Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh antropologi
budaya. akan tetapi, walaupun demikian, seorang yang memperdalam tentang sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat menyampingkan
kebudayaan dengan begitu saja karena dikehidupan nyata , keduanya tak dapat
dipisahkan dan selamanya merupakan dwi tunggal .

Masyarakat adalah yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dengan


demikian, tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. walaupun secara
teoritas dan untuk kepentingan analistis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan
dipelajari secara terpisah.

Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melvile J. Herskovit dan bronislaw


Malinowski, mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang
dapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu, kemudian, Herskovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang super organic
karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus ,
walaupun orang-orang yang menjadi anggota masarakat senantiasa silih berganti
disebabkan kematian dan kelahiran.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural
shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi pada klien.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Budaya Masyarakat Islami

Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871
bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat
( Brunner dan Suddart, 2001 ).

Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap


dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi
berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman
dari waktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya. The American Herritage
Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola prilaku
yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.

Budaya islami adalah suatu budaya yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan melebihi harapan pasien dengan menggunakan kaidah islam berdasarkan al
quran dan hadist dalam menerapkan akhlak pribadi muslim, landasan kerja dan perilaku
muslim serta penampilan dan ciri khas seorang perawat muslim (Martono, 2007).

Asuhan keperawatan islami yang diberikan secara profesional oleh perawat dengan
kaidah islam memberikan kesempatan umatislam di negeri ini mendapatkan pelayanan
atau asuhan keperawatan berkualitas sesuai dengan keimanannya sebagai seorang
muslim (Harif fadilah, 2006).

Hal ini yang mendasari implementasi asuhan keperawatan islami selain berlandaskan
pada keilmuan, karena islam mementingkan profesional, pengetahuan dan keterampilan.
Proses yang islami diiringi dengan rasa syukur atas nikmat allah dan dimanifestasikan
dalam sifat ikhsan, yaitu rasa ikhlas dalam bekerja sebagai ibadah dalam bentuk perilaku
caring.

2
2.2. Kultur Keperawatan Islami

Berikut ini adalah kultur penerapan praktik keperawatan secara islami yang harus di
miliki oleh seorang perawat dalam dunia keperawatan:

1. Keputusan seorang perawat untuk menghabiskan waktu istirahatnya dengan


menghibur dan memeluk anak kecil yang ketakutan akan diganti balutan lukanya.
Adapun peran perawat dalam menghilangkan rasa takut pasien secara islami
adalah:
 Berfikir Posistif
Disini perawat harus bisa membimbing pasien selalu berfikir positif
terhadap penyakit yang di rasakan. Berfikir positif sangat membantu untuk
mengatasi rasa khawatir yang pasien rasakan. Dan ingatlah bahwa Allah akan
selalu menolong dan memberi yang terbaik untuk anda.
 Serahkan semuanya kepada Allah
Kita sebagai perawat harus selalu membimbing pasien untuk selalu
mengadukan semua keluhan dan rasa takut terhadap penyakitnya kepada
Allah. Karena sesungguhnya hanya Allah lah tempat bergantung bagi semua
mahkluk.
 Meditasi
Meditasi dalam islam di kenal dengan nama dzikrullah atau dengan
mengingat Allah. Disini peran peran perawat sangatlah penting untuk selalu
membimbing dan memberi pengertian kepada pasien agar selalu ingat Allah.
2. Perawat yang akan mencoba menghibur dengan merangkui seorang wanita muda yang
mengalami kegagalan kesuburan.
Berikut ini adalah cara kita seorang perawat dalam menghilangkan rasa
kesedian pada pasien secara islami:
 Mengingatkan pasien bahwa hidup diciptakan dengan tabiat duka dan nestapa.
(QS Al-Balad: 4)
 Mengingatkan pasien bahwa manusia akan mengalami kesedihan dan
kegagalan.
 Mengingatkan pasien bahwa semua musibah atau kegagalan adalah takdir.
(QS Al-Hadid: 22)

