Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
COVER i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
BAB IV PENUTUP 36
4.1 Kesimpulan 36
4.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit
yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering juga disebut
penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit
yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara, jarum suntik, transfuse
darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya (Vatimatunnimah, 2013). Penyakit
menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
(Widoyono,2008). Penyakit jenis ini masih menjadi masalah besar kesehatan karena
meningkatkan angka kesakitan dan kematian dalam waktu yang relative singkat.
Penyakit ini menyerang semua lapisan masyarakat dan berdampak buruk pada kondisi
social ekonomi mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan
menimbulkan kerugian besar. Meskipun beban penyakit global mulai berganti dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, namun dampak dari penyakit menular ini
tidak bisa diabaikan.
Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia.
Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali
penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung
beban berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes,
2013).
Tahun 2012, WHO mengestimasi 56 juta kematian di dunia, sebesar 13 juta kematian
diakibatkan oleh penyakit menular dan dominan terjadi di negara-negara dengan
pendapatan rendah. Salah satu penyakit menular yang mengakibatkan seperti angka
kematian di negara-negara berpendapatan rendah ini adalah penyakit Tuberkulosis (TB).
Secara atronomis Indonesia terletak antara 6° Lintang Utara sampai 11° Lintang
Selatan dan juga antara 95° Bujur Timur sampai 141° Bujur Timur. Oleh karena letak
astronomis Indonesia merupakan daerah yang memiliki iklim tropis. Kondisi ini
menyebabkan Indonesia memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Masa
peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan ataupun sebaliknya disebut
pancaroba. Pada masa ini banyak orang yang jatuh sakit. Banyak di antara mereka
mengaku bahwa penyebabnya adalah daya tahan tubuh orang tersebut menurun karena
belum siap menghadapi pergantian musim.
1
Penyakit yang terjadi di daerah tropis dan subtropis yang umumnya berupa infeksi
sering disebut sebagai penyakit tropis (Purnama, 2012). Penyakit tropis terbagi menjadi 4
macam, yaitu: infeksi oleh bakteri seperti demam tifoid, infeksi yang disebabkan oleh
virus seperti DBD, infeksi yang disebabkan oleh parasite seperti malaria, dan sindrom
penyakit menular seperti ISPA (Sudiono, 2003).
Gejala dari masing–masing penyakit berbeda satu dan yang lainnya. Akan tetapi
terdapat beberapa macam penyakit yang memiliki gejala hamper sama, terutama gejala
awal. Banyak orang yang menganggap bahwa gejala yang dialami adalah gejala dari
penyakit yang ringan saja. Padahal ada kemungkinan merupakan salah satu gejala awal
dari suatu penyakit yang cukup berbahaya jika tidak segera ditangani oleh pihak ahli yaitu
dokter spesialis. Pasien yang menderita penyakit infeksi yang berbahaya jika terlambat
ditangani akan menyebabkan kematian. Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah
masih belum meratanya penyebaran dokter spesialis, sehingga perawatan dan pengobatan
untuk pasien kurang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini untuk
mengurangi resiko kematian akibat penyakit infeksi tropis ini.
Pencegahan penyakit menular juga bias diupayakan melalui kebiasaan hidup sehat.
Diantaranya tidak meludah sembarangan, tidak memakai peralatan pribadi bersama
dengan orang lain, serta mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit.
1.2. RumusanMasalah
1.2.1. Apa pengertian penyakit menular?
1.2.2. Apa saja jenis-jenis dari penyakit menular?
1.2.3. Bagaimanacara penularannya?
1.2.4. Apa tanda-tanda pada pasien jika terjadi penularan infeksi?
1.2.5. Bagaimana terapi yang dapat dilakukan jika terjadi penularan infeksi?
1.2.6. Bagaimana prosedur perawatan di ruangi solasi?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk menambah pengetahuan terkait penyakit menular
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan pada penyakit menular
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda pada pasien yang terjadi penularan
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana terapi yang tepat jika terjadi penularan infeksi
1.3.5. Untuk mengetahui prosedur perawatan di ruang isolasi
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Tinea unguium Jamur kuku
3. Tinea cruris Jamur genital
4. Tinea barbae Jamur jenggot
5. Tinea kapitis Jamur rambut
6. Malassezia Folliculitis Jamur punggung, lengan
atas, dan dada
7. Malassezia Furfur Panu
8. Cutaneous candidiasis Ruam kulit
9. Candida albicans Jamur mulut, Kulit dan
organ intim
Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari tubuh penjamu dapat
dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur penyebab yang dapat
menggunakan lebih satu cara.
Berdasarkan cara unsur penyebab keluar dari pejamu, penyakit menular dapat
melalui konjungtiva seperti penyakit mata, melalui saluran napas (droplet) : karena
batuk, bersin, bicara atau udara pernapasan. Seperti penyakit TBC, influensa, difteri,
campak, dan lainlain, melalui pencernaan : lewat ludah, muntah atau tinja. Seperti
penyakit kolera, tifus abdominalis, kecacingan, melalui saluran urogenitalia yaitu
6
penyakit hepatitis, melalui luka pada kulit atau mukosa, seperti penyakit sifilis,
frambusia, secara mekanik : seperti suntikan atau gigitan, antara lain penyakit malaria,
hepatitis, AIDS.
