidup

4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses pelayanan


kesehatan yang ada

d. Positive believe
1) Keyakinan dan nilai: pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya

2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat


menjalani hidup dengan semangat

3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik


mencegah daripada mengobati.
E. Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan
Tanda dan gejala menurut Keliat, 2019 adalah ;
a. Mayor
Subjekltif ;
1. Mengatakan ketidakmampuan
2. Frustasi karena tidak mampu mengatasi situasi
Objektif ;
1. Tidak mampu merawat diri
2. Tidak mampu mencari informasi perawatan
3. Tidak mampu memutuskan
4. Bergantung pada orang lain
b. Minor
Subjektif ;
1. Menyatakan keraguan tentang kemampuannya
2. Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3. Malu
Objektif ;
1. Kurang pertisipasi dalam perawatan
2. Depresi

Ketidakberdayaan ditandai dengan pengungkapan kata-kata yang


menyatakan tidak memiliki kemampuan megendalikan situasi, tidak dapat
menghasilkan sesuatu, frustasi dan ketidakpuasan terhadap aktivitas atau tugas,
mengungkapkan keragu-raguan, ketidakmampuan melakukan perawatan diri,
tidak berpartisipasi terhadap pengambilan keputusan, enggan mengungkapkan
perasaan, ketergantungan yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan,
murah dan rasa bersalah serta gagal mempertahankan ide.
Tanda-tanda yang diungkapkan secara langsung merupakan tanda secara
subjektif. Selain itu, secara objektif orang yang mengalami ketidakberdayaan
akan menunjukkan sikap apatis dan pasif, ekspresi muka murung, bicara dan
gerak lambat, tidur berlebihan, nafsu makan tidak ada, serta menghindari orang
lain (standar asuhan keperawatan,2011).

F. Jenis-jenis Ketidakberdayaan
1. Ketidakberdayaan situasional, ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah
peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
2. Ketidakberdayaan dasar, ketidakberdayaan yang bersifat meyebar,
mempengaruhi tujuan , gaya hidup, dan hubungan.

G. Faktor-faktor ketidakberdayaan
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah
ketidakberdayaan menurut Stuart (2009) pada seseorang antara lain:
a) Biologis
b) Psikologis
c) Sosial Kultural
d) Spiritual
2. Faktor Presipitasi
a) Nature.
b) Origin
c) Timing
d) Number
H. Hal yang dilakukan perawat dalam pendekatan pada pasien ketidakberdayaan

1. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon


emosional dan menerima pasien apa adanya.
2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat
sendiri ( misalnya : rasa marah, frustasi, dan empati).
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
suportif, beri waktu klien untuk merespon.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi.
5. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-
area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuan untuk
mengontrol.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpegaruhterhadap ketidakberdayaan.
7. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan.
8. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau subsitusi.
9. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
10. Evaluasi ketetapan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat klien.
11. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
12. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
13. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahan yang terjadi.
14. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang
realistis.
15. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan,
16. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien
berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus, motivasi
untuk mempertahankan penampilan atau kegiatan tersebut.
17. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang
realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.
18. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi
oleh klien.
19. Dorong kemadirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.

I. Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif, klien mampu ;
a. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
ketidakberdayaan
b. Mengetahui cara mengetasi ketidakberdayaan
2. Prikomotor, klien mampu ;
a. Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan yang
dapat dikendalikan
b. Melatih situasi yang dapat dikendalikan
c. Mengidentifikasi pikiran negatif dan tidak rasional
d. Melatih pikiran positif, pikiran rasional, dan harapan positif.
3. Afektif, klien mampu ;
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b. Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan
A. ANALISA DATA

Pengelompokan Data
a. Data Subyektif

1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai


kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2. Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu

3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan


untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran

5. engatakan ketidakmampuan perawatan diri

b. Data Obyektif

1. Ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan


kesempatan
3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan


iritabilitas, ketidaksukaan,marah, dan rasa bersalah
5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain
ketika mendapat perlawanan
6. Apatis dan pasif

