Anda di halaman 1dari 12

PENYULUHAN KESEHATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PENGETHUAN

MASYARAKAT TENTANG KESEHATAN JIWA PADA REMAJA

DISUSUN
OLEH

Nama Mahasiswa
PUJIATI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2023

1
SATUAN ACARA
PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Kesehatan Jiwa pada Remaja

Sasaran : Remaja

Jam : 09.00-Selesai

Waktu : 40 Menit

Tanggal : 26 Desember 2022

A. Latar Belakang

Meningkatnya gangguan kesehatan jiwa pada remaja dikalangan msyarakat saat ini dan
yang akan datang akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya profesi keperawatan. Menurut penelitian World Health Organization (WHO), jika
prevalensi gangguan jiwa diatas 100 juta per 100 penduduk dunia maka indonesia mencapai
264/100 penduduk yang merupakan anggota keluarga. Data hasil survei kesehatan RT (Surat
Keputusan Republik Indonesia tahun 1995). menyatakan jika hal tersebut 2,6 kali lebih tinggi
dari ketentuan WHO dan merupakan hal serius yang perlu ditangani. Hasil riset WHO dan Word
Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat meningkatkan penurunan produktifitas sampai
dengan 8,5% Menurut Dayly Lost (1998), saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua
setelah penyakit infeksi (11.5%).

Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar
masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami
krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, penyakit
infeksi tetap saja dapat mengalami gangguan jiwa. Pada akhirnya dapat menurunkan
produktifitas kerja. Kualitas hidup secara nasional, negara telah dan kehilangan generasi sehat
yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa.

Masa remaja menurut WHO merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yaitu berlangsung antara usia 10-19 tahun. Masa remaja terdiri pada
masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14-17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi
perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi
lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan psikososial (Huang et al., 2007). Seorang anak
2
remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa.
Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, disisi lain pada dasarnya ia
tetap membutuhkan hantuan. dukungan perlindungan orang tuanya (Guzmdn et al., 2004).
Orang tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak
menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang
selalu dibantu (Fellinge et al., 2009). Orang tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi
dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. Adanya konflik
yang berlarut-larut merupakan stresor hagi remaja yang dapat menimbulkan berbagai
pemasalahan yang komplek baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan.

Kondisi seperti ini apabila tidak segera di atasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat
berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat ditimbulkan masalah maupun
gangguan kejiwaan dari yang ringan sampai berat. Apalagi pada kenyataannya perhatian
masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata, kurang
memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan psikososial). Pada hal faktor
tersebut merupakan penentu dalam keberhasilan seorang remaja di kemudian hari (Lilian et al.,
2008).

Prevalensi kesehatan jiwa di Indonesia adalah 18,5%, yang berarti dan 1.000 penduduk
terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau setiap rumah tangga
terdapat seorang anggota keluarga menderita gangguan kesehatan jiwa. Khusus untuk anak dan
remaja masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus utama tiap upaya peningkatan sumber daya
manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu disiapkan sebagai
kekuatan bangsa indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% total populasi terdiri dari
anak dan remaja berusia 0-36 tahun, tiga belas persen dari jumlah populasi adalah anak dibawah
lima tahun (balita). Ternyata populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehata jiwa,
termasuk antara lain anak dengan tunagrahita, ganguan perilaku, kesulitan belajar dan hiperaktif.
Sebanyak 13,5% balita merupakan kelompok anak berisiko tinggi mengalami gangguan
perkembangan, sementara 11,7% anak prasekolah berisiko mengalami gangguan perilaku.

Prevalensi gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung akan meningkat sejalan
dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang makin komplek, oleh karena itu
memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai sehingga memungkinkan anak dan remaja
untuk mendapatkan kesempatan tumbuh kembang semaksimal mungkin (Walker, 2012)

3
B. TujuanUmum

Setelah diberikan penyuluhan 40 menit, diharapkan klien mampu memahami dan


mengetahui kesehatan jiwa pada Remaja

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini,remaja diharapkan mampu untuk :

1. Menjelaskan pengertian Kesehatan Jiwa pada remaja

2. Menjelaskan penyebab masalah kesehatan Jiwa pada remaja

3. Menjelaskan tanda dan gejala masalah kesehatan Jiwa pada remaja

4. Menjelaskan dampak gangguan kesehatan Jiwa paada remaja

5. Menjelaskan pencegahan gangguan kesehatan Jiwa pada remaja

6. Menjelaskan penataklasanaan masalah kesehatan Jiwa pada remaja

D. MateriPenyuluhan

Terlampir

E. MetodePenyuluhan

1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Tanya Jawab

4
F. Media

1. Leaflet

2. PPT

G. Kegiatan penyuluhan

Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Kata- kata /
kalimat
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dan menyimak
3. Menjelaskan
3. Merespon
maksud dan tujuan
4. Menjawab
penyuluhan
pertanyaan
2. Pelaksanaan 20 Menit Penyampaian Materi 1. Mendengarkan dan Leaflet
menyimak
1. Menjelaskan
pengertian 2. Bertanya
kesehatan jiwa pada
3. Mengenai hal-hal
remaja
2. Menjelaskan yang belum jelas
penyebab dan dimengerti.
masalah
kesehatan jiwa
pada remaja
3. Menjelaskan tanda
gejala masalah
kesehatan jiwa remaja
4. Menjelaskan
penatalaksanaan
masalah kesehatan
jiwa pada remaja
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya

5
3. Penutup 5 Menit 1. Menyimpulkan 1. Mendengar Kata-kata /
2. Mengakhiri kegiatan kalimat
2. Memperhatikan
3. Mengucapkan
3. Menjawab salam
terimakasih dengan
salam

6
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Kesehatan Jiwa Pada Remaja


