Anda di halaman 1dari 11

Standar Operasional Prosedur

“Pencegahan PAK Pada Perawat”

Oleh :

Fidya Aisyah Putri Samodra 131911133070

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Definisi

Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan luka-
luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007).
Pengertian kejadian menurut standar (Australian AS 1885, 1990) adalah suatu proses atau
keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. Ada banyak tujuan untuk
mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja, salah satunya adalah dasar untuk
mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang
karyawan lakukan, dan apa peralatan atau material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan
kode-kode kecelakaan kerja akan sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan
informasi-informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan referensi tentang
kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 tahun 1990.
Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit
akibat kerja dibagi sebagai berikut:

 Jatuh dari atas ketinggian

 Jatuh dari ketinggian yang sama

 Menabrak objek dengan bagian tubuh

 Terpajan oleh getaran mekanik

 Tertabrak oleh objek yang bergerak

 Terpajan oleh suara keras tiba-tiba

 Terpajan suara yang lama

 Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)

 Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

 Otot tegang lainnya

 Kontak dengan listrik

 Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas

 Terpajan radiasi

 Kontak tunggal dengan bahan kimia


 Kontak lainnya dengan bahan kimia

 Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi

 Terpajan faktor stress mental

 Longsor atau runtuh

 Kecelakaan kendaraan/Mobil

2. Tujuan
 Untuk mempromosikan kesehatan yang baik dan benar pada perawat dengan tujuan mencegak
risiko penyakit akibat kerja
 Untuk menghindari risiko dan potensi kecelakaan akibat kerja
 Untuk mengedukasi para tenaga kesehatan mengenai pencegahan dan upaya untuk mencegah risiko
terjadinya penyakit akibat kerja atau kecelakaan akibat kerja

3. Contoh-Contoh Penyakit Akibat Kerja


 Pneumokoniosis : penyakit yang timbul karena disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
perut (silicosis, antrakosilikosis, dan asbestosis) yang merupakan faktor utama penyebab terjadinya
cacat atau kematian.
 Bronkhopulmoner : merupakan penyakit saluran pernapasan dan penyakit paru yang penyebabnya
adalah debu logam yang bersifat keras
 Bronkhopulmoner : penyakit paru dan saluran napas yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep
dan juga sisal
 Asma : jenis penyakit yang terjadi karena zat perangsang yang dikenal berada didalam ruang
lingkup proses pekerjaan dan sensitisasi
 Alveolitis allergika : penyakit yang penyebabnya adalah karena faktor dari luar sebagai bagian dari
penghirupan debu organic
 Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau senyawa beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau senyawa beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau senyawa beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh krom atau senyawa beracun
 Penyakit yang disebabkan mangan atau senyawa beracun lainnya
 Penyakit yang disebabkan zat arsen atau senyawa beracun lainnya
 Penyakit yang disebabkan raksa atau senyawa beracun lainnya
 Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau senyawa beracun lainnya
 Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau senyawa beracun lainnya
 Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh zat beracun seperti berupa derivate halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatic
 Penyakit yang terjadi karena zat beracun benzene atau homolog
 Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan juga amina dari benzene atau homolog yang
bersifat mengandung racun
 Penyakit yang penyebabnya adalah nitrogliserin atau ester asam nitrat
 Penyakit yang penyebabnya adalah kandungan alcohol, glikol atau keton
 Penyakit yang penyebabnya adalah gas atau uap asfiksia. Beberapa jenis gas yang termasuk uap
asfiksia seperti hidrogensianida, karbon monoksida, hydrogen sulfida atau derivate yang beracun,
braso dan nikel
 Kelainan pendengaran yang penyebabnya adalah faktor kebisingan
 Penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam getaran mekanik
 Penyakit yang disebabkan pekerjaan dalam udara yang berlebihan
 Penyakit yang disebabkan radiasi elektro magnetic serta radiasi mengion
 Penyakit kulit akibat kerja bernama dermatosis merupakan jenis penyakit kulit yang disebabkan
oleh faktor fisik, kimiawi dan faktor biologis.
 Kanker kulit epitelioma primer. Kanker kulit jenis ini disebabkan zat bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyawaan, serta produk atau residu dari zat – zat tersebut
 Kanker paru yang menjadi salah satu penyakit karena asbes
 Infeksi yang disebabkan karena virus, bakteri atau parasit didalam suatu pekerjaan yang
memiliki resiko kontaminasi khusus
 Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah serta kelembaban udara yang tinggi
 Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain termasuk bahan – bahan yang bersifat obat

4. Contoh Kasus
Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,
Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu
pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran
tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden
ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5
pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran
yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan
mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika
dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno dan
Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun
mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah tombol
kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika
pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai. Hingga saat ini belum diperoleh keterangan
resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha
Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau
memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup).

5. Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap
lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut
telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak
akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung
diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang
baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko
yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian.
Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di
dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar
tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka
pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih
terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di
dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,


inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut,
menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan
tersebut.

Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja
tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat
mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki
kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun
pada perusahaan sejenisnya.

6. Pemecahan Masalah
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari adanya
kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi
ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat
pelindung diri, dan lingkungan kerja.

1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan
keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang
ditimbulkan oleh orang- orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan
untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh
dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada
2. Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko
kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka
faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
3. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu
longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan
yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas Sepatu dan hak
yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin
yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
4. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung
diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi
sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan
merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak
menyediakan alat pelindung diri
5. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan Udara yang baik dalam suatu ruangan
kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak
mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan,
tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet
Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif pencegahan
selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:

1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri,
monitoring perlatan dan
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
3. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun
atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang
4. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada
5. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

7. Langkah prosedur tindakan

No. Kegiatan Ya Tidak


Tahap Awal
1 Perkenalan dan jelaskan tema promosi kesehatan
2 Jelaskan tujuan promosi kesehatan
3 Jelaskan manfaat dan dampak positif yang didapatkan dari promosi kesehatan
yang telah dilakukan
Tahap Inti
1
Mendomenstrasikan Contoh-Contoh Mekanisme Penyebab
Kecelakaan Kerja :

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat terpajan oleh getaran


mekanik

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat tertabrak oleh objek yang


bergerak

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat terpajan oleh suara keras


tiba-tiba

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat terpajan suara yang lama

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat kontak dengan listrik

 Memperagakan aktivitas kecelakaan kerja akibat kontak atau terpajan


dengan dingin atau panas
2. Menjelaskan Tipe Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu usaha atau tindakan para pekerja agar tidak terpajan
zat-zat beresiko. Usaha itu diantaranya :
 Memodifikasi alat industri
 Mengubah bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan yg tidak
berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan ataupun kualitasnya.
 Alat Pelindung Diri.
Alat ini dapat berupa pakaian, topi, pelindung kepala, sarung tangan,
sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat,
masker khusus membuat perlindungan pernapasan pada debu atau gas
berbahaya, kaca mata khusus dll.
 Kontrol kesehatan sebelum kerja.
Hal semacam ini mencakup pengecekan kesehatan sebelum bekerja dan
pengecekan secara berkala untuk mencari aspek pemicu yang
menyebabkan masalah ataupun kelainan kesehatan pada tenaga kerja.
 Pendidikan dan penyuluhan mengenai K3, dikerjakan secara teratur.

3. Menjelaskan Tipe Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit karena kerja.


Pencegahan sekunder diantaranya dapat dilakukan seperti :

1. Penyuluhan
2. Identifikasi zat berbahaya
3. Pemerikasaan kesehatan berkala
4. Surveilans penyakit karena kerja

4. Menjelaskan Tipe Pencegahan Tersier

Yakni menghindar terjadi kecacatan pada pekerja yang telah terkena penyakit
karena kerja. Hal semacam ini dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Mengistrahatkan pekerja
2. Melakukan perpindahan pekerja dari tempat yang terpajan
3. Melakukan kontrol berkala untuk evaluasi penyakit.
Tahap Evaluasi

1. Memotivasi dan memberikan kalimat persuasif kepada para tenaga kerja untuk
mengikuti promosi kesehatan yang telah kita lakukan
2. Mengucapkan salam terakhir dan penutupan
DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja. Diakses di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-20152-kecelakaan-
akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf. Diakses tanggal 25 Januari 2021.
Anonim. 2020. 31 Contoh Penyakit Akibat Kerja, Faktor Penyebab dan Cara Pencegahannya.
Diakses di https://keselamatankerja.com/penyakit-akbiat-kerja/. Diakses tanggal 25 Januari 2021
Pendidikan, Dosen. 2020. Kecelakaan Kerja. Diakses di
https://www.dosenpendidikan.co.id/kecelakaan-kerja/. Diakses tanggal 25 Januari 2021.
Staff, Safetynet. 2020. Menguraikan Pencegahan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Diakses di
http://safetynet.asia/menguraikan-pencegahan-terjadinya-penyakit-akibat-kerja/. Diakses tanggal
25 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai