Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas prinsip etik dalam asuhan keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan


rintangan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan
maupun tata bahasa.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Banda Aceh, 14 November 2019

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting


pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran
perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada
jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak
salah.Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit di
pecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih
prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang
yanglain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan
keburukanapalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria.
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional.
Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik, misalnya pada
kasus dibawah ini yang kami akan bahas.

1.2 Rumusan masalah

1. Definisi dilema etik.


2. Prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dilemma etik


2. Mengetahui prinsip moral menyelesaikan masalah etik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dilema etik


Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan
suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
semua pihak atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik sulit/tidak bisa diukur yang benar
atau yang salah.Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan pemikiran emosional.
Dilema etik merupakan situasi yang di hadapi oleh seseorang dimana ia
harusmembuat keputusan mengenai perilaku yang patut.

2.2 Prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik

a. Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi
adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan. Empat demensi utama dari autonomi yaitu
otonomi sebagai kebebasan untuk bertindak, sebagai pertimbangan yang
efektif, sebagai otentik, dan refleksi moral.
b. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan
begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena
alasan resiko serangan jantung.
c. Justice (Keadilan)

3
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk
serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.

d. Non-maleficence (tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada
dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu
penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya
transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada
situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga
mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S
masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah
berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya
kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan
kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam
hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

4
f. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen
menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h. Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat
untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi
menepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etik Dalam Praktik


Keperawatan.

 Faktor agama dan adat istiadat

 Faktor sosial-politik

 Faktor IPTEK

 Faktor legislasi dan keputusan yuridis

 Faktor dana / keuangan

 Faktor pekerjaan

2.3Teori Dasar Dalam Pembuatan Keputusan Etika

 Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat


keputusan etis praktek profesional (Fry, 1991).

5
 Teori Etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara
prinsip dan aturan

 Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa teori Etik

 Teori tersebut di klasifikasikan menjadi:

- Teori Teleologi

 Teleologi berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Telos “akhir”

 Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena


berdasarkan akibat yang dihasilkan

 Sering disebut the end justifies the means artinya makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi.

 Menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi “pencapaian hasil


akhir dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia”(Kelly, 1987)

 Teleologi dibedakan menjadi:

- Rule Utilitarianisme

- Act Utilitarianisme

 Rule Utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau
kebahagiaan pada manusia

 Act Utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan-aturan


umum tapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan
pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan
sebanyak-banyaknya pada individu.

6
 Contoh: bayi yang lahir cacat lebih baik diijinkan meninggal dari pada
nantinya dia jadi sengsara dan mjd beban masyarakat.

- Teori Deontologi(Formalisme)

 Deontologi berasal dari bahasa Yunani, Deon “tugas”, berprinsip pada aksi
atau tindakan

 Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya

 Perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang


dapat menjadi penentu apakah suatu tindakan tersebut secara moral
benar atau salah

 Contoh penerapan DEONTOLOGI

 Seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang
sebenarnya terjadi walaupun hal itu sangat menyakitkan

 Seorang perawat yang menolak membantu pelaksanaan abortus karena


keyakinan agama yg melarang tind. Membunuh

 Secara luas teori ini dikembangkan menjadi 5 prinsip penting : kemurahan


hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan(Fry, 1991)

2.4 Kerangka Pembuatan Keputusan

Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah


etika keperawatan yg berkaitan dg asuhan keperawatan klien.

Kerangka Jameton :
1. Model I tdd 6 Tahab
 Tahap 1, Identifikasi masalah
 Tahap 2, perawat harus mengumpulkan data tambahan

7
 Tahap 3, perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif
secara terbuka kepada pembuat keputusan
 Tahap 4, perawat harus memikirkan masalah etis secara
berkesinambungan
 Tahap 5, pembuat keputusan harus membuat keputusan
 Tahap 6, melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil

2. Model II tdd 7 tahap


 Tahap 1, mengenali dengan tajam masalah yang terjadi
 Tahap 2, mengumpulkan data berdasarkan fakta
 Tahap 3, menganalisis data
 Tahap 4, berdasarkan analisis yg telah dibuat, mencari kejelasan
konsep etika yang relevan untuk penyelesaian masalah
 Tahap 5, membuat alternatif tindakan
 Tahap 6, mengambil tindakan
 Tahap 7, evaluasi

3. Model III yang merupakan keputusan bioetis


 Tahap 1, tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan
masalah kesehatan, keputusan yg dibutuhkan, komponen etis
individu/keunikan
 Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas
situasi
 Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yg dihadapi
 Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral
profesional
 Tahap 5, identifikasi posisi moral dan keunikan individualyg
berlainan
 Tahap 6, identifikasi konflik-konflik nilai bila ada
 Tahap 7, gali siapa yg harus membuat keputusan
 Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yg diharapkan

8
 Tahap 9, tentukan tindakan dan laksanakan
 Tahap 10, evaluasi hasil dari keputusan/ tindakan

2.5 Model Pengambilan Keputusan Etis

1 . Pengkajian dan pengumpulan data

- pertimbangan situasional

- pertimbangan tim kesehatan

- pertimbangan organisasi

2. Identifikasi masalah

- pertimbangan etika

- pertimbangan non etika

3. Mempertimbangkan kemungkinan tindakan

- pola pikir teleologi

- Pola pikir deontologi

4. Keputusan dan seleksi tindakan

-kontribusi faktor internal dan kelompok

- kontribusi faktor ekternal

- kualitas keputusan dan tindakan

5. Refleksi terhadap keputusan dan tindakan yang diambil

- refleksi keputusan

- refleksi tindakan

9
2.6 Langkah – Langkah Penyelesaian Dilema Etik

1. Pengkajian

 Hal pertama yang perlu diketahui perawat “Siapa saja pihak yang terlibat
dan adakah saya terlibat langsung dalam dilema?”

 Target terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan :

- apa yg menjadi fakta medik ?

- apa yg menjadi fakta Psikososial ?

- apa yg menjadi keinginan klien ?

- apa nilai yang menjadi konflik ?

2. Perencanaan

 Perencanaan yang tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses

 3 hal yg dilakukan (Thomson & Thomson, 1985) :

- Tentukan tujuan dari treatment

- Identifikasi pembuat keputusan

- Daftarkan alternatif tindakan dan beri bobot seluruh

opsi/pilihan

3. Implementasi

 Klien/keluarga yg menjadi pengambil keputusan beserta anggota tim


kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yg dapat diterima dan slg
menguntungkan

 Harus terjadi komunikasi terbuka

10
 Peran perawat menjaga agar komunikasi tak memburuk

 Perawat harus ingat “saya disini untuk melakukan yg terbaik bagi klien “

4. Evaluasi

 Tujuan : terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai


outcome-nya.

 Evaluasi Ulang situasi tentang Perubahan status klien, kemungkinan


treatment medik, dan fakta sosial serta akibat treatment

 Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih perlu dipelihara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang


melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan
kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut


dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang
tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman
dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

3.2 Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus diutamakan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara


mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/289080236/MAKALAH-Dilema-Etik

https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/

https://khairunnisa2109.wordpress.com/2015/10/21/kebingungan-seorang-asisten-
perawat-dilema-etik-keperawatan/

http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.co.id/2015/06/makalah-dilema-etik-
keperawatan.html

13

Anda mungkin juga menyukai