Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus (1) untuk membangkitkan
impuls-impuls ritmis yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot jantung,
dan (2) untuk mengkonduksikan impuls ini dengan cepat ke seluruh jantung. Bila
sistem konduksi berfungsi normal, atrium akan berkontraksi kira-kira seperenam
detik lebih awal dari kontrkasi ventrikel, sehingga memungkinkan pengisian
tambahan pada ventrikel sebelum ventrikel memompa darah ke sirkulasi paru-
paru dan perifer. Makna penting lain dari sistem tersebut adalah bahwa sistem ini
memungkinkan semua bagian ventrikel berkontraksi hampir secara bersamaan,
dimana hal ini penting untuk menimbulkan tekanan efektif dalam ruang ventrikel.
Namun sistem ritmis dan konduksi dalam jantung ini sangat rentan terhadap
kerusakan akibat penyakit jantung, terutama akibat iskemia jaringan jantung
karena kurangnya aliran darah koroner.
Akibatnya sering berupa irama jantung yang sangat ganjil, atau serentetan
kontraksi yang abnormal dari ruang-ruang jantung, dan efektivitas daya pompa
jantung sering sangat terpengaruh, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Impuls listrik dimulai di sebuah daerah yang disebut sinus node, yang terletak di
bagian atas atrium kanan. Ketika sinus node kebakaran, dorongan dari aktivitas
listrik menyebar melalui atrium kiri dan kanan, menyebabkan berkontraksi,
memaksa darah ke ventrikel. Kemudian perjalanan impuls listrik secara tertib ke
daerah lain yang disebut atrioventrikular (AV) node dan jaringan HIS-Purkinje.
Nodus AV adalah jembatan listrik yang memungkinkan dorongan untuk pergi dari
atrium ke ventrikel. HIS-jaringan Purkinje membawa dorongan seluruh ventrikel.
Impuls kemudian bergerak melalui dinding ventrikel, menyebabkan mereka
kontrak. Hal ini akan memaksa darah keluar dari jantung ke paru-paru dan tubuh.
Kosong vena paru-paru darah yang mengandung oksigen dari paru-paru ke atrium
kiri. Jantung normal berdetak dalam irama yang konstan - sekitar 60 sampai 100
kali per menit saat istirahat. Atrial flutter merupakan aritmia yang biasanya sering
dijumpai dalam praktek sehari-hari dan biasanya ditoleransi dengan baik pada

1
awalnya ( detak jantung yang tinggi bagi kebanyakan orang hanya respon normal
untuk latihan ). Bagaimanapun, orang dengan penyakit jantung yang
mendasarinya lain atau toleransi latihan yang buruk dapat dengan cepat
mengembangkan gejala , yang dapat mencakup sesak napas , nyeri dada , ringan
atau pusing ,dan mual. Walaupun bukan merupakan keadaan yang mengancam
jiwa secara langsung.tetapi Atrial flutter berhubungan dengan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas.
Secara klinis fibrilasi atrial praktis tidak dapat dideteksi. Fibrilasi atrium
diketahui dari gambaran elektrokardiogram ( EKG ). Pemeriksaan EKG dapat
dilakukan pada saat menjalani general check-up maupun pada saat sakit tertentu
yang prosedur pemeriksaannya memerlukan pemeriksaan EKG.
Pada setiap penderita flutter atrial perlu diberitahukan tentang kondisi
jantungnya sekaligus program pengobatan dan tujuan program tadi.

2
1.2 Tujuan

1.TujuanUmum
Tujuan pada penulisan ini adalah memperoleh gambaran secara nyata tentang
asuhan keperawatan pada klien Atrial Flutter.

2. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui definisi dari Atrial Flutter


2. Untuk mengetahui Etiologi dari Atrial Flutter
3. Untuk mengetahui Faktor resiko dari Atrial Flutter
4. Untuk mengetahui klasifikasi Atrial Flutter
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Atrial Flutter
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Atrial Flutter
7. Untuk mengetahui WOC dari Atrial Flutter
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Atrial Flutter
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Atrial Flutter
10. Untuk mengetahui komplikasi dari Atrial Flutter

3
1.3 Sistematika Penulisan
1. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematika Penulisan
2. BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi dari Atrial Flutter
2.2 Etiologi dari Atrial Flutter
2.3 Faktor resiko dari Atrial Flutter
2.4 Klasifikasi Atrial Flutter
2.5 Patofisiologi dari Atrial Flutter
2.6 Manifestasi klinis dari Atrial Flutter
2.7 WOC dari Atrial Flutter
2.8 Pemeriksaan diagnostic dari Atrial Flutter
2.9 Penatalaksanaan Atrial Flutter
2.10 Komplikasi dari Atrial Flutter
3. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.3 Pemeriksaan penunjang
3.4 Diagnosa Keperawatan
3.5 Intervensi dan Implementasi
3.6 Evaluasi
3.7 Discharge planning
4. BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Atrial flutter adalah irama ektopik atrial yang cepat dengan frekuensi 250-
350 denyut/menit. Gambaran pola EKG berupa bentuk gigi gergaji (picket fence)
dari gelombang P, kompleks QRS biasanya normal. Penyebab Atrial Flutter antara
lain gagal jantung, peningkatan sekresi katekolamin, dan injuri pada Sa node.
Site of Origin : satu sisi atrial
Frekuensi : a. Frekuensi atrial : 250-350 bpm
b. frekuensi ventrikular biasanya 60-100 bpm tergantung
pada blok.AV tidak mampumengonduksikan semua
impuls atria dan memblok setiap impuls atria dan
memblok setiap implus ke 2,3,4.
Irama : reguler
Gelombang P : tidak tampak, ditempati gelombang flutter yang
berbentuk seperti gigi gergaji di antara QRS
kompleks.
Interval PR : tidak dapat di ukur.
Kompleks QRS : kurang dari 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama.
(Wajan juni udjianti,Keperawatan kardiovaskuler,salemba medika,2010.)
Pada flutter atrium, depolarisasi atrium terjadi sebegitu cepatnya sehingga
tidak terlihat jelas adanya gelombang P tersendiri yang dipisahkan oleh garis dasar
yang rata. Garis dasar malah terus menerus naik-turun, menghasilkan gelombang
flutter. Pada beberapa sadapan, biasanya sadapan II dan III, gelombang ini tampak
sangat jelas dan menghasilkan sesuatu yang disebut pola gigi gergaji (saw toothed
pattern).
Nodus AV kewalahan menghadapi sejumlah besar impuls atrium yang
membombardirnya- ia sama sekali tidak sempat berepolarisasi tepat waktu untuk
setiap gelombang berikutnya- sehingga tidak semua impuls atrium berhasil
melewati nodus AV untuk menghasilkan kompleks QRS. Beberapa impuls hanya
menabrak nodus yang reflakter dan perjalanannya cukup sampai di sini.

5
Fenomena ini disebut blokade AV. Blokade merupakan yang paling sering
ditemui. Arti blokade ini adalah untuk setiap dua gelombang flutter yang terlihat,
satu gelombang berhasil melewati nodus AV untuk menghasilkan kompleks QRS,
sementara gelombang yang satu lagi gagal total. Blokade juga sering di temukan .
pemijatan karotisn dapat meningkatkan darajat blokade. Sehingga gambaran gigi
gergaji menjadi lebih mudah dikenali. Karena flutter atrium berasal dari atas
nodus AV, pemijatan karotis tidak akan mengubah irama.(Malcolm
S.Thaler,M.D,Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan edisi 5,Buku
kedokteran,2009)
Flutter atrium tipikal adalah 300 denyut per menit; konduksi 2:1 melalui
AVN akan menghasilkan laju respons ventrikel sebesar 150 denyut per menit.
Terapi oabat antriaritmia dapat memodifikasi baik respons ventrikel maupun laju
flutter atrium. Takikardia atrium re-entrimakro berlawanan arah jarum jam
(counter clockwise macro re-entrant atrial tachy cardial/ CCMAT) atau flutter
umum menyumbang sekitar 90% kasus flutter atrium, pola flutter atrium ‘gigi
gergaji’ yang khas terlihat pada lead standar inferior dan lead augmentasi (II,III
dan aVF) pada EKG. Sirkuit re-entri melibatkan ismus jaringan pada RA bawah
antara ostium sinus koronarius dan daun katub septal katup trikuspid. Flutter
atrium lain (10%) dikatakan sebagai ‘tidak umum’ dan digunakan lead dengan
orientasi berbeda yang yang tidak memberikan tampilan EKG gigi gergaji.
Takikardia insisional’ merupakan sirkuit re-entri atrium makro yang
berputar di sekitar jaringan skar akibat pembedahan pada atrium,dan sesuai untuk
terapi ablasi. Manifestasi tersering adalah flutter atrium pada pasien dengan
penyakit jantung kongenital setelah pembedahan paliatif.
Flutter atrium biasanya paroksismal namun dapat menjadi ‘persisten’. Bila
hal ini terjadi, penurunan laju respons ventrikel dengan obat-obatan yang
memblokad nodus AV seringkali tidak efektif karena bahkan penurunan pada blok
3:1 dapat menghasilkan takikardia sebesar 100 denyut per menit. Pasien biasanya
menjalani kardioversi DC, dan obat-obatan stabilisator atrium
(sotalol/dofetilidin/amiodaron) dapat mencegah atau mengurangi frekuensi
rekurensi. Untuk CCAMT persisten atau CCAMT paroksismal yang sering, ablasi
sirkuit re-entri dengan cepat menjadi pilihan terapi dengan membuat lesi linear

6
pada lokasi penting di sirkuit flutter atrium, biasanya pada katup trikuspid/ismus
vena kava inferior. Alternatif lainnya adalah ablasi nodus AV, seperti untuk AF,
dengan implantasi pacu jantung.(Huan H.Gray,dkk.lecture notes kardiologi edisi
4,Erlangga,2003)

2.2 ETIOLOGI

Beberapa hal dapat menyebabkan AFL .

