Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Konsep dasar post partum


1. Pengertian
Pengertian post partum/masa nifas menurut beberapa ahli atau pendapat
yaitu :
a. Post partum/masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat
selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil. (Padila, 2014)
b. Post partum/masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatanya kembali yang umunya memerlukan
waktu 6-18 minggu. (Nugroho, dkk, 2014)
c. Post partum/masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti kekeadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2012)
d. Post partum/masa nifas adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umunya berlangsung
kuarang dari 24 jam. (Saifudin, 2012)
e. Post partum/masa nifas adalah masa waktu antara waktu kelahiran palasenta dan
membran yang menadai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju
kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil. (Anggraini,
2011)

2. Tujuan perawatan masa nifas


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan selama ibu
tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari
perawatan masa nifas adalah (Nugroho, 2014) :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrinnig secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nurtisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
e. Mendapatkan kesehatan emosi

3. Adaptasi post partum/masa nifas


Adapun adaptasi post partum adalah sebagai berikut ( Padila, 2014) :
a. Periode kira-kira 6 minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh
beradaptasi ke keadaan sebelum hamil.
b. Dimulai dari kala IV persalinan
c. Masa transisi menjadi orang tua
d. Pendekatan bergeser berorientasi pada perawatan wanita sakit ke sehat
e. Pemulangan dini, sediakan discharge planning
f. Terkait erat dengan social budaya

4. Tahapan post partum/masa nifas


Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap yaitu (Sulistyawati, 2014) :
a. Puerperium dini, suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih 6 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.

1. Anatomi dan fisiologi


Organ reproduksi wanita terbagi dua yaitu organ reproduksi eksterna dan interna
(Sukarni dan Margaret, 2013) :
a. Struktur organ eksterna
1) Mons pubis
Lapisan lemak anterior shmpisis os pubis. Pada masa puberitas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
2) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kea rah bawah dan belakang, banyak
mengandung plekus vena. Homlog embriologik dengan skrotum pada pria.
Lingkungan rotundum uteri berakhir pada atas labia mayora. Dibagian bawah
perineum, labia mayora menyatu pada (commisura posterior).
3) Labia minora
Lapisan jaringan tipis labia minora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
4) Klitoris
Terdiri dari caput/glans klitoris yang terlatak dibagian suverior vulva, dan
corpus klitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor endrogen pada
klitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitiv.
5) Vestibulum
Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenitalia. Terdapat 6 lubang orificium urethra
externum, intoritus vagina, duktus glandulae bahrtolini kana-kiri, dan duktus
skene kanan-kiri, antara fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang
abnormal misalnya primer tidak belubang (hymen imporvorate) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul dirongga
genitalia interna.
6) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi bawah usus. Batas otot-otot
diagfragma pelvis (m. perinealis transverses profunda, m. constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m levator
ani, antara anus dan vagina. Perineum merenganag pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
7) Hymen
Terdiri dari jaringan lkat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini yang menutupi
sebagian besar dari liang senggama, ditenggahnya terdapat lubang agar supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari hymen masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, lubangnya ada
yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus
pertama kali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior.

Gambar 1 organ reproduksi eksterna wanita


(http://www.gambar.organwanita/.com)
b. Organ interna wanita
1) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus dibah
tubah uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum uterus. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan
volikel d graf dan mengeluarkan ovum. Ketika di lahirkan, wanita memiliki
cdangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovarium, bila habis menapous.
Ovarium mempunyai tiga fungsi, memproduksi ovum, memproduksi hormone
estrogen dan horomon.
2) Tuba fallopii
Tuba fallopii merupakan tubula-muscular, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3-8 mm, fungsi tuba sangat penting yaitu untuk menagkap
ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum
dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi dan tempat perrtumbuhandan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implntasi.
3) Uterus
Merupakan jaringan otot kuat di pelvis minor antara kandungan kemih dan
rektum. Dinding belakng dan depan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih. Vaskularisasi
uterus beasal dari arteri uterin yang merupakan cabang utama dari arteri iliaka
interna, bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng terbagi atas tiga, korpus
uteri, fundus uteri, serviks uteri. Untuk mempertahankan posisisnya uterus di
sangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan para metrium ukuran uterus
tergantung dari usia wanita parietal. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8
cm, multipara 8-9 cm dan > lebih dari 80 gram pada wanita hamil uterus dapat
menahan beban sebesar 5 liter.
4) Dinding uterus
Dinding uterus terbagi tiga lapisan : endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan peritonem parietalis.
5) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membranneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat di kendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum panjang bagian depanya
sekitar 9 cm dan dinding depanya sekitar 11 cm. bagian vagian yang menonjol
kedalam disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) menjadi : forniks
anterior, forniks dekstra, forniks posterior, forniks sinistra.
6) Serviks
Bagian terbawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks
uteri dan vagina, serviks menjadi supra vagina yang panjang dan bagian vagina
yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 cm sampai 3 cm, 1 cm menonjol
kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh
jaringan iakat vibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
Gambar 2 organ interna wanita
(http://www.gambar.organwanita/.com)

6. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada ibu post partum antara lain (Nugroho, dkk, 2014) :
a. Sistem kardiovaskuler
1) Curah jantung menigkat
2) Tekanan darah menurun ringan, karena penurunan tekanan intra pelvis
3) Nadi bradikardi sampai hari ke 6-10
4) Status darah pada eksteremitas bawah, resiko thromboplebitis.
5) Faktor pembekuan darah menigkat resiko thromboemboli
b. Sistem urologi
1) Diuresis pada awal periode pasca partum
2) Penurunan sensasi kandung kemih
c. Sistem endokrin
Saat plasenta lahir terjadi penurunan hormon estrogen dan
progesteron, kadar terendah dicapai pada kira-kira 1 minggu pasca partum.
d. Sistem pencernaan
Gangguan defekasi : konstipasi karena masih ada efek progesteron, penurunan
tekanan otot abdomen, kurang cairan dan rasa nyeri pada luka episiotomy atau
rupture perineum.
e. Sistem integument
1) Suhu menigkat sampai 380C terjadi karena kelelahan dan
diporesisi/diuresis pada 24 jam pertama.
2) Hiperpigmentasi berkurang
f. Sistem musculoskeletal
Dinding abdomen merengang, tampak longar dan lembek distasis otot rekti
abdominis.Perubahan pusat berat saat hamil terjadi hipermobilitas sendi. Stabilitasi
sendi lengkap dapat tercapai pada 6-8 minggu paska partum.
g. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupaka alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya, perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 1.1 perubahan uterus setelah melahirkan

Diameter bekas Keadaan serviks


Involusi TFU Berat uterus
melekat plasenta

Setelah plasenta Lembut


Sepusat 1000 gr 12,5 cm
lahir

Pertengahan pusat Dapat dilalui 2 jari


1 minggu 500 gr 7,5 cm
simpisis

Dapat dimasuki 1
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm jari

Hampir kembali
Seperti hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm normal
minggu

8 minggu Normal 30 gr 0 Normal

h. Infolusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah
besar yang tersunbat oleh thrombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena di lepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium ini tumbuh dari pingir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar
luka.
i. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak di perlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
j. Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah ostium eksternum dapat di lalui oleh dua jari, pada
akhir minggu pertama dapat di lalui satu jari saja. Karena hyperplasia ini dan
karena retraksi dari serviks, robekan serviks jadi sembuh. Vagina yang sangat
rengang wakru persalinan, lambat mencapai ukuran yang normal. Pada minggu
ke tiga post partum rugae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang di sebut after pain (meriang atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim biasanya berlangsung tiga sampai empat hari paska persalinan.
Perlu diberika pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu
analgesik.
k. Lokhia
Lokhia adalah cairan yang dikeluarka dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lokhia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lokhia ini berbau anyeir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lokhia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya :
1) Lokhia rubra warna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo sisa mekonium, sisa darah dan
keluar mulai hari pertama sampai hari ke tiga.
2) Lokhia sanginolenta
Berwarna putih bercampur merah, mulai hari ke tiga-hari ke
tujuh.
3) Lokhia serosa
Berwarna kekuningan dari hari ke tujuh sampai hari ke empat
Belas
4) Lokhia alba
berwarna putih setelah hari ke 14
l. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena di renggang
begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligament fascia
dan diagfragma pelvis yang merenggang pada waktu partus setelah
bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak
jarang uterus jatuh kebelakang menjadi retroleksi karena
ligamentum rondutudum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan paska persalinan.
m. Ginjal
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktivitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
n. Oksitoksin
Oksitoksin di sekresi oleh kelenjar hipofisis posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oksitoksi
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oksitoksin bereaksi untuk ke
stabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan
mencegah perdarahan, pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya
isapan bayi menstimulasi ekskresi oksitoksin dimana keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran ASI. Setelah plasenta lahir sirkulasi
HCG, estrogen, progesterone dan hormone laktogen plasenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologi pada ibu nifas.
o. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang di sekresi oleh galndula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi
ASI pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran
FSH di ovarium di tekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin
turun pada hari
ke 14 sampi 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH di sekresi
kelenjar hipofisis anterior untuk bereaksi pada ovrium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan
normal folikel d graf, ovulasi dan menstruasi.
p. Laktasi
Laktasi dapat di artikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makan pokok makan yang terbaik dan bersifat
alamia bagi bayi yang di sediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon
estrogen
dan progesteron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah placenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus posterior hypofisis mengeluarkan oxytoxin yang merangsang
pengeluaran asi. Pengeluaran asi adalah reflex yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke
hypofisis dan menghasilkan oxytoxin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susu.
Pada hari ketiga post partum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan jika aerrola mammae dipijat,
keluarlah cairan putih dari putting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung
protein 1-2% , lemak 3-5%, gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal yang
mempengaruhi susunan air susu adalah diit, berat badan.
q. Tanda- tanda vital
Tabel perubahan tanda-tanda vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Tekanan darah <140/90 Tekanan darah


