Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS


KETIDAKBERDAYAAN

Dr Rizki Fitryasari PK, S.Kep.Ns.M.Kep.

Disusun oleh Kelompok 3

Siti Imma Nurrotin Nahdliyah 131911133038

Mega Anjas Sari 131911133039

Dinda Febri Putri Anjarwanti 131911133040

Nur Diyah Shinta Aldani 131911133041

Ananda Amalia Ramadhani 131911133060

Fidya Aisyah Putri Samodra 131911133070

Kelas A-1/2019

Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga

Tahun Ajaran 2020/2021


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1

1.2 Tujuan.....................................................................................................................................1

A.Tujuan Umum........................................................................................................................1

A. Tujuan Khusus......................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Ketidakberdayaan................................................................................................3

2.2 Penyebab Ketidakberdayaan.................................................................................................3

2.3 Batasan Karakteristik Klien Ketidakberdayaan......................................................................3

2.4 Faktor Mekanisme Koping.....................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................6

3.1 Studi Kasus Pada Klien dengan Kasus Ketidakberdayaan......................................................6

3.2 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasus Ketidakberdayaan .....................................6

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................................20

4.1 Pengkajian ...........................................................................................................................20

4.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................................................22

4.3 Rencana Keperawatan ........................................................................................................22

4.4 Implementasi Keperawatan ................................................................................................23

4.5 Evaluasi Keperawatan .........................................................................................................24

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................25

5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................25

5.2 Saran ....................................................................................................................................25

DAFRAR PUSTAKA ...................................................................................................................27

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari sesorang dan pekembangan itu berjalan
selaras dengankeadaan orag lain. Kesehatan jiwa dapat dipegaruhi oleh tiga faktor, yaitu
faktor individual, interpersonal dan faktor sosial budaya. Faktor indifidual digambarkan
sebagai keadaan biologis, kegembiraan, spiritualitas, dan idetifikasi diri. Faktor yang
kedua adalah interpersonal, didalamnya terdapat cara bagaimana seseorang
berkomunikasi efektif, menerapkan hubungan harmonis dan saling membantu antar
sesame manusia. Faktor yang terakhir adalah sosial budaya, dalam faktor ini terdapat
keinginan bagi seseorang untuk hiduup bermasyarakat dan mendukung keberagaman
individu yang berada disekitarnya. Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kesehatan jiwa
bagi seorang individu dapat terjaga dengan baik. Apabila ketiga faktor dalam kesehatan
jiwa tersebut tidak dipenuhi, maka dapat terjadi masalah psikosial.
Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah dalam kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat. Ketidakberdayaan merupakan pengalaan hidup, kurang pengendalian
terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mengetahui
hasil (NANDA, 2015). Salah satu batasan karakteristik adanya ketidakberdayaan adalah
frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya.
RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan rumah sakit umum dan jiwa.
Pendekatan intervensi keperawatan di ruang rawat umum tidak hanya mencakup merawat
fisik, melainkan perawatan masalah psikososial. Ruang rawat antasena merupakan ruang
rawat kelas dua da tiga dengan kasus penyakit dalam dan bedah. Klien dengan penyakit
dalm, memiliki masa rawat lebih lama bilah dibandingkan dengan klien dalam kasus
bedah ditambah lagi apabila klien mengalami komplikasi seperti hipoglikemi. Sehingga,
klien deengan masalah penyakit dalam, memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami masalah psikososial ketidakberdayaan.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Memberikan gambaran dari hasil analisis asuhan keperawatan ketidaberdayaan.
B. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang pengertian ketidakberdayaan

1
b. Mengetahui tentang penyebab ketidakberdayaan
c. Mengetahui batasan karakteristik klien ketidakberdayaan
d. Mengetahui faktor mekanisme koping

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan merupakan persepsi yang mengakibatkan individu beranggapan
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan
yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan
membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan
situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
Wilkinson (2007) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan memperngaruhi hasil secara bermakna, kurang
pengendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan Carpenito-Moyet (2007) mendefinisikan ketidakberdayaan sebagai keadaan
ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
2.2 Penyebab Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan koping sebelumnya (depresi), serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009). Menurut Doenges, Townsend,
M (2008) faktor ketidakberdayaan diantaranya adalah :
1. Kesehatan Lingkungan
Hilangnya privasi milik pribadi dan kontrol terhadap terapi
2. Hubungan Interpersonal
Penyalahgunaan kekuasaan dan hubungan yang kasar
3. Penyakit Rejimen
Penyakit kronis atau yang melemahkan kondisi
4. Gaya Hidup Ketidakberdayaan
Mengulangi kegagalan dan ketergantungan

2.3 Batasan Karakteristik Klien Ketidakberdayaan


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007), ketidakberdayaan yang dialami oleh
klien dapat terdiri dari tiga tingkatan, antara lain :
1. Rendah