1. Penyakit Arteri Koroner


Penyakit jantung adalah penyebab utama AFL . Penyakit arteri koroner
terjadi ketika arteri jantung tersumbat oleh plak . Kolesterol dan lemak yang
menempel pada dinding arteri menyebabkan plak . Hal ini memperlambat atau
mencegah peredaran darah . Hal ini dapat merusak otot jantung , ruang , dan
pembuluh darah .
2. Operasi Jantung
Operasi jantung terbuka mungkin bekas luka hati . Hal ini dapat
menghambat sinyal-sinyal listrik .
3. Stress
Stres meningkatkan detak jantung Anda . Anda dapat memperbaiki masalah
ini dengan mengurangi atau menghilangkan stress .
4. Merokok
5. Memiliki tekanan darah tinggi
6. Memiliki kondisi katup jantung
7. Memiliki penyakit paru-paru
8. Mengambil pil diet atau obat-obatan tertentu lainnya

7
2.3 FAKTOR RESIKO
Beberapa kondisi medis meningkatkan risiko untuk mengembangkan AFL .
Kondisi medis meliputi :
 Gagal jantung
 Serangan jantung sebelumnya
 Kelainan katup atau cacat bawaan
 Tekanan darah tinggi
 Operasi Terbaru
 Disfungsi tiroid
 Alkoholisme ( terutama pesta minuman keras )
 Penyakit paru-paru kronis
 Akut ( serius ) penyakit
 Diabetes

2.4 KLASIFIKASI
Ada dua jenis atrial flutter , jenis I bersifat umum dan tipe II bersifat
jarang .Kebanyakan individu dengan atrial flutter akan terwujud hanya salah
satunya. Jarang seseorang dapat bermanifestasi kedua jenis ; Namun , mereka
hanya mewujudkan satu jenis pada satu waktu .
1. TIPE 1
Tipe I atrium bergetar , rotasi berlawanan dengan 3:1 dan 4:01 blok
AV nodal .Tipe I atrium bergetar , juga dikenal sebagai atrial flutter umum
atau khas atrial flutter, memiliki tingkat atrium dari 240-340 denyut /
menit . Namun, tingkat ini dapat diperlambat oleh agen antiarrhythmic .
2. TIPE 2
Tipe II bergetar mengikuti re –entry jalur yang berbeda secara
signifikan untuk tipe I berdebar-debar , dan biasanya lebih cepat , biasanya
340-440 denyut / menit .left atrial flutter adalah umum setelah prosedur
ablasi atrium kiri tidak lengkap

8
2.5 PATOFISIOLOGI
Atrial flutter disebabkan oleh ritme reentrant di kanan atau atrium kiri .
Biasanya dimulai oleh impuls listrik prematur yang timbul dalam atrium , atrial
flutter disebarkan karena perbedaan periode refrakter jaringan atrium . Hal ini
menciptakan aktivitas listrik yang bergerak dalam lingkaran mengabadikan diri
lokal . Untuk setiap siklus sekitar loop , ada hasil impuls listrik yang menyebar
melalui atrium .
Dampak dan gejala atrrial flutter tergantung pada denyut jantung pasien .
Denyut jantung adalah ukuran ventrikel dari pada aktivitas atrium . Impuls dari
atrium dilakukan ke ventrikel melalui node atrio - ventrikel . Terutama karena
periode yang lebih lama refrakter nya , AV node memberikan efek protektif pada
denyut jantung dengan menghambat impuls atrium lebih dari sekitar 180 denyut /
menit , untuk contoh denyut jantung istirahat . (Blok ini tergantung pada usia
pasien , dan dapat dihitung secara kasar dengan mengurangi usia pasien dari 220 )
. Jika tingkat flutter 300/minute hanya setengah dari impuls tersebut akan
dilakukan , memberikan tingkat ventrikel dari 150/menit , atau 2:1 blok jantung .
Penambahan obat - tingkat pengendalian atau penyakit sistem konduksi dapat
meningkatkan blok ini secara substansial.