Tanda-tanda vital
mmHg, mungkin bias >140/>90mmHg
naik dari tingkat disaat
persalinan 1-3 hari post
partum.
Suhu tubuh : <380C Suhu : >380C
Denyut nadi : 60 Denyut nadi : >100x/mnt
-100x/mnt
7. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu (Sulistyawati,
2012) :
a. Periode taking in
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode taking hold
Berlangsung pada hari ke 3-4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi. Sedangkan stress emosional pada ibu nifas
kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues di mana terjadi pada hari ke
3-5 pada post partum.

8. Perawatan masa nifas


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Di mana
perawatan post partum meliputi
(Nugroho, dkk, 2014) :
a. Mobilisasi fisik
b. Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8
jam paska persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima diperbolehkan
pulang. Mobilisasi diatas memiliki varian tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini
adalah melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi purperium,
mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal
dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
c. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya putting susu
lemas, tidak keras, kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui banyinya karena dapat membantu proses involusi serta kolostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
e. Pemeriksaan umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
f. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu masa nifas meliputi :
1) Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu
2) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri kontraksi uterus
3) Payudara : Putting susu, pembengkakan
pengeluaran ASI
4) Luka jahitan episiotomy : Apakah baik atau
terbuka, apakah ada tanda
tanda infeksi.
9. Nasehat yang perlu diberikan saat pulang adalah
Nasehat yang perlu diberikan saat ibu pulang yaitu : (Padila, 2014)
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga
payudara tidak tertekan, daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya
yang menyerap, sehingga lokhia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan
lokhia, saat buang air kecil ataupun
setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun di dalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah
buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena
lokhia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok
kearah belakang, ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAB atau BAK,
setiap kali cebok memakai sabun dan luka bias diberi betadin.

d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8
jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
dan oleh iritasi muskulus spincter ani selama persalinan bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan
obat laksans peroral atau per rectal atau belum berhasil lakukan
klisma.
f. Kembalinya datang bulan dan menstruasi
Dengan member asi kembalinya menstruasi sulit di perhatikan
dan bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 46 bulan.
g. Cuti hamil
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan
sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan
h. Mempersiapkan metode KB
Pemeriksaan postpartum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu pengunaan metode KB
dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat di mulai
minggu setelah melahirkan.

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang pada ibu post partum (Sukarni & Margaret, 2013) :
a. Laporan laboratorium
b. Pemeriksaan USG (Ultara Sonografi)

11. Komplikasi pasca partum


Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu post partum/nifas antara lain (Nugroho,
dkk, 2014) :
a. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri
payudara, pembengkakan, kehangatan dan kemerahan
b. Abses payudara
Abses payudara adalah pembengkakan payudara yang berisih nanah,
pembengkakan ini terjadi karena adanya infeksi bakteri.
c. Tromboplebiti
Tromboplebitis adalah invasi ataw perluasan microorganism
pathogen yang mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

12. Penatalaksaan
Penatalaksanaan pada ibu post partum/nifas adalah
(Sulistyawati, 2012)
a. Tirah baring
b. Diit
c. Perawatan perineum dan perawatan payudara
d. Berkemih atau perawatan kateter
e. Obat anti nyeri, obat tidur, laktasi berikan suplemen vitamin atau zat besi,
hentikan pemberian intravena jika penuh
f. Pemeriksaan laboratorium untuk komplikasi jika ada indikasi
g. Rencana pemakaian kontrasepsi

B. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkajian
Pengkajian ibu post partum (Doengos, 2012)
a. Data umum
1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku/bangas,
status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan
dengan ibu, suku/bangsa.
b. Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama
Pada ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen, nyeri vagina,
nyeri perineum.
2) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut dan
ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q, R, S, T dengan
menggunakan skala 0-10. 0 : nyeri tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri
sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak tertahankan.
P ( Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan ?
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Dengan Hasil Skala Nyeri Sebagai Berikut :
a. Agak nyeri
b. Nyeri ringan
c. Nyeri sedang dapat di alihkan
d. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan
e. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan tanpa menggunakan
analgetik
f. Nyeri sedang
g. Nyeri berat
h. Nyeri berat dapat di alihkan
i. Nyeri berat tidak dapat di alihkan
j. Nyeri hebat.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai dari trimester 1, 2, 3 HPHT
4) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB
5) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan perawat.
c. Pola fungsi Gordon
1) Pola presepsi kesehatan
Dari penaganan kesehatan menggunakan presepsi pemeliharan dan
penaganan kesehatan, persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan
kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Napsu makan ibu dengan persalinan normal bertambah dan pemasukan
cairan juga bertambah. Makanan harus bermutu, bergizi dan juga cukup kalori,
banyak air, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Pola eliminasi
Kandung kemih mengalami trauma yang dapat di sebabkan edema dan
tekanan. Adanya akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama
kehamilan, dieresis setelah 24 jam persalinan dan konstipasi.
4) Pola aktifitas latihan
Otot-otot abdomen melebar atau melonggar selama kehamilan
menyebabkan pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat lunak, lembek
dan lemah. Muskulus raktus abdominis memisah otot-otot dan fascia dinding
abdomen mengalami pelenturan, latihan dan senam selama periode nifas perlu
untuk memulihkan keadaan
5) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal sering
berkeringat banyak dan dingin di malam hari. Mengalami perubahan emosi
yang mendadak atau depresi yang mengakibatkan ibu merasa tertekan dan
mungkin ibu tidak bias tidur.
6) Pola kongnitif preseptual
Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri.
7) Pola konsep diri/presepsi
Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak dapat
menerima.
8) Pola peran hubungan
Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami, keluarga yang
merawat ibu yang beada di RS dan percaya kepeda Tuhan-Nya dan
menyerahkan seluruh kesembuhan kepada Tuhan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian tanda vital
a) Tekanan darah
b) Suhu badan
c) Denyut nadi
d) Respirasi/pernapasan
2) Pemeriksan head to toe
a) Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.
b) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
c) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
d) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
e) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
f) Jantung dan paru : Suara napas normal
g) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya
sumbatan duktus, dan tanda-tanda mastitis potensial.
h) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau
nyeri.
i) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau
lokhia. Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
j) Eksteremitas bawah : Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada
betis, varises.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu post partum/masa nifas (Doengos, 2012)
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.
d. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis,
edema jaringan di tandai dengan distensi kandung kemih.
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi pada ibu post partum/masa nifas antara lain (Doengos, 2012) :
a. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma mekanis.
Tujuan : Setelah dilakuka tindakan keperawatn nyeri dapat
teratasi.
Kriteria hasil : Nyeri hilang atau berkurang

Table 1 intervensi dan rasional diagnose I


Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :


1. Tentukan adanya lokasi nyeri 1. Mengidentivikasi lokasi nyeri dan kebutuhan
dan sifat ketidak nyamanan. kebutuhan khusus.
2. Kaji skla nyeri menggunakan 2. Mengidentifikasi skala nyeri untuk intervensi
rumus P, Q, R, S, T yang tepat
P (Paliativ) : penyebab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti apa
R (Regional):Lokasi nyeri 3. Untuk mengetahui adanya trauma berlebihan
S (Severty) : Skala nyeri pada jaringan perineum atau terjadinya
T (Time) : Berapa lama komplikasi
berlangsung 4. Untuk mengalihkan perhatian ibu terhadap
3. Inspeksi perubahan perineum nyeri
dan episiotomy. Perhatika 5. Mempelajari pengeluaran lokhia, mempercepat
edema, ekimosis tekanan local involusi dan nyeri secara bertahap.
4. Anjurkan ibu untuk 6. Menigkatkan sirkulasi pada perineum
menggunakan tekhnik 7. Selam 12 jam post partum, kontraksi uterus
relaksasi dan distraksi untuk kuat dan regular. Meskipun frekuensi dan
menghilangkan nyeri intensitasnya berkurang. Faktor-faktor
5. Motifasi unruk mobilisasi memperbesar after pain meliputi multipara.
sesuai indikasi. Overdistensi uterus menyusun dan pemberian
6. Berikan kompres lembab preparat oxytosin
(misalnya rendam duduk/bak 8. Menigkatkan vasokonstriksi dan mengurangi
air) vasodilatasi
7. Kaji tingkat tekanan 9. Tindakan ini dapat membantu klien menyusui,
uterustentukan adanya merangsang aliran ASI dapat menghilangkan
frekuensi/intensitas after pain statis dan pembesaran
perhatikan factor factor Tindakan mandiri :
pemberat
10. Mengurangi nyeri atau menghilangkan nyeri
8. Berikan kompres pada
perineum khususnya 24 jam
pertama melahirkan
9. Anjurkan klien untuk
memulai menyusui pada
putting yang tidak nyerI
Tindakan kolaborasi :

10. Pemberian analgetik

b. Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan akibat luka episiotomi.


Tujuan : Mengatasi kemungkinan infeksi
Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda infeksi antara lain :
1) Adanya kemerahan atau kehangatan
2) Adanya pembengkakan
3) Adanya nyeri
Table 2. intervensi dan rasional diagnose 2
Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :


1. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) 1. Untuk dapat lebih dini mendeteksi tanda
dan kondisi dan jahitan infeksi dan mengintervensi lebih cepat
episiotomy 2. Dengan nutrisi yang adekuat dapat
2. Berikan nutrisi yang adekuat membantu pertahanan sistem imun
3. Kaji lokasi dan kontraksi 3. Fundus yang pada awalnya 2 cm umbilicus
uterus, perubahan infolusi pusat meningkat 1 sampai 2 cm, kegagalan
4. Lakukan rintangan sebelum dan infolusi menandakan pertahannya
sesudah dan sesudah kontak jarinmgan plasenta atau infeksi
dengan klien 4. Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi
5. Sarankan untuk klien untuk mikroorganisme
mengganti pembalut untuk 5. Pembalut yang lembab dan banyak darah
tiap 4 jam merupakan media yang menjadi tempat
6. Pantau tanda-tanda vital perkembangbiakan kuman
7. Sarankan ibu membersihkan 6. Peningkatan suhu 380c menandakan
perineum dari depan ke tertahannya jaringan plasenta atau infeksi
belakang 7. Membantu mencegah Kontaminasi
8. Kaji jumlah sel darah putih 8. Penigkatan sel darah putih menunjukan
9. Lakukan rendam bokong adanya infeksi
Tindakan kolaborasi : 9. Untuk memperlancar sirkulasi perineum
dan mengurangi edema
10. Pemberian obat antibiotic
Tindakan kolaboratif:

10. Untuk mencegah terjadinya Infeksi


c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri akibat luka episyotomi
Tujuan : Aktivitas dapat normal kembali
Kriteria hasil : Ibu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa
bantuan orang lain keadaan umum baik, kekuatan otot
baik.
Table 3 intervensi dan diagnosa III
Intervensi Rasional

Tindakan mandiri Tindakan mandiri


1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Untuk mengetahui kemampuan klien dan
memenuhi kebutuhan sehari- dapat memenuhi kebutuhan
hari 2. Bantu dan latihan yang teratur dapat
2. Bantu klien dalam memenuhi membiasakan klien melakukan aktivitas
kebutuhan sehari-hari sehari-hari
3. Tingkat tirah baring 3. Meningkatkan istirahat dan menyediakan
4. Anjurkan klien untuk energi untuk penyembuhan.
melakukan aktivitas yang 4. Aktivitas ringan membantu mengurangi
ringan energi yang keluar
5. Anjurkan mobilisasi dan 5. Meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
latihan dini secara lengkap ekstremitas bawah.
6. Health education perawatan 6. Menambah wawasan serta pengetahuan ibu
luka jahitan dan keluarga dalam perawatan luka di rumah
7. Anjurkan keluarga untuk 7. Keluarga dapat membantu dan bekerja sama
kooperatif dalam memnuhi kebutuhan pasien
8. Berikan lingkungan yang 8. Menigkatkan istirahat dan ketenangan serta
tenang, batasi pengunjung menurunkan stressan
sesuai keperluan 9. Keluarga dapat membantu dan bekerja sama
9. Anjurkan keluarga untuk dalam memenuhi kebutuhan pasien
kooperatif dalam perawatan
Tindakan kolaborasi :
Tindakan kolaborasi : 10. Mengurangi rasa nyeri