3
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan bersikap
pasif.
2. Sedang 
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang mengakibatkan ketidaksukaan,
marah, dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika
ditantang, klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan, klien menunjukkan
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas
sebelumnya, dan klien menunjukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat 
Klien menunjukkan sikap apatis dan depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan dan menyatakan
tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
2.4 Faktor Mekanisme Koping
a. Konstruktif 
1. Menilai pencapaian hidup yang realistis
2. Mempunyai  penilaian  yang  yang  nyaman  dengan  perubahan fisik dan peran
yang dialami akibat penyakitnya
3. Dapat  menjalankan  tugas  perkembangannya  sesuai  dengan keterbatasan yang
terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4. Kreatif:  pasien  secara  kreaktif  mencari  informasi  terkait perubahan  status 
kesehatannya  sehingga  dapat  beradaptasi secara normal
5. Di  tengah  keterbatasan  akibat  perubahan  status  kesehatan  dan peran dalam
kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif menghasilkan sesuatu
6. Mampu  mengembangkan  minat  dan  hobi  baru  sesuai  dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami 
7. Peduli  terhadap  orang  lain  disekitarnya  walaupun  mengalami perubahan
kondisi kesehatan
b. Destruktif 
1. Tidak  kreatif/kurang  memiliki  keinginan  dan  minat  melakukan aktivitas harian
(pasif)
2. Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang dialami dan
marah-marah dengan situasi tersebut 
3. Tidak  mampu  mengekspresikan  perasaan  terkait  dengan perubahan  kondisi 
kesehatannya  dan  menjadi  merasa  tertekan atau depresi

4
4. Kurang  atau  tidak  mempunyai  hubungan  akrab  dengan  orang lain,  kurang 
minat  dalam  interaksi  sosial  sehingga  mengalami menarik diri dan isolasi
sosial 
5. Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu berpartisipasi 
dalam  pengambilan  keputusan  yang  dapat berakhir pada penyerangan terhadap
orang lain
6. Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7. Enggan  mengungkapkan  perasaan  yang  sebenarnya (represi/supresi).

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Stadi Kasus pada Klien dengan Kasus Ketidakberdayaan


Tn. F berusia 23 tahun, dengan diagnosa medis skizofrenia yang telah dirawat sejak
tanggal 12 Februari 2016 di ruang Bukit Barisan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr Muhammad
Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Klien datang ke Rumah Sakit dengan pakaian yang
kusam dan tidak rapi. Klien mengeluh merasa malu dengan orang lain karena penyakit
jiwa yang di deritanya sehingga klien lebih memilih tidak berbicara dengan orang yang
baru ia temui. Klien beranggapan jika keluarganya tidak datang lagi klien tidak akan bisa
kembali kerumah. Klien juga mengatakan jika asuransi kesehatan yang klien miliki
memiliki biaya yang tidak mahal klien akan rajin kontrol ulang saat sudah kembali
kerumah. Suhu tubuh : 37˚C , Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 77x/menit ,
Pernapasan : 18x/menit, TB : 163 Cm, BB : 60 Kg

3.2 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasus Ketidakberdayaan


A. Pengkajian
1. Bodata Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 23 Tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak
Bekerja Alamat : Jl. Binjai Km. 12No. 15 Kab. Deli Serdang
Tanggal Masuk RS : 12 Februari 2016
No. Register : 03.51.97
Ruangan/kamar : Bukit Barisan
Golongan darah :-
Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2016
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

6
2. Data Fokus
Data Subjektif
- Klien mengatakan tidak ada pilihan pakaian.
- Klien mengatakan keluarga klien tidak membawa klien untuk kontrol ulang.
- Klien mengatakan tentang biaya yang akan dikeluarkan untuk kontrol jika
klien memiliki asuransi kesehatan.
- Klien mengatakan jika biaya asuransi kesehatan yang dimilikinya tidak
dikenakan biaya yang mahal klien akan rajin kontrol.
Data Objektif
- Pakaian yang dipakai klien kusam dan tidak rapi.
- Klien terlihat tidak mengerti mengenai asuransi kesehatan yang dimilikinya.
- Klien terlihat bertanya biaya dari asuransi kesehatan yang dimilikinya.
- Suhu tubuh : 37˚C
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 77x/menit
- Pernapasan : 18x/menit
- TB : 163 Cm, BB : 60 Kg

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya klien mengeluh takut dan malu dengan orang lain karena
penyakitnya.
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan Untuk memperbaiki keadaan klien
sering menyendiri jika tidak ada kegiatan dan jika tidak ada yang mengajak
klien berbicara.
b. Quantity/ quality
1) Bagaimana dirasakan Klien merasa takut jika keluarganya tidak datang
berkunjung lagi, klien beranggapan jika keluarganya tidak datang lagi ia
tidak bisa kembali ke rumah.
2) Bagaimana dilihat Klien terlihat kooperatif, mudah diajak berbicara dan
klien sudah dapat terlihat memulai pembicaraan.
c. Severity Klien merasa terganggu karena dirawat di rumah sakit jiwa sehingga
klien tidak dapat berkumpul dengan keluarganya.