7. Ekspresi muka murung

8. Bicara dengan gerakan lambat

9. Tidur berlebihan

10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan

11. Menghindari orang lain.


B. DIAGNOSA DATA

Ketidakberdayaan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tindakan pada klien

1. Tindakan keperawatan

a. Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan

b. Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan

c. Latih secara mengendalikan situasi

1) Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan

2) Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan

3) Latih cara – cara mengendalikan situasi hidup yang dapat


dikendalikan

4) Beri penguatan dan pujian

d. Latih cara mengendalikan pikiran

1) Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional

2) Latih pikiran positif dan rasional

3) Latih mengembangkan harapan positif dan lakukan afirmasi positif

4) Beri penguatan dan pujian

e. Latih peran yang dapat dilakukan

1) Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan dan yang


tidak dapat dilakukan

2) Latih peran yang dapat dilakukan

3) Beri penguatan dan pujian


Tindakan pada keluarga

Tindakan keperawatan

a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang


memgalami ketidakberdayaan

b. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta proses


terjadinya ketidakberdayaan serta mengambil keputusan merawat
klien.

c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi


ketidakberdayaan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah
diberikan

d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung


mengatasi ketidakberdayaan

e. Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang memerlukan


rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur

Tindakan Kolaborasi

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK.

2. Memberikan terapi dokter ( obat ) kepada klien ; edukasi 8 benar prinsip


pemberian obat dalam menggunakan konsep safety pemberian obat.

3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

D. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Pada pasien

SP 1 pasien : Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif


serta afirmasi

a) Bina hubungan saling percaya


1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai

2) Menjelaskan tujuan interaksi dengan melatih pengendalian


ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat.

b) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan


pengendalian ketidakberdayaan

c) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan

1) Bantu pasien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

2) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan

3) Bantu pasienmenyadari perilaku akibat ketidakberdayaan

d) Bantu mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak mampu di


kontrol oleh pasien

e) Diskusikan pemikiran negatif pasien yang dapat menurunkan kondisi


pasien.

f) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif, logis dan


rasional

g) Latih mengembangkan pemikiran dan harapan positif (latih afirmasi


positif)

SP 2 Pasien : Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan


pikiran, dan harapan positif dan latihan afirmasi mengontrol
perasaan ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih daoat
dilakukan walaupun sedang sakit.

a) Pertahankan rasa percaya pasien

1) Mengucapkan salam terapeutik dan memberi motivasi

2) Assesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan


mengembangkan pikiran dan harapan positif

b) Membuat kontrak ulang yaitu latihan mengontrol perasaan


ketidakberdayaan
c) Diskusikan dan latih kondisi tubuh yang dapat dikontrol oleh pasien dan
kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun sedang sakit

2. Pada keluarga

SP 1 Keluarga : penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

a) Bina hubungan salingpercaya

1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

2) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien:


dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat.

b) Membuat kontrak (informend consent) dua kali pertemuan latihan cara


merawat ketidakberdayaan pasien.

c) Bantu klien mengenal ketidakberdayaan:

1) Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan


gejala serta akibatnya

2) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu


mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan
situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih
perawat pada pasien.

d) Sertakan keluarga saat melatih pasien melakukan afirmasi positif

SP 2 Keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan


mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up

a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,


menanyakan peran keluarga merawat pasien dan kondisi pasien

b) Membantu kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up

c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol bagian


tubuh yang masih dapat dilakukan pasien walaupun sedang sakit.
Anjurkan keluarga memberikan semangat dan memuji jika pasien
melakukannya
d) Diskusikan dengan keluarga ccara perawatan di rumah sakit, follow up
dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam
perawatan diri) dan cara merujuk pasien

SP 1 Pasien : Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berfikir positif serta


Alternatif

ORIENTASI

“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Clara Erika, panggil saja saya Ika, saya
mahasiswi DIII Keperawatan yang sedang dinas di rumah sakit ini. Saya datang
untuk merawat bpk/ibu. Nama nya siapa? Senang di panggil apa? Bagaimana
perasaannya hari ini? Bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang
perasaan ketidakberdayaan yang bpk/ibu rasakan? Mau berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit? Mau dimana kita berbincang – bincang? Diruang tamu?”