3
 Meyakinkan pasien bahwa Allah menghendaki kebaikan di balik kesedihan
dan kegagalan pasien. (QS Al-Baqarah: 216)
3. Perawat yang memutuskan untuk mendampingi dan mencoba menenangkan seorang
laki-laki muda yang mengalami syok karna diagnosis kanker pada paru-parunya.
Berikut ini adalah peran perawat dalam menenangkan pasien dalam keadaan syok
menurut islam:
 Sabar
Hal pertama yang dilakukan perawat adalah mejelaskan bahwa sabar itu
salah satu menghadapi cobaan karna dengan bersabar seseorang yang terkena
penyakit berat akan bisa menghadapi penyakit karna dengan sabar akan lebih
bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatangi nya.
 Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang berat maka perawat wajib
mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi
hati yang telah menjadi bebannya.
 Shalat
Shalat merupakan ibadah paling penting bagi umat islam oleh karna itu
perawat harus membimbing pasien shalat agar masalah yang ia derita akan
berkurang dan akan menerima dengan lapang dada.
 Membaca Al-Quran
Jadilah al quran sebagai teman paling akrab pada sepanjang waktu baik
sehat maupun sakit.
 Bersangka baik kepada Allah
Disini perawat harus memberi pengertian bahwa penyakit yang dideritanya
akan sembuh karna sembuh akan pertolongan allah.

Keputusan-keputusan tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai yang telah


melekat pada diri seorang perawat. Tanpa di sadari semua perawat memiliki
keteguhan pribadi untuk berhubungan dengan budaya keperawatan yang menerapkan
kasih sayang, empati, sharing dan kepanjangan akal sebagai kapasitas budaya profesi
(Sumijatun, 2009).

4
2.3. Budaya Rumah Sakit Islami

Rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan suatu budaya. Para individu
mempunyai suatu harapan tentang organisasi yang digunakan sebagai wadah untuk tercapai
pribadi serta proses pembelajaran.

Dari sudut pandang masyarakat, mereka umumnya mempersepsikan bahwa rumah


sakit adalah tempat dimana orang memperoleh perawatan kesehatan saat sakit, dengan peran
para personelnya dalam memberikan kemudahan penyembuhan.

Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam operasional rumah sakit islami di antaranya


adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan islami juga sangat menekankan pentingnya


sebuah pelayanan dalam bisnis. Bisnis akan senantiasa berkembang dan sukses
manakala ditunjang dengan adanya pelayanan terbaik. Misalnya dengan keramahan,
senyum kepada para konsumen akan semakin baik dalam berbisnis. Islam juga
melarang menempatkan para penjual atau pelayanan perempuan yang cantik, seksi
serta melihat auratnya agar menarik minat pembeli. Yang terpenting adalah pelayanan
yang benar-benar menempatkan para pembeli sebagi raja yang harus dihormati dan
dilayani dengan sebaik mungkin.

2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan masyarakat untuk keselamatan iman dan


kesehatan jasmani sebagai upaya bersama untuk mendapatakan dunia akhirat. Jadi
rumah sakit islami juga memperhatikan pola makan sehat dan berimbang serta
perilaku dan etika makan seperti perintah makan makanan ynag halal dan thayyib
(bergizi).

3. Terbentuknya jamaah SDI yang memiliki komitmen pelayanan kesehatan yang islami:

 Bertaqwa, dengan kecendekiawan dan kepakaran dengan kualitas universal.


 Menjunjung tinggi etika rumah sakit islami, etika kedokteran dan etika
kedokteran islami.
 Menguasai nilai-nilai dasar islam dan islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan
kesehatan.

5
 Istiqomah melaksanakan tugas-tugas pelayanan rumah sakit islami, pelayanan
kependidikan, pelayanan penelitian, dan tugas dakwah dengan jiwa dan semangat
“Cinta Allah Sayang Sesama”

Penerapan Standar rumah sakit islami dalam aspek pelayanan meliputi


penilaian tentang :

 Standar Syariah Akses pelayanan dan kontinuitas (SSAPK)