Pengertian Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya "Psikologi Agama"
bahwa: "Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara
lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)".
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya
lain.keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan
ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup.bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika
mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif
terhadap orang.lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi
mandiridan mencapai integrasi tingkah laku.
Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Manusia pada masa
remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan mudah
terganggu kesehatan mentalnya.
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut:
1. Dapat menerima perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya dengan
lapang dada,
2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya)
3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut.
5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya

B. Penyebab kesehatan jiwa pada remaja


Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling
mempengaruhi dan dapat menyebabkan jiwa yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan
penyakit jiwa.
Faktor-faktor yang membuat kesehatan jiwa remaja terganggu adalah:
1. faktor biologi.
Yaitu proses pertumbuhan ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri seksual primer adalah
7
proses pertumbuhan organ organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti
pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina dll. Ciri-
ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ organ tubuh yang tidak berkaitan langsung dengan
proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara,
pertumbuhan badan yg pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar.
pertumbuhan badan yg pesat dll.
Perubahan faktor biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti:
a. sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru.
Pertumbuhan fisik yang secara tiba-tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit
menghadapinya, Pertumbuhan yang terlalu cepat disbanding kan temen teman sebaya lainnya
dapat menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat
dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b. Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi.
Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya
kepada teman-temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan
kepada hal buruk seperti seks bebas. manstrubasi dan salah dalam perlakukan dirinya sendiri.
2. faktor keluarga.
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya
untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa,
terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi
mereka pada level orang-orang dewasa, Seringkali orangtua mencampuri urusan- urusan pribadi anaknya
yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut, "Dimana kamu
semalam?". "Dengan siapa kamu pergi?", "Apa yang kamu tonton?" dan lain sebagainya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap
keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-
pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap,
remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
3.Faktor lingkungan dan sosial
Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja
seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. Faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika
lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat
sangat tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja
menjadi terganggu kesehatan mentalnya.

8
C. Menjelaskan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa pada remaja
1. Seorang yang mengalami Depresi biasanya merasa rendah diri, sedih, marah atau tidak berharga
2. Kecemasan merupakan sensasi perasaan takut dan gelisah seperti halnya Depresi, perasaan ini
dianggap normal dalam beberapa situasi.
3. Gangguan tingkah laku berat seperti gelisah dan agitasi
4. Mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau
dilihat orang lain
5. Kepercayaan yang aneh
6. Berbicara kacau
7.Tingkat emosional yang menakutkan atau emosi berubah dengan cepat,misalnya dari menangis
menjadi tertawa

D. Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja:


Dampak positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa masa stress dan gangguan kesehatan mental
lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya pembelajaran dari pengalaman yang menyebabkan
frustasi tersebut dan menjadikannya motivasi untuk terus berusaha lebih baik.
Dampak negatifnya jika remaja tidak bisa mengatasi stress dan kesehatan mental lainnya maka dapat
timbul :
1. Kenakalan remaja
2. Penyalahgunaan obat terlarang dan alcohol
3. Seks bebas
4. gangguan makan
5. Bunuh diri
6. Gangguan mental
7. kurangnya percaya diri

E. Pencegah gangguan kesehatan jiwa pada remaja


Yaitu melalui peran serta keluarga dengan selalu membimbing remaja. Namun peran orangtua
dalam membimbing remaja banyak yang salah dan tidak sesuai maka harus di lakukan banyak
penyuluhan di masyarakat oleh pemerintah. Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan
melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain
seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok
remaja

9
F. Penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada remaja
I. Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih baik banyak terdapat pada managed care.
a. Pencegahan primer melalui herbagai program sosial yang ditunjukan untuk menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak.
Contohnya adalah perawatan prenatal awal.program intervensi dini bagi orang tua dengan faktor
resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang
berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami
kesulitan disekolah sehingga tindakan yang tepat segera dilakukan, Metodenya meliputi konseling
individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan
intervensikrisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatic, konseling kelompoksekolah, dan
konseling teman sebaya.
c. Dukungan teraupatik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain,
dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam system
sekolah yang normal Metode pengobatan prilaku pada umumnya digunakan untuk membantu
anak dalam mengenbangkan metode koping yang lebih adaptif.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga mendapatkan
keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan
fungsi semua anggota keluarga.
2. Pengobatan berbasis rumah sakit
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakt jiwa. Pengobatan di
unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternative yang
kurang resrtiktif, atau bagi klien yang berrisiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya
sendiri ataupun orang lain.
b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site)
yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa.
c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan prilaku desruptif masi menjadi kontroversi.
Penelitian menunjukan bahwa metode ini dapat bersifat traumatic pada anak-anak dan tidakefektif
untuk pembelajaran respon adaptif Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-site),
penehanan terapetik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah
memburuknya prilaku.
3. Farmakotrapi

10
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan
hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam
a. Perbedaan fsiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek
samping dari medikasi psikotropik
b. Perbedaan perkembangan neurotransmitter pada anak-anak dapat mempengarihi hasil
pengobatan psikoterapik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten terutama dengan antidepresan
trisiklik.

11
DAFTAR PUSAKA

Keliat Budi, Ana. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, 2014

Keliat Budi, Ana dkk. Proses Keperawatan Jiwa. EGC. Stuart and Sunden. Pocket guide to
psychiatric nursing. FGC.2007

http://yoseph-dmc21.blogspot.co.id/2012/06/sap-mengenal-kesehatan-jiwa-di.html

Keliat budi, ana. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. EGC. 1995

Keliat budi, ana dkk. Proses keperawatan jiwa.

EGC. 1987Stuart and Sunden. Pocket guide to psychiatric nursing. EGC.1998

12

Anda mungkin juga menyukai