7
d. Time Sampai saat ini klien masih mengalami rasa takut jika keluarganya tidak
mengunjungi klien lagi sehingga klien tidak dapat pulang kerumah.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami Klien sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa
sebanyak tiga kali. Pada tanggal 09 Februari 2015 klien pertama kalinya
dirawat di rumah sakit jiwa selama 10 hari, pada tanggal 03 Agustus 2015
klien kembali dirawat selama 42 hari dan pada tanggal 12 Februari 2016 klien
kembali dirawat di ruangan Bukit Barisan.
b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Klien dirawat dengan baik seperti
pemberian makanan pada pagi siang dan sore hari, melakukan kegiatan di pagi
hari seperti senam dan melakukan kegiatan kebersihan dan minum obat secara
teratur dua kali sehari.
c. Pernah dirawat/ dioperasi Klien sampai saat ini dirawat di rumah sakit jiwa
dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid.
d. Lama dirawat Klien sudah dirawat di rumah sakit jiwa sejak tanggal 12
februari 2016.
e. Alergi Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.
f. Imunisasi Klien mengatakan mendapat imunisasi lengkap.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua Kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
b. Saudara Kandung Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit
turunan.
c. Penyakit Keturunan yang ada Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga
klien.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada anggota keluarga
klien yang mengalami gangguan jiwa.
e. Anggota keluarga yang meninggal Tidak ada anggota keluarga klien yang
meninggal.
f. Penyebab meninggal Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi pasien tentang penyakitnya Klien menyadari penyakit jiwa yang
dialaminya dan klien ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
b. Konsep Diri :

8
1) Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bentuk tubuhnya, klien berusaha
untuk cepat sembuh.
2) Ideal diri : Klien ingin sembuh dan pulang ke rumah berkumpul dengan
keluarga.
3) Harga diri : Klien merasa kurang dihargai oleh keluarga karena klien
dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh kakak iparnya dan klien merasa malu
karena penyakitnya.
4) Peran diri : Klien berperan sebagai anak ke enam dari sepuluh. bersaudara
di dalam keluarga.
5) Identitas : Klien sebagai anak laki-laki tertua dan sebagai adik ke enam dari
ke lima kakaknya.
c. Keadaan Emosi Emosi klien dalam keadaan tenang.
d. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti Orang tua dan adik perempuan
2) Hubungan dengan keluarga Hubungan klien dengan keluarga terjalin
dengan baik
3) Hubungan dengan orang lain Klien berhubungan baik dengan orang
sekitarnya Hambatan berhubungan dengan orang lain Karena malu klien
lebih memilih untuk menyendiri. Dampak malu yang terjadi pada klien
yaitu:
 Klien menarik diri kepada orang yang baru dikenalnya
 Klien tidak mau memulai pembicaraan dengan orang lain
 Saat berbicara kontak mata klien kurang
e. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama islam dan yakin terhadap
Tuhannya yaitu Allah.
2) Kegiatan ibadah : Selama dirawat di rumah sakit jiwa klien jarang
melakukan ibadah seperti shalat dikarenakan klien merasa terganggu
dengan suasana ruangan yang ramai dan ribut.
7. Status Mental
a. Tingkat kesadaran : Klien sadar penuh (compos mentis).
b. Penampilan : Klien memakai pakaian yang kusam, rambut pendek bewarna
hitam lurus, kulit kering.

9
c. Pembicaraan : Saat dilakukan pengkajian klien terlihat lambat saat menjawab
pertanyaan.
d. Afek : Afek klien datar. – Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan
wawancara klien kooperatif, interaksi berjalan dengan baik.
e. Persepsi : Klien tidak memiliki gangguan persepsi.
f. Proses pikir : Klien mampu menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
g. Isi pikir : Selama wawancara klien mampu menjawab pertanyaan dan
berbicara sesuai dengan topik pembicaraan.
h. Waham : Klien tidak memiliki waham.
i. Memori : Klien mampu mengingat kejadian sewaktu pertama kalinya klien
dirawat di rumah sakit jiwa.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien memiliki kesadaran penuh, cara berjalan klien menyeret, cara berbicara
dengan pelan, pakaian klien kusam, kulit bersih tidak ada lesi, kulit kering,
rambut berminyak, kuku kaki dan tangan bersih tidak panjang.
b. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh : 37˚C
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 77x/menit
 Pernapasan : 18x/menit
 TB : 163 Cm
 BB : 60 Kg
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala dan rambut
 Bentuk : Bentuk kepala klien simetris dan tidak ditemukan benjolan
atau kelainan.
 Ubun-ubun : Normal, tidak terdapat kelainan.
 Kulit kepala : Kulit kepala klien bersih tidak ada ketombe, tidak ada
kutu, rambut berminyak.
2) Rambut
 Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata, warna
rambut hitam dan pendek. - Bau : Rambut klien berbau