9
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Sinyal listrik yang menyebabkan AFL beredar dalam , pola diprediksi
terorganisir . Ini berarti bahwa orang dengan AFL biasanya terus memiliki detak
jantung yang stabil , meskipun lebih cepat dari biasanya . Ada kemungkinan
bahwa orang-orang dengan AFL mungkin merasa tidak ada gejala sama sekali .
Lainnya mengalami gejala-gejala , yang mungkin termasuk :
• Jantung berdebar-debar
• Cepat , pulsasi stabil
• Sesak napas
• Nyeri , tekanan , sesak , atau ketidaknyamanan di dada
• Pusing , atau pingsan

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa tes digunakan untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasi AFL:

1. Echocardiograms menggunakan ultrasound untuk mengukur aliran darah


melalui jantung dan pembuluh darah .
2. Electrocardiograms merekam pola listrik jantung Anda .
3. EP ( elektrofisiologi ) Studi adalah cara yang lebih invasive untuk
merekam irama jantung . Sebuah kateter berulir dari arteri yang dipasang
pada pangkal paha menuju ke jantung . Elektroda tersebut kemudian
dimasukkan untuk memonitor irama jantung di daerah yang berbeda .

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan
Secara umum, atrial flutter harus dikelola sama dengan atrial fibrilasi .
Karena kedua ritme dapat menyebabkan pembentukan stress di atrium ,
klien dengan atrial flutter biasanya membutuhkan beberapa bentuk
antikoagulan atau agen anti – platelet . Kedua ritme dapat dikaitkan
dengan detak jantung cepat dan berbahaya sehingga membutuhkan obat
untuk tingkat dan atau stress ritme . Selain itu , ada beberapa pertimbangan
tertentu khusus untuk pengobatan atrial flutter .
2. Pengencer darah

10
Dapat digunakan untuk mencegah pembentukan gumpalan di arteri .
Pembekuan dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung . klien
dengan AFL memiliki peningkatan risiko pembekuan darah .
3. Operasi
Terapi ablasi digunakan ketika AFL tidak dapat dikontrol melalui
obat-obatan . Ini menghancurkan jaringan jantung yang menyebabkan
irama abnormal. Anda mungkin perlu alat pacu jantung setelah operasi ini
untuk mengontrol detak jantung Anda .
4. Terapi stress
Kardioversi menggunakan listrik untuk shock irama jantung kembali
normal . Hal ini juga disebut defibrilasi . Dayung atau tambalan untuk
dada digunakan untuk menginduksi shock .
5. Kardioversi
Atrial flutter jauh lebih stress terhadap listrik kardioversi arus searah
dari fibrilasi atrium , dan biasanya membutuhkan kejutan stress yang lebih
rendah . 20 – 50J cukup umum untuk kembali ke irama sinus . Sebaliknya,
stress tahan terhadap kardioversi kimia , dan sering memburuk menjadi
fibrilasi atrium sebelum spontan kembali ke irama sinus .
6. Ablation
Karena sifat reentrant flutter atrium , sering mungkin untuk mengikis
sirkuit yang menyebabkan atrial flutter . Hal ini dilakukan di laboratorium
elektrofisiologi dengan menyebabkan punggung jaringan parut yang
melintasi jalur yang menyebabkan atrial flutter .
Obat sering berhasil dalam mengobati AFL . Namun, kondisi kadang-
kadang stress terulang kembali . Anda dapat mengurangi risiko
kekambuhan oleh :

 Mengurangi stress Anda


 Minum obat yang diresepkan

11
2.8 KOMPLIKASI
 Tingkat terkait
Denyut jantung yang cepat dapat menghasilkan gejala yang signifikan
pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya . Bahkan
pada pasien yang jantung normal dimulai dengan takikardi lama yang
cenderung menghasilkan dekompensasi ventrikel dan gagal jantung .
 Pembentukan bekuan
Jika terdapat kontraksi efektif atrium dan stasis ( pooling ) darah di
atrium . Stasis darah pada klien yang rentan dapat menyebabkan
pembentukan thrombus ( bekuan darah ) dalam jantung . Trombus
kemungkinan besar terbentuk di atrium . Bekuan dalam apendiks atrium
kiri sangat penting karena sisi kiri darah pasokan jantung ke seluruh tubuh
. Dengan demikian , materi thrombus yang terhalang dari sisi jantung
dapat menyebabkan emboli ke otak , dengan konsekuensi yang berpotensi
menjadi stroke . bagian thrombus dapat menjadi emboli ke bagian lain dari
tubuh , meskipun biasanya dengan hasil yang kurang baik.
 Kematian jantung mendadak
Kematian mendadak tidak secara langsung terkait dengan atrial flutter
. Namun, pada individu dengan jalur konduksi aksesori yang sudah ada
sebelumnya , seperti seikat Kent di Wolff – Parkinson –White syndrome ,
jalur aksesori dapat melakukan aktivitas dari atrium ke ventrikel pada
tingkat yang AV node biasanya akan memblokir . Melewati AV node ,
tingkat atrium dari 300 denyut / menit mengarah ke tingkat ventrikel dari
300 denyut / menit ( 1:1 konduksi ) . Bahkan jika ventrikel mampu
mempertahankan curah jantung pada tingkat yang tinggi, 01:01 kepakan
dengan waktu dapat berubah menjadi fibrilasi ventrikel , menyebabkan
runtuhnya hemodinamik dan kematian .