Seorang ibu yang menderita penyakit infeksi saat hamil berisiko tinggi
untukmenularkan penyakit yang dideritanya ke janin di dalam kandungan. Di
samping itu,penularan penyakit infeksi dari ibu ke bayi juga bisa terjadi
melalui proses persalinanatau saat menyusui ASI.
c) Hewan ke manusia
Penularan infeksi dari hewan ke manusia bisa terjadi saat seseorang
tercakar atau tergigit hewan, mengonsumsi daging hewan yang dimasak
kurang matang, serta bersentuhan dengan kotoran atau urine hewan yang
7
telah terinfeksi. Hewan pembawa penyakit infeksi ini bisa hewan liar mau
pun hewan peliharaan yang kurang terawat kesehatannya. Contoh penyakit
infeksi yang menular melalui hewan adalah toksoplasmosis, pes,
leptospirosis, dan rabies.
B. Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui
media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan
dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector
borne).
Terdapat 3 cara penyebaran penyakit infeksi secara tidak langsung, yaitu:
a) Benda yang terkontaminasi
Beberapa jenis kuman dapat hidup pada benda tertentu, seperti keran air,
gagang pintu, dan bahkan handphone. Penularan bisa terjadi ketika Anda
menyentuh benda yang telah terkontaminasi kuman atau benda milik
penderita penyakit infeksi. Mikroorganisme penyebab infeksi juga bisa
menyebar melalui penggunaan barang pribadi, misalnya handuk, sikat gigi,
dan pisau cukur, secara bergantian dengan orang lain.
b) Makanan dan minuman yang terkontaminasi
Sembarangan mengonsumsi makanan dan minuman juga dapat
menyebabkan anda tertular penyakit infeksi. Berbagai jenis kuman, virus,
dan parasit banyak ditemukan dalam makanan atau minuman, terutama
daging dan telur yang tidak dimasak hingga matang atau makanan dan
minuman yang tidak dipasteurisasi. Contoh penyakit infeksi yang terjadi
melalui metode ini adalah diare, keracunan makanan, anthrax, flu babi, dan
flu burung.
c) Gigitan serangga
Banyak penyakit infeksi yang menular melalui gigitan serangga, misalnya
gigitan nyamuk yang membawa virus atau parasit penyebab infeksi. Contoh
penyakit infeksi akibat gigitan serangga ini adalah demam berdarah, malaria,
filariasis (kaki gajah), chikungunya, penyakit Lyme dan infeksi virus Zika.
8
a) Water Born Diseases: Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui
air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman patogen.
Penyakit tersebut diantaranya adalah : Diare, Dysentri, Kholera, Typhoid,
Hepatitis infektiosa, Gastrointerities.
b) Water Washed Diseases: Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
bersih.Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan hygiene
perorangan yang buruk, kebersihan alat-alat makan dan pakaian. Penyakit
tersebut diantaranya : Conjuctivitis/trachoma, scabies.
c) Water Bashed Diseases : Penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang
sebagian siklus hidupnya dia air. Sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi dan
mencuci. Contoh penyakit adalah Schitosomiasis.
d) Water Related Insect Vectors: Penyakit yang ditularkan melalui vektor
yang hidupnya tergantung pada air, Contoh Penyakit: Malaria, Demam
Berdarah, Filariasis, Yellow Fever.
2.3.2.2 Penyakit yang ditularkan melalui media udara (Air borne disease)
Termasuk dalam hal ini adalah kelompok penyakit zoonosis seperti rabies.
9
ditularkan melalui minuman (Milk borne disease) seperti penyakit TBC,
enteric fever, infant diare.
2.3.2.8 Penularan melalui vektor (vektor borne disease). Vektor atau si
pembawa kuman dapat berasal dari golongan arthropoda (avertebrata)
yang dapat memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu yang
potensial. Berdasarkan jenis vektor sebagai media menularan terdiri atas :
a) Mosquito borne disease ; Malaria, DBD, yellow fever, virus
encephalitis.
b) Louse borne disease ; Epidemic tifus fever.
c) Flea borne dosease ; Pes, tifus murin.
d) Mite borne disease ; Tsutsugamushi, dll.
e) Tick borne disease ; Spotted fever, epidemic relapsing fever.
f) Oleh serangga lain ; Sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat
hlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).