Standar ini berisi tentang Proses penerimaan, bimbingan dan pemulangan
pasien dipastikan telah mendapatkan pelayanan psikospiritual termasuk Buku
Bimbingan Kerohanian. Penyediaan transportasi yang mendukung pelayanan
berbasis syariah ( audio murrotal )
 Standar Syariah Asesmen Pasien (SSAP)
Standar ini berisi tentang assesmen awal secara komprehensif terhadap
kondisi medis-spiritual pasien. Assesmen medis dilakukan melalui pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatannya, sedangkan assesmen psikospiritual dilakukan
melalui pendekatan keagamaan pasien (contoh: aktifitas keagamaan, rutinitas
ibadah), Standar ini mensyaratkan rumah sakit menetapkan kebijakan tentang
kompetensi pelayanan bahwa staf Rumah Sakit memiliki kompetensi dalam
harfikih orang sakit.
 Standar Syariah Pelayanan Pasien (SSPP)
Standar ini berisi tentang pelayanan Psikospiritual bagi berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Pasien yang digolongkan risiko-tinggi, kondisi,
atau kebutuhan yang bersifat kritis, maka rumah sakit memberikan pendampingan
bimbingan psikosipritual secara khusus., menyediakan pelayanan ruqyah
syar’iyah pada kasus yang dinilai membutuhkan, melakukan penjagaan pada
aurat pasien, ikhtilath dan kholwat, Pemakaian Busana Menyusui, Pemakaian
Busana Pasien, Prosedur pemeriksaan pasien sesuai jenis kelamin, Prosedur
pemeriksaan pasien tanpa ikhtilath.
Standar ini mengatur pula tentang penyiapan bahan makanan, penyimpanan,
pengolahan dan distribusi harus dimonitor untuk memastikan kehalalan,
higienitas, dan keamanan sesuai peraturan perundang-undangan dan Syari'ah
Islam. Semua jenis bahan dan makanan dipastikan bersertifikat halal dari Majelis
Ulama Indonesia.

6
 Standar Syariah Pelayanan Obat (SSPO)
Standar ini berisi tentang Penerapan konsep obat esensial di rumah sakit yang
berisi daftar obat, sediaan-sediaan obat yang terpilih dan terapi yang digunakan di
rumah sakit tidak mengandung unsur bahan yang diharamkan. Dalam kondisi
tidak ada pilihan lain, unsur bahan yang diharamkan dapat digunakan karena
termasuk kondisi darurat dan pemberian ke pasien menggunakan informed
concent.
 Standar Syariah Pelayanan dan Bimbingan Kerohanian (SSPBK)
Standar ini berisi tentang pemberian pelayanan pendampingan rohani kepada
seluruh pasien yang beragama islam, dan kepada pasien yang mempunyai
permintaan khusus. Standar ini juga berisi tentang Pelaksanaan identifikasi nilai-
nilai islami dan penerapannya, Kebijakan dan prosedur tentang identifikasi nilai-
nilai islam dalam pelayanan pasien, penatalaksanaan nyeri , pelayanan pada akhir
kehidupan secara syariah, prosedur pelayanan sakaratul maut dan penyediaan
pelayanan jenazah secara syariah, Prosedur tata laksana pengawetan jenazah serta
regulasi pengelolaan sampah sisa jaringan tubuh manusia secara syariah dan
Pengadaan sumber air sesuai dengan kaidah syariah
 Standar Syariah Pendidikan Pasien dan Keluarga (SSPPK)
Standar ini berisi tentang kewajiban Rumah Sakit melakukan pendidikan
terhadap pasien rawat inap atau keluarga mengenai asuhan spiritual yang akan
diterima selama perawatan sebagai bahan evaluasi perkembangan kondisi
spiritual pasien, Rumah sakit menyediakan dan mengelola perpustakaan yang
memuat literatur islam, Prosedur peminjaman buku perpustakaan oleh pasien dan
keluarga.
 Standar Syariah Pencegahan dan Pengendalian infeksi (SSPPI)
Standar ini berisi tentang kewajiban rumah sakit memiliki program
pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan pada ilmu pengetahuan
terkini sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan standar
sasaniitasi serta kebersihan sesuai dengan syari’ah.

