Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak beberapa tahun lalu muncul beberapa penyakit yang menimbulkan jumlah
kematian yang cukup besar. Salah satu penyakit yang menyebabkan kegemparan
diseluruh dunia adalah penyakit yang berasal dari virus influenza termutasi. Influenza
virus mempunyai RNA (Ribo Nucleic Acid) sebagai material genetiknya. Virus ini cepat
sekali bermutasi karena tidak memiliki enzim yang bisa memperbaiki jika seandainya
ada kesalahan dalam pembacaan material genetik dalam tubuhnya. Kemampuan
influenza virus untuk selalu bermutasi inilah yang menyebabkan vaksin influenza tidak
bisa hanya diterima 1 kali seumur hidup tapi harus diberikan setiap tahun, karena setiap
tahun vaksin harus dibuat dengan menyesuaikan material genetik dari virus yang sedang
mewabah tahun itu.
Influenza virus dibagi menjadi 3 tipe, A, B dan C. Influenza virus tipe A dan B-
lah yang biasanya bertanggung jawab menyebabkan wabah flu setiap tahun (seasonal
influenza), sedangkan tipe C biasanya hanya menyebabkan gejala flu ringan dan jarang
menyebabkan wabah. Influenza virus tipe A merupakan penyebab utama pandemik yang
belakangan ini merebak.
Saat ini penyakit flu yang sedang mewabah diantaranya flu babi dan flu Singapura.
Sudah sewajarnya jika kita berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penyakit flu singapore?
2. Apa etiologi dari penyakit flu singapore?
3. Apa epidomiologi dari penyakit flu singapore?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit flu singapore?
5. Bagaimana cara penularan dari penyakit flu singapore?
6. Bagaimana pencegahan dan pengendalian penyakit?
7. Bagaimana diagnostik klinik dari penyakit flu singapore?
8. Bagaimana pengobatan dari penyakit flu singapore?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai penyakit flu singapore?
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit flu singapore

1
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit flu singapore
3. Mahasiswa mampu memahami epidomiologi dari penyakit flu singapore
4. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit flu singapore
5. Mahasiswa mampu memahami cara penularan dari penyakit flu singapore
6. Mahasiswa mampu memahami cara pencegahan dan pengendalian dari penyakit
flu singapore
7. Mahasiswa mampu memahami diagnostik klinik dari penyakit flu singapore
8. Mahasiswa mampu memahami pengobatan dari penyakit flu singapore

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Flu Singapore sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal
sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia disebut
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM). Penyakit ini sesungguhnya sudah lama ada
di dunia. Berdasarkan laporan yang ada, penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di
Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru. Istilah Flu Singapore muncul
karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura.
Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi
di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah flu Singapore, walaupun ini
bukan terminology yang baku.
Hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi.
Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash. Biasanya disebabkan oleh
coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini
menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan
penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu,
domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan
tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda. Manusia tidak dapat
tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya.

2.2 Etiologi
HFMD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk
dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus (non Polio).
Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus.
Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus,
Echovirus dan Enterovirus. Penyebab PTKM yang paling sering pada pasien rawat jalan
adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.
Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

3
Gambar 2. Coxsackie A virus

Gambar 3. Coxsackie A virus dilihat dengan mikroskop elektron

2.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah
penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-
anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya
lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena.
Orang yang belum pernah terinfeksi oleh virus yang menyebabkan HFMD
beresiko untuk terinfeksi, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus ini menderita
HFMD.
HFMD paling banyak terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun, tapi
dapat pula terjadi pada orang dewasa. Anak-anak lebih beresiko untuk terkena penyakit
ini karena system imun dalam tubuh mereka masih lemah bila dibandingkan dengan
orang dewasa.

4
Bila telah terinfeksi maka pasien akan mendapatkan immunitas terhadap virus
yang dapat menyebabkan HFMD ini. Tapi terdapat pula beberapa kasus dimana HFMD
dapat kembali muncul karena infeksi oleh virus golongan enterovirus lainnya.
Kasus HFMD terjadi di seluruh dunia. Pada daerah yang beriklim hangat/sejuk,
kasus lebih sering terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Sejak tahun 1997,
kasus-kasus HFMD yang disebabkan oleh enterovirus 71 telah dilaporkan terjadi di Asia
dan Australia.
HFMD yang disebabkan oleh infeksi coxsackievirus A16 merupakan penyakit
yang ringan. Umumnya pasien dapat sembuh setelah 7-10 hari tanpa penanganan medis.
HFMD yang disebabkan oleh enterovirus 71 menunjukkan insiden penyakit neurologis
(sistem saraf) yang lebih tinggi. Kasus encephalitis yang fatal dapat terjadi pada penyakit
yang disebabkan oleh infeksi enterovirus 71.
Implantasi awal virus pada mukosa buccal dan ileum akan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar getah bening dalam 24 jam. Viremia cepat terjadi, meluas ke
mukosa mulut dari kulit. Hari ke 7 terjadi peningkatan neutralizing antibody kemudian
terjadi eliminasi Virus.