10
 Warna kulit : Sawo matang
3) Wajah
 Warna kulit : Sawo matang
 Struktur wajah : Simetris dan tidak ditemukan adanya kelainan
4) Mata
 Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang lengkap dan
simetris antara mata kiri dan mata kanan.
 Palpebra : Tidak ditemukan adanya kelainan.
 Konjungtiva dan sclera : Berwarna merah.
 Pupil : Reaksi terhadap cahaya baik.
 Kornea dan iris : Tidak ditemukan adanya kelainan
 Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
5) Hidung
 Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tidak ditemukan adanya
kelainan dan letaknya di medial.
 Lubang hidung : Lubang hidung simetris antara kiri dan kanan.
 Cuping hidung : Tidak ditemukan pernapasan cuping hidung.
6) Telinga
 Bentuk telinga : Klien memiliki dua telinga dengan bentuk yang
normal dan simetris antara kiri dan kanan.
 Ukuran telinga : Simetris antara kiri dan kanan.
 Lubang telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Ketajaman pendengaran : Tidak dilakukan pemeriksaan.
7) Mulut dan faring
 Keadaan bibir : Bibir klien simetris dan lembab.
 Keadaan gusi dan gigi : Gigi lengkap tidak berlubang, gigi bewarna
kuning bersih tidak ada sisa makanan yang tertinggal,gusi bewarna
merah.
 Keadaan lidah : Lidah bersih bewarna merah muda, tidak terdapat sisa
makanan.
 Orofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan.

11
8) Leher
 Posisi trachea : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Thyroid : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Suara : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Kelenjar limfe : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Vena jugularis : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Denyut nadi karotis : Tidak dilakukan pemeriksaan.
9) Pemeriksaan integument
 Kebersihan : Kulit bersih tidak berminyak, tidak ada lesi dan
pembengkakan.
 Kehangatan : Suhu tubuh dalam keadaan normal 37 ̊ C.
 Warna : Bewarna sawo matang.
 Turgor : Kembali cepat dalam < 2 detik.
 Kelembaban : Kulit kering.
 Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya Kelainan pada kulit.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan minum
1) Frekuensi makan : Tiga kali sehari
2) Nafsu/selera makan : Klien makan tiga kali sehari, dalam sekali makan
klien menghabiskan satu piring nasi.
3) Nyeri ulu hati : Tidak merasakan adanya nyeri pada ulu hati.
4) Alergi : Tidak ada alergi makanan.
5) Mual dan muntah : Klien tidak ada merasakan mual dan muntah.
6) Jumlah dan jenis makanan : Satu porsi dengan jenis nasi, lauk dan sayur.
7) Waktu pemberian cairan/minum : Pagi, siang, dan sore.
8) Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Klien tidak
mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan.
b. Perawatan diri/ personal hygine
1) Kebersihan tubuh : Kebersihan tubuh klien baik, klien mandi tiga kali
sehari, bau tubuh klien tidak tercium.
2) Kebersihan gigi : Gigi dan mulut bersih, klien menyikat gigi pada pagi
hari, warna gigi klien kuning

12
3) Keberishan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tanggan klien rapi dan
pendek.
c. Pola kegiatan aktivitas Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, BAB
dan BAK dilakukan secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain,
klien mandi 3 kali sehari, ganti pakaian dilakukan secara mandiri. Saat pagi
hari klien biasanya mencuci baju atau mencuci piring.
d. Pola Eliminasi
1) BAB - Pola BAB : 1x/hari
 Karakteristik feses : Lembek
 Riwayat perdarahan : Tidak ditemukan adanya kelainan
 BAB terakhir : Sehari yang lalu
 Diare : Klien tidak mengalami diare
 Penggunaan laktasif : Tidak menggunakan laktasif
2) BAK - Pola BAK : 6-8 x/hari
 Karakter urine : Tidak dilakukan pemeriksaan.
 Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ditemukan nyeri/rasa
terbakar/kesulitan BAK
 Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit
ginjal/kandung kemih
 Penggunaan diuretik : Tidak menggunakan diuretik.
 Upaya mengatasi masalah : Tidak ditemukan adanya masalah
e. Mekanisme koping
1) Adaptif : Klien mampu berbicara dengan orang lain
2) Maladaptif : Saat bertemu dengan orang yang baru dikenal klien merasa
malu karena menderita sakit jiwa
10. Analisa Data

N Data Fokus Etiologi Masalah


o
1 DS : Faktor kendala Defisit perawatan
- Klien mengatakan tidak lingkungan diri : berpakainan
ada pilihan pakaian
Ketidakmampuan
DO : mendapatkan

13
- Pakaian yang dipakai pakaian
klien kusam dan tidak
rapi Hambatan memilih
pakaian

