Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERWATAN MEDIKAL BEDAH I (KMB I)

RUANGAN INFECTION CENTER (HIV/AIDS)

RSUP.DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH :

SRI MAULIYAH K.
NIM : R014191057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB I
KONSEP MEDIS
HIV/AIDS
A. Definisi
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik
dan bisa menyebabkan kematian (Dirjen P2PL RI, 2012)
AIDS (AcquiredImunodefisiensi Syndrom) adalah sekumpulan gejala
yang di sebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat dari infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus ) (Sudoyo
& dkk, 2009).
B. Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan HIV/AIDS pada orang dewasa menjadi 4
stadium klinis, yaitu :
1. Stadium 1
Pada stadium ini AIDS bersifat asimptomatik atau
penderita tidak merasakan adanya gejala, aktivitas normal dan
terdapat adanya limfadenopati generalisata.
2. Stadium II
Pada stadium ini AIDS bersifat simptomatik atau penderita
dapat merasakan adanya gejala, aktivitas normal, berat badan
penderita menurun < 10%, terdapat kelainan kulit dan mukosa
ringan seperti dermatitis seroboik, prorigo, onikomikosis, serta
terjadi ulkus yang berulang dan kheilitis angularis, herpez zoster
dalam 5 tahun terakhir, terdapat infeksi saluran nafas bagian atas
sinusitis bakterialis.
3. Stadium 3
Pada stadium ini kondisi penderita umumnya lemah,
aktivitas di tempat tidur menjadi lebih sering atau < 50%, terjadi
penurunan berat badan sekitar > 10%, terjadi diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1 bulan, penderita mengalami demam yang
berkepanjangan yaitu lebih dari 1 bulan, terdapat kandidiasis
orofaringeal, penderita juga mengalami TB paru dalam 1 tahun
terakhir, serta terjadi infeksi bakterial yang berat seperti
pneumonia dan piomiositis.
4. Stadium 4
Pada stadium ini umumnya kondisi tubuh pasien sangat
lemah, aktivitas sehari-hari menjadi menurun atau sekitar > 50%
beraktivitas di tempat tidur, terjadi HIV wasting syndrome,
infeksi opurtunistik seperti pneumocystis carinii semakin
bertambah, toksoplasmosis otak, terjadi diare kriptosporidiosis
lebih dari 1 bulan, kriptosporidiosis ekstrapulmonal, retinitis virus
sitomegalo, herpes simpleks mukomutan yang terjadi > 1 bulan,
leukoensefalopati multifocal progresif, mikosis diseminata seperti
histopasmosis, kandidiasis di esophagus, trakea, bronkus, dan
paru, tuberkulosis di luar paru, limfoma, sarkoma kaposi, serta
ensefalopati HIV.
C. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada imunodefisiensi syndrom atau AIDS
adalah retrovirus DNA yang disebut imunodefisiensi manusia atau bisa
disebut human immunodeficiency virus, HIV. HIV terdiri atas yaitu HIV-
1 dan HIV-2 (Leveno, et al., 2009). HIV dikenal sebagai bagian dari
kelompok retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus
(LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut
Human T-Cell Lymphotropic Virus (Retrovirus). Setelah masuk kedalam
sel pejamu Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) (Nurarif & Kusuma, 2015).
Penularan AIDS ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak aman atau yang
tidak terlindungi tanpa kondom dengan orang yang telah terinfeksi
HIV.
2. Jarum suntik, tindik, tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam
kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
(Efendi & Makhfudli, 2009).
D. Manifestasi Klinis
AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang
dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization) sebagai berikut:
1. Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS.
2. Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-
infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
3. Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksibakteri yang parah, dan TBC
paru-paru)
4. Tahap IV meliputi (meliputi Toksoplasmosis pada otak,
Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran
pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi), dan Sarkoma
Kaposi). Semua penyakit ini merupakan indicator dari AIDS
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Manifestasi klinis AIDS adalah konsekuensi langsung dari
defisiensi imunologis yang progresif dan parah yang diinduksi oleh
HIV. Penderita AIDS sangat rentan terjangkit beragam infeksi
oportunistik atau atipikal oleh patogen virus, bakteri, protozoa, dan
jamur. Gejala nonspesifik umum yang terjadi pada penderita yaitu
demam, berkeringat di malam hari, dan terjadi penurunan berat badan.
Mual, muntah, anoreksia atau diare merupakan penyebab terjadinya
penurunan berat badan dan kakeksia. Berdasarkan gelaja-gejala
tersebut yang dialami oleh penderita menandakan prognosis yang
buruk (McPhee & Ganong, 2015).
E. Komplikasi
Infeksi oportunis yang berulang
Agen mikrobiologis Organisme Keadaan
Protozoa 1.pneumocystis carinii 1.pneumonia pneumocystis carinii
2.cryptosporidium 2.kriptosporidiosis
3.toxoplasma gondii 3.toksoplasmonis
4.histoplasma 4.histoplasmonis
Fungi 1.Candida albicans 1.kandidiasis
2.cryptococcus neoformans 2. kriptokokosis