Kasus HFMD
 Tahun 1997
Tiga puluh empat anak meninggal di Sarawak, Malaysia.
 Tahun 1998
Kasus HFMD dilaporkan terjadi di Taiwan. Sekitar 405 pasien mengalami
komplikasi akut, dan 78 anak meninggal. Jumlah total kasus epidemic yang terjadi
telah mencapai 1,5 juta.
 Tahun 2006
7 orang meninggal karena penyakit HFMD di Kutching, Sarawak (sumber
New Straits Times, 14 Maret)
 Tahun 2008
Dilaporkan 25.000 kasus infeksi HFMD dengan jumlah korban meninggal 42
orang terjadi di Fuyang, Anhui, China pada awal Maret. Hal yang serupa juga
dilaporkan terjadi di Singapore (lebih dari 2.600 kasus pada 20 April 2008), Vietnam
(2.300 kasus dengan 11 kematian), Mongolia (1.600 kasus), dan Brunei (1053 kasus
selama bulan Juni-Agustus 2008).
 Tahun 2009
Kasus lainnya dilaporkan terjadi pada bulan April 2009, di kota Heze dan
provinsi Shandong, bagian timur China, dengan jumlah penderita yang meninggal
mencapai 15 orang. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Shandong melaporkan

5
5.770 kasus terjadi di Heze, Dari 5.770 kasus tersebut 4.549 dilaporkan sembuh
sedangkan 341 kasus lainnya hingga saat ini belum dapat diatasi.
Hingga 7 April 2009, lebih dari 115.000 kasus telah dilaporkan dan 50 orang
meninggal karena infeksi ini. Tetapi kebanyakan kasus hanya terjadi di daerah
pedesaan, di mana populasinya jarang dan hamper 80% total kasus terjadi di 10
provinsi dan daerah otonomi mencakup Henan, Shandong, Jiangsu, Guangxi, dan
Zhejiang.
Di Indonesia terdapat laporan kasus infeksi ini di daerah Jakarta dan
sekitarnya. Kasus yang pertama dilaporkan terjadi pada 8 orang anak berusia satu
sampai empat tahun. Dinas kesehatan Jakarta pada bulan April mengeluarkan
peringatan akan bahaya HFMD dan larangan untuk bepergian ke Singapura.

2.4 CARA PENULARAN


Penularannya melalui jalur fekal-oral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu
dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa
gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui
barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi
itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penyakit ini
memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain
Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
Infeksi ini paling menular pada satu minggu pertama. Virus yang menyebabkan
HFMD masih dapat tinggal di dalam tubuh selama berminggu-minggu setelah symptom
menghilang. Berarti penularan dari orang ke orang terjadi setelah pasien penyakit ini
beranjak sembuh. HFMD tidak ditransmisikan dari binatang ke manusia.

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada
nafsu makan, pilek, gejala seperti flu, pada umumnya yang tak mematikan. Timbul
vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan (lidah, gusi, pipi
sebelah dalam) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul
rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang
tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) pada
bokong.

6
Gambar 4. Manifestasi klinik flu Singapura

Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu
dirawat di rumah sakit. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat
di rumah sakit.

Gejala Prodromal (12-36 jam) :


 Demam tidak tinggi±38,3 derajat C selama 2-3 hari
 Anoreksia
 Malaise (feeling sick)
 Nyeri perut
 Sakit pada mulut dan tenggorokan
 Batuk
 Lesi pada tangan dan kaki; 5-7 hari
 Lesi mukosa dan kulit sembuh spontan dalam 5-7 hari
 Kadang-kadang : demam tinggi, sangat lemah, diare, atralgia, miokarditis dan
pneumonia, meaningoencephalitis.

