dan
HIV yang terjadi pada seorang yang terinfeksi sejak waktu HIV. HIV
bereplikasi dengan laju cepat. Perjalanan penyakit HIV bervariasi dari orang
ke orang. Beberapa kofaktor mungkin mempercepat defisiensi kekebalan,
termasuk malnutrisi, penyalahgunaan obat terus-menerus, kondisi alergi,
genetic, usia, kehamilan, jenis kelamin dan adanya infeksi lain.
4. Manifestasi Klinis
Stadium I : stadium tanpa gejala khas
Dimulai setelah gejala awal selesai, dapat terjadi bertahun-tahun 5-10
tahun tergantung daya tahan tubuh. Dapat terjadi pembersaran kelenjar
getah bening
Stadium II : dengan gejala ringan (asimptomatik)
3 | Universitas Indonesia
Pada stadium ini penderita mulai sakit-sakitan karena daya tahan mulai
Stadium IV
Pada stadium ini gejala HIV/AIDS sudah makin tampak jelas :
1. HIV wasting syndrome dimana penderita menjadi kurus kering dan
tidak bertenaga
2. Pneumonia pneumocystis: penderita batuk kering, sesak yang
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5 | Universitas Indonesia
keturunan.
Riwayat Sosial
Identifikasi factor-faktor risiko secara social sehingga pasien bisa
mengalami penyakit gangguan sistem imunitas. Orientasi seksual: pria,
wanita, heteroseksual, homoseksual, multipartner. Perilaku penggunaan
pada kasus
Telinga: kebersihan dan fungsi pendengaran
Mata: inspeksi kebersihan mata, skelera ikterik pada kasus infeksi
oportunistik hepatitis, adanya conjungtivitis, warna conjungtiva anemis,
adanya ulserasi pada membran mukosa mata, retinitis, peningkatan
6 | Universitas Indonesia
pada mukosa bibir dan nyeri menunjukan stomatitis kronis, adanya bau
mulut, kemerahan dan nyeri menelan menunjukkan adanya Candidiasis
esophagus, faringitis. Inspeksi kelembaban mukosa bibir: kekeringan
menunjukkan dehidrasi. Lesi pada mulut menunjukkan sarcoma kaposis,
Hairy
leukoplakia
(lesi/plaque
atau
seperti
proyeksi
rambut
bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri & tidak dapat
pankreastitis.
Perkusi: hipertympani menunjukkan distensi abdmonen
Genital dan anus
Area genital insfeksi adanya lesi herpes simpleks, sekresi Triponema
pallidum, nesireia gonorhoe, infeksi jamur pada genital. Daerah perianal
harus diperiksa untuk menemukan ekskoriasi dan infeksi pada pasien
7 | Universitas Indonesia
artritis. Nyeri tekan dan panas pada area sendi menunjukkan sinovitis.
Kulit, membran mukosa, dan kuku
Kulit dan membran mukosa diinspeksi untuk menemukan tanda-tanda
lesi, ulserasi atau infeksi. turgor kulit tidak elastis menunjukkan dehidrasi
dan status nutris kurang, sarkoma kaposi, furunkulosis rekuren, dermatitis
seboroik berat, eksaserbasi psoriasis, herpes zoster, sarkoma kaposi,
clubbing fingers.
Uji diagnostic
Metode pemeriksaan laboratorium dasar untuk diagnosis infeksi HIV dibagi
dalam dua kelompok yaitu :
a. Uji Imunologi
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan
digunakan sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau
enzymelinked immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat
(rapid test). Uji Western blot atau indirect immunofluorescence assay
(IFA) digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari test krining. Uji
yang menentukan perkiraan abnormalitas sistem imun meliputi jumlah dan
persentase CD4+ dan CD8+ T-limfosit absolute. Uji ini sekarang tidak
digunakan untuk diagnose HIV tetapi digunakan untuk evaluasi.
b. Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes
amplifikasi asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test
untuk menemukan asam nukleat HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan
test untuk komponen virus (seperti uji untuk protein kapsid virus (antigen
p24)
8 | Universitas Indonesia
9 | Universitas Indonesia