Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS PROSES RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENEGAH

KAMPUNG HWESAHALEMO DARI TAHUN 2015-2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat akhir untuk menyelesaikan


Jenjang Strata Satu Ilmu Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

ALMI HELUKA
NIM : 2019041024054

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023

i
ANALISIS PROSES RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENGENAH KAMPUNG HWESAHALEMO DARI TAHUN 2015-2020

SKRIPSI

Oleh:

ALMI HELUKA
NIM : 2019041024054

Telah DIsetujui untuk diajukan dalam Ujian Skripsi


Jurusan Ilmu Ekonomi

Jayapura, 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Robert M.W.S.T. Marbun, SE.,MA Rachmaeny Indahyani, SE.,MA


NIP.19740313 200012 1 002 NIP.19750810 200312 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Esa atas
berkat dan kuasanya yang telah menyartai penulis untuk menyelesaikan
penulis proposal yang berjudul ANALISIS PROSES RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENGENAH KAMPUNG HWESAHALEMO
DARI TAHUN 2015-2020.
Dalam kesepakatan ini tidak lupa penulis menyampaikan Ucapan
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Cendrawasih Bapa Dr. Oscar O. Wambrauw, SE,
M.Sc. Agr.
2. Dekan fakultas ekonomi dan bisnis Bapak Prof. .Mesak Iek,SE,.M.Si
3. Ketua jurusan ilmu Ekonomi Universitas Cendrawasih, Bapa Trasna
Putra Urip,. SE,.SI yang telah meluangkan waktu untuk Pembimbing,
Mengarahkan dan motivasi penulis dan menyusun skripsi ini.
4. Pembimbing I Robert M.W.S.T. Marbun., SE., MA. yang telah
meluangkan waktu membimbing, mengarahkan dan memotivasi
penulis dalam menyususn skripsi ini.
5. Pembimbing II Rachmaeny Indahyani, SE., MA. Yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi
ini.
6. Bapa dan Ibu Dosen seluruh staff Administrasi Fakultas Ekonomi
Universitas Cendrawasih Jayapura.
7. Kepada kedua orang tua saya yang selalu mendukung serta
mendoakan saya selama studi.
8. Teman-teman ILMU EKONOMI yang selalu Bersama dalam suka dan
duka selama perkuliahan dan juga studi ahir.dan semua pihak yang
tidak dapat tuliskan namanya satu persatu. Akhirnya dengan segala
keterbatasan dan kerendahan hati.penulis mempersembahkan
proposal ini.semoga Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Besar
harapan penulis, semoga proposal ini dapat di terima dan bermanfaat

iii
Jayapura, Mei 2023
Penulis,

ALMI HELUKA

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah.................................. 3
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian................................. 3
a. Tujuan .................................................................... 3
b. Kegunaan............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis......................................................... 5
B. Tinjauan Empiris......................................................... 17
C. Kerangka Pikir............................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian........................................................ 23
B. Jenis dan Sumber Data............................................... 23
a. Jenis Data............................................................... 23
b. Sumber Data.......................................................... 24
C. Teknik Pengumpulan Data........................................... 25
D. Metode Analisis............................................................ 26
E. Definisi Operasional..................................................... 28
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN................. 31
A. Gambaran Umum kampung........................................ 31
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Efektifitas dan efisiensi Pengelolaan Dana 40
Desa di kampung Hwesalemo Distrik Silimo
Kabupaten Yahukimo................................................
B. Analisis Pelaksanaan Rencana Pembangunan 42
Jangka Menengah Kampung.....................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................. 57
B. Saran......................................................................... 58
.........

v
ANALISIS PROSES RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENEGAH
DESA HWESAHALEMO DARI TAHUN 2015-2020

ALMI HELUKA
Univrsitas Cendrawasih
Jayapura

ABSTRAK

Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses


Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Kampung Hwesalemo. Metode
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah Jika dilihat dari hasil perhitungan rasio efesiensi
dan rasio efektifitas peneliti menggambarkan bahwa setiap tahunnya pemerintah
kampung mengharapkan dana kurang lebih 1 M untuk membangun kampung,
namun dana yang diterima oleh aparat kampung dari tahun 2015-2020 adalah
sebesar Rp. 300.000.000 sehingga dapat disebutkan bahwa angka 30% adalah
tidak efektif. Jika dilihat dari hasil perhitungan efisiensi maka perhitungan
efisiensi penggunaan dana yang dikeluarkan oleh dana desa, yaitu cukup efisien
karena rasio efesiensi yang didapat adalah 60%. Dari sisi perencanaan RPJMK,
Kurangnnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan MUSREMBANG dilihat dari
daftar hadir penyusunan rancangan RPJMK Kampung Hwesalemo bahwa
kelibatan unsur masyarakat yang minim. Aparat Kampung Hwesalemo
mempunyai masalah dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban yang
sering terlambat dikarnakan hambatan-hambatan seperti Kualitas Sumber Daya
Manusia yang ada di Desa.

Kata Kunci : Perencanaan, Pembangunan Kampung, Jangka Menengah

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat daerah merupakan tujuan utama dari Undang-undang

nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Keberadaan

daripada Undang-undang ini sebagai respon dari aspirasi berbagai

daerah yang merasakan perlunya pendelegasian sebagian

kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Pendelegasian kewenangan tersebut sebagai upaya daerah untuk

dapat berbuat lebih cepat dalam tahapan pembangunan daerah.

Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah telah memberikan konsep otonom dan desentralisasi yang

terfokus pada sebagaian urusan yang semestinya dikelola pemerintah

pusat kini setelah terbitnya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah maka sebagian urusan tersebut menjadi

kewenangan pemerinah daerah.

Pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota saat ini

mempunyai anggaran keuangan tersendiri yang dialokasikan pada

daerah dengan struktur berbeda-beda namun berdasarkan asas

proporsionalitas. Dengan semakin besarnya keinginan pemerintah

pusat untuk mewujudkan pembangunan daerah melalui konsep

otonomi dan desentralisasi, kini menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah untuk meningkatkan pembangunan di berbagai wilayah

1
pemerintahan, bahkan hingga rumah terkecil di daerah tersebut.

wilayah administrasi kabupaten/kota, khususnya desa/kampung.

Kampung sebagai titik fokus kebersamaan masyarakat dalam

artian pemerintah Kampung sebagai pelopor dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat harus mampu memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat di kampung. Bentuk-bentuk layanan ini

dapat berupa pembangunan infrastruktur, pengelolaan kependudukan

dan pendekatan yang berdampak terhadap peningkatan aspek sosial

budaya dan ekonomi.

Untuk memperoleh suatu target pembangunan kampung yang

terencana, maka diperlukan suatu perencanaan yang komperhensif

dan sistematis yang berwujud dalam tulisan dan kemudian digunakan

sebagai pedoman dalam mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan,

perencanaan seperti ini secara kelembagaan dikenal sebagai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK),

dengan adanya RPJMK maka pemerintah kampung telah memiliki

target-target sasaran yang akan dibangun melalui berbagai langkah-

langkah yang telah di tetapkan secara bersama.

Pembangunan Jangka Menengah di Kampung Hwesalemo

Distrik Slimo Kabupaten Yahukimo blum mencapai target

pembangunan kampung yang terencana dengan baik, dibuktikan

dengan belum adanya sarana dan prasarana yang memadai,

infrastruktur yang belum memungkinkan untuk masyarakat

memperoleh kehidupan yang layak, seperti belum adanya Aspal di

2
jalan-jalan utama kampung, belum adanya listrik yang bisa dinikmati

oleh masyarakat sekitar karena selama ini masyarakat masih

menghandalkan pemanfaatan solar sel, selain itu belum ada

perumahan-perumahan layak huni yang dibangun dengan

menggunakan dana kampung. Dengan demikian maka perencanaan

pembanguan di kampung Hwesalemo belum mencapai target yang

efektif efisien dari permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di kampung Hwesalemo distrik

Silimo Kabupaten Yahukimo dengan menganalisis Proses Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kampung Hwesahalemo distrik

Silimo Kabupaten Yahukimo dari tahun 2015-2020.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Bagaimana Efektifitas dan efisiensi Pengelolaan Dana Kampung di

Kampung Hwesahalemo Distrik Silimo Kabupaten Yahukimo?

2. Bagaimana proses Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kampung Hwesahalemo Distrik Silimo Kabupaten Yahukimo?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


a. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Efektifitas dan efisiensi Pengelolaan Dana

Kampung di Kampung Hwesahalemo Distrik Silimo Kabupaten

Yahukimo

2. Untuk mengetahui proses penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa Hwesahalemo.

3
b. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Memperdalam pemahaman pada bidang studi penelitian.

b) Turut memberikan sumbangsih terhadap kemajuan ilmu

pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a) Sebagai bahan referensi publik untuk memahami studi

RPJMDes

b) Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintahan Kampung

Hwesahalemo, Kabupaten Yahukimo.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Desa/Kampung

Dalam pengertian tentang Desa ini, penulis mengutip dari 3

(tiga) jenis Undang-undang yang berlaku sejak penulis mengenal

sistem pemerintahan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979, tentang Pemerintahan Desa , Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

Definisi desa secara formal menurut Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979, tentang Pemerintahan Desa, pada Bab 1,pasal 1,huruf

a, adalah Desa adalah suatu wilayah yang di tempati oleh sejumlah

penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi

pemerintah terendah langsung dibawah camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya setelah zaman reformasi muncullah Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah ,

dimana pada Bab I, pasal 1,ayat huruf “O” disebutkan bahwa Desa

atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat

5
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan

berada di daerah kabupaten.

Pemerintah di zaman reformasi merasa bahwa Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah,

masih kurang sempurna. Oleh karena itu Pemerintah kembali

membuat Undang-Undang yang disebut dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004, pada Bab I, Pasal 1,ayat 12 tersebut

dinyatakan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama

lain,selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain definisi menurut Undang-Undang tersebut diatas, penulis

juga mengutip beberapa narasumber yeng memberikan pengertian

tentang desa.

Menurut Unang Sunardjo (1984 : 11) Desa adalah suatu

kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang

menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki

ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena keturunan

maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi,

sosial, dan keamanan; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu

berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.

6
Mengingat bahwa negara Indonesia memiliki suku bangsa dan

adat istiadat yang beragam, maka tiap daerah memiliki nama yang

berbeda untuk menyebutkan desa, yaitu seperti yang diungkapkan

menurut Undang Sunardjo (1984 :10) sebagai berikut:

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara Umum

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan

berada di daerah kabupaten.

Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum

Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti

keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan

bahwa “Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250

“Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti

desa di Jawa dan Bali, Negari di Minangkabau, dusun dan marga di

Palembang, dan sebagainya.

Desa adalah kesatuan organisasi pemerintahan yang terendah,

mempunyai batas wilayah tertentu, langsung dibawah kecamatan,

7
dan merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berhak

menyelenggarakan rumah tangganya. Dalam UU No. 5 tahun 1979

desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pengertian desa mengalami perbedaan defenisi antara UU No.

5 Tahun 1979 dengan Peraturan Pemerintah yang terbaru tentang

desa. Dimana pada pasal 1 ayat 1 PP 43 tahun 2014 disebutkan

bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa

peraturan tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk

Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di

8
Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1974 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

terakhir Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai Desa tersebut

belum dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan

masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar

73.000 (tujuh puluh tiga ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu)

kelurahan. Selain itu, pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini

berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman,

terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum

adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta

kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan

kesenjangan antar wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya

yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Unsur-unsur Desa

Yang dimaksud dengan unsur-unsur desa adalah komponen-

komponen pembentuk desa sebagai satuan ketatanegaraan. Adapun

komponen-komponen tersebut ialah :

1.)Wilayah Desa Yang dimaksud dengan wilayah dalam hubungan

ini adalah dalam arti sempit. Dalam arti luas, seperti dalam

konteks pembinaan wilayah, di dalamnya sudah termasuk

9
penduduk dan pemerintah. Wilayah desa itu sendiri terdiri atas

tiga unsur, yaitu:

a. Darat, Daratan atau Tanah

b. Air, atau Perairan(t, sungai, dan sebagainya)

c. Angkasa (udara)

2.)Penduduk atau masyarakat desa Dipandang dari segi demografis,

penduduk suatu desa adalah setiap orang yang terdaftar sebagai

penduduk atau bertempat kedudukan di dalam wilayah desa yang

bersangkutan, tidak masalah di mana ia mencari nafkah. jika

dilihat dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa dijelaskan pada pasal 25 ayat (2) bagian (b) jumlah

penduduk: Wilayah Jawa paling sedikit 40 (empat puluh) jiwa atau.

20 (dua puluh) kepala keluarga;

3.)Ditempatkan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Pemerintahan Wilayah Kecamatan yang bersangkutan.Personil

satuan organisasi yang disebut Pemerintahan Desa kecuali

kelurahan disebut perangkat negara dan bukan perangkat atau

pegawai negeri, karena beberapa pertimbangan , antara lain :

a. Konsisten dengan pengertian desa ssebgai satuan

ketatanegaraan.

b. Perangkat tersebut, kendatipun pada umumnya dipilih oleh dan

dari kalangan masyarakat desa setempat, namun yang

mengangkatnya adalah pejabat negara yang berwenang.

10
c. Tidak disebut seabgai perangkat atau pegawai negeri, karena

kedudukan kepegawaian negeri diatur dengan peraturan

perundangan tertentu, yang tidak berlaku bagi perangkat

pemerintah desa otonom.

Pemerintah desa tersusun dalam satuan organisasi. Organisasi

itu haruslah sederhana dan efektif.Sederhana maksunya berarti

mudah disesuaikan dengan keutuhan dan kondisi setempat. Dalam

hubungan ini yang diseragamkan adalah struktur minimalnya.

Struktur minimal itu mengandung atau terdiri atas ketiga unsure-

unsur organisasi yaitu,;

1) Unsur kepala yaitu Kepala Desa

2) Unsur pembantu kepala atau staf

3) Unsur pelaksana (teknis) fungsional dan territorial

3. Pembangunan Desa dan Good Governance

Menurut SP. Siagian (1987:2) pembangunan adalah suatu

usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan terencana

yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan

pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembangunan

bangsa/nation building. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Pratikno

(1979:119) yang menyebutkan pembangunan sebagai suatu jenis

perubahan sosial dimana diperkenalkan berbagai gagasan baru ke

dalam sistem sosial untuk meningkatkan penghasilan perkapita serta

standard hidup.

11
Dengan memahami pendefinisian pembangunan yang

dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pembangunan sebagai suatu konsekuensi logis yang harus dilakukan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan di lingkup yang lebih luas dari

individu yang terus akan bergulir seperti halnya apa yang

dikemukakan oleh Bintoro (2017) bahwa pembangunan merupakan

proses tanpa ada akhir, suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide

dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang kurun sejarah.

Bilamana konsep pembangunan akan diterapkan dalam lingkup

desa seperti halnya konsep pembangunan desa maka substansi

pembangunan tersebut berada pada lingkup desa. Ndraha (2007)

menjelaskan bahwa pembangunan desa merupakan setiap

pembangunan yang di dalam prosesnya masyarakat desa harus

berpartisipasi aktif. Pendapat lainnya seperti mengutip pendapat

Soewignjo (1985:24) menerangkan bahwa pembangunan desa yaitu

perencanaan pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat desa.

Pemahaman definisi pembangunan desa seperti yang telah

dikutip diatas menyimpulkan bahwa desa tidak luput dari perhatian

pembangunan, agar pembangunan desa dapat berjalan lebih cepat

maka diperlukan keterlibatan masyarakat desa secara aktif dalam

programprogram pembangunan desa. Pengertian “Good Governance”

menurut Healy dan Robinson (1992: 64) yang di kutip Hamdi (2003:

54) mengatakan bahwa “good governance” bermakna tingkat

efektivitas organisasi yang tinggi dalam hubungan dengan formulasi

12
kebijakan dan kebijakan yang senyatanya dilaksanakan, khususnya

dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi dan kontribusinya pada

pertumbuhan, stabilitas dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Tamim (2003: 15) terdapat enam hal yang

menunjukkan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria Good

Governance, sebagai berikut :

a. Competence, artinya bahwa penyelenggaraan pemerintahan

daerah harus dilakukan dengan mengedepankan

profesionalitas dan kompetensi

b. Transparancy, artinya setiap proses pengambilan kebijakan

publik dan pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus

diimplementasikan dengan mengacu pada prinsip

keterbukaan.

c. Accountability, artinya bahwa setiap tugas dan tanggug

jawab pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan

cara yang terbaik dengan pemanfaatan sumber daya yang

efisien demi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di

daerah, karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil

harus dapat dipertanggungjawabkan ke hadapan publik

maupun dari kacamata hukum.

d. Participation, artinya dengan adanya otonomi daerah, maka

magnitude dan intensitas kegiatan pada masing-masing

daerah menjadi sedemikian besar

13
e. Rule of Law, artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah harus disandarkan pada hukum dan peraturan

perundang-undangan yang jelas.

f. Social Justice, artinya penyelenggaraan pemerintahan

daerah dalam implementasinya harus menjamin penerapan

prinsip kesetaraan dan keadilan bagi setiap anggota

masyarakat irokrasi.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama

Manajemen Pembangunan yang selalu diperlukan karena kebutuhan

akan pembangunan lebih besar dari sumber daya (resources) yang

tersedia. Melalui perencanaan yang baik dapat dirumuskan kegiatan

pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memperoleh

hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumberdaya yang tersedia

dan potensi yang ada. S.P.Siagian (1997:120) memberikan

pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau

rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation

building)”. Menurut Tjokroamidjojo (1998:25), perencanaan dalam

arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan

secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk

mencapai sesuatu tujuan tertentu.Perencanaan adalah suatu cara

14
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber

yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

Terkait dengan perencanaan pembangunan, unsur- unsur

pokok yang harus tercakup dalam perencanaan adalah:

1.)Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana

pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah,

prioritas dan sasaran pembangunan. Adanya kerangka

rencana atau kerangka makro rencana.

2.)Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya yang

digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

3.)Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan

perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Dalam

konteks Indonesia, perencanaan pembangunan menjadi

pentingmengingat sumber- sumber ekonomi yang semakin

terbatas dan akan menjadi habis, jumlahpenduduk yang

sangat besar dan beragam, tingkat pendidikan dan

kemampuan manajerial yang masih rendah.

Pembangunan desa berjalan sebagaimana dengan prinsip-

prinsip yang berlaku dalam demokrasi, prinsip keterbukaan,

partisipasi serta tanggung jawab sebagaimana yang ditekankan

dalam konsep Good Governance menjadi mutlak untuk di

implementasikan pada setiap usaha pembangunan desa.

Pembangunan desa secara luas menjadi tanggung jawab negara,

namun dengan sistem desentralisasi maka pembangunan desa

15
menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah untuk dapat

membangun desa melalui aparatur pemerintah desa.

Aparatur pemerintahan desa dalam menuju pembangunan

desa penting untuk melakukan perencanaan dalam membangun

desa perencanaan tersebut sebagai alat ukur dalam mencapai

sesuatu yang akan dituju. RPJM Desa adalah dokumen

perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat strategi dan

arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa

dan program prioritas kewilayahan, yang disertai dengan rencana

kerja. RPJM Desa disusun untuk menjadi panduan atau pedoman

bagi komunitas desa dan supradesa, dalam rangka mengelola

potensi maupun persoalan di desa Karena itu, RPJM Desa

merupakan dokumen perencanaan yang terintegrasi dengan

perencanaan pembangunan kabupaten/kota, (Pasal 63 ayat 1 PP No

72/2005).

RPJM Desa dapat dimaknai sebagai dokumen ”cetak biru”

(blue print) desa selama rentang waktu lima (5) tahun. Dokumen

”cetak biru” ini memuat arah dan orientasi pembangunan desa

selama lima tahun. Secara konsepsional capaian pembangunan

desa selama lima tahun dituangkan ke dalam visi dan misi desa.

RPJM Desa juga merumuskan permasalahan desa, strategi dan

kebijakan yang hendak ditempuh, serta program dan kegiatan yang

disiapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

16
B. Tinjauan Empiris

Penelitian terdahulu mendukung validitas dan kebaruan

penelitian, merupakan upaya para peneliti untuk membandingkan, dan

dimaksudkan untuk menemukan inspirasi baru bagi penelitian ini.

1. Susun, D I Ginting,2015 dengan judul ‘’ Evaluasi Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa Besadi Kecematan

lampung Langkat Tahun 2015’’. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat bagaimanakah Hasil Evaluasi dari Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa Besadi Kecematan Silom Kabupaten

Langkat Tahun 2015, Jenis penelitian yang digunakan ialah

kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Sumber data pada

penelitian ini menggunakan wawancara, studi pustaka dan studi

dokumentasi. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa secara

umum dari aspek perencanaan hingga pelaksanaannya sudah

berjalan cukup baik.

2. Wahyuddin, Muhammad 2016, dengan judul ‘’Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Berau Tahun 2010-2015 Bidang Pendidikan

Dan Bidang Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

dan mendeskripsikan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Berau Tahun 2010-2015 Bidang Pendidikan dan Bidang

Kesehatan, melalui fokus penelitian yaitu : (1) Rencana

pembangunan jangka menengah dibidang Pendidikan, (2) Rencana

17
pembangunan jangka menengah dibidang kesehatan. Data

penelitian didapatkan melalui teknik wawancara, observasi dan

dokumentasi yang kemudian data-data tersebut penulis

menganalisa menggunakan model analisis interaktif melalui tahap

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil

penelitian ini menggambarkan bahwa pelaksanaan program-

program pendidikan sesuai dengan apa yang tercantum dalam

rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Berau

dengan dilaksanan sesuai dengan 4 program prioritas.

3. Eni Marlina,2016 ‘’Implementasi Peraturan Daerah Nomor 16

Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Dalam Perspektif Fiqh Siyasah’’. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah implementasi Perda di Kabupaten Pesisir Barat telah

signifikan dimana pemerintah telah memenuhi akuntabilitas dan

maanfaat yang jelas bagi masyarakat. Ini berarti dalam

pelaksanaan Perda itu sendiri di Kabupaten Pesisir Barat belum

berjalan di atas prinsip yang diamanatkan Undang-undang terlebih

lagi dalam Fiqh Siyasah bisa dikatakan masih jauh dari prinsip-

prinsip kemaslahatan umat seperti pengertian konsep Fiqh Siyasah.

Saran dari penelitian ini adalah diharapkan kepada pemerintah

pesisir barat terutama dinas Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah harus mengambil tindakan tegas kepada

badan-badan/pihak yang tidak mengikuti aturan yang sudah

diberlakukan dan diharapkan kepada pihak pemerintah agar dapat

18
mengikuti syariat agama islam. Karena, mayoritas penduduk di

Indonesia adalah umat muslim.

4. Abdul Rahman 2016, ‘’ Formulasi Kebijakan Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (Rpjm) Desa Sungai Ambawang

Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya ‘’.

Hasil temuan dari penelitian ini adalah: Pertama, kualitas Sumber

Daya Manusia Aparatur Pemerintahan Desa dalam Formulasi

Penyusunan RPJM Desa Sungai Ambawang Kuala dari segi

pengetahuan dan keterampilannya masih rendah; dan dari Segi

kualitas pelayanan pada aspek assurance, tangibles, empathy dan

responsivitas sudah cukup baik, sedangkan aspek reability masih

kurang. Kedua, Formulasi penyusunan RPJM Desa Sungai

Ambawang Kuala masih kurang, tahapan penyusunan RPJMDes

tidak dilaksanakan secara partisipatif dan outputnya belum

maksimal; dan Ketiga, kendala-kendala dalam formulasi

penyusunan RPJM Desa Sungai Ambawang Kuala disebabkan

karena kendala eksternal dan kendala internal.

5. Maisyuri 2017 ‘’ Evaluasi Penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa (Studi di Kecamatan Syamtalira Aron

Kabupaten Aceh Utara)’’. Penelitian ini mengevaluasikan bagimana

untuk bagimana RPJM Desa di kecemata syamatalira Aron

Kabupaten Aceh utara, apakah sudah sesuai dengan peraturan

sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pembangunan RPJM

Desa berdasarkan data yang di peroleh dari survey yang telah

19
dilakukan, diketahui bahwa kecematan Syamtalira Aron kabupaten

utara telah menyususn RPJM sesuai dengan peraturan pemerintah

No 72 Tahun 2005 pasal 63 tentang penyusunan RPJM Desa.

Dalam penyusunan desa di kecematan syamtalira aron juga

ditemukan faktor pendukung yang mempegaruhi penyusunan

RPJM adanya kerya sama diantar Desa, Anggaran yang cukup.

namun ada juga faktor yang menghambat yaitu sumber daya

manusia yang masih kurang mendukung seperti banjir.

6. Yolandara 2019, ‘’ Pelaksanaan Pasal 150 Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam Perspektif Lampung 1440 H / 2019 M Pelaksanaan Pasal

150 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perencanaan

Pembangunan. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Library

Risearch), yaitu menjalankan perannya sesuai dengan keputusan

presiden No. 27 Tahun 1980. Namun berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan melalui wawancara ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perencanaan pembangunan di Desa Kabupaten

bongko seperti anggraan

20
C. Kerangka Pikir

Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Kampung Hwesahalemo

Efektifitas dan Manfaat


Tujuan
efesiensi pembangunan
pembangunan
jangka pengelolaan jangka menengah
menengah Dana Desa Desa
Hwesahalemo Hwesahalemo

Hasil perencanaan
pembangunan
jangka menengah
Desa Hwesahalemo

Sumber : Penulis (2023)

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kampung Hwesalemo yang

bertujuan untuk pembangunan jangka menengah kampung

Hwesalemo dengan melihat efektifitas dan efisiensi dari pengelolaan

dana desa yang diberikan dari pemerintah pusat ke pemerintahan

kampung. Selain itu, peneliti menelaah apakah ada manfaat yang

21
diterima oleeh masyarakat kampung baik dari segi pembangunan

infrastruktur ataukan dari sumber daya manusia di kampung

Hwesalemo itu sendiri. Dari kegiatan ini, masyarakat dapat

memperoleh hasil yang maksimal atau tidak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa RPJMK Hawesalemo berjalan efektif dan efisien

atau sebaliknya.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini adalah di Kabupaten Yahukimo

kampung Hwesahalemo merupakan salah satu kampung yang terletak

di Distrik Silimo tempatnya utara ibu kota Distrik Silimo, terletak

dipinggiran hutan dan daerahnya merupakan daratan. Untuk lebih

jelasnya gambaran kampung Hwesahalemo dapat dilihat pada uraian

karakteristik wilayah di bawah ini

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

B. Jenis Data dan Sumber Data

1.) Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data kulaitatif. Kualitatif adalah

data yang disajikan dengan kalimat, kata, atau gambar (sugiyono,

2018). Data Kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir

semua data non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata

23
untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati. Data ini

berupa profil Desa Hwesahalemo dengan menganalisis rses

rencana pembangunan jangka menengah desa Hwesahalemo.