Adapun gambaran klinik Lesi di mulut :


 Macula, vesikel 2-3 mm dasar eritem
 Vesikel jarang terlihat, segera menjadi ulkus
 Ulkus terasa nyeri ditambah dengan rasa tidak nyaman ketika makan
 Jumlah ulkus 5-10
 Terlihat pada palatum, mukosa pipi, gusi, lidah, uvula, tonsil.

Adapun gambaran klinik lesi di kulit :


 Lokasi khas yaitu tangan, kaki, bokong dan kadang-kadang di lengan.
 Jumlah lesi di tangan > jumlah lesi di kaki

7
 Jumlah lesi di dorsal dan sisi samping jari-jari>jumlah lesi di palmar
 Makula eritem 2-10 mm kemudian berubah menjadi vesikel sentral oval
berwarna abu-abu
 Lesi asimtomatik, hilang 3-7 hari
 22% cervikal/submandibular limfadenopati.

Gejala yang cukup berat tersebut antara lain :


 Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39oC.
 Demam tidak turun-turun
 Takikardia (denyut nadi menjadi cepat)
 Takipnea, yaitu napas jadi cepat dan sesak
 Anoreksia, muntah, atau diare berulang disertai dehidrasi.
 Letargi, lemas, dan terus mengantuk
 Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.
 Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf cranial
 Keringat dingin
 Fotofobia (tidak tahan melihat sinar)
 Ketegangan pada daerah perut
 Halusinasi atau gangguan kesadaran

Komplikasi pada penyakit HFMD jarang terjadi, tetapi bila terdapat komplikasi harus
segera ditangani. Komplikasi penyakit ini adalah :
 Viral atau aseptik meningitis (radang selaput otak)
Viral meningitis dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher dan punggung.
Kondisi ini biasanya ringan dan dapat sembuh tanpa penanganan.
 Ensefalitis (radang otak)
Dapat berakibat fatal.
 Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
 Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness)
 Hilangnya kuku jari tangan dan kaki
Hanya bersifat sementara dan dan dapat sembuh tanpa pengobatan.

Penyakit yang ternasuk ke dalam satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10

8
2.6 DIAGNOSTIK KLINIK
Biasanya diagnosis yang ditegakkan berdasarkan dari sejarah dan pemeriksaan
fisik. Dapat dilakukan test laboratorium untuk coxsackievirus dan enterovirus lain, tetapi
biasanya tidak diperlukan.
Penyakit ini sering keliru dengan penyakit kerongkongan yang disebabkan oleh
bakteri Streptoccocus, yang juga biasanya ditandai dengan demam dan sakit
kerongkongan (sore throat). Terkadang juga keliru dengan penyakit cacar air karena
keduanya menghasilkan blister/vesicle (lepuh/tonjolan kecil pada epidermis yang
mengandung cairan serosa) dan dengan penyakit exanthema pada anak-anak (demam
yang disertai dengan erupsi) karena terjadi infeksi telinga yaitu merahnya gendang
telinga.
Sampel (Spesimen) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan
usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan Hank Virus Transport. Isolasi virus dengan cara biakan sel
dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan Tissue Culture, kemudian dapat
diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu (IPA, CT, PCR dll). Dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.

Diagnosa Laboratorium HFMD meliputi:


1. Deteksi Virus :
- Immuno histochemistry (in situ)
- Imunofluoresensi antibodi (indirect)
- Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero; RD; L20B Uji netralisasi terhadap intersekting pools Antisera
(SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

2. Deteksi RNA
RT-PCR Primer : 5’ CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3’
5’ GGGAACTTCGATTACCATCC 3’ Partial DNA sekuensing (PCR Product)

3. Serodiagnosis
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71
(BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji ELISA sedang dikembangkan. Sebenarnya secara
klinis sudah cukup untuk mendiagnosis HFMD, hanya kita dapat mengetahui apakah
penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.
Diagnosa banding :
 Stomatitis aphtosa
 Chickenpox