2.4 Tanda-tanda Pasien Terjadi Penularan Infeksi
Tanda-tanda yang timbul akibat adanya penularan infeksi adalah terjadinya
proses peradangan di dalam tubuh. Peradangan adalah salah satu respon tubuh
yang menunjukkan bahwa tubuh sedang mengalami infeksi. Sistem imun
tubuh sedang melakukan pertahanan diri terhadap agen infeksi yang lolos
masuk ke dalam tubuh. Terdapat 5 ciri yang menandakan munculnya respon
peradangan, yaitu sebagai berikut :
a) Rubor
Rubor adalah suatu kondisi fisiologis yang terlihat di permukaan tubuh dengan
munculnya warna kemerahan. Reaksi seperti ini dikarenakan
b) Dolor
Dolor biasa disebut dengan nyeri. Respon fisiologis ini dihasilkan dari berbagai
mekanisme. Mediator histamine ataupun mediator lainnya dikeluarkan oleh ujung-
ujung saraf karena adanya perubahan pH lokal atau konsentrasi ion tertentu. Hal
tersebut mengakibatkan peningkatan tekanan local sehingga menimbulkan nyeri.
c) Kalor
Kalor adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, sebagai salah satu respon tubuh
terhadap infeksi. Peningkatan suhu ini terjadi karena darah banyak disalurkan ke
area yang terkena radang atau infeksi.
d) Tumor
10
Tumor adalah suatu respon fisiologis terhadap infeksi berupa pembengkakan salah
satu bagian anggota tubuh. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan peremabilitas
dinding kapiler dan adanya penyaluran cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan yang terinfeksi. Saat orang mengalami infeksi, dinding kapiler menjadi
lebih permeable dari sebelumnya agar mudah dilalui oleh leukosit dan albumin
yang berguna untuk penyembuhan jaringan.
e) Functio lesia
Functiolesia adalah salah satu reaksi peradangan yang menyebabkan jaringan
yang terinfeksi tidak berfungsi dengan normal. Hal ini dikarenakan adanya
sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat.
11
yang mengancam jiwa, terapi yang berkepanjangan (endocarditis, meningitis,
septic artritis, dll), serta pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah
pemberian terapi antibiotik empirik.
c. Terapi profilaksis merupakan pemberian terapi dengan tujuan mencegah
kejadian infeksi pada berbagai keadaan. Ada beberapa jenis terapi profilaksis,
yaitu :
1) Profilaksis bedah, bertujuan menurunkan insiden infeksi luka bedah
setelah operasi. Antibiotik yang dipilih harus dapat mengatasi organisme
dan mikroba yang ada di lokasi irisan bedah, serta mempertahankan
konsentrasi plasma yang adekuat selama operasi berlangsung.
2) Profilaksis non bedah, merupakan pemberian antibiotik dengan tujuan
mencegah kolonisasi (infeksi asimptomatik) atau mencegah timbulnya
penyakit setelah kolonisasi / inokulasi patogen. Profilaksis non bedah
diindikasikan kepada individu yang berisiko tinggi terpajan patogen /
mengalami infeksi.
Anti jamur adalah jenis obat untuk untuk menghilangkan jamur. Infeksi karena
jamur terdapat beberapa jenis berdasarkan tempat infeksinya. Pemberian obat
antijamur ini juga bergantung pada tempat infeksi. Terdapat 2 pembagian
antijamur, yaitu:
a. Antijamur untuk infeki sitemik, seperti golongan azol, golongan alilamin,
golongan polien, golongan ekinokandin, dan golongan lain.
b. Antijamur untuk infeksi dermtofit dan mukokutan, seperti golongan imidazole,
golongan benzilamin, dan sebagainya
Antivirus adalah jenis penggolongan obat mengatasi infeksi virus. Obat jenis ini
bertujuan untuk mencegah replikasi virus dengan manghambat tahapan dalam
replikasi. Obat antivirus digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Obat untuk infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) dan Varicella-Zoster Virus
(VZV), seperti asiklovir dan valasiklovir.
12
b. Obat untuk infeksi Cytomegalovirus (CMY). Contoh obat antivirus untuk
infeksi CMV adalah gansiklovir, valgansiklovir, foskarnet, fomivirsen, dan
sidofovir (Katzung, 2007).
c. Obta antiretrovirus, obat ini digunakan untuk pengobatan yang efektif pada
infeksi HIV. ARV dibagi menjadi enam kelas yaitu nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NRTI), non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NNRTI), protease inhibitor (PI), inhibitor integrase/integrase strand transfer
inhibitors (INSTIs), fusi inhibitor (FI), inhibitor pematangan dan reseptor
kemokin antagonis (CCR5 antagonis). Obat ARV golongan NRTI adalah
abacavir, emtriitabin, didanosin, lamivudin, dtavudin, tenofovir, tenofovir
disoproksil fumarat, zalsitabin dan zidovudin. Obat ARV golongan NNRTI
adalah delavirdin, efavirenz, nevirapin, etravirin, dan rilpivirin. Obat ARV
golongan PI adalah darunavir, amprevenavir, atazanavir, tipranavir,
fosamprenavir, indinavir, lopinavir, ritonavir, nelfinavir, saquinavir, cobicistat.
Obat ARV golongan INSTIs adalah raltegravir, elvitegravir, dolutegravir.