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

3.1.2 Identitas klien

 Nama :
 Jenis kelamin :
 Umur :
 Status perkawinan :
 Agama :
 Pekerjaan :
 Tanggal MRS :
 Tanggal Pengkajian :

3.1.2 Keluhan utama


Klien mengeluh sesak nafas dan jantung berdebar-debar
3.1.3 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasakan jantungnya sering berdebar-debar,nafas menjadi
sesak dan terasa lelah saat beraktivitas
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah menderita penyakit hipertensi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum
 Wajah tampak pucat
 Kesadaran menurun
 Klien tampak gelisah
b. Vital sign

13
c. Pemeriksaan per-sistem
1. B1 (Breathing)
Pada klien atrial flutter irama nafas tidak teratur serta terdapat
dispneu.
2. B2 (Blood)
Nyeri dada,akral dingin, TD tinggi.
3. B3 (Brain)
Kesadaran klien menurun,Wajah terlihat mengantuk dan lesu, mulut
pucat,tidak ada gangguan pendengaran dan penglihatan.
4. B4 (Bladder)
Pada klien atrial flutter terjadi poliguria akibat stress.
5. B5 (Bowel)
Tidak terjadi masalah.
6. B6 (Bone)
Terjadi kelemahan otot,takikardi,edema.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi atau irama jantung


b. Ketidakefektifan pola napas b.d dispneu
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
e. Nyeri Akut b.d hipoksia

14
3.4 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri Akut b.d hipoksia NOC NIC
 Pain level Pain management
Definisi : Pengalaman sensori  Pain control  Lakukan pengkajian
yang tidak menyenangkan  Comfort level nyeri secara
yang muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil: komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau  Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
potensial atau digambarkan nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
dalam hal kerusakan nyeri, mampu kualitas, dan faktor
sedemikian rupa (international menggunakan tehnik presipitasi
association for the study of nonfarmakologi  Observasi reaksi
pain): untuk mengurangi nonverbal dari
Awitan yang tiba-tiba atau nyeri, mencari ketidaknyamanan
lambat dari intensitas ringan bantuan)  Gunakan tehnik
hingga berat dengan akhir  Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
yang dapat diantisipasi atau nyeri berkurang untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung dengan pengalaman nyeri
<6bln. menggunakan pasien.
Batasan Karakteristik : managemen nyeri  Kaji kultur yang
 Perubahan selera makan  Mampu mengenali mempengarui respon
 Perubahan tekanan darah nyeri (skala, nyeri
 Perubahan frekuensi intensitas, frekuensi,  Evaluasi pengalaman
jantung dan tanda nyeri) nyeri massa lampau
 Perubahan frekuensi  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
pernafasan nyaman setelah nyeri pasien dan tim
 Laporan isyarat berkurang. kesehatan lain tentang
 Diaforesis ketidakefektifan
 Perilaku distraksi (mis : kontrol nyeri masa
berjalan mondar-mandir lampau
mencari orang lain dan  Bantu pasien dan
atau aktifitas lain, keluarga untuk mencari
aktivitas yang berulang) dan menemukan
 Mengekspresikan perilaku dukungan
(mis : gelisah, merengek,  Kontrol lingkungan
menangis) yang dapat
 Masker wajah (mis: mata mempengarui nyeri
kurang bercahaya, tampak seperti suhu ruangan,
kacau, gerakan mata pencahayaan dan
berpancar atau tetap pada kebisingan.

15
satu fokus meringis)  Kurangi faktor
 Sikap melindungi nyeri presipitas nyeri
 Fokus menyempit (mis:  Pilih dan lakukan
gangguan persepsi nyeri penanganan nyeri
hambatan proses berfikir, (farmakologi, non
penurunan interaksi farmakologi, dan inter
dengan orang dan personal)
lingkungan)  Kaji tipe dan sumber
 Indikasi nyeri yang dapat nyeri untuk
diamati menentukan intervensi
 Perubahan posisi untuk  Ajarkan tentang tehnik
menghindari nyeri non farmakologi
 Sikap tubuh melindungi  Berikan analgetik
 Dilatasi pupil untuk mengurangi
 Melaporkan nyeri secara nyeri
verbal  Evaluasi keefektifan
 Gangguan tidur kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
Faktor yang berhubungan:  Kolaborasikan dengan
 Agen cidera (mis: dokter jika ada keluhan
biologis, zat kimia, fisik, dan tindakan nyeri
psikologis) tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.