9
 Eritema multiform
 Herpes Simplex

2.7 PENGOBATAN
Berikut ini merupakan cara – cara pengobatan penyakit HFMD:
1. Istirahat yang cukup
2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja
berdasarkan keadaan klinis yang ada.
3. Dapat diberikan:
- Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
- Extracorporeal membrane oxygenation.
4. Pengobatan simptomatik:
- Antiseptik di daerah mulut
- Antipiretik
- Analgesik misal parasetamol
- Antibiotika jika infeksi kulit
- Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
- Pengobatan suportif lainnya
 Nyeri : Kumur air garam
 Intake oral penderita : minuman dingin (semacam susu), menghindari juice
sitrus karena “menyengat”
 Campuran (jumlah sama) : mukolitik/ekspektoran dan antasida dikumur
kemudian dibuang/diludahkan.
 Gizi, dll.
Penyakit ini merupakan self limiting diseases, yaitu penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya,
dalam 7-10 hari. Tidak ada pengobatan spesifik untuk infeksi ini, selain dari terapi untuk
mengatai simptomnya. Pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien
yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
Hal yang terpenting untuk menangani penyakit ini adalah meredakan sakit (pain
relief) dan memperbanyak cairan tubuh. Berkumur dengan air garam (1/2 sendok the
garam untuk 1 gelas air hangat), es loli dan cairan dingin dapat digunakan untuk
meredakan rasa sakit pada kerongkongan yang terluka.
Terapi dengan antibiotik tidak efektif pada penyakit ini. Obat bebas terbatas
(over-the-counter medicines), seperti Tylenol (acetaminophen) dapat digunakan untuk
mengatasi demam. Aspirin dapat pula digunakan, akan tetapi sebaiknya tidak dipakai
untuk anak di bawah usia 12 tahun.

10
Pastikan pasien tidak kekurangan cairan. Pemberian cairan tambahan diperlukan
ketika terjadi demam.Jangan memberikan jus atau soda karena kandungan asamnya
dapat menimbulkan rasa terbakar pada ulcer.

2.8 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik.
Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan
lingkungan; kebersihan (Higienis dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara
yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan,
khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan,
handuk yang memungkinkan terkontaminasi. Bila perlu anak tidak bersekolah selama
satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang.
Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung
beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di
Rumah sakit Universal Precaution harus dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah
dengan vaksin (Imunisasi). Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya
tahan tubuhnya menurun dan agar tidak menularkan ke anak lainnya.
Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti
meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik). Memberikan penyuluhan
tentang cara-cara penularan dan pencegahan HFMD untuk memotong rantai penularan.
Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana HFMD termasuk pelaksanaan.
Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala HFMD.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengobatan secara spesifik untuk
penyakit ini. Adapun hal – hal yang dapat dilakukan antara lain:
 Menghindari kontak dengan anak-anak yang terinfeksi
 Tidak membawa anak yang sakit ke tempat yang padat pengunjung
 Tidak menggunakan peralatan makan,pakaian,sepatu anak yang sakit.
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan kontak dengan
penderita
 Bintik yang melepuh/vesikel sebaiknya dibiarkan mengering alami, jangan dipecah
karena mengandung virus.
 Penderita tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin
 Bersihkan lantai atau barang-barang yang terkontaminasi kotoran anak dengan
perklorin 0,5% karena virus berada dalam feses dan dapat hidup beberapa lama.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Flu Singapura (penyakit tangan, kaki dan mulut) disebabkan oleh virus RNA
yaitu Coxsakie A Virus, Coxsakie B Virus, Echovirus dan Enterovirus. Gejalanya antara lain
demam tidak tinggi, faringitis, tidak ada nafsu makan, pilek, ulkus di mulut, ruam atau timbul
vesikel. Gejala yang cukup berat diantaranya hiperpireksia, demam yang tidak turun-turun,
takikardi, takipneu, muntah, letargi, lemas, kejang-kejang, fotofobia, halusinasi.
Diagnosa laboratorium flu Singapura diantaranya deteksi virus, deteksi RNA dengan
RT-PCR Primer serta serodiagnosis. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu hanya
mengobati gejalanya saja karena penyakit ini bersifat self limiting disease.

3.2 SARAN

Usaha pencegahan demi menghindari tersebarnya virus penyebab flu Singapura perlu
dilakukan. Usaha pencegahan tersebut diantaranya adalah menciptakan kondisi lingkungan yang
bersih (higienis dan sanitasi lingkungan maupun perorangan diperhatikan), menghindari kontak
secara langsung dengan hewan yang diduga terinfeksi, serta menjaga daya tahan tubuh.
Apabila diduga terinfeksi, maka diperlukan penanganan medis segera agar virus tidak
menyebar serta pasien harus segera memperoleh pengobatan yang tepat

12
DAFTAR PUSTAKA

Emira, Anisa Rezka dan Riham.2012.Flu Singapura.Bandung:Nova\

http://Kamus Kesehatan.com/arti/flu-singapore.flu singapore. html diakses pada tanggal


21 juni 2014

13

Anda mungkin juga menyukai