Virus 1.Herpes 1.herpes simpleks 1dan 2


2.sitomegalovirus 2.retinitis sitomegalovirus
Bakteri 1.mycobacterium tuberculosis 1.tuberkuosis
2.M.avium-intracellulare 2.mikobakteriosis
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain
Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil positif2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4. Serologi : screening HIV dengan ELSA, Tes western blot, limfosit
T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi(Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Penatalaksaan
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dengan menggunakan antibiotik
jenis kotrimoksazol
4. Pemberian ARV (Antiretrovit), ARV dapat diberikan pada pasien
yang telah siap untuk berobat seumur hidup(Widoyono, 2005).
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien dengan HIV/AIDS meliputi :
1. Penampilan umum
Pucat, lemah
2. Gejala subyektif
Demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
3. Aktivitas / istirahat.

Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,


malaise

4. Sirkulasi.

Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.

5. Integritas ego.

Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa,


depresi, marah, menangis.

6. Elimiinasi.

Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal,


absesrektal.

7. Makanan / cairan.

Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
8. Neurosensori.

Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan


respon melambat.

9. Nyeri / kenyamanan.

Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi,


penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian
yangsakit.

10. Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. ResikoInfeksi
4. Ansietas

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1.Nyeri NOC:  Lakukan


 Kontrol nyeri pengkajian
nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nyeri teratasi komprehensif
dengan indikator : yang meliputi
 Mampumengontrolnyeri lokasi,
 Melaporkannyeriberkurangdenganmenggunakanmanajemennyeri. karakteristik,
 Mampumengenalinyeri (skala, intensitas, onset/durasi,
frekuensidantandanyeri) frekuensi,kualit
 Menyatakan rasa nyamansetelahnyeriberkurang as, intensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
 Observasi
adanya
petunjuk
nonverbal
mengenai
ketidaknyaman
an terutama
pada mereka
yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif.
 Gunakan
strategi
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalam nyeri
dan sampaikan
penerimaan
pasien terhadap
nyeri.
 Tentukan
akibat dari
pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien.
 Gali bersama
pasien faktor-
faktor yang
dapat
menurunkan
atau
memperberat
nyeri.
 Berikan
informasi
mengenai
nyeri, seperti
penyebab nyeri,
berapa lama
nyeri dirasakan.
 Kurangi atau
eliminasi
faktor-faktor
yang dapat
mencetuskan
atau
meningkatkan
nyeri
(kelelahan,
stres)
 Dorong
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
membantu
penurunan
nyeri.
 Ajarkan teknik
non
farmakologi
(teknik
relaksasi)
 Berikan
oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan.
2.Nutrisi NOC: NIC :
 Identifikasi
kurang dari
 Status Nutrisi adanya alergi
kebutuhan  Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan atau intoleransi
tubuh makanan yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dimiliki pasien
selama….nutrisikurangdarikebutuhantubuhteratasi dengan indikator :  Ciptakan
lingkungan
 Asupan makanan secara oral adekuat yang optimal
 Asupan cairan secara oral adekuat pada saat
 Asupan cairan secara intravena adekuat mengkonsumsi
 Asupan cairan secara parenteral adekuat makanan
 Asupan gizi adekuat (misalnya
 Hidrasi yang adekuat bersih, santai
dan bebas dari
bau yang
menyengat)
 melakukan atau
membantu
pasien dengan
perawatan
mulut sebelum
makan
 Anjurkan
pasien untuk
duduk jika
memungkinkan
 Membantu
pasien
membuka
kemasan
makanan dan
memotong
makanan, dan
makan jika
diperlukan
 Patikan
makanan tinggi
kandungan
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Monitor
kecenderungan
terjadinya
penurunan dan
kenaikan berat
badan
 Rundingkan
dengan alhli
gizi dalam
menentukan
asupan kalori
harian yang
diperlukan.
 Monitor intake/
asupan dan
asupan cairan
secara tepat
 Monitor asupan
kalori makanan
harian

3. Resiko NOC :  Bersihkan


Infeksi  Status imunitas lingkungan dengan
 Perawatan demam baik setelah
Pengaturan suhu digunakan untuk
setiap pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Pertahankan tehnik
selama…ketidakefektifantermoregulasiteratasi dengan indikator : isolasi yang sesuai
 Klienbebasdaritandadangejalainfeksi  Batasi jumlah
 Mendeskripsikan proses penularansertapenatalaksanaannya pengungjung
 Menunjukkankemampuanuntukmencegahtimbulnyainfeksi  Anjurkan pasien
 Menunjukkan perilaku hidup sehat mengenai teknik
mencuci tangan
dengan tepat
 Anjurkan
pengungjung untuk
mencuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
 Cuci tangan bagi
setiap tenaga
kesehatan
 Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan yang
sesuai
 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kegiatan
perawatan pasien
 Pakai sarung tangan
steril dan non steril
dengan tepat
 Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
 Ganti IV perifer dan
tempat saluran
penghubung serta
balutannya sesuai
petunjuk umum
 Gunakan kateterisasi
intermitten untuk
mengurangi
kejadian infeksi
kandung kemih
 Tingkatkan intake
nutrisi
 Berikan antibiotik
yang sesuai bila
perlu proteksi
terhadap infeksi
 Menganjurkan
pasien untuk
meminum antibiotik
seperti yang
diresepkan
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada perawatan
kesehatan
 Mengajarkan pasien
dan anggota
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi

4.Ansietas NOC:  Kaji untuk


 Status kenyamanan tanda verbal
 Tingkat kecemasan dan non verbal
kecemasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…ansietas teratasi  Tentukan
dengan indikator : apakah ada
 Tanda-tanda vital dalam batas normal intervensi
 Kontrol cemas relaksasi di
masa lalu yang
sudah
memberikan
manfaat
 Ciptakan
lingkungan
yang tenang
dan tanpa
distraksi
dengan lampu
yang redup
dan suhu
lingkungan
yang nyaman
jika
memungkinka
n
 Dorong klien
untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar dan
mata tertutup
 Minta klien
untuk rileks
dan merasakan
sensasi yang
terjadi
 Tunjukkan dan
praktikkan
teknik
relaksasi pada
klien
 Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
meyakinkan
 Pahami situasi
krisis yang
terjadi dari
perspektif
klien
 Berikan
informasi
faktual terkait
diagnosis,
perawatan dan
prognosis
 Berada di sisi
klien untuk
meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi
ketakutan
 Lakukan
usapan pada
punggung/
leher dengan
cara yang
tepat.
BAB III WEB OF CAUTION (WOC)
Nyeri Respon nyeri
Patofisiologi AIDS

sitoplasma Saraf pusat


Hubungan seksual,Transfusi darah, plasenta ibu
Transmisi implus saraf
Pemotongan protein virus oleh HIV ke medulla spinalis
HIV masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah

Segmen-segmen kecil mengelilingi RNA virus Stimulasi saraf nyeri


Menginfeksi sel sasaran : Sel T
Gatal bersisik
Membentuk partikel virus menular
Perlekatan pada reseptor sel T oleh gp 120 HIV
Menyebar keseluruh Vesikel pada
Menyerang sel-sel rentang lain
sel tubuh kulit, herpes ,lesi-
HIV akan melebur pada membran sel lesi kutaneus
Di seluruh tubuh v
Sarkoma kiposi Jaringan kulit
Kemudian masuk pada bagian tengah sitoplasma limfosit multi organ
Menyerang jaringan limfoid
v
Transkripsi RNA virus menjadi cDNA v Kandidiasis oral
Destruksi sistem imun
hairy leukoplakia
v
Terintegrasi ke dalam kromosom pejamu AIDS v
Ketidaknyamanan
v v intake makanan
Membentuk 2 untai DNA : provirus
v
Perubahan Penurunan Resiko Anoreksia Nutrisi in
status sistem Infeksi adekuat
Meninggalkan inti sel
kesehatan imun
v
v Nutrisi kurang
Isolasi Sosial Perasaan Menarik diri Hospitalisasi Khawatir Stress dari kebutuhan
Ansietas
malu dari lingkungan tentang Psikologi
sosial penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Buleckhek, G. M., Butcher,H, K.,Dochtermen, J,M ., &Warger ,C, M. (2013).


Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. United Kingdom :
Elsevier.

Direktorat Jendral P2 & PL, Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral


Pemasyarakatan, Kementrian Hukum dan HAM RI, 2012, Pedoman
Layanan Komprehensif HIV-AIDS & IMS di Lapas, Rutan dan Bapas,
Jakarta.

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.

Kowalak, Welsh, & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H.,& Kamitsura, S.(2016) Diagonas Keperawatan Definisi &


klasifikasi 2015 -2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

KementerianKesehatan RI., 2013, “Laporanperkembanganhiv/aids triwulan I


tahun 2013”, No. PM.07.01/D/III.2/ 1118/2013: Kuningan Jakarta Selatan
[online] Tersedia di < http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/f
iles/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%20

Leveno, K. J., Cunningham, F. G., Gant, N. F., Alexander, J. M., Bloom, S. L.,
Casey, B. M., . . . Yost, N. P. (2009). Obstetri Williams, edisi 21. Jakarta:
EGC.

McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2015). Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju


Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M, L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Clasification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan, United
Kingdom : Elselver.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sudoyo, A., & dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, Edisi
keempat. Jakarta: Internal Publishing.

Widoyono. (2005). Penyakit Tropis: Epidemologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Anda mungkin juga menyukai