Analgesic
administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika

16
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tpe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital
signsebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
2. Intoleransi aktifitas b.d NOC NIC
kelemahan fisik  Energy conservaton Activity therapy
 Activity tolerance  Kolaborasi dengan
Definisi:  Self care: ADLs tenaga rehabilitasi
Ketidakcukupan energi medik dalam
psikologis atau fisiologis Kriteria Hasil: merencanakan
untuk melanjutkan atau  Berpartisipasi progam terapi yang
menyelesaikan aktifitas dalam aktifitas fisik tepat
kehidupan sehari-hari yang tanpa disertai  Bantu klien untuk
harus atau ingin dilakukan. peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah, nadi aktivitas yang mampu
Batasan karakteristik: dan RR dilakukan
 Respon tekanan darah  Mampu melakukan  Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktifitas sehari-hari aktivitas konsisten
aktifitas (ADLs) secara yang sesuai dengan
 Respon frekuensi jantung mandiri kemampuan fisik,
abnormalterhadap aktifitas  Tanda tanda vital psikologis dan sosial
 Perubahan EKG yang normal  Bantu untuk
mencerminkan aritmia  Energy psikomotor mengidentifikasi dan

17
 Perubahan EKG yang  Level kelemahan mendapatkan sumber
mencerminkan iskemia  Mampu berpindah: yang diperlukan untuk
 Ketidaknyamanan setelah dengan atau tanpa aktifitas yang
beraktifitas bantuan alat diinginkan
 Dipsnea setelah  Status  Bantu untuk
beraktifitas kardiopulmonari mendapatkan alat
 Menyatakan merasa letih adekuat bantuan aktifitas
 Menyatakan merasa lemah  Sirkulasi status seperti: kursi roda,
baik kruk
Faktor yang berhubungan:  Status respirasi:  Bantu untuk
 Tirah baring atau pertukaran gas dan mengidentifikasi
imobilisasi ventilasi adekuat aktifitas yang disukai
 Kelemahan umum  Bantu klien untuk
 Ketidak seimbangan membuat jadwal
antara suplai dan latihan diwaktu luang
kebutuhan oksigen  Bantu pasien atau
 Imobilitas keluarga untuk
 Gaya hidup monoton mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
 Sediakan penguatan
positifbagi yang aktif
beraktifitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, sosial, dan
spritual.

3. Ketidak seimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia  Nutritional status Nutrition Management
 Nutritional status :
 Kaji adanya alergi
food and fluid intake
makanan
 Weight control
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
Kriteria Hasil : menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
 Adanya peningkatan yang dibutuhkan

18
berat badan sesuai pasien
dengan tujuan  Anjurkan pasien
 Berat badan ideal untuk meningkatkan
sesuai dengan tinggi intake Fe
badan  Anjurkan pasien
 Mampu untuk meningkatakn
mengidentifikasi protein dan vitamin C
kebutuhan nutrisi  Berikan substansi
 Tidak ada tanda- gula
tanda malnutrisi  Yakinkan diet yang
 Menunjukkan dimakan mengandung
peninggkatan fungsi tinggi serat untuk
pengecapan dari mencegah konstipasi
menelan  Berikan informasi
 Tidak terjadi tentang kebutuhan
penurunan berat nutrisi
badan yang berarti  Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition monitoring

 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanaya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktifitas yang
dilakukan
 Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor kulit kering

19
dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit

4. Ketidakefektifan pola napas NOC: Manajemen airway


b.d dispneu
 Respiratory  Buka jalan nafas,
status:Ventilation gunakan teknik chin
 Respiratory status: lift atau jaw trust bila
Airway Patency perlu
 Vital sign status  Posisikan klien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Kriteria Hasil :
 Identifikasi klien
 Mendemonstrasika perlunya pemasangan
n batuk efektif dan alat jalan nafas buatan
suara nafas yang  Pasang mayo bila
bersih perlu
 Menunjukkan jalan  Lakukan fisioterapi
nafas yang paten dada bila perlu
 Tanda-tanda vital  Keluarkan sekret
dalam rentang dengan batuk atau
normal suction
 Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
berlebihan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronchodilator
bila perlu
 Berikan pelembab
udara
 Atur intake cairan utuk
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi dan
status oksigen

2. Terapi Oksigen

 Bersihkan jalan nafas

20
dari sekret
 Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
 Berikan oksigen sesuai
instruksi
 Monitor aliran
oksigen, canul
oksigen, dan
humidifier
 Observasi tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor respon klien
terhadap pemberian
oksigen
 Monitoring Vital Sign
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
TD
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor kualitas nadi
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
chusing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardia,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dan perubahan vital
sign