Obat ARV golongan inhibitor pematangan adalah bevirimat. Obat HIV
golongan FI adalah enfuvirtide, ibalizumab. Sedangkan contoh obat ARV
goongan CCR5 antagonis adalah maraviroc dan vikrivirok (Rathbun et al.,
2016).
d. Obat antihepatitis, obat yang digunakan untuk Hepatitis B dan Hepatitis C.
Obat terapi infeksi hepatitis B adalah lamivudin, adefovir, adevovir dipivoxil,
entecavir, tenofovir, telbivudin, interferon alfa-2b, clevudin, dan timovin alfa-
1. Sedangkan obat terapi infeksi hepatitis C adalah interferon alfa-2b
pegylated, soforbuvir, pegylated, telaprevir, boseprevir, valopicitabin,
isatoribin, dan viramidin (Katzung, 2007).
e. Obat antiinfluenza
Obat anti-influenza dalam penggunaannya yang dapat menyebabkan toksisitas
adalah amantadin, oseltamivir, dan moroxydine.
13
1. Alat Pelindung Diri Tingkat 1
Pada Alat Pelindung Diri tingkat 1 terdiri dari masker bedah 3 lapis,
baju kerja, dan sarung tangan karet sekali pakai. Biasanya digunakan untuk kelompok
tenaga paramedis yaitu dokter, perawat, dan sopir ambulans. Hal ini digunakan saat
berada pada lokasi tempat praktikum umum dan kegiatan yang tidak menimbulkan
aerosol, triase pra-pemeriksaan, bagian rawat jalan umum, sopir ambulans yang
mengantar pasien,tidak kontak langsung, kabin terpisah.
Pada alat pelindung diri tingkat dua terdiri atas pelindung mata, masker
bedah 3 lapis, sarung tangan karet sekali pakai, penutup kepala, dan gown. Biasanya
digunakan untuk kelompok tenaga paramedis yaitu dokter, perawat, dan sopir
14
ambulans. Hal ini digunakan saat berada pada lokasi pemeriksaan pasien dengan
gejala infeksi pernapasan, pengambilan sampel non-pernapasan yang tidak
menimbulkan aerosol, ruang perawatan pasien COVID-19, pemeriksaan pencitraan
pada ODP, PDP atau konfirmasi COVID-19 (gown diganti jas lab farmasi), tenaga
medis yang memngantar pasien ODP dan PDP COVID-19, Sopir ambulans yang
membantu menaikkan dan menurunkan ODP dan PDP, dan petugas farmasi pada
bagian rawat jalan (gown diganti jas lab farmasi).
Pada alat pelindung diri tingkat tiga terdiri atas pelindung mata dan
face shield, masker N95 atau ekuivalen, sarung tangan bedah sekali pakai, penutup
kepala/headcap, coverall/gown&apron, boots/sepatu karet dengan pelindung sepatu.
Biasanya digunakan untuk kelompok tenaga paramedis yaitu dokter, perawat, dokter
gigi, perawat gigi, dan laboran. Hal ini digunakan saat berada pada lokasi ruang
prosedur dan tindakan operasi pada pasien ODP, PDP atau konfirmasi COVID-19,
kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeotomi, resusitasi
jantung paru, bronskopi, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal) pada pasien
ODP, PDP atau konfirmasi COVID-19, pemeriksaan gigi mulut, mata, dan THT,
ruang prosedur dan tindakan otopsi pasien ODP dan PDP atau konfirmasi COVID-19,
dan pengambilan sample pernapasan (swab nasofaring dan orofaring)
16
3. Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung
dengan pasien yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan
melakukan tindakan bedah yang menimbulkan aerosol.
17
2.6.3. Standar Alat Pelindung Diri
1. Masker
Masker Bedah memiliki 3 lapisan (layers) yaitu lapisan luar kain tanpa
anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter densitas
tinggi dan lapisan dalam yang menempel langsung dengan kulit yang
berfungsi sebagai penyerap cairan berukuran besar yang keluar dari pemakai
ketika batuk maupun bersin.
18
Karena memiliki lapisan filter ini, masker bedah efektif untuk menyaring
droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin, namun bukan
merupakan barier proteksi pernapasan karena tidak bisa melindungi pemakai
dari terhirupnya partikel airborne yang lebih kecil. Dengan begitu, masker ini
direkomendasikan untuk masyarakat yang menunjukan gejala-gejala flu /
influenza (batuk, bersinbersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan) dan
untuk tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan.
Masker N95 adalah masker yang lazim dibicarakan dan merupakan kelompok
masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai (disposable).