10. Berikan obat analgetik


d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal.
Tujuan : Tidak mengalami gangguan eliminasi
Kriteria hasil : Dapat berkemih sendiri dalam waktu 6-8 jam setelah
post partum, tidak merasa sakit saat BAK

Table 4 intervensi dan diagnose IV


Intervensi Rasional

Tindakan mandiri Tindakan mandiri :


1. Kaji dan catat cairan yang 1. Mengetahui balance cairan pada klien
masuk dan keluar tiap 24 sehingga intervensi dengan tepat
jam 2. Aliran plasma ginjal yang meningkat 25-
2. Palpasi kandungan kemih 50% selama periode prenatal, tetap tinggi
3. Anjurkan berkemih 6-8 jam pada minggu pertama
post partum 3. Melatih otot-otot perkemihan sehingga
4. Anjurkan minum 6-8 gelas pasien mudah berkemih
perhari 4. Mencegah dehidrasi
5. Kaji tanda-tanda ISK 5. Statis, hygine yang buruk, masuknya dan
6. Jelaskan pentingnya bakteri dapat member kecenderungan pasien
berkemih mengalami ISK
7. Dorong penigkatan cairan 6. Untuk motivasi pasien berkemih teratur
dengan mempertahankan 7. Indikator ketidak keseimbangan cairan
pemasukan yang akurat menimbulkan dehidrasi
8. Jelaskan pentingnya 8. Untuk motivasi klien berkemih teratur
Berkemih 9. Kembalinya fungsi kandung kemih dapat
9. Kaji klien terhadap menciptakan perasaan dorongan dan
kepenuhan kandung ketidaknyamanan
kemih Tindakan kolaborasi

Tindakan kolaborasi 10. Mengurangi distensi kandung kemih

10. Kolaborasi pemasangan


Kateter
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
Tujuan : konstipasi dapat teratasi
Kriteria hasil : tidak terjadi konstipasi, melakukan defekasi seperti
biasa
Table 5 intervensi dan diagnose v
Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :


1. Auskultasi adanya bising
1. Mengevaluasi fungsi usus (apakah ada
usus
distasi rektil)
2. Observasi gerakan usus,
2. Indicator kembalinya fungsi GI,
perhatikan warna feses,
mengidentifikasi ketepatan intervensi
konsistensi
3. Membantu meningkatkan peristaltik GI
3. Anjurkan klien untuk tidak
menahan BAB 4. Makanan seperti buah dan sayuran

4. Pertahankan diet regular membantu meningktkan peristaltic urus

masukan makanan, 5. Menambah pengetahuan klien


tingkatkan buah dan sayur 6. Karena dapat menimbulkan kecemasan
5. Brikan pendidikan kesehatan dalam BAB

tentang pentingnya buang air 7. Mengurangi rasa nyeri


besar Tindakan kolaborasi :
6. Kaji episitomi perhatikan
8. Untuk melunakan feses merangsang
adanya selerasi
peristaltic dan membantu mengembalikan
7. Anjurkan ibu untuk BAB dan
fungsi usus sepaerti sebelum melahirkan
BAK pada WC duduk
Tindakan kolaborasi:

8. Berikan pelumas feses


4. Implementasi
Implementasi pada ibu nifas antara lain (Doengos, 2012) :
Rencana asuhan keperawatan meliputi menjalankan aktivitas spesifik yang
akan menghasilkan apa yang akan diharapkan pada setiap individu ibu pada tahap ini.
Pada tahap ini lakukan pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dan tujuannya memenuhi kebutuhan ibu yang optimal.

5. Evaluasi
Evaluasi yang dapat dilakukan pada ibu nifas antara lain (Doengos, 2012) :
Perawat melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
didalam penatalaksanaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kemajuan hasil dari tindakan yang telah dilakukan, keluhan darinpasien dan observasi
tenaga kesehatan.
a. Nyeri hilang atau terkontrol
b. Tidak terjadi infeksi
c. Mampu beraktivitas kembali
d. Eliminasi urine kembali normal
e. Tidak terjadi konstipasi
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.N DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI RUANG ARAFAH 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

MASNILAWATI

REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU


PRODI D-III KEPERAWATAN BANDA ACEH
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
2019

Anda mungkin juga menyukai