DISUSUN
OLEH
Nama Mahasiswa
PUJIATI
1
SATUAN ACARA
PENYULUHAN
Sasaran : Remaja
Jam : 09.00-Selesai
Waktu : 40 Menit
A. Latar Belakang
Meningkatnya gangguan kesehatan jiwa pada remaja dikalangan msyarakat saat ini dan
yang akan datang akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya profesi keperawatan. Menurut penelitian World Health Organization (WHO), jika
prevalensi gangguan jiwa diatas 100 juta per 100 penduduk dunia maka indonesia mencapai
264/100 penduduk yang merupakan anggota keluarga. Data hasil survei kesehatan RT (Surat
Keputusan Republik Indonesia tahun 1995). menyatakan jika hal tersebut 2,6 kali lebih tinggi
dari ketentuan WHO dan merupakan hal serius yang perlu ditangani. Hasil riset WHO dan Word
Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat meningkatkan penurunan produktifitas sampai
dengan 8,5% Menurut Dayly Lost (1998), saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua
setelah penyakit infeksi (11.5%).
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar
masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami
krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, penyakit
infeksi tetap saja dapat mengalami gangguan jiwa. Pada akhirnya dapat menurunkan
produktifitas kerja. Kualitas hidup secara nasional, negara telah dan kehilangan generasi sehat
yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa.
Masa remaja menurut WHO merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yaitu berlangsung antara usia 10-19 tahun. Masa remaja terdiri pada
masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14-17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi
perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi
lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan psikososial (Huang et al., 2007). Seorang anak
2
remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa.
Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, disisi lain pada dasarnya ia
tetap membutuhkan hantuan. dukungan perlindungan orang tuanya (Guzmdn et al., 2004).
Orang tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak
menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang
selalu dibantu (Fellinge et al., 2009). Orang tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi
dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. Adanya konflik
yang berlarut-larut merupakan stresor hagi remaja yang dapat menimbulkan berbagai
pemasalahan yang komplek baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan.
Kondisi seperti ini apabila tidak segera di atasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat
berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat ditimbulkan masalah maupun
gangguan kejiwaan dari yang ringan sampai berat. Apalagi pada kenyataannya perhatian
masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata, kurang
memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan psikososial). Pada hal faktor
tersebut merupakan penentu dalam keberhasilan seorang remaja di kemudian hari (Lilian et al.,
2008).
Prevalensi kesehatan jiwa di Indonesia adalah 18,5%, yang berarti dan 1.000 penduduk
terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau setiap rumah tangga
terdapat seorang anggota keluarga menderita gangguan kesehatan jiwa. Khusus untuk anak dan
remaja masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus utama tiap upaya peningkatan sumber daya
manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu disiapkan sebagai
kekuatan bangsa indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% total populasi terdiri dari
anak dan remaja berusia 0-36 tahun, tiga belas persen dari jumlah populasi adalah anak dibawah
lima tahun (balita). Ternyata populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehata jiwa,
termasuk antara lain anak dengan tunagrahita, ganguan perilaku, kesulitan belajar dan hiperaktif.
Sebanyak 13,5% balita merupakan kelompok anak berisiko tinggi mengalami gangguan
perkembangan, sementara 11,7% anak prasekolah berisiko mengalami gangguan perilaku.
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung akan meningkat sejalan
dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang makin komplek, oleh karena itu
memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai sehingga memungkinkan anak dan remaja
untuk mendapatkan kesempatan tumbuh kembang semaksimal mungkin (Walker, 2012)
3
B. TujuanUmum
C. Tujuan Khusus
D. MateriPenyuluhan
Terlampir
E. MetodePenyuluhan
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
4
F. Media
1. Leaflet
2. PPT
G. Kegiatan penyuluhan
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Kata- kata /
kalimat
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dan menyimak
3. Menjelaskan
3. Merespon
maksud dan tujuan
4. Menjawab
penyuluhan
pertanyaan
2. Pelaksanaan 20 Menit Penyampaian Materi 1. Mendengarkan dan Leaflet
menyimak
1. Menjelaskan
pengertian 2. Bertanya
kesehatan jiwa pada
3. Mengenai hal-hal
remaja
2. Menjelaskan yang belum jelas
penyebab dan dimengerti.
masalah
kesehatan jiwa
pada remaja
3. Menjelaskan tanda
gejala masalah
kesehatan jiwa remaja
4. Menjelaskan
penatalaksanaan
masalah kesehatan
jiwa pada remaja
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
5
3. Penutup 5 Menit 1. Menyimpulkan 1. Mendengar Kata-kata /
2. Mengakhiri kegiatan kalimat
2. Memperhatikan
3. Mengucapkan
3. Menjawab salam
terimakasih dengan
salam
6
MATERI PENYULUHAN
8
C. Menjelaskan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa pada remaja
1. Seorang yang mengalami Depresi biasanya merasa rendah diri, sedih, marah atau tidak berharga
2. Kecemasan merupakan sensasi perasaan takut dan gelisah seperti halnya Depresi, perasaan ini
dianggap normal dalam beberapa situasi.
3. Gangguan tingkah laku berat seperti gelisah dan agitasi
4. Mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau
dilihat orang lain
5. Kepercayaan yang aneh
6. Berbicara kacau
7.Tingkat emosional yang menakutkan atau emosi berubah dengan cepat,misalnya dari menangis
menjadi tertawa
9
F. Penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada remaja
I. Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih baik banyak terdapat pada managed care.
a. Pencegahan primer melalui herbagai program sosial yang ditunjukan untuk menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak.
Contohnya adalah perawatan prenatal awal.program intervensi dini bagi orang tua dengan faktor
resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang
berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami
kesulitan disekolah sehingga tindakan yang tepat segera dilakukan, Metodenya meliputi konseling
individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan
intervensikrisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatic, konseling kelompoksekolah, dan
konseling teman sebaya.
c. Dukungan teraupatik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain,
dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam system
sekolah yang normal Metode pengobatan prilaku pada umumnya digunakan untuk membantu
anak dalam mengenbangkan metode koping yang lebih adaptif.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga mendapatkan
keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan
fungsi semua anggota keluarga.
2. Pengobatan berbasis rumah sakit
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakt jiwa. Pengobatan di
unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternative yang
kurang resrtiktif, atau bagi klien yang berrisiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya
sendiri ataupun orang lain.
b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site)
yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa.
c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan prilaku desruptif masi menjadi kontroversi.
Penelitian menunjukan bahwa metode ini dapat bersifat traumatic pada anak-anak dan tidakefektif
untuk pembelajaran respon adaptif Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-site),
penehanan terapetik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah
memburuknya prilaku.
3. Farmakotrapi
10
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan
hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam
a. Perbedaan fsiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek
samping dari medikasi psikotropik
b. Perbedaan perkembangan neurotransmitter pada anak-anak dapat mempengarihi hasil
pengobatan psikoterapik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten terutama dengan antidepresan
trisiklik.
11
DAFTAR PUSAKA
Keliat Budi, Ana. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, 2014
Keliat Budi, Ana dkk. Proses Keperawatan Jiwa. EGC. Stuart and Sunden. Pocket guide to
psychiatric nursing. FGC.2007
http://yoseph-dmc21.blogspot.co.id/2012/06/sap-mengenal-kesehatan-jiwa-di.html
Keliat budi, ana. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. EGC. 1995
12