Kelompok jenis masker ini memiliki kelebihan tidak hanya melindungi
pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga hingga cairan
berukuran aerosol. Masker jenis ini pun memiliki face seal fit yang ketat
sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan aerosol asalkan seal fit
dipastikan terpasang dengan benar. Masker Filtering Facepiece Respirator
(FFR) yang ekuivalen dengan N95 yaitu FFP2 (EN 149- 2001, Eropa), KN95
(GB2626-2006, Cina), P2 (AS/NZA 1716:2012, Australia/New Zealand),
KF94 (KMOEL-2017-64, Korea), DS (JMHLW-Notification 214,2018,
Jepang). Kelompok masker ini direkomendasikan terutama untuk tenaga
19
kesehatan yang harus kontak erat secara langsung menangani kasus dengan
tingkat infeksius yang tinggi. Idealnya masker N95 tidak untuk digunakan
kembali, namun dengan stok N95 yang sedikit, dapat dipakai ulang dengan
catatan semakin sering dipakai ulang, kemampuan filtrasi akan menurun. Jika
akan menggunakan metode pemakaian kembali, masker N95 perlu dilapisi
masker bedah pada bagian luarnya. Masker kemudian dapat dilepaskan tanpa
menyentuh bagian dalam (sisi yang menempel pada kulit) dan disimpan
selama 3-4 hari dalam kantung kertas sebelum dapat dipakai kembali. Masker
setingkat N95 yang sesuai dengan standar WHO dan dilapisi oleh masker
bedah dapat digunakan selama 8 jam dan dapat dibuka dan ditutup sebanyak 5
kali. Masker tidak dapat digunakan kembali jika pengguna masker N95 sudah
melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol.
Tipe masker ini memiliki keefektifan filter lebih tinggi dibanding N95
meskipun tergantung filter yang digunakan. Karena memiliki kemampuan
filter lebih tinggi dibanding N95, tipe masker ini dapat juga menyaring hingga
bentuk gas. Tipe masker ini direkomendasikan dan lazim digunakan untuk
pekerjaan yangmemiliki resiko tinggi terpapar gas-gas berbahaya. Tipe masker
ini dapat digunakan berkalikali selama face seal tidak rusak dan harus
dibersihkan dengan disinfektan secara benar sebelum digunakan kembali.
2. Gown
20
(disposable) Cakupan Penggunaan: -
Untuk perawatan pasien rutin di
rangkaian perawatan kesehatan - Oleh
pasien yang diduga atau dikonfirmasi
COVID-19
Gaun isolasi bedah steril Level 1 dan Cakupan penggunaan: - Untuk
2 (ANSI/AAMI PB70) prosedur bedah/invasive dengan risiko
kontaminasi rendah
Gaun isolasi bedah steril Level 3 dan Cakupan penggunaan: - Untuk
4 (ANSI/AAMI PB70) prosedur bedah/invasive dengan risiko
kontaminasi sedang hingga tinggi.
Coverall Penggunaan: - Sekali pakai
(disposable) - Digunakan kembali
(reusable) Cakupan penggunaan: -
Memberikan perlindungan 360⁰ untuk
menutupi seluruh tubuh, termasuk
punggung dan tungkai bawah dan
memungkinkan hingga kepala dan kaki
21
konsentrasi 1:99 pada suhu 57,2oC – 71oC selama minimal 25 menit. Perawatan
harus diambil untuk memastikan bahwa tenaga medis tidak menyentuh permukaan
luar gaun selama perawatan.
3. Sepatu Bot
Seluruh petugas kesehatan harus mengenakan sepatu bot (boots) tahan air berbahan
karet (rubber / gum boots).
Spesifikasi teknis:
Catatan:
● Jika sepatu bot karet tidak tersedia, petugas kesehatan harus mengenakan sepatu
tertutup (slip-on tanpa tali sepatu dan sepenuhnya menutupi dorsum kaki dan
pergelangan kaki).
● Penutup sepatu, nonslip dan lebih disukai kedap air, idealnya harus digunakan di
atas sepatu tertutup untuk memfasilitasi dekontaminasi.
4. Pelindung Mata
22
Pelindung mata (eye protector) adalah salah satu jenis alat perlindungan diri (APD)
yang diperlukan untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia berbahaya,
percikan darah dan cairan tubuh, uap panas, sinar UV maupun pecahan kaca. Terdapat
beberapa jenis pelindung mata yaitu Goggle, Face shield, kacamata pelindung (safety
glass), dan respirator seluruh muka (Full-face respirators). Secara umum, pelindung
mata berupa goggle yang baik idealnya harus memiliki fitur berupa ventilasi indirek,
bahan yang jernih, tahan gores, seal yang baik, anti kabut dan tali yang dapat
disesuaikan, sedangkan face shield (pelindung wajah) yang baik idealnya harus
memiliki fitur berupa bahan yang jernih, anti kabut, menutupi seluruh bagian dan sisi
wajah dan tali yang dapat disesuaikan.
Standar untuk pelindung mata harus minimal sesuai dengan arahan standar UE
86/686/ EEC, EN 166/2002 atau ANSI / ISEA Z87.1-2020.
23
5. Penutup Kepala
a. Skull cap
24
b. Bouffant cap
Meskipun terdapat 2 jenis head cap, tidak ada perbedaan signifikan dalam pencegahan
resiko infeksi (SSI) pada lokasi pembedahan setelah prosedur selesai.
6. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC),
nitrile, polyurethane, merupakan pelindung tangan tenaga kesehatan dari kontak
cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan pada pasien. Sarung tangan yang
ideal harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik) dan pas di
tangan. Sarung tangan yang digunakan merupakan sarung tangan yang rutin
digunakan dalam perawatan, bukan sarung tangan panjang
7. Celemek/ Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan oleh
petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa terbuat dari plastik
sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali
(reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan desinfektan.
Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang
paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai
25
penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba patogen
dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan/tanpa media perantara. Jadi,
kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi
mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati mekanisme
transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara.
b. Menggunakan masker ketika sedang berada di luar rumah atau ketika sedang
sakit.
c. Tidak berbagi peralatan kebersihan pribadi, seperti sikat gigi, pisau cukur,
handuk, dan alat makan, dengan orang lain.
d. Melengkapi imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan dokter atau
ketika hendak bepergian ke daerah dengan penyakit endemik.
e. Melakukan hubungan seksaman dan tidak berganti pasangan seksual.
f. Menjaga kebersihan lingkungan.
a. Kebersihan Tangan
26
Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara
pasien, baik menggunakan maupun tidak menggunakan sarung tangan.
Segera setelah sarung tangan dilepas.
Sebelum memegang peralatan.
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka,
dan benda-benda terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung
tangan.
Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi
bersih dari pasien.
Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien.
b. Penggunaan APD
Alat Pelindung diri yang digunakan berupa sarung tangan, pelindung wajah
(masker, googles, face shield), gaun pelindung, penutup kepala.
c. Pencegahan Luka Tusukan Jarum
Hati-hati saat memegang jarum, pisau,dan alat-alat tajam lainnya.
Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.
d. Etika Batuk
Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta
membersihkan tangan setelah kontak dengan secret saluran napas.
e. Kebersihan Lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi
permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
f. Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan
cara:
Cegah pajanan pada kulit dan membrane mukosa serta kontaminasi
pada pakaian.
Cegah penyebaran pathogen ke pasien lain dan lingkungan.
g. Pembuangan Limbah
Pastikan pengelolaan limbah yang aman.
Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret,
dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
27
Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung
berhubungan dengan pemrosesan specimen harus juga diperlakukan
sebagai limbah infeksius.
Buang alat sekali pakai dengan benar.
h. Peralatan Perawatan pasien
Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi
harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan
membrane mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran pathogen ke
pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang
digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.
28
BAB III
PEMBAHASAN
29
3.2 Case Study Penyakit Menular Melalui Kontak
Di kota Mount Vernondi Washington, AS, setidaknya 45 orang telah terinfeksi
virus corona saat bernyanyi bersama dalam paduan suara yang sama. Beberapa dari
mereka yang terinfeksi mengakui mereka tak melanggar panduan jaga jarak sosial.
Dengan kata lain mereka tetap mematuhi protokol physical distancing. Insiden serupa
dilaporkan terjadi di Guangju, China, pada Januari silam, ketika seseorang yang
terinfeksi virus itu diyakini menularkannya kepada Sembilan orang lain ketika makan
di restoran yang sama. Para ilmuwan mengatakan salah satu orang yang terinfeksi
duduk sekitar enam meter dari orang yang membawa virus itu.
Menurut WHO, ada baiknya untuk mempertahankan jarak setidaknya 1-3
meter ketika berada ditempat umum terlebih jika ada seseorang yang batuk atau
bersin. Dengan melakukan hal tersebut, diyakini dapat mencegah diri dari terjangkit
virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. Pasalnya, virus tersebut telah
terbukti mudah menular saat gejala masih ringan yakni dimasa inkubasi. Pembatasan
untuk tidak keluar rumah apabila dirasa tidak ada urusan yang darurat atau penting
perlu dijadikan kebiasaan untuk memutuskan rantai penyebaran virus covid-19.
Alasan lain kita perlu menjaga jarak adalah karena virus corona SARS-CoV-2,
mikroba yang bertanggungjawab pada terjadinya pandemi Covid-19 dapat menyebar
diantara orang orang yang berdekatan. Secara teoritis virus itu dapat bertahan selama
tiga jam dalam tetesan cairan yang ada di udara,dapat ditularkan melalui permukaan
yang terkontaminasi,dan mudah menyebar melalui droplet batuk dan bersin.Meskipun
sudah menutup tangan ketika bersin namun malah lebih berbahaya lagi karena tangan
kita adalah salah satu anggota tubuh kita yang paling sering menyentuh barang-barang
disekitar kita yang mungkin saja dapat menjadi faktor pembawa virus covid-19
ini.Dengan demikian, anjuran untuk tetap work-from-home menjadi solusi yang
paling efektif untuk memutus rantai penyebaran virus ini karena dengan tetap stay at
home kita dapat menghindari kontak langsung maupun tidak langsung dari orang-
30
orang yang mungkin saja membawa faktor virus covid-19 namun tidak memiliki
gejala/tanpa gejala.