7
2.4. Lima Dasar Skala Kultur

Setiap individu dapat digambarkan berada dititik mana pada situai yang dihadapi
namun setiap saat dapat berubah pada posisi yang dianggap sesuai pada saat itu,
Pemahaman mengenai lima rentang dimensi situasi tersebut dapat dilihat pada penjelasan
berikut:

1. Kebersamaan versus hierarki


Kebersamaan adalah sesuatu keadaan dimana kelompok mengagap benar
tentang sesuatu untuk mengalang kekuatan secara bersama.
Sedangkan hierarki adalah seseorang atau manajeryang diharapkan dapat
mengontrol atau membuat keputusan dalam kelompok tersebut.
2. Direct Versus Indirect
Berkaitan dengan komunikasi dan interaksi antar individu terdiri atas tatap
muka dan komunikasi non verbal serta komunikasi tertulis.
3. Orientasi Individu Versus Grup
Berkaitan dengan derajat kepentingan dari apa yang bisa diberikan pada
kelompok,keluarga,teman dekat,atau yang berhubungan dengan pekerjaan.
Apabila sejumlah individu yang mempunyai berbagai latar belakang berada dalam
sebuah kelompok, Maka akan terjadi proses interaksi sedemikian rupa.
4. Task Versus Relationship
Beberapa pendapat menyatakan bahwa tenaga profesional dikatakan sukses
jika ia mampu berinteraksi dengan baik kepada semua orang dalam latar belakang
budaya yang berbeda beda serta dapat membangun hubungan yang saling
menguntungkan.
5. Riks Versus Caution
Pernyataan yang banyak diancu oleh bangsa Amerika adalah berkaitan dengan
resiko dan perubahan.

8
2.5. Penerapan Budaya Islami dalam Pelayanan Keperawatan

2.5.1. Memberikan Tindakan Keperawatan secara islami

Berikut ini adalah beberapa tindakan keperawawatan yang islami yang harus
dimiliki oleh seorang perawat:

1. Pemberian obat secara islami


 Mengucapkan salam ketika bertemu pasien.
 Perawat Wajib mecuuci tangan yang bersih seperti yang di ajarkan
dalam medis atau agama islam.
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan baik dan benar.
 Sebelum memberikan obat ke pasien sebaiknya perawat mengecek
terlebih. dahulu, apakah obat yang diberikan benar dan halal.
 Setelah itu ingatkan pasien untuk minum obat secara teratur.
 Perawat wajib melakukan prinsip 6 benar obat yaitu benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar cara atau rute, benar waktu, benar
dokumentasi.
 Jika pasien itu anak-anak, sebaiknya perawat membimbing pasien
tersebut untuk minum obat dengan membiasakan mengucapkan
basmallah ataupun doa lain menurut agama islam.
 Dan kita sebagai perawat harus mengajarkan kepada anak tersebut
bahwa kesembuhan hanyalah milik Allah, sebagai pasien hanya perlu
berdoa dan berusaha.
 Jika sudah selesai memberikan obat tesebut, kita sebagai perawat
biasakan mengucap salam agar anak tersebut terbiasa dengan salam
seperti yang di ajarkan dalam islam.
 Dokumentasikan semua tindakan.
2. Memasang kateter secara islami
 Sebagai perawat, jika kita ingin menjumpai pasien biasakan mengucap
salam yang di ancurkan oleh agama islam.
 Cuci tangan yang bersih seperti yang di dalam medis atau agama.
 Jelaskan tindakan yang akan di lakukan denga baik dan benar dengan
tujuan untuk membantu pasien menghilangkan tertahannya urine pada
kandung kemih.

9
 Perawat wajib menjaga privasi pasien dengan baik.
 Dan jika pasien untuk pemasangan katerer wanita, sebaiknya pintu atau
tirai di tutup serapat mungkin.
 Ingatkan pasien untuk selalu berdoa untuk kelancaran keperawatannya.
 Apabila pasien wanita, sebaiknya perawat yang memasangkan kateter
adalah wanita juga.
 Jika memang perawat wanita tidak ada, dan dalam keadaan darurat,
sebaik perawat pria mengajak temannya atau keluarga agar tidak timbul
fitnah antara perawat dan pasien karna berada di tempat tertutup.
 Dan jika yang melakukan pemasangan kateter adalah pria, sebaiknya
meminta izin terlebih dahulu, dan meminta maaf kepada pasien karena
memegang bagian kemaluan pasien.
 Oleh karena itu semua tindakan yang akan di lakukan oleh perawat
harus sesui dengan ajaran islam.
 Jika tindakan yang dilakukan telah selesai, ucapkan salam kepada
pasien.
 Dokumentasikan semua tindakan.