Hambatan
mempertahankan
penampilan yang
memuaskan

Defisit perawatan
diri : berpakaian
2 DS : Kesulitan ekonomi Ketidakefektifan
- Klien mengatakan manajemen
keluarga tidak Konflik keluarga regimen terapeutik
membawa klien untuk keluarga
kontrol Ketidakefektifan
- Klien mengatakan jika manajemen
penyakit klien kambuh regimen trapeutik
keluarga langsung keluarga
membawa klien ke
rumah sakit

14
3. - Klien mengatakan Kesulitan ekonomi Ketidakefektifan
tentang biaya jika klien manajemen
asuransi kesehatan Konflik keluarga kesehatan diri
- Klien mengatakan jika
biaya asuransi Kurang
kesehatan yang pengetahuan
dimilikinya tidak
dipungut biaya klien Ketidakberdayaan
akanrajin kontrol.
DO : Ketidakefektifan
- Klien terlihat tidak manajemen
mengerti tentang kesehatan keluarga
asuransi kesehatan
yang dimilikinya untuk
mengambil obat
- Klien terlihat bertanya
biaya dari asuransi
kesehatannya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kendala lingkungan
ditandai dengan tidak ada pilihan pakaian, hambatan memilih pakaian.
2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga berhubungan
dengan konflik keluarga, kesulitan ekonomi yang ditandai dengan keluarga
tidak membawa klien untuk kontrol kerumah sakit.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen kesehatan-diri berhubungan dengan
kurang pengetahuan; kesulitan ekonomi, ketidakberdayaan yang ditandai
dengan ketidaktahuan fungsi asuransi kesehatan yang dimiliki, tidak ada yang
mengajak kontrol ke rumah sakit.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

15
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan
diri: berpakaian tindakan keperawatan Diri: Berakaian
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam 1. Informasikan pasien
kendala lingkungan diharapkan klien mampu mengenai ketersediaan
ditandai dengan menunjukkan perawatan pilihan pakaian
tidak ada pilihan diri berpakaian dengan 2. Menyediakan pakaian
pakaian, hambatan Kriteria Hasil: pribadi
memilih pakaian. 1. Mampu memilih 3. Menyediakan pakaian
pakaian dengan pada tempat yang
skala 4 mudah dijangkau
4. Ajarkan mengenakan
pakaian dengan baik
5. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
memilih pakaian
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Mengkaji tingkat
manajemen tindakan keperawatan pengetahuan caregiver
terapeutik keluarga selama 3 x 24 jam 2. Mengkaji tingkat
berhubungan dengan diharapkan klien mampu pengetahuan
konflik keluarga, menunjukkan partisipasi caregiverterkait dengan
kesulitan ekonomi keluarga dalam perannya (untuk
yang ditandai perawatan profesional menyediakan
dengan keluarga dengan perawatan).
tidak membawa Kriteria Hasil: 3. Menyediakan informasi
klien untuk kontrol 1. Mampu mengenai pasien sesuai
kerumah sakit. berpartisipasi dalam dengan apa yang
perencanaan menjadi keinginan
perawatan pasien
2. Mampu
berpartisipasi dalam
menyediakan
perawatan.

16
3. Mampu
berpartisipasi dalam
keputusan bersama
dengan pasien.

3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Mobilisasi Keluarga


manajemen tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling
kesehatan diri selama 3 x 24 jam percaya dengan anggota
berhubungan dengan diharapkan kemampuan keluarga
kurang pengetahuan, mengatur dan 2. Dukung kegiatan
kesulitan ekonomi, mengintegrasikan keluarga dalam
ketidakberdayaan penanganan masalah mempromosikan
yang ditandai kesehatan klien kesehatan
dengan meningkat dengan 3. Ajarkan pemberian
ketidaktahuan fungsi Kriteria Hasil: perawatan di rumah
asuransi kesehatan 1. Klien mampu mengenai terapi pasien
yang dimiliki, tidak melakukan tindakan yang sesuai.
ada yang mengajak untuk mengurangi 4. Berikan informasi
kontrol ke rumah faktor risiko. kesehatan kepada
sakit. 2. Klien mampu keluarga
mematuhi aturan 5. Kolaborasi dengan
pengobatan anggota keluarga dalam
perencanaan dan
pelaksanaan terapi
pasien dan perubahan
gaya hidup.

D. Impelementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 24 Mei Bantuan perawatan diri S : Klien mengatakan
2016 berpakaian: pakaian
1. Informasikan pasien yang tersedia terbatas.
mengenai ketersediaan O : Pakaian yang dipakai
pilihan pakaian. klien kusam, pakaian

17
2. Sediakan pakaian yang dipakai klien
pribadi, dengan tepat terlihat longgar, pakaian
yang tersedia terbatas
A : Masalah tidak teratasi
P : Menanyakan kepada
perawat ruangan
mengenai ketersediaan
pakaian serta
menyarankan kepada
klien dan perawat
ruangan
untuk memberitahu
keluarga agar
menyediakan pakaian
pribadi yang sesuai.
2. Rabu, 25 Mei Dukugan pengasuhan S : Klien mengatakan
2016 1. Mengkaji tingkat keluarga tidak membawa
pengetahuan caregiver klien untuk kontrol. Klien
2. Mengkaji tingkat juga mengatakan
pengetahuan keluarga
caregiverterkait dengan tidak menanyakan apa
perannya (untuk yang menjadi keinginan
menyediakan pasien
perawatan) O:-
3. Menyediakan informasi A : Masalah tidak teratasi
mengenai pasien sesuai P : Mengajarkan keluarga
dengan apa yang untuk memberikan
menjadi keinginan dukungan pengasuhan.
pasien
3. Kamis, 26 Mei Mobilisasi keluarga S : Klien mengatakan klien
2016 1. Kolaborasi dengan tidak diberikan perawatan
anggota keluarga dalam oleh keluarga saat di
perencanaan dan rumah. Klien juga
pelaksanaan terapi mengatakan saat penyakit

18
pasien dan perubahan jiwanya kambuh keluarga
gaya hidup akan langsung membawa
2. Mengajarkan pemberian klien ke rumah sakit jiwa.
perawatan di rumah O:-
mengenai terapi pasien A : Masalah tidak teratasi
yang sesuai. P : Rencana keperawatan
yang akan dilakukan yaitu
mengajarkan keluarga
untuk pemberian
perawatan di rumah
mengenai terapi yang
dibutuhkan.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan difokuskan pada masalah yang telah dipaparkan pada bab


sebelumnya dan dikaitkan dengan teori yang mendukung dar hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga dalam merawat
dengan proses asuhan keperawatan yang dimulai dari proses pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan yang terakhir
adalah proses evaluasi. Kesenjangan teori studi kasus akan dibahas dalam uraian berikut
ini :

4.1 Pengkajian
Pengkajian dalam proses keperawatan bertujuan untuk mendapatkan data atau
informasi tentang klien, dalam kasus ini berfokus pada respon emosi klien. Saat dilakukan
pengkajian lapangan pada tanggal 23 Mei 2016 didapatkan identitas pasien atas nama
Tn.F umur 23 tahun berjenis kelamin laki-laki, Tn. F tinggal di Jl. Binjai Km.12 No.
15,Kab.Deli Serdang. Klien mengeluh merasa tidak dihargai karena di masukkan ke
rumah sakit jiwa oleh abang iparnya dan pasien malu dengan penyakit jiwa yang dialami
sehingga tidak ingin berbicara dengan orang yang baru ia temui. Hal – hal yang dilakukan
klien untuk memperbaiki keadaannya yaitu dengan sering menyendiri jika tidak ada
kegiatan dan jika tidak ada yang mengajak klien berbicara. Klien mengatakan kurang
pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor prespitasi, koping, sistem pendukung, dan
obat-obatan sehingga klien tidak mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut.
Menurut yudi hartono & farida kusumawati (2010) isolasi sosial merupakan
proses pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan yang
menyebabkan kecemasan pada diri semdiri dengan cara menarik diri secara fisik maupun
psikis Sebagai contoh klien sering menyendiri klien selalu menghindar.
Menurut peneliti isolasi sosial: menarik diri dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satu yang terjadi pada klien Tn. F faktor sosiokultural dan psikologis sangat
berkaitan dimana hubungan interpersonal yang tidak harmonis pada saat klien merasa
tidak dihargai karena di masukkan ke rumah sakit jiwa oleh abang iparnya dan pasien
malu dengan penyakit jiwa yang dialami sehingga tidak ingin berbicara dengan orang
yang baru ia temui. Faktor psikologis yang mempengaruhi adalah dalam kondisi yang

20
sepi sunyi menyebabkan klien sering menyendiri dan klien merasa malu berbicara dengan
orang lain sehingga klien mengalami menarik diri.
Menurut stuart(2007), penyebab terjadinya isolasi sosial merupakan biologis
dimana abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladatif baru mulai dipahami. Ini menunjukkan penelitian
pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Psikologis merupakan lingkungan klien yang sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
Pada klien isolasi sosial pada pemeriksaan fisik terdapat pengkajian psikososial
yang meliputi: genogram untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat genetik yang
menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa, konsep diri yaitu pada citra tubuh,
bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya yang paling/tidak disukai, identitas diri
bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien, kepuasan klien terhadap suatu posisi
tersebut, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, peran bagaimana harapan klien
terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran yang diharapannya dalam keluarga,
kelompok, masyarakat, dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas/peran tersebut. Ideal diri bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan. Harga diri bagaimana persepsi klien
terhadap dirinya dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan
bagaimana penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan,
sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata, bagaimana pembicaraan yang
didapatkan pada klien, apakah cepat, keras, gagap, inkhoheren, apatis, lambat, membisu
seperti aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan titik perlu dicatat dalam hal tingkat
aktivitas(latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (TIK, tremor) dan isyarat tubuh yang
tidak wajar. Merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang menyertai suatu pikiran dan langsung relatif lama dengan sedikit komponen
fisiologis/ fisik serta bangga, kecewa. Emosi merupakan manifestasi afek yang
ditampilkan/ diekspresikan keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung
relatif lebih singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira
berlebihan.

21
Pada pemeriksaan fisik didapatkan klien memiliki kesadaran penuh, cara berjalan
klien menyeret, cara berbicara dengan pelan, pakaian klien kusam, kulit bersih tidak ada
lesi, kulit kering, rambut berminyak, kuku kaki dan tangan bersih tidak panjang. Tanda –
tanda vital klien yaitu Suhu tubuh : 37˚C, Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi :
77x/menit, Pernapasan : 18x/menit, TB : 163 Cm, BB : 60 Kg.
Menurut peneliti dari hasil tanda – tanda vital klien Tn. F sama – sama tidak ada
masalah karena dari hasil tanda – tanda vital kedua klien masih berada dalam batas
normal, sehingga dari data ini tidak mempengaruhi masalah keperawatan yang ada.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dari data yang di temukan muncul masalah keperawatan seperti;
1. Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kendala lingkungan ditandai
dengan tidak ada pilihan pakaian, hambatan memilih pakaian.
2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
konflik keluarga, kesulitan ekonomi yang ditandai dengan keluarga tidak membawa
klien untuk kontrol kerumah sakit. 
3. Ketidakefektifan manajemen regimen kesehatan-diri berhubungan dengan kurang
pengetahuan; kesulitan ekonomi, ketidakberdayaan yang ditandai dengan
ketidaktahuan fungsi asuransi kesehatan yang dimiliki, tidak ada yang mengajak
kontrol ke rumah sakit.
Menurut trimelia(2012), pohon masalah pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri yaitu dari harga diri menjadi cause: menarik diri sehingga menjadi core problem:
harga diri rendah, dan menimbulkan affek: menyendiri, dan kebersihan diri.

Menurut peneliti pada Tn. F yang mengalami isolasi sosial: menarik diri penulis
menemukan beberapa masalah keperawatan yang muncul saat pengkajian yaitu
ketidakefektifan regimen terapiutik keluarga, harga diri rendah, defisit perawatan diri:
personal hygiene, gangguan alam pikir, isolasi sosial: menarik diri, dan kurang
pengetahuan, yang terjadi pada Tn. F yang mengalami isolasi social disebabkan oleh
harga diri rendah karena pada Tn.F dirinya merasa malu dengan orang lain karena
penyakit jiwa yang diderita.

4.3 Rencana Keperawatan


Perencanaanyang diberikan pada klien isolasi sosial: menarik diri adalah membina
hubungan saling percaya dengan klien dan memberi salam terapiutik dengan memanggil
nama klien, menyebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan

22
yang tenang, buat kontrak yang jelas(topik yang dibicarakan, waktu dan tempat),
yakinkan bahwa kerahasiaan klien senantiasa terjaga, tanyakan harapan terhadap
pertemuan, dorong dan beri kesempatan untuk klien mengungkapkan perasaannya,
dengarkan ungkapan klien dengan empati, lakukan pengkajian data (sesuai format askep
pengkajian). Klien mampu mengetahui penyebab isolasi meliputi evaluasi masalah dan
latihan sebelumnya, latih klien cara mengetahui penyebab isolasi dengan sedikit demi
sedikit membimbing pasien untuk mengungkapkan permasalahannya dengan cara
berbincang sedikit tapi sering, latih klien agar tidak menarik diri dengan mengajarkan
agar bersosialisasi dengan teman temannya satu ruangan dan mengikuti kegiatan(yang
bisa dilakukan klien), masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

Menurut WHO(2013), menetapkan hubungan terapeutik, kontak sering dan


singkat secara bertahap, peduli, empati, jujur, menepati janji, dan memenuhi kebutuhan
dasar klien.pada umumnya melindungi dari perilaku yang membahayakan, tidak
membenarkan ataupun menyalahkan perilaku menarik diri klien, melibatkan klien dan
keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan dan mempertahankan perilaku
keselarasan verbal dan nonverbal.