2.) Sumber data

a) Data Primer

(Silalahi U, 2009) Data primer merupakan data yang

diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek

penulisan. Data primer didapat melalui wawancara langsung

dengan informan, yaitu Kepala Kampung yaitu Obet Heluka, dan

Bedahara Kampung Neton Heluka. Memfokuskan pada persoalan-

persoalan yang akan diteliti dari Proses Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik

pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian

ini diperoleh dari data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau

sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur

yang dilakukan terhadap banyak buku, karya ilmiah, internet, dan

berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan

penelitian terhadap Proses Penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa (RPJMDes) di Desa Hwesahalemo

Distrik Silimo Kabupaten Yahukimo.

24
C. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada

penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data

yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Metode

pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan

dan berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi

pendahuluan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang

lebih mendalam.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara sebagai salah

satu teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara

bertatap muka langsung dengan informan dengan maksud

untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang

diteliti, dengan menggunakan metode wawancara peneliti dapat

25
memperoleh data yang lebih terperinci dan gambaran jelas

mengenai penyimpangan pengelolaan dana desa.

 Observasi

Dilakukan dengan cara mengamati secara langsung

keadaan dan kegiatan yang menjadi objek penelitian.

Observasi adalahTeknik pengumpulan data melalui proses

pengamatan. Pengamatan difokuskan pada jenis kegiatan dan

peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan

benar-benar berguna.

 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang

berhubungan dengan masalah penelitian yang ada di lokasi

penelitian. Dokumen ini dapat berupa data-data penting yang

berkaitan dengan proses rencana pembangunan jangka

menengah (RPJMK) Hwesalemo.

D. Metode Analisis

Analisis data kualitatif adalah sebuah kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau

tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan

berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui

serangkaian aktivitas tersebut data kualitatif yang biasanya

berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk

akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data

26
diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis

transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini

melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan

sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang

penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Peneliti

menganalisis rencana pembangunan jangka menengah kampung

(RPJMK) dengsn menggunakan perhitungan rasio. Rasio yang

dimaksud adalah rasio pertumbuhan, rasio efektivitas dan rasio

efisiensi.

Langkah-langkah dalam analisis pengolahan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio Efektivitas

Menurut Mahmudi (2016:141) rasio efektivitas menggambarkan

kemampuan pemerintah desa dalam merealisasi pendapatan asli

desa yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan

berdasarkan potensi riil desa. Semakin tinggi rasio efektivitas kinerja

semakin baik, dan semakin rendah efektivitas berarti akan semakin

buruk.

Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PADes x100%


Target Penerimaan PADes

Semakin tinggi rasio efektivitasnya kinerja akan semakin baik,

dan semakin rendah rasio efektivitasnya berarti akan semakin buruk.

27
Tabel 3.1
Efektivitas Keuangan Desa
Sangat Efektif >100

Cukup Efektif >90- 100

Efektif >80-100

Kurang Efektif >60-80

Tidak Efektif 60

Sumber: Buku Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Rasio Efisiensi

Menurut Mahmudi (2016:143) rasio efesiensi menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima.

Rasio Efisiensi = Realisasi Belanja PADes x100%


Realisasi PADes

Menilai tingkat Rasio Efisiensi keuangan Pemerintah Desa

digunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2
Efisiensi Keungan Desa
Kemampuan Keuangan Rasio Efisiensi (%)

Tidak Efisien 100% keatas

Kurang Efisien 90%-100%

Efisien 80%-90%

Cukup Efisien 60%-80%

Sangat Efisien Kurang dari 60%

Sumber: Buku Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

28
E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan suatu pernyataan

yang diberikan pada penelitian, dengan cara menspesifikkan

kegiatan, dalam hal ini peneliti akan memberikan pernyataan atau

penjelasan yang spesifik mengenai rencana pembangunan jangka

menengah desa Hwesahalemo.

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama

Manajemen Pembangunan yang selalu diperlukan karena

kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber daya

(resources) yang tersedia. Melalui perencanaan yang baik dapat

dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan

efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pemanfaatan

sumberdaya yang tersedia dan potensi yang ada. S.P.Siagian

(1997:120) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh

suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa (nation building)”.

2. Analisis Proses Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Terkait dengan perencanaan pembangunan, unsur- unsur

pokok yang harus tercakup dalam perencanaan adalah:

1.)Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana

pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah,

29
prioritas dan sasaran pembangunan. Adanya kerangka

rencana atau kerangka makro rencana.

2.)Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya yang

digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

3.)Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan

perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Dalam

konteks Indonesia, perencanaan pembangunan menjadi

pentingmengingat sumber- sumber ekonomi yang semakin

terbatas dan akan menjadi habis, jumlahpenduduk yang

sangat besar dan beragam, tingkat pendidikan dan

kemampuan manajerial yang masih rendah.

Pembangunan desa berjalan sebagaimana dengan prinsip-

prinsip yang berlaku dalam demokrasi, prinsip keterbukaan,

partisipasi serta tanggung jawab sebagaimana yang ditekankan

dalam konsep Good Governance menjadi mutlak untuk di

implementasikan pada setiap usaha pembangunan desa.

Pembangunan desa secara luas menjadi tanggung jawab negara,

namun dengan sistem desentralisasi maka pembangunan desa

menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah untuk dapat

membangun desa melalui aparatur pemerintah desa.

BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

30
A. Gambaran Umum Kampung
Kampung Hwesahalemo merupakan salah satu kampung yang

terletak di Distrik Silimo tepatnya utara ibu kota Distrik Silimo, terletak

dipingkiran hutan dan daerahnya merupakan daratan. Luas wilayah

keseluruhan dari kampung Hwesahalemo adalah 27,35 Km dengan

luas daratan 27,35 KM. Untuk lebih jelasanya gambaran kampung

Hwesahalemo dapat dilihat pada uraian karakteristik wilayah dibawah

ini :

1. Letak geografis
Kampung Hwesahalemo memeliki luas wilayah + 27,35 km2

yang terdiri dari 20% berupa area permukiman, serta 25% berupa

daratan yang digunakan untuk lahan pertanian, serta 55% berupa

hutan. Kampung Hwesahalemo sendiri berada + 1700 diatas

permukaan laut dan memiliki iklim tropis dengan musim penghujan

yang lebih banyak dikarenakan letak geografisnya yang menepati

daerah daratan dibawah pegunungan.

2. Batas Wilayah

Kampung Hwesahalemo merupakan salah satu dari 20 (dua

puluh) kampung yang termasuk dalam wilayah administratif Distrik

Silimo- Kabupaten Yahukimo. Dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan : Kampung Sodule

 Sebelah Selatan berbatasan dengan :Kampung Sageduk

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Distrik Musaik

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Kampung Silon

31
Kampung Hwesahalemo terletak di sebelah barat dari Dekai

dengan jarak skitar kurang lebih 62 KM yang dapat dicapai dengan

jalan darat (jalan kaki) 2 hari, dan juga mempergunakan pesawat

terbang berbadan kecil.

3. Perekonomian Masyarakat

Mata pencaharian masyarakat di Kampung Hwesalemo sama

dengan masyarakat lain yang tersebar di wilayah Selatan sampai

dengan ke pegunungan Tegah Papua yaitu ; berkebun, berburu,

menjala ikan, dan beternak babi. Kegiatan berburuh, menjala ikan

dan berkebun dengan tanaman utama yaitu ubi jalar (sebagai

makanan pokok) yang setiap saat dilakukan semata-mata hanya

untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga setiap harinya.