KERJA

“Bagaimana perasaan bpk/ibu terhadap ketidakberdayaan yang bpk/ibu rasakan?


Apa penyebab ketidakberdayaan yang bpk/ibu rasakan? Bpk/ibu merasa tidak
berdaya setelah usia bpk/ibu semakin tua terutama penglihatan bpk/ibu semakin
kabur sehingga sulit melakukan aktivitas sehari – hari. Coba bpk/ibu sebutkan
harapan yang ingin bpk/ibu masih ingin wujudkan? Bagus sekali, bpk/ibu sudah
mengungkapkan perasaan dan harapan. Baiklah bpk/ibu, walaupun sekarang
bpk/ibu memiliki pandangan yang kabur tetapi bpk/ibu masih memiliki kondisi
fisik tubuh lainnya yang masih baik dan itu perlu di syukuri”.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah berbincang – bincang? Baiklah, besok kita


bertemu lagi jam 9 untuk membicarakan mengenai kemampuan bpk/ibu yang
masih dapat dilakukan walaupun penglihatan sudah mulai kabur? Mau jam
berapa? Baik, sampai jumpa kembali”.
SP 2 Pasien : Evaluasi Ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan
pikiran dan harapan positif serta latihan afirmasi menggontrol perasaan
ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih dapat dilakukan

ORIENTASI

“Selamat pagi bpk/ibu. Bagaimana perasaannya hari ini? Baik, bagaimana kalau
kita berbincang – bincang tentang kemampuan yang masih dapat bpk/ibu
lakukan? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit? Mau berbicara dimana?
Baiklah, kita bicara di ruang tamu”.

KERJA

“Bpk/ibu selama ini apa yang telah dilakukan agar penglihatan bpk/ibu bisa
berfungsi dengan baik? Apa yang bpk/ibu lakukan untuk membantu melihat?”
(beri pujian pujian jika jawaban pasien positif) “Baiklah bpk/ibu sudah
melakukan beberapa tindakan untuk membantuu penglihatan bpk/ibu, namun
karena usia yang semakin tua penglihatan dan kondisi fisik dapat semakin
menurun. Bpk/ibu bisa mencoba menggunakan kacamata sehingga dapat
membantu penglihatan bpk/ibu. Coba bpk/ibusebutkan kemampuan yang dapat
dilakukan walaupun penglihatan sudah kabur? Wahh, bagus sekali ya pak/bu.
Selain itu, bpk/ibu dappat bersosialisasi dengan keluarga dan teman – teman lain
melalui berbagai aktivitas mengunjingi teman atau saudara yang dekat dengan
bpk/ibu adar bpk/ibu memiliki kesibukan dan perasaan tidak berdaya itu
menghilang. Bpk/ibu dapat memasukkan kegiatan tersebut dalam jadwal yang
ada.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berbincang – bincang? Baik, besok


kita bertemu lagi ya di jam 9. Kita berbincang tentang kegiatan yang sudah
bpk/ibu lakukan. Sampai jumpa.”
SP 1 Keluarga : penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

ORIENTASI

“Selamat pagi, perkenalkan nam saya Clara Erika, panggil saja saya Ika. Saya
mahasiswi DIII Keperawatan yang sedang dinas dirumah sakit ini. Nama bpk/ibu
siapa? Panggilannya pak/bu? Bagaimana perasaan bpk/ibu pada hari ini?
Bagaimana kalau kita berbincang – bincang selama 30 menit tentang masalah
kesehatan bpk/ibu? Kita mau duduk dimana? Bagaimana di ruang tamu?>