Menurut peneliti semua direncanakan sesuai dengan teori, dalam perencanaan


ditetapkan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil dan evaluasi, tujuan yang
ditetapkan mengacu pada SOAP (subjektif, objektif, assessment, planing)dan kriteria
sesuai dengan kondisi klien.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi yang dilakukan yang pertama bantuan perawatan diri dengan
menggunakan strategi pelaksanaan yaitu menginformasikan klien mengenai ketersediaan
pilihan pakaian dan menyediakan  pakaian pribadi, dengan tepat ; Kedua dukungan
pengasuhan dengan Mengkaji tingkat pengetahuan caregiver dan menyediakan informasi
mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien ; Ketiga mobilisasi
keluarga seperti kolaborasi dengan anggota keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan
terapi pasien dan perubahan gaya hidup dan mengajarkan pemberian perawatan dirumah
mengenai terapi pasien yang sesuai.
Menurut Potter (2005) implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

23
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.
Menurut penulis tidak menemukan hambatan dan secara keseluruhan dalam
melakukan tindakan yang dimulai dari Sp 1 sampai dengan Sp 3 klien kooperatif.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari dengan melakukan observasi keadaan
klien agar mengetahui perkembangan klien. Pada hari selasa 24 mei 2016 klien Tn. F
mengatakan pakaian yang tersedia terbatas. Setelah dilihat Pakaian yang dipaka klien
kusam, pakaian yang dipakai klien terlihat longgar, pakaian yang tersedia terbatas.
Pada hari rabu 25 mei 2016 klien Tn. F mengatakan keluarga tidak membawa
klien untuk kontrol. Klien juga mengatakan keluarga tidak menanyakan apa yang menjadi
keinginan pasien.
Pada hari kamis 26 mei 2016 klien Tn. F mengatakan klien tidak diberikan
perawatan oleh keluarga saat di rumah. Klien juga mengatakan saat penyakit jiwanya
kambuh keluarga akan langsung membawa klien ke rumah sakit jiwa.
Menurut Debora(2011)Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan
yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan belum
teratasi semuanya.
Menurut penulis evaluasi yang dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari
ketiga masalah belum teratasi. Maka evaluasi yang didapat dalam mengatasi masalah
pada hari pertama yaitu Menanyakan kepada perawat ruangan mengenai ketersediaan
pakaian serta menyarankan kepada klien dan perawat ruangan untuk memberitahu
keluarga agar menyediakan pakaian pribadi yang sesuai. Sedangkan pada hari kedua yaitu
mengajarkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan pengasuhan. Dan pada hari
ketiga yaitu Rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu mengajarkan keluarga untuk
pemberian perawatan di rumah mengenai terapi yang dibutuhkan.

24
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan masalah koping
ketidakberdayaan dan melakukan pembahasan teoritis dengan kasus, maka pada
kesempatan ini menarik beberapa kesimpulan dan memberikan beberapa saran sesuai
dengan penerapan proses keperawatan dapat diambil kesimpulan. Kesimpulan yang dapat
diambil yaitu: Koping adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis
(Potter & Perry, 2010).
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak
akan memengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi
yang akan segera terjadi.
Kasus Koping Ketidakberdayaan yang dilakukan kepada Tn. F berusia 23 tahun,
dengan diagnosa medis skizofrenia yang telah dirawat sejak tanggal 12 februari 2016 di
ruang Bukit Barisan Rumah Sakit Jiwa. Setelah dilakukan pengkajian terdapat data
subjektif yang mengatakan bahwa klien mengeluh merasa malu dengan orang lain karena
penyakit jiwa yang di deritanya sehingga klien lebih memilih tidak berbicara dengan
orang yang baru klien temui. Klien beranggapan jika keluarganya tidak datang lagi klien
tidak akan bisa kembali kerumah. Klien juga mengatakan jika asuransi kesehatan yang
klien miliki memiliki biaya yang tidak mahal klien akan rajin kontrol ulang saat sudah
kembali kerumah.
5.2 Saran
1. Bagi klien Untuk meningkatkan pengetahuan klien dalam menghadapi tekanan yang
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Serta dapat menyelesakan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam
baik secara kognitif maupun perilaku.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan Diharapkan perawat dapat mempertahankan dan
meningkatkan asuhan keperawatan dengan masalah koping ketidakberdayaan agar
dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang berkualitas.
3. Bagi institusi Pendidikan Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus
meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan, dan
keterampilan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah koping,

25
serta tindakan-tindakan yang diambil dalam membuat asuhan keperawatan koping
ketidakberdayaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Hutami Lestyo. 2016. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan Pada Klien dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Diakses di http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20434727-PR-Hutami
%20Lestyo%20Rahayu.pdf. diakses tanggal 03 Maret 2021

Pardede, Jek Amidos. 2018. Konsep Ketidakberdayaan. Medan: Universitas Sari Mutiara.

Nainggolan, Sifra. 2020. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan. Retrieved from


https://www.academia.edu/42049131/Asuhan_Keperawatan_Ketidakberdayaan
Diakses pada 24 Februari 2021

Husna, Habibah. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ketidakberdayaan.
Retrieved from https://www.academia.edu/33515544/Laporan_Pendahuluan_LP
Diakses pada 24 Februari 2021

Hidayat, Asep. 2014. Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan. Retrieved from


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390998-PR-Asep%20Hidayat.pdf
Diakses pada 26 Februari 2021

27

Anda mungkin juga menyukai