2.5.2. Membimbing Pasien Ibadah di Tempat Tidur

Peran perawat diantaranya adalah adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan


yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang salah satunya
adalah kebutuhan spiritual. Perawat professional harus memiliki visi transcendental
nursing, yaitu perawat yang bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia tetapi
pengabdian dan perilakunya ditujukan untuk ibadah dan kesejahteraan akhirat
(hereafter, afterlife, eternity).

Ciri perawat yang memiliki visi transcendental :

 Menghargai keunikan pasien dan adil terhadap pasien yang berbeda agama -
 Memulai tindakan keperawatan dengan Bismillah
 Mampu membimbing pasien untuk bersuci dan shalat
 Mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
 Melindungi pasien dari zat dan makanan haram
 Memahami hikmah sakit bagi pasien

10
Mengutamakan kesejahteraan akhirat dibanding dunianya Peran perawat dalam
membantu kebutuhan spiritual pasien muslim diantaranya, membimbing shalat,
membimbing membaca al-quran, membimbing berpuasa, membimbing berzikir, dan
ibadah lainnya. Sebelumnya, perawat harus membaca doa untuk orang sakit saat
bertemu pasien.

Sabda Nabi:

ALLAHUMMA ROBBANNAS ADZHIBILBA’ SA ISYFI ANTASYSYAFI LA


SYIFAUKA SYIFA’AN LA YUGHODIRU SAQOMA . Artinya ;

“Ya Allah Wahai Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembukanlah ia.

(hanya) Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan melainkan

kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi.” ( HR.Bukhori Muslim)

1. Membimbing Shalat pasien


Sebagai perawat, kita harus selalu mengingatkan pasien jika waktu shalat sudah
tiba. Dan tanyakan pada pasien apakah pasien akan shalat atau tidak. Jika akan shalat,
pasien akan membantu berwudhu/tayamum dan posisi shalat.

Hukum yang berhubungan dengan shalat orang sakit :

Orang yang sakit tetap wajib sholat diwaktunya dan melaksanakannya menurut
kemampuannya.

a. Apabila berat melakukan setiap sholat pada waktunya maka diperbolehkan


baginya untuk men- jama’ (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar,
Maghrib dan ‘Isya baik dengan jama’ taqdim atau ta’khir.
b. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan sholat wajib dalam segala kondisinya
selama akalnya masih baik.
c. Orang sakit yang berat untuk mendatangi masjid berjama’ah atau akan menambah
dan atau memperlambat kesembuhannya bila sholat berjamaah di masjid maka
dibolehkan tidak sholat berjamaah.

11
Tata cara shalat orang sakit :

a. Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak
khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah
salah satu rukunnya.
b. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud, maka
menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama
sekali, maka cukup dengan menundukkan lehernya.
c. Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat dengan duduk.
d. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh
melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke
kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.
e. Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat
dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih
dekat kepada cara berdiri.
f. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak
mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya,
maka ia sholat dengan hatinya. Karena shalat tetap diwajibkan selama akal
seorang masih sehat.
2. Membimbing Membaca Al-Quran
Bimbing pasien jika ingin membaca al-quran. Berikan pengertian manfaat
membaca al-quran, diataranya banyak dalil yang menerangkan bahwa berbagai
penyakit bisa disembuhkan dengan membaca atau dibacakan al-quran.

Dalam QS. Yunus/10: 57, “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi
pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Hal ini membuat pasien lebih bertawakal kepada Allah SWT atas penyakitnya
daripada mengeluh.
3. Membimbing Puasa Saat Bulan Ramadhan
Jika kondisi pasien memungkinkan untuk puasa, sebagai perawat kita
berkewajiban untuk memberi tahu waktu sahur, memilih makanan yang halal dan
cocok bagi keadaan pasien, dan memberitahu pasien waktu berbuka puasa. Namun,
jika pasien tidak memungkin untuk berpuasa, berikan pengertian bahwa bagi mereka