4. Monitor Respirasi

21
 Monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
kusmaul,
hiperbentilasi, cheyne
stokes, biot
 Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronchi
pada jalan nafas
utama
 Auskultasi suara paru
setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
 Monitor kemampuan
klien untuk batuk
efektif
 Monitor sekret
respirasi klien
 Catat onset,
karakteristik, dan
durasi batuk
 Monitor dyspnea dan
kejadian yang
meningkatkan atau
memperburuk
respirasi
 Posisikan klien pada
satu sisi untuk
mencegah aspirasi
 Lakukan tindakan
terapi respiratori
5. Penurunan curah jantung NOC: NIC:
b/d perubahan frekuensi  Cardiac pump
atau irama jantung effectiveness Cardiac care
 Evaluasi adanya

22
Definisi:ketidak adekuatan  Circulation status nyeri dada(intensitas
darah yang di pompa oleh  Vital sign status lokasi durasi)
jantung untuk memenuhi  Catat adanya
kebutuhan metabolic tubuh Kriteria hasil : disritmia jantung
 Catat adanya tanda
Batasan karakteristik:  Tanda vital dalam
dan gejala
rentang
 Perubahan frekuensi atau normal(tekanan
penurunan cardiac
irama jantung output
darah,nadi,respires)
- Aritmia  Monitor status
 Dapat mentoleransi
- Bradikardi kardio vaskuler
aktivitas,tidak ada
- Perubahan EKG  Monitor status
kelelahan
- Palpitasi pernafasan yang
 Tidak ada edema
 Perubahan preload paru,perifer,dan tidak
menandakan gagal
- Penurunan tekanan jantung
ada asites
vena sentral  Tidak ada penurunan  Monitor abdomen
- Penurunan tekanan kesadaran sebagai indicator
arteri paru penurunan perfusi
- Edema,keletiha  Monitor balance
- Peningkatan CVP cairan
- Peningkatan PAWP  Monitor adanya
perubahan tekanan
 Perubahan afterload darah
- Kulit lembab  Monitor respon
- Penurunan nadi perifer pasien terhadap efek
- Penurunan resistansi pengobatan
vascular paru antiaritmia
- Penurunan resistansi  Atur periode latihan
vascular sistemik dan istirahat untuk
- Peningkatan PVR menghindari
- Peningkatan CVR kelelahan
 Monitor toleransi
 Perubahnan kontraktilitas aktivitas pasien
- Batuk  Monitor adanya
- Penirunan indek dyspneu,fatigue,teki
jantung pneu dan ortopneu
- Penurunan fraksi ejeksi  Anjurkan untuk
- Ortopnea menurunkan sttess
- Dipsnea paroksismal
noktural Vital sign monitoring
 Monitor
 Perilaku atau emosi TD,nadi,suhu,RR

23
- Ansietas atau gelisah  Catat adanya
fluktuasi tekanan
 Faktor yang berhubungan darah
- Perubahan afterload  Monitor VS saat
- Perubahan pasien
kontraktilitas berbaring,duduk
- Perubahan frekuensi atau berdiri
jantung  Auskultasi TD pada
- Perubahan preload kedua lengan dan
- Perubahan irama bandingkan
- Perubahan irama  Monitor
sekuncup TD,nadi,RR,sebelu
m selama dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas
dari nadi
 Monitor adanya
pulsus paradoksus
 Monitor adanya
pulsus alterans
 Monitor jumlah dan
irama jantung
 Monitor bunyi
jantung
 Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernafasan abnormal
 Monitor suhu warna
dan kelembapan
kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triat
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

24
3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses
(formatting) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang
dilaksanakan secara terus-menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan .
sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.

3.6 DISCHARGE PLANNING

1. Merencanakan aktivitas kegiatan hidup sehari-hati untuk meminimalkan


periode apneu dan kelelahan
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi stress emosional dan menggali cara-
cara untuk menyelesaikannya
3. Memberikan Penyuluhan
a. Hidup dengan Reserve jantung terbatas
 Beristirahat harus cukup
 Menghindari makanan dan minuman berbahaya : kopi, tembakau
 Menjaga berat badan stabil
 Memeriksa kembali program aktivitas
b. Siaga terhadap gajala yang menunjukan kekambuhan gagal jantung
4. Penyusunan jadwal tindak lanjut medis secara teratur

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pasien atrial flutter umumnya memiliki keluhan jantung berdebar-debar,


pulsasi stabil,Sesak napas,Mudah lelah saat beraktivitas, Nyeri tekan , sesak , atau
ketidaknyamanan di dada,dan Pusing. Untuk menentukan diagnosa atrial flutter
diperkuat dengan hasil analisa EKG yang direkam.
Pengkajian lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa atrial
fibrilasi adalah pengkajian tanda dan gejala lain yang mungkin dirasakan pasien,
dan pemeriksaan tes diagnostik lain seperti EP ( elektrofisiologi )
Masalah keperawatan yang biasanya muncul adalah penurunan curah
jantung diakibatkan ketidakmampuan jantung memompakan darah ke atrium .
Penanganan pasien atrial flutter dengan memberikan obat-obat anti aritmia,
antikoagulan, terapi stess, dan juga dengan kardioversi, atau jika tidak berhasil
dapat dilakukan ablasi.
Dalam penanganan pasien atrial flutter, perawat tidak hanya mengelola
kondisi fisik pasien agar irama dan denyut jantung pasien stabil serta mencegah
komplikasi.

