KANKER NASOFARING
A. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di
daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap
nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala
dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti,
2001)
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari
epitel nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller
dan dapat meluas ke hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir,
2010)
B. Etiologi
C. Klasifikasi KNF
1. Histopatologi menurut WHO
a Tipe WHO 1
1) Karsinoma sel skuamosa (KSS)
2) Deferensiasi baik sampai sedang.
3) Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
b Tipe WHO 2
1) Karsinoma non keratinisasi (KNK).
2) Paling banyak variasinya.
3) Menyerupai karsinoma transisional
c Tipe WHO 3
1) Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
2) Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik,
Clear Cell Carsinoma, varian sel spindel.
3) Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
a Ulseratif
b Eksofilik yaitu tumbuh keluar seperti polip.
c Endofilik yaitu tumbuh di bawah mukosa, agak sedikit lebih tinggi
dari jaringan sekitar (creeping tumor)
3. TNM menurut American Joint Committee on Cancer
a. Primary Tumor (T)
Tx = tidak dapat terkaji
T0 = tidak dapat dibuktikan
Tis = karsinoma in situ
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T2a = dengan ekstensi parafaringeal
T2b = tanpa ekstensi parafaringeal
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium/ mengenai syaraf otak.
b. Regional nodus limfe (N): Nasofaring
Nx = tidak dapat terkaji
N0 = tidak dapat dibuktikan
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama
(unilateral), dan berukuran kurang/sama dengan 6 cm, diatas fosaa
supraklavikula
N2 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada 2 sisi yang
berbeda (bilateral), dan berukuran kurang/sama dengan 6 cm,
diatas fosaa supraklavikula
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening
N3a = ukuran lebih besar dari 6 cm
N3b = ekstensi hingga fossa suraklavikula
E. Patofisiologi
KNF adalah tumor ganas yang berasal dari epitel yang melapisi
nasofaring. Rongga nasofaring diselaputi selapis mukosa epitel tipis,
terutama berupa epitel skuamosa, epitel torak besilia berlapis semu dan
epitel transisional. Di dalam lamina propria mukosa sering terdapat
limfosit, di submukosa terdapat kelenjar serosa dan musinosa. Infeksi
virus Epstein-Barr dapat menyebabkan KNF. Hal ini dapat dibuktikan
dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita
KNF. Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan
protein tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan
mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel host. Protein laten ini
dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam mendiagnosa KNF, yaitu
EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B.
Lokasi predileksi KNF adalah dinding lateral nasofaring (terutama di
resesu faringeus) dan dinding superoposterior. Tingkat keganasan KNF
tinggi, tumbuh infiltratif, dapat langsung menginfiltrasi berekspansi ke
struktur yang berbatasan: ke atas dapat langsung merusak basis cranial,
juga dapat melalui foramen sfenotik, foramen ovale, foramen spinosum,
kanalis karotis internal atau sinus sphenoid dan selula etmoidal posterior,
lubang saluran atau retakan alamiah menginfiltrasi intracranial, mengenai
saraf cranial; ke anterior menyerang rongga nasal, sinus maksilaris, selula
etmoidales anterior, kemudian ke dalam orbita, juga dapat melalui
intrakranium, fisura orbitalis superior atau kanalis pterigoideus, resesus
pterigopalatina lalu ke orbita; ke lateral tumor dapat menginfiltrasi celah
parafaring, fossa intratemporal dan kelompok otot mengunyah; ke
posterior menginfiltrasi jaringan lunak prevertebra servikal, vertebra
servikal; ke inferior mengenai orofaring, bahkan laringofaring.
F. Pemeriksaan Penunjang
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik
e Keamanan
Deman, kemerahan, kulit pucat.
f Pernafasan
Gejala : Batuk ringan/perubahan pola batuk dari biasanya, nafas
pendek, bekerja terpasang polutan, debu industri, serak (paralisis
pita suara), riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan bekerja, peningkatan premitus
taktil, krekels pada pada inspirasi atau ekspirasi, mengi menetap,
penyimpangan trahkeal.
g Seksualitas
Ginekomastia, (ca sel besar), amenore/impoten
h Penyuluhan/pembelajaran
Faktor resiko kanker pada keluarga
i Nutrisi /cairan
Penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus, kurus, kerempeng, edema wajah, glukosa
dalam urine. Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia
j Eliminasi
Diare hilang timbul, peningkatan frekwensi bak/ jumlah urine.
k Stres koping
Takut, cemas, tanda tanda kehilangan, faktor stress (perubahan
peran atau keuangan), cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
Karsinoma nasofaring
- infeksi - makanan yang diawetkan
Susah
Tx. radiasi Hidung Hilang Pembesaran
pilek epistaksi Mata kabur diplopi tinitus Nyeri menelan
tersumbat pendengaran k. limfe
s a kpl
Post radioterapi
Penekanan jar. Sy
Resti o/ sel-sel kanker
Menekan infeksi
bone narrow Perub persepsi sensori
Mual-muntah, nyeri
Nutrisi kurang dr
Kekeringan
Sist kebutuhan
mukosa, Iritasi
haemopoetik
mukosa
tergg
gastrointestinal
Resti perdarahan
trombositopeni
Kekeringan kelenjar rambut alopesia Gg konsep diri: HDR