4. Sejarah Pemerintahan Kampung Hwesalemo

Secara administrasi pada tahun 1998 adalah awal mula

berdirinya distrik Silimo yang terdiri dari empat kampung, yaitu :

Kampung Momnoak yang dipimpin oleh Zakarias Heluka, Kampung

Silimo yang dipimpin oleh Leo Giban, Kampung Eksa yang dipimpin

oleh Kenis Payage, dan kampung Siloma yang dipimpin oleh Yames

Matuan. Keempat kampung ini masuk ke dalam distrik Kurima yang

pada saat itu masih wilayah Kabupaten Jayawijaya. Pada tahun

2004 kabupaten Yahukimo telah berdiri sendiri dan empat kampung

yang sebelumnya dipecah menjadi 20 kampung, dan kampung

Hwesalemo adalah bagian dari pemekaran kampung Eksa.

32
Secara administrasi, kampung Hwesalemo berdiri pada tahun

2004 dan dipimpin oleh kepala Kampung Obeth Heluka hingga saat

ini.

5. Jumlah Penduduk

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah


1. Laki-laki 25
2. Perempuan 20
Jumlah 45
Sumber : Kantor Kampung Hwesalemo 2023
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

kampung Hwesalemo adalah 45 Jiwa, dengan rincian laki-laki

sebanyak 25 jiwa dan perempuan sebanyak 20 jiwa. Jumlah

penduduk tersebut di atas adalah jumlah penduduk yang menetap

dan tinggal di kampung Hwesalemo, sebagian besar jumlah

penduduk asli sedang melanjutkan pendidikan ke kota. Jika dilihat

dari jumlah penduduk keseluruhan, terdapat 315 jiwa masyarakat

assli kampung Hwesalemo.

6. Agama

Penduduk Kampung Hwesalemo menganut agama dan

kepercayaan Kristen Protestan. Jumlah tempat ibadah di Kampung

Hwesalemo adalah 1 rumah ibadah yaitu milik pemeluk agama

Kristen Protestan.

7. Suku

33
Kampung Hwesalemo dan 20 (dua puluh) yang berada di

bawah pemerintahan Distrik Silimo termasuk dalam suku Ngalik dan

dipimpin oleh kepala Suku Besar yakni bapak Ham Heluka juga

sebagai Kepala Suku Umum untuk merangkul semua marga yang

ada di Kampung Hwesalemo khususnya dan Distrik Silimo pada

umumnya. Ditinjau dari bahasa dan penuturannya masyarakat

Kampung Hwesalemo menggunakan bahasa Ngalik sebagai bahasa

ibunya.

Masyarakat Kampung Hwesalemo terdiri dari beberapa keret/

Marga diantaranya :

B. Keret Heluka

C. Keret Giban

D. Keret Sekenil

E. Keret Bayage

F. Keret Mosip

G. Keret Hilapok

H. Keret Morip

8. Pendidikan

Pendidikan berfungsi sebagai pembantu pengembang

kemampuan berfikir dan berbuat serta meningkatkan taraf hidup

dan martabat manusia didalam kehidupan sosial Masyarakat ,

selain itu pendidikan juga berfungsi sebagai penunjang

keberhasilan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

34
Adapun klasifikasi pendidikan masyarakat desa Hwesalemo

adalah seagai berikut :

Tabel 4.2.
Klasifikasi Pendidikan Masyarakat Kampung Hwesalemo

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 Tidak Sekolah 143 41%
2 Tidak tamat SD 35 12%
3 SD/ sederajat 45 15%
4 SLTP 42 11%
5 SLTA/SMU/ SEDERAJAT 23 8%
6 SMK 12 4%
7 DI/DII 3 1%
8 DIII 5 4%
9 Sarjana (S1) 7 4%
10 Magister (S2) 0 0%
JUMLAH 315 100%
Sumber : Kantor Kampung Hwesalemo 2023

Dari tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

masyarakat Hwesalemo yang tidak sekolah adalah sejumlah 41%,

tidak tamat SD 21%, SD/ Sederajat 15%, SLTP 11%, SMA sederajat

8%, SMK 4%, DI/DII berjumlah 1 % sedangkan DIII 4 % dan Sarjana

sebanyak 4%.

9. Kelembagaan Pemerintah Kampung

Terdapat sejumlah organisasi dan lembaga di kampung

Hwesalemo, baik formal maupun non-formal yang mempunyai peran

dan fungsi untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Lembaga

Adat, agama dan pemerintah Kampung merupakan 3 9tiga) lembaga

35
yang mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat kampung

Hwesalemo, sebab ketiga lembaga ini memiliki kekuatan-kekuatan

sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat kampung serta

memiliki andil yang besar memberi kehidupan, mengayomi, dan

mempersatukan masyarakat. Lembaga-lembaga lain seperti

pendidikan SD, P3MD- Respek, pos yandu dan Puskesmas juga

telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dengan

leterbatasan yang ada. Lembaga lain lebih bersifat situasional ketika

ada program dari luar.

Terdapat kurang lebih 9 lembaga/ organisasi di Kampung

Hwesalemo yaitu :

 Pemerintah kampung

 Bada Musyawarah kampung (BAMUSKAM)

 Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

 Karang Taruna

 Agama (Kristen Protestan)

 Lembaga Adat

 Posyandu

 Pustu

 Lembaga Pendidikan (SD)

10. Struktur organisasi pemerintah kampung

Struktur organisasi kampung Hwesahalemo Distrik Silimo

Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua menganut sistem

36
kelembagaan pemerintah kampung Hwesahalemo dengan pola

menimal, selanjutnya disajikan dalam struktur sebagai berikut:

Susunan Organisasi Pemerintah kampung terdiri dari kepala

kepala kampung dan perangkat kampung yaitu seketaris kampung

pelaksanaan teknis lapangan dan unsur kewilayahan.

Kepala kampung : 1 orang

Perangkat kampung : 1 orang

Seketaris kampung : 1 orang

Pelaksanaan teknis lapangan : 2 orang

Unsur kewilayahan : 2 orang

11. Kondisi Sarana dan Prasarana

Kondisi rumah penduduk yang ada pada umumnya merupakan

bangunan semi-permanen dan rumah panggung kategori belum

layak, sarana air bersih sangat terbatas, dan sarana kesehatan dan

pendidikan kurang layak.

Kondisi sarana dan pra sarana umum, terutama sarana

perhubungan udara (pesawat) kurang memadai karena seringnya

tidak melayani petani dalam mengangkut hasil pertanian, peternakan

ke wamena, dekai atau ke Jayapura untuk dipasarkan. Sehingga

para petani tidak dapat menjual hasil produksinya.

12. Visi dan Misi Kampung Hwesahalemo

Visi adalah pandangan atau cita-cita masyarakat tentang situasi

dan kehidupan masyarakat dan lingkungan kampung Hwesahalemo

untuk (6) enam Tahun kedepan. Dengan memperhatikan potensi,

37
peluang kelemahan dan ancaman yang dialami dan yang akan

dihadapi masyarakat kampung Hwesahalemo, maka dalam enam

tahun yang akan datang pemerintah kampung bersama masyarakat

kampung Hwesahalemo menuju masyarakat yang sehat, Mandiri dan

sejahtera. Adapun Visi kampung Hwesahalemo untuk 6 (enam)

tahun yang akan datang adalah”Terwujudnya Masyarakat

Kampung Hwesahalemo yang Bangkit, Mandiri, Sejahtera,

Ramah dan Berbudaya Kita Wujudkan Kediaman” Visi tersebut

mengadung pengertian bahwa cita-cita yang akan dituju pada masa

yang akan datang oleh segenap masyarakat kampung Hwesahalemo

kedepan yang lebih baik.

Misi Kampung Hwesahalemo dalam 6 (enam) Tahun kedepan,

sebagi berikut:

1. Meningkatkan infrastruktur dasar seperti jalan, jembat dan

gorong-gorong/drainase

2. Peningkatan jasmani dan rohani masyarakat

3. Peningkatan permodalan usaha masyarakat

4. Mengedepankan pelayanaan mental dan spiritual

5. Peningkatan sarana prasarana tempat ibadah

6. Mengebangkan usaha pertanian dan perkebunan

7. Mengupayakan usaha untuk pertanian dan perkebunan

8. Mengupayakan pembibitan dan perternakan dan perikanaan

9. Peningkatan rumah sehat atau rumah lajak tinggal masyarakat.

38
10. Peningkatan sarana persarana kantor kampung dan fasilitas

kantor kampung.

39
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
I. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Dana Desa di
Kampung Hwesalemo Distrik Silimo Kabupaten Yahukimo

a. Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang

ditargetkan (Mahmudi, 2016). Rasio Efektivitas PAD dihitung dengan

cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target

penerimaan PAD atau yang dianggarkan sebelumnya. Rumus rasio ini

adalah sebagai berikut :

Realisasi Penerimaan PADes


Rasio Efektifitas= × 100 %
Target Penerimaan PADes

300.000 .000
Rasio Efektifitas= × 100 %=30 %
1.000 .000 .000

Semakin tinggi rasio efektivitasnya kinerja akan semakin baik,

dan semakin rendah rasio efektivitasnya berarti akan semakin buruk.