12
yang sedang sakit diberikan keringanan untuk tidak berpuasa dan menggantikannya
pada bulan bulan yang lain atau malah tidak diwajibkan sama sekali untuk
menggantinya jika memang sakitnya tergolong penyakit berat atau seseorang yang
sudah tua dan tidak sanggup lagi berpuasa, namun harus menggantinya dengan
memberi makan fakir miskin sebagai pengganti puasa yang ditinggalkannya.
4. Membimbing Pasien Berdoa dan Berzikir
Perawat harus membimbing pasien berdoa dan berzikir agar pasien merasakan
ketentraman jiwa dan berserah diri atas penyakit yang dideritanya.
Dalam QS. Ar Ra’d/13: 28 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tentram.”
Bimbing pasien membaca bacaan zikir misalnya mengucapkan kalimat tashbih
"Subhanallah", tahmid "Alhamdulillah" dan takbir "Allahu Akbar". Berikan
pengertian pada pasien untuk mengucapannya dengan ikhlas, jauhkan dari rasa kesal,
amarah bahkan janganlah menjadikan Kalimatullah sebagai sarana pelampiasan wujud
kekesalan. Hal ini akan memusatkan konsentrasi pada bacaan dan ingat kepada Allah,
menumbuhkan keyakinan bahwa Allah.

2.5.3 Membimbing Pasien yang Sedang Mengalami Sakaratul Maut


Berikut ini adalah peran perawat dalam membimbing pasien yang sedang
mengalami sakaratul maut:
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada
Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah,
selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka
hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik.
Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi
maut,s hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada
Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan
sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun
jua berada ditangannya.

13
2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan
orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian
disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air.
Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya,
sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang
dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni :
2/450 milik Ibnu Qudamah)
3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat
yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.
Perawat muslim dalam mengajarkan atau mengingatkanya kalimah laaillallah
dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien
akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi
kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar
diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing
pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-
ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim.
“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat
Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju
surga”.
Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara
kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu
lihat .

14
4. Menghadapkannya ke arah kiblat.
Caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke lantai.
Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits
Rasulullah Saw. Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa
para salafus shalih melakukan hal tersebut.

Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:

a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya


dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit
agar ia menghadap kearah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini
sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan
sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun
yang membuatnya selesai.
5. Mendo’akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh .Wallahu
A’lam.
Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah
SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati,
hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan
terhadap apa yang kamu ucapkan.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu
menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya
karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan
kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu
ucapkan.

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Contoh Kasus Perbedaan kultur dalam Keperawatan Komunitas

Klien nama Ny.W,30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
petani, suku jawa, diagnosis medis abortus. Klien hamil 12 minggu, klien sangat
mengharapkan memiliki anak. Klien mengeluh mengalami pendarahan dan perut mulas-
mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk kuratase. Klien memeriksakan
kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana. Klien mendapat
informasi tentang kehamilan dari mertua. Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal
gaib, mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan
perbuatan dosa. Setelah di diagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan
akan berobat ke dukun. Mereka menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan
dalam menyediakan sesaji. Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak
laki-laki, pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki. Pantangan makanan jantung
pisang, gurita, dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau
pohon yang tinggi. Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri. Ada
tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.

1. Pengkajian

a. Faktor teknologi

Dari kasus diatas, faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk kuratase.


Alasannya yaitu karna merupakan salah satu pilihan Ny W dalam memecahkan
masalah kesehatannya. Ny.W pergi ke dukun menggunakan motor, berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia, tidak mengenal alat-alat teknologi
kesehatan,mempunyai pantangan menolak dilakukan transfuse, menolak tindakan
kuretase karena bertentangan dengan keyakinannya dan mengatakan hal tersebut
berdosa. Ny W tidak pernah memeriksakan kesehatan dan perkembangan
kehamilannya di pelayanan kesehatan. Dan ini merupakan kehamilan pertama dari Ny
W dan umur kehamilannya 12 minggu.