3.3.2 Pembahasan
Virus corona dapat menular melalui droplet atau cairan pernapasan yang
keluar saat batuk dan bersin. Droplet ini dapat masuk ke mulut, hidung, atau mata
orang yang berada di dekatnya. Saat berhubungan seks, maka orang tersebut berada
dalam jarak yang sangat dekat dan kemungkinan untuk terkena droplet akan besar.
Selain itu, hubungan seksual juga berarti melakukan hubungan intim seperti
berciuman. Pasalnya, droplet antar pasangan akan saling bertukar satu sama lain,
sehingga dapat menularkan covid-19.
31
Tetapi, menghindari kontak dengan air liur dan darah pasien mungkin tidak
cukup, karena sperma pasien yang dalam penyembuhan tetap memungkinkan
menyebabkan penularan. Namun, belum bisa dipastikan berapa lama virus tersebut
dapat bertahan di dalam cairan sperma. Sebab, virus ini ditemukan pada sampel
sperma dari partisipan yang baru 2-3 hari sebelumnya dinyatakan sembuh dari covid-
19.
32
3.4 Asuhan Keperawatan Pasien Covid-19
Rencana Keperawatan
Diagnosis Luaran Intervensi
D.0080 L.09093 1.09314
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Edukasi
Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis Latih
penggunaan
mekanisme
33
pertahanan diri yang
tepat
Latih Teknik
relaksasi
D.0003 L. 01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas Pemantauan respirasi
Edukasi
informasikan hasil
pemantauan → Jika
perluPemantauan
respirasi
34
1.01026
Terapi oksigen
Obervasi
Monitor kecepatan
aliran oksigen
Monitor efektifitas
terapi oksigen
(seperti oksimetri,
Analisa Gas Darah)
Monitor integritas
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen
Teraupetik
Bersihkan secret pada
mulut, hidung, dan
trakea → Jika perlu
Gunakan oksigen
yang sesuai dengan
tingkat mobilitas
klien
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Ditengah wabah COVID-19 yang terjadi di Indonesia, di suatu desa tengah diadakan
swab test masal yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Pukul 08.00 para warga
desa sudah berkumpul di balai desa namun tetap dengan protokol kesehatan. Namun,masih
35
saja terdapat beberapa warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan, baik itu ada yang
tidak menggunakan masker dan juga berkumpul. Beberapa warga tersebut tengah asih
bercakap-cakap dan kemudian salah satu perawat datang ke kerumunan tersebut.
Warga 1 : Waalaikumsalam, emang kenapa ya sus kalau kita berkumpul, kita kan
hanya mau bersilaturahmi sudah lama tidak bertemu dan lagian kita juga
sudah memakai masker.
Warga 2 : Iya sus betul itu, kita kan sudah menggunakan masker.
Perawat 1 : Mohon maaf sebelumnya ibu, iya benar ibu-ibu telah menggunakan masker
namun melakukan hal itu saja tidak cukup ibu, kita juga perlu untuk
melakukan physical distancing karena penanggulangan covid-19 ini yang
bisa kita lakukan dengan menjaga jarak itu. Disini kan juga sudah disediakan
bangku yang sudah sesuai dengan protokol kesehatan sehingga ibu-ibu
dipersilahkan untuk duduk di tempat tersebtu dan tidak diperbolehkan untuk
berkerumun.
Warga 3 : Eh iya bener juga itu, ayo-ayo kita duduk saja sambil menunggu panggilan
untuk swab test.
Setelah semua siap untuk pelaksanaan swab test, barulah satu per satu warga dipanggil untuk
dilakukan swab test. Swab test pun berjalan dengan lancar hingga selesai. Dua hari kemudian,
hasil swab test pun keluar dan ternyata terdapat seorang dari desa tesebut yang terbukti positif
terpapar COVID-19 sehingga seseorang tersebut harus dijemput untuk diisolasi di rumah
sakit rujukan COVID-19. Para petugas medispun menjemput pasien tersebut dengan
menggunakan APD lengkap sesuai dengan standar COVID-19.
Petugas medis telah tiba di rumah warga yang tediagnosa terpapar COVID-19.
36
Perawat 2 : Mohon maaf ibu, kami dari pihak rumah sakit ingin menyampaikan hasil
swab test yang telah dilakukan 2 hari kemarin dan hasil swab test milik ibu
positif COVID-19 sehingga disini kami ingin membawa ibu ke rumah sakit
untuk dilakukan isolasi.
Warga 4 (+) : Apa? Saya terkena COVID-19? Nggak mungkin itu sus,saya tidak mau
dibawa ke rumah sakit.
Perawat 2 : Iya ibu, ibu terpapar COVID-19, ibu harap tenang ya ini bisa sembuh kok
bu. Namun ibu harus ikut kami ke rumah sakit untuk melakukan isolasi
disana.