4.2 SARAN
Penanganan pasien di ruang emergensi oleh perawat hendaknya juga
memperhatikan kondisi psikis pasien seperti pengendalian stress

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. http://www.hrsonline.org/Patient-Resources/Heart-Diseases-
Disorders/Atrial-Flutter#axzz2zltQ7rJo
Anonym. http://www.healthline.com/health/heart-disease/atrial-flutter
Anonym. 2011. Referat Atrial Flutter.
http://karikaturijo.blogspot.com/2011/02/referat-atrial-flutter.html. Diakses 25
April 2014 jam 21.09
Huon H,Gray, dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga.
S.Thaler,Malcolm. 2009. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan Edisi 5.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
J.Udjianti,Wajan. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
M.Tierney,Lawrence., dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai

  • DEMAM
    DEMAM
    Dokumen3 halaman
    DEMAM
    Syofwatun Ngulya
    100% (1)
  • LP Af
    LP Af
    Dokumen14 halaman
    LP Af
    Indah Ramadhan
    80% (5)
  • Varicela
    Varicela
    Dokumen4 halaman
    Varicela
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan Kank-WPS Office
    Pengobatan Kank-WPS Office
    Dokumen1 halaman
    Pengobatan Kank-WPS Office
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Resiko Ugd
    Manajemen Resiko Ugd
    Dokumen4 halaman
    Manajemen Resiko Ugd
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • 253 760 1 PB PDF
    253 760 1 PB PDF
    Dokumen9 halaman
    253 760 1 PB PDF
    Mery Angreani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen38 halaman
    Bab I
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Ersfa
    Ersfa
    Dokumen4 halaman
    Ersfa
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi-1
    Naskah Publikasi-1
    Dokumen12 halaman
    Naskah Publikasi-1
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Radna Detra
    Belum ada peringkat
  • Urinaria
    Urinaria
    Dokumen4 halaman
    Urinaria
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Hemathotoraks
    MAKALAH Hemathotoraks
    Dokumen22 halaman
    MAKALAH Hemathotoraks
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • FLU SINGAPURA
    FLU SINGAPURA
    Dokumen13 halaman
    FLU SINGAPURA
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen8 halaman
    Lamp Iran
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen3 halaman
    Gizi
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan Kank-WPS Office
    Pengobatan Kank-WPS Office
    Dokumen1 halaman
    Pengobatan Kank-WPS Office
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Tugas Matkul Gizi
    Tugas Matkul Gizi
    Dokumen4 halaman
    Tugas Matkul Gizi
    love DD
    Belum ada peringkat
  • Gejala Sakit Gi-WPS Office
    Gejala Sakit Gi-WPS Office
    Dokumen6 halaman
    Gejala Sakit Gi-WPS Office
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Bencana PDF
    Keperawatan Bencana PDF
    Dokumen39 halaman
    Keperawatan Bencana PDF
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Bab II - Cynthia Wulandari
    Bab II - Cynthia Wulandari
    Dokumen21 halaman
    Bab II - Cynthia Wulandari
    Anonymous OUObadBH
    Belum ada peringkat
  • LP BPH
    LP BPH
    Dokumen18 halaman
    LP BPH
    AdzaneaAlHafiz
    Belum ada peringkat
  • 1642 3378 3 PB PDF
    1642 3378 3 PB PDF
    Dokumen12 halaman
    1642 3378 3 PB PDF
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • 1642 3378 3 PB PDF
    1642 3378 3 PB PDF
    Dokumen12 halaman
    1642 3378 3 PB PDF
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Bencana PDF
    Keperawatan Bencana PDF
    Dokumen39 halaman
    Keperawatan Bencana PDF
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen28 halaman
    LP Fraktur
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kompres Hangat PDF
    Jurnal Kompres Hangat PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Kompres Hangat PDF
    Riechy Siie Noviyanti
    Belum ada peringkat
  • KNF
    KNF
    Dokumen15 halaman
    KNF
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • Leukimia 22
    Leukimia 22
    Dokumen17 halaman
    Leukimia 22
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat
  • CA Bronko
    CA Bronko
    Dokumen19 halaman
    CA Bronko
    Agus Prasetyo
    Belum ada peringkat