16
b. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga

Dari kasus diatas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun, tipe keluarganya


hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-laki, hubungan Ny. W dengan
kepala keluarga adalah suami istri, pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki, Ny
W mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua.

c. Faktor agama dan falsafah hidup

Adapun agama yang dianut Ny W adalah islam, status pernikahannya resmi, cara
pandang Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib, Ny W
percaya bahwa abortus yang dideritanya itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji, dan Ny W berobat rencananya ke dukun. Dan kita sebagai
perawat harus mengerti tentang kesehatan dan tentang agama islam dengan baik biar
kita bisa menjelaskan semuanya kepada pasien. Dengan mengerti tentang kesehatan
dan agama mungkin kita sebagai perawat bisa mengubah kepercayaan pasien tentang
kehamilannya terhadap dukun.

d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa


sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi,
alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan tinggi
kehamilannya, dan jika memakan gurita mungkin dapat menggugurkan kehamilannya
karna gurita itu licin, sedangkan air kelapa memang kehamilan usia muda tidak di
perbolehkan meminum air kelapa. Dan pada suami di larang memanjat pohon yang
tinggi karena takut kehamilannya gugur karna di ibaratkan jatuh dari pohon.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri. Alasannya
karena di sana memang budayanya seperti itu, agamanya kental sehingga aturan dan
kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.

17
f. Faktor ekonomi

Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan oleh


keluarga untuk persalinan ini. Karena ada tabungan yang telah di persiapkan oleh
keluarga sehingga Ny W sudah agak lega dan senang untuk persiapan kelahirannya.

g. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP. Dan karena tingkat SMP itu di negara kita
di bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny W terhadap
kesehatan pun tidak sama dengan orang yang berpendidikan tinggi sehingga dia
cendrung lebih memilih berobat ke dukun dari pada ke medis. Dan pasien pun kurang
mengerti pandangan agama terhadap kehamilan. Oleh sebab itu peran kit sebgai
perawat adalah menjelaskan tentang kehamilannya menurut medis dan agama.
Dengan demikian perawat wajib menguasai tentang kesehatan dan tentang agama
islam dengan baik agar bisa menjelaskan kepada pasien agar sedikit demi sedikit
pandangan pasien terhadap dukun bisa berubah.

1. Analisa data dan diagnosis keperawatannya

a. Analisa data

1) Data subyektif

a) Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan dan perut mulas-
mulas.

b) Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.

c) Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.

d) Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di sana.

2) Data obyektif

a) Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.

b. Diagnosa keperawatan

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif(vaskuler


berlebih)

18
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (injury biologis)

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

c. Diagnosa transkultural

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,

2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural

3) Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Rencana keperawatan

a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut

a) Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W yang masih


percaya pada sihir dan hal-hal gaib.

b) Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny W.Perawat bisa
perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W tentang kesehatan dan agama islami.

c) Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang dimilikinya dengan Ny W


yang masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib. Dengan menjelaskan
tentang kesehatan dan juga pandangan agama terhadap kesehatan dan larangan agama
untuk percaya kepada dukun dan hal-hal yang gaib.

b. Cultural care accomodation/negotiation

1) Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W seperti bahasa
sehari-harinya.

2) Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga Ny W


seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.

3) Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W berdasarkan


pengetahuan biomedis perawat dan secara pandangan agama islam.

19
c. Cultural care repartening/reconstruction

1) Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk memahami


informasi yang telah diberikan dan melakukannya.

2) Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya kelompoknya


sendiri.

3) Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat dekat Ny W.

4) Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa kesehatan yang


mudah dipahami Ny W dan orang tuanya.

5) Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan kesehatan.

Kesimpulan kasus

a. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya, dari kasus di atas yang
bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh pemuka agama dan para
santri.

b. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas pantangan
makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti dengan yang lain,mungkin
bisa dengan sayur yang lain dan juga air kelapa bisa di ganti dengan air biasa.

c. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya yang baru dan
islami. Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di ganti dengan
berobat ke medis/dokter dan setelah berobat berikhtiar kepada allah bahwa rasa
sakitnya akan hilang karna bantuan dari Allah SWT..

20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan aplikasi keperawatan
transkultural dalam adalah: Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya, Strategi II,
Mengakomodasi/negoasiasi budaya, Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien.

4.2. Saran

Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari makalah
ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian keperawatan transkultural dengan
cara yang benar. Perlu diperhatikan agar mempelajari lebih dalam tentang ‘komunikasi’
agar kita lebih baik dalam berinteraksi dengan pasien, keluarga maupun masyarakat yang
menjadi sasaran pengkajian kita.

21
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Ringkasan Materi : Unit 2 Keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan.

Sudiharto.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural .Jakarta

Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)".

22

Anda mungkin juga menyukai