Warga 4 (+) : apa isolasi itu tidak bisa dilakukan di rumah saja?
Perawat 2 : Maaf ibu tidak bisa karena kalau ibu melakukan isolasi di rumah maka
kita tidak bisa memantau kondisi ibu setiap saat dan yang paling penting
ibu tidak akan menularkan ini semua kepada keluarga ibu dan orang-orang
disekitar ibu karena untuk saat ini penularan virus ini sangat cepat ibu.
Perawat 2 : Ibu tidak perlu takut, ada kami semua yang akan melayani ibu hingga
sembuh yang penting ibu tidak stres dan taat untuk mengikuti treatment
yang kita rencanakan sehingga akan lebih cepat waktu penyembuhannya.
Warga 4 (+) : Baik sus, saya akan mengikuti itu semua dengan taat. Sebentar ya sus saya
mau ambil masker terlebih dahulu.
Setelah penjemputan salah satu warga tersebut, seluruh warga daerah desa tersebut
melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing dan protokol kesehatan dilaksanakan
secara ketat.
BAB IV
37
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Penyakit menular merupakan peyakit yang dapat berpindah dari satu orang ke orang
lainnya yang ditandai dengan adanya agent yang berpindah dan menyerang host atau
inangnya (penderita). Ada beberapa cara penularan yaitu penularan secara langsung dan
penularan secara tidak langsung. Penyakit ini dapat ditularkan melalui beberapa media.
Diantaranya air, udara, orang ke orang, hewan ke orang, tumbuhan ke orang, melalui kontak
benda lain, makanan dan minuman serta melalui vektor.
5.2 saran
berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi agar imun tubuh tetap terjaga.
38
DAFTAR PUSAKA
Eliana dan Sri Sumiati. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan-Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ternyata covid-19 bisa menular lewat hubungan intim. Pakar temukan virus corona dalam
sperma. Diakses pada tribun-medan.com pada 22 September 2020, melalui
https://medan.tribunnews.com/2020/05/09/ternyata-covid-19-bisa-menular-lewat-
hubungan-intim-pakar-temukan-virus-corona-dalam-sperma
Perkasa, Gading. 2020. Covid-19 Tidak Menular Lewat Aktivitas Seksual, Benarkah?.
Diakses pada 22 September 2020 di kompas.com, melalui
https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/04/24/162418720/covid-19-tidak-
menular-lewat-aktivitas-seksual-benarkah
Ditemukan Dalam Air Mani, Dapatkah Virus Corona Menular Melalui Hubungan Seks?.
Diaksespadatrubus.idpada21September2020,melalui
https://m.trubus.id/baca/36631/ditemukan-dalam-air-mani-dapatkah-virus-corona-
menular-melalui-hubungan-seks
Melani,Agustina.2020.IDIJatim:SelainJagaJarak,HindariKerumunanuntukCegahCOVID-
19.Surabaya:Liputan6.Dikutippada23September2020darihttps://surabaya.liputan6.com/
read/4310873/idi-jatim-selain-jaga-jarak-hindari-kerumunan-untuk-cegah-covid-19
Ramadhani,Yulaika.2020.Berapajarakamansocialdistancinguntukcegahcorona?.Dikutippada2
3september2020darihttps://tirto.id/berapa-jarak-yang-aman-dalam-social-distancing-
untuk-cegah-corona-eJVK
39
Putri,GloriaSetyavani.2020.CegahPenularanVirusCorona,JagaJarakMinimalDuaMeter.Dikuti
ppada23September2020darihttps://www.kompas.com/sains/read/2020/04/01/17000012
3/cegah-penularan-virus-corona-jaga-jarak-minimal-dua-meter?page=all.
Yuniar,Angga.2020.CegahPenularanVirusCoronaCovid-
19,JagaJarakhingga2Meter.Dikutippada23September2020darihttps://www.liputan6.com
/bola/read/4214553/cegah-penularan-virus-corona-covid-19-jaga-jarak-hingga-2-meter
Santoso, Sri Hidajati Bayu. 2008. Infeksi Protoza dan Permasalahannya: Peran profesi
parasitology Kedokteran dalam pendidikan dan pelayanan. Surabaya: FK Unair.
Kemenkes RI, 2020. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menghadapi Wabah
COVID-19. Jakarta: Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes
RI. Diambil dari https://covid19.go.id/p/protokol/petunjuk-teknis-penggunaan-alat-
perlindungan-diri-apd-dalam-menghadapi-wabah-covid-19
40
Wibowo, Bambang. dkk. 2020. Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan
COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Diambil dari https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/standar-apd-untuk-
penanganan-covid-19-di-indonesia-revisi-2.pdf
Syahputra,dkk. (2014). PerbandinganRerataPengetahuanPetugasKamarJenazahSebelum
danSetelah Dilakukan Workshop TentangInfeksiDapatanKamarJenazah.
Undergraduate thesis, Faculty of Medicine Diponegoro University.
41