KERJA

“Apa yang bpk/ibu rasakan selama melewati bpk/ibu yang penglihatan semakin
kabur? Bpk/ibu sendiri bagaimana perasaannya melihat kondisi bpk/ibu? Iya,
benar, bpk/ibu merasa tidak berdaya karena penglihatannya semakin kabur
sehingga sulit melakukan aktivitas. Penglihatan kabur tersebut terjadi karena usia
yang semakin tua dan ini merupakan proses yang sudah pasti akan terjadi pada
kita semua. Nah keluarga dapat melakukan perawatan terhadap bpk/ibu yang
penglihatan semakin kabur, bisa dengan cara memberikan kacamata untuk
membantu melihat dan selalu memberikan pujian terhadap setiap kegiatan yang
bpk/ibu dapat lakukan sehingga bpk/ibu merasa ia masih memiliki keluarga yang
memperhatikannya dan perasaan tidak berdaya yang selama ini ia rasakan dapat
menghilang. Bagaimana bpk/ibu?

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berbincang – bincang? Coba bpk/ibu


sebutkan cara merawat bpk/ibu? Bagus sekali. Besok saya akan datang lagi, kita
akan membicarakan hal – hal yang telah bpk/ibu lakukan dan mendiskusikan cara
perawatan lebih lanjut. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga ; Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan


mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up

ORIENTASI

“Selamat pagi, bpk/ibu. Dapatkah kita berbincang bincang? Baik, bagaimana


keadaan bpk/ibu? Baiklah bu, coba bpk/ibu sebutkan cara – cara yang kita
diskusikan kemarin? Bagaimana hasilnya? Bpk/ibu, bagaimana kalau kita
berbincang – bincang tentang kegiatan yang masih dapat bpk/ibu lakukan tanpa
terganggu dengan bagian tubuh yang sakit dan perawatan di rumah yang juga
dapat dilakukan? Berapa lama kita bicara? Baik kita bicara selama 30 menit.
Diruang tamu saja ya?”

KERJA

“Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? Bagus sekali. Wah, bpk/ibu hebat
dong. Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah melakukan kegiatan tadi? Bpk/ibu
walaupun penglihatannya sudah kabur, masih banyak yang dapat dilakukan
apalagi sekarang bpk/ibu sudah menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata)
dan keluarga harus tetap mendukung bpk/ibu dalam melakukan kegiatannya.
Baiklah bpk/ibu, jika nanti kondisi bpk/ibu perlu dirujuk, maka bpk/ibu bisa
membawa ke pelayanan kesehatan terddekat.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bpk/ibu? Apalagi yang perlu dilakukan untuk bpk/ibu?


Kapan bpk/ibu mau melakukannya? Bagus, baiklah besok saya kembali. Nanti
kita berbicara harapan bpk/ibu yang kemungkinan masih dapat diwujuudkan.
Sampai jumpa.”

E. EVALUASI
Menurut Keliat, 2016 ;
1. Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan
2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan perasaan ketidakberdayaan
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan
ketidakberdayaan

Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita


lakukan,dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga :
a. Kemampuan klien

1) Mampu menganal ketidakberdayaan dan yang dialami

2) Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi ketidakberdayaan


3) Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya

b. Kemampuan keluarga

1) Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari


ketidakberdayaan
2) Menyebutkan cara merawat klien dengan ketidakberdayaan

3) Mampu mendukung klien berpartisipasi terhadap rencana perawatnya

4) Mampu memotivasi klien dalam mencapai tujuan yang realistis


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak
akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA.2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal.
3.2 Saran
Dengan diberikannya tugas ini mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan dapat
melakukan perawatan yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan
keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah
didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, DKK, (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi2012


- 2014. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Widianti, E. (2007). Remaja dan Permasalahannya: BahayaMerokok,Penyimpangan


Seks Pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba.
Bandung : Refika Aditama.

Agolla, J.E. & Ongori, H., 2009. An assesment of academic stres among
undergraduate students. Academic journals, Educational research and
review vol.4 (2), pp 063-067.

Stuart.Gail.W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia: Elsever.

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M., 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC

Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai