TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi HIV/AIDS
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penanda
tubuh yang timbul akibat infeksi HIV (Kemenkes RI, 2013). Virus HIV
memasuki tubuh seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai
mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag).
laboratorium adalah antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window
8
9
suatu mahluk hidup yang akan melindunginya dari suatu infeksi dengan cara
mendeteksi bahan patogen, mulai dari parasit sampai virus dan cacing hingga
dapat membedakannya dari sel dan jaringan normal. Proses mendeteksi ini
adalah suatu hal rumit dikarenakan bahan patogen yang mampu melakukan
melawan suatu penyakit, sistem imun ini dapat dibagi jadi dua kategori, yaitu
sistem imun bawaan atau innate yang bersifat non-spesifik dan sistem imun
B. Etiologi HIV/AIDS
Menurut Risca (2014) HIV merupakan virus ribonucleic acid (RNA) yang
termasuk dalam subfamili lentivirus dan famili Retrovirus. Struktur HIV dapat
dibedakan menjadi dua tipe HIV-1 yang menyebar luar ke seluruh dunia dan
10
HIV-2 yang hanya ada di afrika Barat dan beberapa Negara Eropa. Sumber
3. Vertikal dari ibu ke janin / bayi lewat infeksi intrapartum perinatal atau air
susu ibu.
C. Klasifikasi HIV/AIDS
Stadium HIV AIDS Untuk remaja dan Dewasa dengan infeksi HIV
1. Stadium I:
2. Stadium II:
3. Stadium III :
dalam tahun terakhir. Infeksi bakteri yang berat seperti pneumoni, piomisitis
4. Stadium IV :
11
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
2. Kategori Klinis B
a. Angiomatosis baksilaris
terhadap terapi
bulan.
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih
3. Kategori Klinis C
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
l. Sarkoma Kaposi
ekstrapulmoner
13
r. Pneumonia Rekuren
D. Patofisiologi
yang termasuk dalam famili retrovirus.Virus HIV melekat dan memasuki limfosit
T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang
Salekta,2014).
Pada saat virus. HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang
mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke
dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan
enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi
dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses normal
pembelahan.
14
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu
limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang paling
sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi oleh
suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel. Khususnya
sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat mengakibatkan
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam
fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan
tranfusi darah oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus dan tertusuk jarum bekas
penderita HIV. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran darah maka HIV
mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke
(kematian sel T4) dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel
15
sebagai berikut:
1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV
2. Infeksi kronik
persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini
terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe
dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua
tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama tiga bulan atau
yang tidak langsung berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih
16
dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan
disease)
dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mungkin
E. Pathway
Infeksi oportunistik
F. Gambaran Klinis
Menurut Mandal (2014) tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas
dan pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung
HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat
dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun
dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa
ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja
Menurut Nursalam (2014) pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala
dan tanda penyakit. Pada infeksi HIV primer akut yang lamanya 1 samapai 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu dan disaat fase supresi imun
Ketika HIV menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan
kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi oportunistik, yang paling umum
mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi HIV, acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa
seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare,
sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi HIV tanpa gejala, diketahui oleh pemeriksa kadar HIV dalam darah
bulan.
1. Gejala mayor
a. Berat badan menyusut hingga 10% atau lebih dalam waktu satu bulan,
sebulan lebih.
2. Gejala minor
c. Herpes zoster, mirip cacar air, yang tampak pada kulit, dan tidak
sembuh-sembuh.
20
G. Komplikasi
Berikut:
1. Oral Lesi
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
21
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
4. Respirasi
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
6. Sensorik
H. Pemeriksaan Penunjang
HIV :
a. Serologis
Skrining HIV dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
d. Sel T limfosit
Penurunanjumlah total
e. Sel T4 helper
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper
h. Kadar Ig
normal
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
j. Tes PHS
2. Laboratorium Total
3. Neurologis
4. Tes Lainnya
a. Sinar X dada
c. Skan Gallium
24
lainnya.
d. Biopsis
paru-paru
f. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi HIV, maka sistem imun akan bereaksi dengan
I. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan untuk
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
4. Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
mengganggu fungsi imun. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat
aspek bio-psiko-sosial budaya dan spiritual sebagai satu kesatuan yang tidak
keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
2) Keluhan Utama
dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun
terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis
dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta
HIV/AIDS.
6) Pola Nutrisi
7) Pola Eliminasi
29
berdarah.
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari
hubungan seksual.
c) Vital Sign :
31
batas normal
meningkat
pupil terganggu,
cuping hidung.
menunjukkan kandidiasis.
32
hiperaktif
kaposi).
b. Diagnosa Keperawatan.
pigmentasi. (D.0139)
33
infeksi. (D.0001)
neuromuscular. (D.0005)
c. Rencana Keperawatan
pigmentasi
Tujuan:
34
Intervensi:
pasien
35
infeksi
Tujuan:
(PPNI, 2018b):
b) Dispnea menurun
Intervensi:
sekresi
neuromuscular
Tujuan :
37
2018b):
a) Dispne menurun
Intervensi:
b) Monitor saturasi
d) Berikan oksigen
saluran pernapasan
(PPNI, 2018b):
Intervensi:
kelelahan
mencegah keletihan
makanan.
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
b. Identitas pasien
penanggung jawab.
ringan seperti berjalan.Sulit tidur pada malam hari dan dapat tidur
sejak tahun 2020 dan tidak rutin berobat pada tahun 2022, putus
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
a) BAK
Pada malaria berat warna urine menjadi seperti teh dan volume
b) BAB
4) Pola aktivitas
karena Sesak.
5) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada pasien masih cukup baik dan
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
c) Pemeriksaan fisik
(1) Pernapasan
luka/tidak.
(2) Pencernaan
(3) Penglihatan
(4) Pengecapan
(5) Pendengaran
(6) Penglihatan
(7) Pengecapan
(8) Pendengaran
(9) Kardiovaskuler
pada jantung.
(e) Perkemihan
44
(f) Reproduksi
(g) Musculoskeletal
(h) Integument
a) Psikologi
orang-orang terdekat.
b) Spiritual
c) Laboratorium
sel/mm3 )
45
3. Diagnosa Keperawatan
(D.0005)
makan) (D.0019)
4. Intervensi Keperawatan
Tabel
secara
bertahap.
5. Implementasi
dimana aplikasi yang akan dilakukan pada pasien akan berbeda, disesuaikan
dengan kondisi pasien serta itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah