Anda di halaman 1dari 9

HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI

(KODE ICD X : Z21)


No Dokumen :
No.Revisi:
Tgl Terbit:
Halaman:
DisahkanOleh ;
SPO Pimpinan BLUD Puskesmas Rawat
BLUD
PEMERINTAH InapLanggam
PUSKESMAS
KABUPATEN
RAWAT INAP
PELALAWAN
LANGGAM
Dr. Hj. DAHWIANA
NIP. 19761227 1998032 005

1. Definisi HIV adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sel-
sel kekebalan tubuh.
AIDS atau Acquired Immunodefficiency Syndrome adalah kumpulan
gejala akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi dan
penatalaksanaan HIV.
3. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
4. Referensi Permenkes No.5 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Umum.
5. Prosedur Alat :
E Medical Record
Senter
Spatel Tongue
Tensimeter (bila diperlukan)
Termometer
Stetoskop
Alat Tulis
Bahan :
Air mengalir
Sabun tangan
6. Langkah- a. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
langkah b. Petugas menulis identitas pasien di buku register
c. Petugas melakukan anamnesa pada pasien. Gejala pasien datang dapat
dengan keluhan yang berbeda-beda antara lain demam atau diare (terus
menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan. Keluhan disertai
kehilangan berat badan (BB) >10% dari BB dasar. Keluhan lain
bergantung dari penyakit yang menyertainya.
d. Petugas melakukan pemeriksaan suhu badan.
e. Petugas melakukan pemeriksaan nadi
f. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
g. Petugas menghitung pernapasan
h. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Patognomonis,
Kulit: kulit kering yang luas, terdapat kutil di genital.
Infeksi:
1. Jamur, seperti kandidiasis oral, dermatitis seboroik atau
kandidiasis vagina berulang.
2. Virus, seperti herpes zoster berulang atau lebih dari satu
dermatom, herpes genital berulang, moluskum kontagiosum,
kondiloma.
3. Gangguan napas, seperti tuberculosis, batuk >1 bulan, sesak
napas, pneumonia berulang, sinusitis kronis
4. Gejala neurologis, seperti nyeri kepala yang semakin parah dan
tidak jelas penyebabnya, kejang demam, menurunnya fungsi
kognitif.
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital, BB, tanda-tanda yang
mengarah kepada infeksi oportunistik sesuai dengan stadium klinis HIV
seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
Stadium 1
Tidak ada gejala
Limfadenopati Generalisata Persisten

Stadium 2
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya (<1
dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media,
faringitis)
Herpes zoster
Keilitis Angularis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur pada kuku

Stadium 3
Penurunan berat badan yang tak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari
perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan
Demam menetap yang tak diketahui penyebab
Kandidiasis pada mulut yang menetap
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomios
infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 10 g/l)
dan/atau trombositopenia kronis (<50 x 10 g/l)

Stadium 4
Sindrom wasting HIV Pneumonia Kriptokokus
Pneumonia Pneumocystis ekstrapulmoner, termasuk
jiroveci meningitis
Pneumonia bakteri berat yang Infeksi mycobacteria non
berulang tuberkulosis yang menyebar
Infeksi Herpes simplex kronis Leukoencephalopathy
(orolabial, genital, atau anorektal multifocal progresif
selama lebih dari 1 bulan atau Cyrptosporidiosis kronis
viseral di bagian manapun) Isosporiasis kronis
Kandidiasis esofageal (atau Mikosis diseminata
kandidiasis trakea, bronkus atau (histoplasmosis,
paru) coccidiomycosis)
Tuberkulosis ekstra paru Septikemi yang
Sarkoma Kaposi berulang(termasuk
Penyakit cytomegalovirus Salmonella non-tifoid)
(retinitis atau infeksi organ lain, Limfoma (serebral atau Sel B no
tidak termasuk hati, limpa dan Hodgkin)
kelenjar getah bening) Karsinoma serviks
Toksoplasmosis di sistim saraf Leishmaniasis diseminata
pusat atipikal
Ensefalopati HIV Nefropati ataukardiomiopati
terkait HIV yang simtomatis

i. Petugas meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.


untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku pada saat ini,
yaitu dengan menggunakan strategi 3 (untuk penegakan Diagnosis,
menggunakan 3 macam tes dengan titik tangkap yang berbeda) dan
selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat.
Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat atau dengan
ELISA. Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes dengan
sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya
(A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99%).
Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga
3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV
yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil negatif, maka
perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih terdapat perilaku yang
berisiko.
j. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk
selanjutnya pasien kelaboratorium
k. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien.
l. Petugas menegakan diagnose berdasarkan anamnesis, hasil
pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratorium.
m. Petugas memberikan penatalaksanaan.
Layanan terkait HIV meliputi:
1. Upaya dalam menemukan pasien HIV secara dini dengan
melakukan tes dan konseling HIV pada pasien yang datang ke
layanan primer.
2. Perawatan kronis bagi ODHA dan dukungan lain dengan sistem
rujukan ke berbagai fasilitas layanan lain yang dibutuhkan ODHA.
Layanan perlu dilakukan secara terintegrasi, paripurna, dan
berkesinambungan. Infeksi HIV merupakan infeksi kronis
dengan berbagai macam infeksi oportunistik yang memiliki
dampak social terkait stigma dan diskriminasi serta
melibatkan berbagai unsur dengan pendekatan tim.
Perlu dilakukan upaya pencegahan. Strategi pencegahan HIV menurut
rute penularan, yaitu:
1. Untuk transmisi seksual:
Program perubahan perilaku berisiko, termasuk promosi
kondom.
Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
Konseling dan tes HIV.
Skrening IMS dan penanganannya.
Terapi antiretrovirus pada pasien HIV.
2. Untuk transmisi darah:
Pengurangan dampak buruk penggunaan napza suntik.
Keamanan penanganan darah.
Kontrol infeksi di RS.
Post exposure profilaksis.
Untuk transmisi ibu ke anak:
Menganjurkan tes HIV dan IMS pada setiap ibu hamil.
Terapi ARV pada semua ibu hamil yang terinfeksi HIV.
Persalinan seksiosesaria dianjurkan.
Dianjurkan tidak memberikan ASI ke bayi, namun diganti
dengan susu formula.
Layanan kesehatan reproduksi
Setiap daerah diharapkan menyediakan semua komponen layanan HIV
yang terdiri dari:
1. Informed consent untuk tes HIV seperti tindakan medis lainnya.
2. Mencatat semua kegiatan layanan dalam formulir yang sudah
ditentukan.
3. Anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap oleh dokter.
4. Skrining TB dan infeksi oportunistik.
5. Konseling bagi ODHA perempuan usia subur tentang KB dan
kesehatan reproduksi termasuk rencana untuk mempunyai anak.
6. Pemberian obat kotrimoksasol sebagai pengobatan pencegahan
infeksi oportunistik.
7. Pemberian ARV untuk ODHA yang telah memenuhi syarat.
8. Pemberian ARV profilaksis pada bayi segera setelah dilahirkan
oleh ibu hamil dengan HIV.
9. Pemberian imunisasi dan pengobatan pencegahan kotrimoksasol
pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif.
10. Anjuran rutin tes HIV, malaria, sifilis dan IMS lainnya pada
perawatan antenatal (ANC).
11. Konseling untuk memulai terapi.
12. Konseling tentang gizi, pencegahan penularan, narkotika dan
konseling lainnya sesuai keperluan.
13. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual
(IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
14. Pendampingan oleh lembaga non kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Tata laksana pemberian ARV
Saat memulai terapi ARV
Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4 (bila tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-
nya. Hal tersebut adalah untuk menentukan apakah penderita sudah
memenuhi syarat terapi antiretroviral atau belum. Berikut ini adalah
rekomendasi cara memulai terapi ARV pada ODHA dewasa.
1. Tidak tersedia pemeriksaan CD4
Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan CD4, maka penentuan mulai
terapi ARV adalah didasarkan pada penilaian klinis.
2. Tersedia pemeriksaan CD4
Rekomendasi sesuai dengan hasil pemeriksaan yaitu:
Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4 <350
sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya.
Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu
hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang jumlah CD4
Tabel Terapi ARV
Target Stadium Jumlah sel Rekomendasi
Populasi Klinis CD4 Anjuran
ODHA dewasa Stadium klinis > Belum mulai terapi.
1 dan 2 Monitor gejala klinis
Pemilihan Obat
350 dan jumlah sel CD4 ARV Lini
sel/mm3 setiap 6-12 bulan
<
Mulai terapi
Pertama Paduan
Stadium klinis Berapapun yang ditetapkan
3 dan 4 jumlah sel Mulai terapi oleh pemerintah
CD4
Pasien dengan ko- Apapun Berapapun untuk lini
infeksi TB stadium jumlah sel Mulai terapi
klinis CD4 pertama adalah: 2
Pasien dengan ko- Apapun Berapapun
infeksi Hepatitis B stadium jumlah sel Mulai terapi NRTI + 1 NNRTI
Kronik aktif klinis CD4
Ibu Hamil Apapun Berapapun (Zidovudine + Lamivudine
AZT + 3TC + NVP
stadium jumlah sel Mulai terapi + Nevirapine)
klinis CD4
(Zidovudine + Lamivudine
AZT + 3TC + EFV
+ Efavirenz)
(Tenofovir + Lamivudine (atau
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP Emtricitabine) + Nevirapine)

(Tenofovir + Lamivudine (atau


TDF + 3TC (atau FTC) + ECF Emtricitabine) + Efavirenz)

Tabel Panduan terapi antiretroviral

Populasi Pilihan yang


Catatan
target direkomendasikan
Dewasa dan AZT atau TDF + 3TC (atau FTC) Merupakan pilihan paduan yan
anak + EVF atau NVP untuk sebagian besar pasien
Gunakan FDC jika tersedia

Perempuan AZT + 3TC + EFV atau NVP Tidak boleh menggunakan EFV
hamil trimester pertama
TDF bisa merupakan pilihan
Ko-infeksi AZT atau TDF + 3TC (FTC) Mulai terapi ARV segera setela
HIV/TB + EFV TB dapat ditoleransi (antara 2
hingga 8 minggu)
Gunakan NVP atau tripel NRTI b
tidak dapat digunakan

Ko-infeksi TDF + 3TC (FTC) + EFV Pertimbangkan pemeriksaan


7. Diagram Alir
8. Unit terkait Rawat Inap,
Poli Umum
Laboratorium
Rekam medik
9. Dokumen Catatan Medik,
Terkait Blanko Rujukan,
Buku Register,
Blanko Resep
HIV
No Dokumen :
No Revisi :
DAFTAR Tgl Terbit :
TILIK Halaman :
BLUD
PUSKESMAS
RAWAT
INAPLANGGAM

Tidak
Langkah Kegiatan Ya Tidak
No Berlaku
1 Apaka Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?
h
2 Apaka Petugas menulis identitas pasien di buku register?
h
3 Apaka Petugas melakukan anamnesa pada pasien dengan
h keluhan yang berbeda-beda antara lain demam atau
diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari
satu bulan. Keluhan disertai kehilangan berat badan
(BB) >10% dari BB dasar. Keluhan lain bergantung
dari penyakit yang menyertainya.?
4 Apaka Petugas smelakukan pemeriksaan tekanan darah ?
h
5 Apaka Petugas smelakukan pemeriksaan suhu?
h
6 Apaka Petugas melakukan pemeriksaan nadi?
h
Apaka Petugas menghitung pernapasan ?
h
7 Apaka Petugas melakukan pemeriksaan fisik sesuai
h prosedur?
8 Apaka bila diperlukan, petugas meminta pasien untuk
h melakukan pemeriksaan penunjang dilaboratorium ?
9 Apaka Petugas Petugas menyerahkan surat permintaan
h kepada pasien untuk selanjutnya pasien
kelaboratorium?
10 Apaka Petugas Petugas membaca hasil laboratorium dan
h menegakan diagnose berdasarkan hasil lab ?
11 Apaka Petugas penatalaksanaan sesuai prosedur ?
h
12 Apaka Petugas Memberikan informasi kepada pasien dan
h keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien
disarankan untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan
dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya?
13 Apaka Petugas menulis resep?
h
14 Apaka Petugas menyerahkan resep kepada pasien?
h
15 Apaka Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, diagnose
h dan terapi kedalam rekam medic pasien?
16 Apaka Petugas menandatangani rekam medic?
h
17 Apaka Petugas menulis diagnose kebuku register rawat
h jalan?
18 Apaka Bila diperlukan petugas menyiapkan dan
h memverikan surat rujukan ?
19 apakah Petugas menulis diagnose kebuku register rujukan ?

CR :%
Langgam,
Pelaksana/ Auditor

()

Anda mungkin juga menyukai