Anda di halaman 1dari 5

1.

PROSES PELAYANAN KEPERAWATAN SEBAGAI BENTUK IBADAH


 Ikhsan dalam beribadah
Bagi perawatan muslim pemahaman dan pengakaman terhadap rukun iman dan
islam belumlah cukuo dikategorikan dalam insan yang sempurna, jika belum
menerapkan rukun iman dan islam tersebut yang didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita diibaratkan sebagai pondasi dan rukun islam sebagai
bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan yang
utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan yang menjaga
agar bangunan tersebut tetap lestari, tidak retak, dan berlumut karena panas dan hujan.
Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan baik yang berkualitas akan melahirkan
dampak berupa keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang melakukannya
termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan bukan keuntungan
yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual (Fadilah, 2009). Tuntunan ikhsan
dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak
akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan”.
[QS Al Kahfi: 30]
“Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga”. [QS Ar Rohman: 60]
Berdasar pada konsep Caroline yang sesuai dengan karakter perawat Islami
menurut Fadilah (2009) yaitu adanya kesesuaian konsep yaitu keyakinan (menjaga
amanah) yang mana adalah kemampuan seseorang untuk menangani masalah iman.
Menjaga keyakinan dalam Islam bisa berarti ikhsan dalam ibadah. Menurut Al-quran
Surah Al Ahzab: 29 yang menyatakan: "Dan jika kamu menginginkan Allah dan
Rosul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang
besar bagi siapa yang berbuat ikhsan (baik) diantara kamu”. Berikut dampak ikhsan
dalam pemberian pelayanan keperawatan:
 Dampak ikhsan pada perawat adalah menjaga niat yang tulus ikhlas dalam
urusan kerja. Bahwa segala sesuatu yang diniatkan hanyalah kepada Allah
semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan
memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam
garis-garis yang ditetapkan oleh ajaran agama dan profesi.
 Dampak ikhsan dalam beribadah selanjutnya adalah untuk membuat perawat
berperilaku kasih sayang. Welas asih dalam Islam dikenal sebagai “Mahabbah”
sesuai dengan Al-quran Surah Ali Imran: 159 yang menyatakan "Maka berkat
rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap kasar dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu… ". Perilaku kasih sayang sesuai dengan konsep Caroline
Compassion (kasih sayang) sangat dianjurkan dalam islam.
 Dampak yang selanjutnya adalah menumbuhkan perilaku perawat yang
kompeten. Competence untuk konsep Caroline, dimana konsep itu juga sama
seperti yang Islam ajarkan kepada perawat jadilah profesional. Kompeten
dalam Islam dikenal sebagai seorang ahli. Sesuai dengan Qur'an Surat An-
Nahl: 43 yang menyebutkan "Kemudian tanyakan kepada orang yang memiliki
pengetahuan (ahli) jika tidak tahu ". Perawat yang kompeten atau mempunyai
perilaku professional sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam garis besarnya ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan:
1) Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat diartikan
suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas nikmat
yang telah dilimpahkan oleh Allah.
2) Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai ruang lingkup yang
luas, tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,
suku, bangsa, sehingga ikhsan itu sifatnya humanistis dan universal, ukurannya
hanya satu sebagai ummat manusia.
3) Terhadap mahluk lain selain manusia termasuk pada hewan dan lingkungan
harus disayangi oleh manusia.

 Perlakuan/perilaku dalam pelayanan keperawatan yang caring


Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran
konsep “Caring” yang mendasari keperawatan dalam Islam “Mummarid” yang telah
diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia (ners-
klien) yang didasari dengan keimanan dan ikhsan. Seorang perawat muslim dalam
memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan pada keilmuannya
dan keimananya.
Bebarapa contoh kepribadian yang harus dimiliki seorang perawat muslim
adalah: tulus ikhlas, amah dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak
tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir dan batin, cermat dan teliti,
memegang teguh rahasia, dan memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Dengan
modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang
diberikannya.
Output yang diharapkan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan Islami
adalah kualitas asuhan yang baik, refleksi dari qualitas bagi semua (perawat dan klien)
adalah kepuasan seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat
menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al-Quran dijelaskan sebagai:
1) Sebagai Mahluk Mulia
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”. [QS At Tin: 4] Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-
anak adam, kami angkut mereka didaratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan [QS Al Israa: 70].
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya,
tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian
manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti
bagi pencapaian kesehatan yang sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.
2) Sebagai mahluk Pengabdi
“Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu
[Adz Dzariat: 56] Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk
menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini
menjadi fokus dari asuhan keperawatan islami sehingga klien dapat beribadah
dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.

3) Sebagai mahluk yang Hanif


Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan dan lurus)
terkadang tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya,
sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat
disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur bila perawat dapat
menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini.
4) Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang
memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya
itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan
hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan
keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah
menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi.
2. KASUS
Paradigma pelayanan di dunia kesehatan kini sudah berubah, dari pandangan lama
"pemberi jasa pelayanan" yang merasa sangat berjasa kepada pasien, berubah menjadi
"pelayan jasa kesehatan" yang menganggap pasien sebagai pelanggan (customer
oriented) (Widajat, 2008). Rumah sakit juga mengalami transformasi besar, situasi
global dan kompetitif pun tak terelakkan. Konsep manajemen yang jelas dibutuhkan
untuk membuat perkembangan rumah sakit di Indonesia berjalan dengan cepat. Konsep
manajemen inilah yang akan mengantarkan rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang memperhatikan tuntutan masyarakat. Konsumen kini tidak lagi
mempertimbangkan fungsi, harga, cita rasa ataupun prestise, namun juga
mempertimbangkan nilai baik buruk, halal haram yang berhubungan dengan
keyakinannya. Mayoritas penduduk muslim di Indonesia hingga mencapai 91,94 % jelas
menjadi alasan kuat bagi bisnis berbasis islam termasuk pula pelayanan kesehatan dan
rumah sakit. Namun hingga saat ini jumlah rumah sakit islam atau rumah sakit
bernuansa islam yang beroperasi memberikan pelayanan kesehatan masih jauh dari
memadai (Ayuningtyas, 2008)

3. PENYELESAIAN KASUS
Walaupun jumlah rumah sakit yang bernuansa islam masih belum banyak, namun
rumah sakit islam harus tetap meningkatkan mutu pelayanan agar dapat bertahan di
kompetesi global dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan islami untuk
masyarakat. Terdapat lima aspek pelayanan kesehatan islami yaitu sikap dan perilaku
petugas yang islami, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan islami, prosedur tata cara
atau mekanisme pelayanan kesehatan islami, suasana pelayanan kesehatan islami serta
pembiayaan pelayanan kesehatan islami (Ayuningtyas, 2008). Perawat pelaksana
memiliki peran besar dalam pelaksanaan patient safety. Peran tersebut di antaranya
mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, melaporkan kejadian, mendidik diri sendiri
dan sesama perawat, memberikan rekomendasi tentang perubahan dalam prosedur dan
kebijakan, melibatkan dalam mengidentifikasi masalah (Ramsey, 2005). MNT (2009)
mengatakan bahwa perawat memegang peran kunci dalam memenuhi tujuan
keselamatan pasien dalam hal obatobatan, komunikasi dan keamanan pasien. Peran
tersebut menjadi tantangan bagi perawat. Patien safety telah menjadi isu dunia yang
perlu mendapat perhatian bagi sistem pelayanan kesehatan. Patien safety merupakan
prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan
merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Permenkes RI,
2011). Patient safety juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan pasien yang bebas dari
cidera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cidera yang berisiko dapat terjadi
(KPP-RS, 2008).

Anda mungkin juga menyukai