Dapat dilihat pada tabel 3.1 tentang efektivitas keuanga desa.

Jika dilihat dari perhitungan di atas menggambarkan bahwa

setiap tahunnya pemerintah kampung mengharapkan dana kurang

lebih 1 M untuk membangun kampung, namun dana yang diterima

oleh aparat kampung dari tahun 2015-2020 adalah sebesar Rp.

300.000.000 sehingga dapat disebutkan bahwa 30% adalah tidak

efektif.

b. Rasio Efisiensi

40
Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima. Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah dalam melakukan

pemungutan pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dalam melakukan

pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang

dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin kecil

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu

menghitung secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan

untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya

sehingga diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya

tersebut efisien atau tidak.

Realisasi Belanja PADes


Rasio Efisie nsi= × 100 %
Realisasi PADes

200.000.000
Rasio Efisiensi= ×100 %=60 %
300.000.000

Menilai tingkat Rasio Efisiensi keuangan Pemerintah Desa

dapat digunakan tabel 3.2 sebagai rujukan. Jika dilihat dari

perhitungan efisiensi penggunaan dana yang dikeluarkan oleh dana

desa, yaitu cukup efisien karena rasio efesiensi yang didapat adalah

60%. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmudi (2010)

41
mengatakan bahwa jika rasio efesiensi pengelolaan dana desa

kisaran 60-80% maka dapat dikatakan cukup efisien.

J. Analisis Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Kampung

Pengaturan mengenai pelaksanaan RPJMK di atur dalam

PERMENDAGRI Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman

Pembangunan Kampung. Setelah RPJMK di buat maka akan di

adakan Musrembang untuk memilih usulan-usulan yang penting

(Prioritas) untuk di kerjakan terlebih dahulu dalam 1 tahun masa

pembangunan yang ada di desa tersebut sesuai dengan Rencana

kerja pemerintah desa (RKPK) jadi pemerintah desa membuat

rencana anggaran biaya (RAB) untuk menyesuaikan dana yang

masuk dari pusat atau daerah dengan usulan-usulan pembangunan

yang di susun dalam RKPK setelah itu di buat proposal RAB yang

akan di kirim ke pemerintah pusat atau daerah dan tinggal

menunggu proses pencairan dana dari APBN dan APBD.

Setelah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung

disahkan dengan peraturan desa yang dirancang oleh Kepala

Kampung, rancangan peraturan Kampung tentang RPJMK

kemudian dibahas dan disepakati Kepala Kampung bersama Badan

Permusyawaratan Kampung (BPK) untuk ditetapkan menjadi

peraturan Kampung tentang RPJMK. Terkait dengan perencanaan

pembangunan, unsur- unsur pokok yang harus tercakup dalam

perencanaan adalah:

42
1. Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana

pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah,

prioritas dan sasaran pembangunan. Adanya kerangka rencana

atau kerangka makro rencana.

2. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya yang

digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

3. Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan perlu

dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Dalam konteks

Indonesia, perencanaan pembangunan menjadi penting

mengingat sumber- sumber ekonomi yang semakin terbatas

dan akan menjadi habis, jumlahpenduduk yang sangat besar

dan beragam, tingkat pendidikan dan kemampuan manajerial

yang masih rendah.

Adapun yang akan peneltii jabarkan dalam penelitian ini adalah

perencanaan Dan Penganggaran Keuangan Kampung, Pelaksanaan

Pembangunan Kampung, Penatausahaan Keuangan Kampung,

Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Kampung.

1. Perencanaan g Penganggaran Keuangan Kampung

Pembangunan Kampung yang bersumber dari program

sektoral dan/atau program daerah, dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau

Pemerintah Daerah Kabupaten. Pelaksanaan program sektor dan

program daerah harus diintegrasikan ke dalam pembangunan

desa, dimana program sektor dan program daerah di Kampung

43
tersebut dicatat dalam APBKampung. Berdasarkan peraturan

yang berlaku, pelaksanaan program sektor atau program daerah

didelegasikan kepada Kampung, maka Kampung memiliki

kewenangan untuk mengurus seluruh prosesnya. Di

Desa/Kampung Hwesalemo pelaksanaan program pembangunan

desa, Pemerintah Kampung Hwesalemo terkosentrasi kepada

pembangunan SDM kampung, pembuatan sarana dan pra saraa

dan infrastruktur kampung.

Selain itu program kerja pelaksanaan pembangunan

Kampung juga mengacu pada Peraturan Kampung Hwesalemo

Peraturan Kampung Hwesalemo Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK)

yang meliputi Pembangunan:

a. Sarana Prasarana Kampung

b. Pembangunan Sarana Pendidikan

c. Pembangunan Sarana Kesehatan

d. Pembangunan Sosial Budaya dan Keagamaan

e. Pembangunan Lingkungan Hidup dan Pemukiman

f. Perbaikan SDM Kampung

Dalam pelaksanaan program pembinaan kemasyarakatan,

Pemerintah Kampung Hwesalemo terkosentrasi kepada

pembinaan. Program kerja pembinaan kemasyarakatan mengacu

pada Peraturan Kampung Hwesalemo Nomor 01 Tahun 2015

44
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung

(RPJMK) Tahun 2015-2020.

Pada tahun 2015-2020, program pembinaan yang berhasil

dilaksanakan di Kampung Hwesalemo adalah sebagai berikut:

a. Adanya Klub Olahraga Volly

b. Pembinaan Kepengurusan Remaja Gereja

c. Pembinaan Kelompok Pentasan Kesenian Lokal

d. Pembinaan Kelompok Perempuan

e. Pembinaan Kelompok Tani

g. Pembinaan Lembaga Adat

Adapun pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

Pemerintah Kampung Hwesalemo terkosentrasi kepada kegiatan

antara lain;

a. Pelatihan Kelompok Ternak Babi dan ayam, dan

b. Penguatan SDM baik dalam bidang keagamaan maupun

kepengurusan kampung

Program pembangunan infrastruktur yaitu :

a. Pembangunan puskesmas

b. Pembuatan Penampungn air bersih

c. Pemerataan listrik

Melalui hasil wawancara yang diperoleh dari aparat

Kampung penulis menganalisis Bagaimana Pelaksanaan RPJMK di

Kampung Hwesalemo, bahwa dalam penyusunan RPJMK setiap

tahapan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan, namun dari

45
data analisis dinyatakan bahwa masih kurangnnya partisipasi

masyarakat dalam kegiatan musrenbang dilihat dari daftar hadir

penyusunan rancangan RPJMK Kampung Hwesalemo yang

dimana kelibatan unsur masyarakat sangat minim sedangkan

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal

80 Ayat (1-4) menjelaskan bahwa dalam menyusun perencanaan

pembangunan kampung harus mengikutsertakan masyarakat

kampung melalui musyawarah, perencanaan pembangunan desa

agar tercapainya pembangunan yang dibutuhkan sesuai dengan

kondisi yang ada di kampung. Musyawarah ini nantinya akan

menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan

pembangunan kampung yang didanai oleh APBKampung, swadaya

masyarakat Kampung, dan APBD kabupaten/kota. Adapun hasil

wawancara peneeliti dengan kepala kampung adalah sebagai

berikut :

“Waktu pembuatan penyusunan RPJMK masyarakat tidak

terlibat, karena mereka banyak yang tidak mau ikut musyawarah,

ada beberapa saja tapi itu juga hanya ikut-ikut. Masyarakat datang

kalau misalnya ada uang saja”. (wawancara dengan kepala

kampung Obet Heluka).

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam musyawarah pembangunan kampung sangat

kurang, sehingga aspirasi yang diinginkan masyarakat tidak dapat

46
direalisasikan. Dapat dilihat dari daftar hadir saat penyususnan

RPJMK dan usyawarah kampung :

Tabel 5.1
Daftar Hadir Musyawarah Kampung Hwesalemo
NO NAMA JABATAN
1. Obeth Heluka Kepala Kampung
2. Yoel Heluka Sekretaris Kampung
3. Iskat Heluka Sekretaris BAMUSKAM
4. Bonius Heluka Ketua BAMUSKAM
5. Naten Giban Kaur KESRA
6. Ebetus Heluka Kaur Pembangunan
7. Maria Giban Tokoh Perempuan
8. Wing Heluka Kaur Umum
9. Masmur Heluka Tokoh Agama
10. Luter Giban Tokoh Pemuda
11. Kenias Heluka Tokoh Masyarakat
Sumber : Dokumen Kampung Hwesalemo 2023

Daftar hadir di atas menunjukkan bahwa masyarakat tidak

terlibat dalam musyawarah pembangunan kampung, terlihat dari

sebelas orang di atas yang mengikuti hanyalah perangkat

kampung, tidk ada nama masyarakat yang mewakili musyawarah

tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya

partisipasi masyarakat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu

persepsi dan komitmen masyarakat yang semakin melemah

terhadap pembangunan, dan kurangnya askes informasi tentang

pelaksaan program. Wulansari (2015) dalam penelitiannya tentang

Peran Masyarakat Desa Landungsari Kabupaten Malang Dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa menemukan

bahwa kendala partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu

kurang optimalnya koordinasi antar lembaga pemerintahan,

47
kurangnya keterbukaan ruang publik, serta akses informasi yang

masih kurang.

Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJMK yang

disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan

Kampung. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung

(RPJMK) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana

Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Kampung (RKPK) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Rancangan RKP kampung dilampiri Rencana Kegiatan dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim

verifikasi.

Selanjutnya Kampung Hwesalemo menyelenggarakan

Musrenbang yang diadakan untuk membahas dan menyepakati

rancangan RKP Kampung. Rancangan RKP kampung memuat

rencana penyelenggaraan pemerintahan Kampung, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat kampung. Rancangan RKP Kampung berisi prioritas

program dan kegiatan yang didanai oleh Bantuan keuangan dari

pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah

kabupaten/kota.

2. Pelaksanaan Pembangunan Desa

Pembangunan kampung yang bersumber dari program

sektoral dan/atau program daerah, dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau

48
Pemerintah Daerah Kabupaten. Pelaksanaan program sektor dan

program daerah harus diintegrasikan ke dalam pembangunan

kampung, dimana program sektor dan program daerah di kampung

tersebut dicatat dalam APB Kampung.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, pelaksanaan program

sektor atau program daerah didelegasikan kepada kampung, maka

kampung memiliki kewenangan untuk mengurus seluruh

prosesnya. Di Kampung Hwesalemo pelaksanaan program

pembangunan kampung, Pemerintah Kampung Hwesalemo

terkosentrasi kepada perbaikan SDM dan pembangunan fasilitas

kesehatan. Selain itu program kerja pelaksanaan pembangunan

Kampung juga mengacu pada Peraturan Kampung Hwesalemo

Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kampung (RPJMK) Tahun 2015-2020 yang meliputi

Pembangunan:

a. Sarana Prasarana Desa (listrik)

b. Pembangunan Sarana Pendidikan

c. Pembangunan Sarana Kesehatan

d. Pembangunan Sosial Budaya dan Keagamaan

e. Pembangunan Lingkungan Hidup dan Pemukiman

Dalam pelaksanaan program pembinaan kemasyarakatan,

Pemerintah Kampung Hwesalemo terkosentrasi kepada

pembinaan. Program kerja pembinaan kemasyarakatan mengacu

pada Peraturan Kampung Hwesalemo Nomor 1 Tahun 2015

49
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung

(RPJMK) Tahun 2015-2020.

Pada tahun 2015-2020, program pembinaan yang berhasil

dilaksanakan di Kampung Hwesalemo adalah sebagai berikut:

a. Pembinaan Lembaga Keagamaan

b. Pembinaan Lembaga Adat

c. Pembinaan Keagamaan

d. Pembinaan masyarakat tani

Adapun pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

Pemerintah Kampung Hwesalemo terkosentrasi kepada kegiatan

antara lain;

a. Pelatihan Bumdes,

b. Pelatihan Kelompok Ternak Babi dan ayam,

Pada tahun 2015-2020, program pembinaan yang berhasil

dilaksanakan di Kampung Hwesalemo adalah sebagai berikut:

a. Adanya Klub Olahraga Volly

b. Pembinaan Kepengurusan Remaja Gereja

c. Pembinaan Kelompok Pentasan Kesenian Lokal

d. Pembinaan Kelompok Perempuan

e. Pembinaan Kelompok Tani

g. Pembinaan Lembaga Adat

Adapun Program pembangunan infrastruktur yaitu :

a. Pembangunan puskesmas

b. Pembuatan Penampungan air bersih

50
c. Pemerataan listrik

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala kampung

Hwesalemo Obeth Haluka mengatakan bahwa :

“ Ada kelompok-kelompok pembinaan di kampung kami


yang sudah berjalan, seperti klub volly,remaja gereja,
pembinaan seni lokal, kelompok perempuan, kelompok
tani dan lembaga adat. Untuk infrastruktur, kami di
kampung sudah ada puskesmas dan petugas yang tinggal
di dalam, ada penampungan air bersih dan listrik dengan
menggunakan solar sel”. (wawancara dengan kepala
kampung Obeth Heluka).

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa rencana

pembangunan jangka menengah kampung Hwesalemo sudah

sebagian besar dijalankan,seperti pemberdayaan, pelatihan dan

bagian infrastruktur seperti pembangunan puskesmas,

penampungan air bersih dan pemerataan listrik. Fasilitas listrik

yang dinikmati oleh masyarakat adalah pemberian fasilitas solar

sel. Walaupun tidak 24 jam masyarakat tidak menikmati listrik

namun masyarakat bisa menikmati listrik pada malam hari.

3. Penatausahaan Keuangan Kampung

Penatausahaan Keuangan Kampung adalah kegiatan

pencatatan yang khususnya dilakukan oleh Bendahara Kampung

yang berupa pencatatan secara sistematis dan kronologis atas

transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.

Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh

Bendahara Desa dilakukan dengan cara melakukan pembukuan

51
dengan menggunakan pembukuan manual. Penatausahaan baik

penerimaan kas maupun pengeluaran kas, Bendahara Desa

menggunakan Buku Kas Umum.

Bendahara Kampung melakukan pencatatan atas seluruh

penerimaan dan pengeluaran dalam Buku Kas Umum untuk yang

bersifat TUNAI, transaksi penerimaan dan pengeluaran yang

melalui bank/transfer dicatat dalam Buku kas. Khusus untuk

pendapatan dan pembiayaan, terdapat buku pembantu berupa

Buku Rincian Pendapatan dan Buku Rincian Pembiayaan.

Sumber daya mausia di Kampung Hwesalemo sangat

terbatas, sehingga pelaporan keuangan yang diterima oleh kas

kampung sangat minim. Pencatatan pengeluaran dan pemasukan

dictatan alakadarnya. Sehingga hal ini mengakibatkan rawan

terjadinya penyelewengan dana.

Dalam hasil observasi peneliti, sejak tahun 2015-2020

masyarakat kampung menerima dana kampung sebesar Rp.

300.000.000 yang diberikan untuk pembangunan kampung, namun

pemerintah kampung tidak menggunakan keseluruhannya untuk

pembangunan kampung, melainkan dana kapung tersebut

digunakan untuk aparat itu sendiri. Dari hasli wawancara peneliti

dengan bendahara kampung yaitu Neton Heluka yang mengatakan

bahwa :

“Dana kampung yang kita dapat daripemerintah itu 300 juta,


200 juta kita pakai untuk operasioanal dan pembangunan

52
dan 100 jutanya kita bagikan kepada pengurus kampung”
(wawancara dengan Neton Heluka).

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa dana desa yang diberikan oleh pemerintah kepada kampung

Hwesalemo tidak dipergnakan sepenuhnya untuk pembangunan

kampung, hal ini dikarenakan karena laporan pembukuan yang

tidak rinci dan tertata. Sehingga kemungkinan untuk

peyalahgunaan dana kampung bisa terjadi.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari

Rantika Safitri (2022) dengan judul penelitian Analisis

Penyalahgunaan Alokasi Dana Desa Oleh Kepala Desa. Dalam

penelitiannya menyatakan bahwa faktorr penyebab kepala desa

menyalahgunakan keuangan desa yaitu, kurangnya iman, tidak

bermusyawarah dengan masyarakat terkait hal-hal apa saja yang

dibutuhkan oleh masyarakat, masih rendahnya pendidikan yang

dimilki oleh kepala desa dan pelaporan keuangan yang tidak

tererinci.

Dalam hal pelaporan, pemerintah Kampung Hwesalemo

banyak melakukan pelaporan keuangan yang dimanipulasi, selain

itu keterlambatan membuat laporan keuangan juga menjadi

permasalahan dalam penata usahaan pelaporan keuangan di

kampung Hwesalemo.

“kami terbatas SDM jadi kami tidak mengerti dan tidak bisa
mengikuti pelaporan format dari pmerintah, sering ada
pendampingan juga dari pemerintah sehingga kami dapat

53
terbantu”. (wawancara dengan Bedahara Kampung Neton
Heluka).
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa SDM di

kampung Hwesaluka sangat terbatas, sehingga pelaporan

keuangan harus didampingi oleh pemerintah kabupaten Yahukimo.

Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukan bagaimana

mekanisme tahapan pelaksanaan sampai dengan pelaporan

Rencana pembangunan jangka menengah desa. Berikut ini adalah

tabel tahapan penyusunan mulai dari Perencanaan, Pengawasan,

Penganggaran, Pelaksanaan sampai dengan Pelaporan

Pertanggungjawaban beserta masalah yang dihadapi disetiap

bagian di Kampung Hwesalemo.

Tabel 5.2.
Ringkasan Mekanisme RPJMK

No Keterangan Masalah Kendala


1. 1. Perencanaan dan Masyarakat tidak SDM
Penyusunan RPJMK dan dilibatkan
RKPK
2. Pengangaran Keuangan Masyarakat tidak SDM
Desa dilibatkan
3. Penatausahaan Keuangan Tidak adanya SDM dan fasilitas
Desa pelaporan kuangan
yang rinci dan teratur
4. Pelaporan Aparat Desa yang 1. SDM
Pertanggungjawaban terlambat membuat 2. Pendamping
APBDesa laporan Kampung
pertanggungjawaban

Dari tabel di atas dapat dilihat dari dua sisi yaitu

Pelaksanaan Rencana Jangka Menengah Kampung dan pelaporan

keuangan kampung. Jika dilihat dari pelaksanaannya yaitu

perencanaan dan penyusunan RPJMK, peneliti menemukan

54
beberapa masalah yaitu pada saat penyusunan dan perencanaan

RPJMK, masayarakat tidak dilibatkan, sehingga apa yang menjadi

kebutuhan masyarakat pada umumnya tidak terealisasikan dengan

baik.

Adapun program-program yang diajukan di RPJMK kampung

Hwesalemo, lebih terfokus pada penguatan SDM dan perbaikan

sarana dan prasarana serta infrastruktur. Penguatan SDM-SDM

tersebut dilakuatkan dengan pembinaan kelompok-kelompok

masyarakat dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu,

masyarakat kampung Hwesalemo sudah mengerti akan

pemberdayaan diri dan kampungnya, namun yang menjadi

pertimbangan adalah masyarakat lebih memilih beternak dan

menanam hasil kebun sendiri dibandingkan dengan mengirimkan

hasil ternak dan hasil kebunnya ke luar kampung, mengingat biaya

transportasi dari dalam kempung ke luar kampung sangat mahal,

dan dapat memakan biaya kurang lebih 10 juta untuk satu kali

perjalanan. Hal ini sebenarnya dapat menjadi bahan masukan untuk

pemerintah kampung pada saat perancangan RPJMK 6 (enam)

tahun keedepan sehingga masyarakat dapat berdaya dengan

sendirinya.

Untuk pelaporan keuangan kampung, peneliti menemukan

bahwa tidak adanya pelaporan keuangan yang rinci dan teratur,

selama ini bendahara kampung hanya menggunakan buku manual

untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran kampung, sehingga

55
dapat memberikan celah bagi aparat untuk menyalahgunakan dana

kampung yang diberikan oleh pemerintah. Kurangnya pendampingan

pelaporan keuangan juga menjadi salah satu penyebab pemerintah

kampung terlambat mengirimkan laporan keuangan.

Dari hasil yang diperoleh peneliti mengetahui berbagai macam

masalah yang dialami dalam proses pembuatan laporan

pertanggungjawaban di Kampung Hwesalemo, Upaya yang

sebaiknya dilakukan yaitu:

1) Memberikan bimbingan teknik dan kesempatan untuk

mendapatkan pelatihan dan sosialisasi secara rutin tentang

tata cara pembuatan laporan pertanggungjawaban sesuai

dengan Undang-undang No. 6 Tahun 2014;

2) Memberikan pelatihan komputer terutama pada perangkat

kampung;

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Husna, Abdullah (2016)

tentang Kesiapan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Pengelolaan

Keuangan Desa Secara Akuntabilitas Sesuai Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, penelitiannya menyatakan

bahwa masalah dalam pelaporan pengelolaan keuangan desa

diakibatkan karena kurangnya sumber daya manusia yang handal

dan paham mengenai teknis pelaporan.

56
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Jika dilihat dari hasil perhitungan rasio efesiensi dan rasio

efektifitas peneliti menggambarkan bahwa setiap tahunnya

pemerintah kampung mengharapkan dana kurang lebih 1 M

untuk membangun kampung, namun dana yang diterima oleh

aparat kampung dari tahun 2015-2020 adalah sebesar Rp.

300.000.000 sehingga dapat disebutkan bahwa angka 30%

adalah tidak efektif. Jika dilihat dari hasil perhitungan efisiensi

maka perhitungan efisiensi penggunaan dana yang dikeluarkan

oleh dana desa, yaitu cukup efisien karena rasio efesiensi yang

didapat adalah 60%.

2. Dari sisi perencanaan RPJMK, Kurangnnya partisipasi

masyarakat dalam kegiatan musrenbang dilihat dari daftar hadir

penyusunan rancangan RPJMK Kampung Hwesalemo bahwa

kelibatan unsur masyarakat yang minim, sedangkan Menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 80

Ayat (1-4) menjelaskan bahwa dalam menyusun perencanaan

pembangunan kampung harus mengikutsertakan masyarakat

kampung melalui musyawarah perencanaan pembangunan

kampung agar tercapainya pembangunan yang dibutuhkan

sesuai dengan kondisi yang ada di kampung. Aparat Kampung

57
Hwesalemo mempunyai masalah dalam pembuatan laporan

pertanggungjawaban yang sering terlambat dikarnakan

hambatan-hambatan seperti Kualitas Sumber Daya Manusia

yang ada di Desa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut :

1. Pemerintah Kampung Hwesalemo dapat memperhatikan lagi

bagaimana tahapan proses penyusunan RPJMK yang sudah

dijelaskan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor. 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Pembangunan Kampung, dimana anggota Tim penyusun harus

aktif, pertanggungjawaban Tim penyusun lebih ditingkatkan lagi

dan juga masyarakat yang ada di Kampung Hwesalemo

diberikan sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan pembangunan agar

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan desa.

2. Diharapkan Dinas terkait selaku perpanjangan tangan Bupati

dalam pelaksanaan dan pengawasan program kampung dapat

lebih intensif mengadakan pelatihan terhadap pemerintah dan

Perangkat kampung serta sosialisasi kepada masyarakat.

3. Dalam menunjang terlaksannya pelaporan yang baik diharapkan

juga peran serta dari Tim Pendamping tingkat Distrik untuk dapat

58
membantu perangkat kampung terkait pembinaan dan

pengawasan Pembangunan Kampung di Kampung Hwesalemo.

59
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. Z. (2015). Tinjauan atas pelaksanaan keuangan desa dalam


mendukung kebijakan dana desa. Jurnal Ekonomi & Kebijakan
Publik, 6(1), 61-76.
Agustina, I., & Sembiring,E.JP. (2018). Implementasi Pengelolaan Alokasi
Dana Desa dalam Meningkatkan Kemandirian Desa di Desa
Patumbakkampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deliserdang
Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Otonomi & Keuangan Daerah, 19-
37.
Agustin, Hamdi. 2003. Manajemen Keuangan Lanjutan Dilengkapi Soal
dan Pembahasan. Edisi Pertama. UIR Press Pekanbaru.
Alamsyah, M. N. (2011). Memahami perkembangan desa di indonesia.
Jurnal Academica Fisip Untad, 3(2), 647-659.
Bintoro dan Daryanto. 2017. Manajemen Penilaian Kinerja Karyawan.
Cetakan 1. Yogyakarta : Gava Media.
Bintoro, Tjokroamidjojo. 1988. Pengantar Administrasi Pembangunan.
Jakarta: LP3ES
C. Santoso (ed.); terjemahan). Kencana Prenada Media Group.

Darmi, T. (2016).Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial


Pada Sektor Pemerintahan Desa (Study pada Pengelolaan Dana
Desa). Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 18 (1),21–27.
Kobak – Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) di
Distrik Ninia Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua 145 Darmiasih,
N. K.,
Dwiyanto, A. (2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik.Yahukimo: Gadjah Mada University Press. Kandipi, H. Di.
(2019). Dana Desa 2019 di Kabupaten Yahukimo capai Rp452
miliar. Antara News.
https://papua.antaranews.com/berita/475290/dana-desa-2019-
dikabupaten-yahukimo-capai-rp452-miliar
Healey, J. and M. Robinson. (1992). Democracy, Governance and
Economic Development: Sub-Saharan Africa in Comparative
Perspective. London:ODI.
Mahmudi. 2016. Analisis Lapoan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi
Ketiga, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Miles, M.B & Huberman. (1992). Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru (Penerjemah : T. R. Rohidi).
Jakarta : UI.

60
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. Nugroho, R. (2013). Public Policy (Edisi
ketiga). Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Parsons, W. (2005).
Public Policy: Pengantar Teori dan Analisis Kebijakan Publik (T. W).
Ndraha, Taliziduhu. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan.
Penerbit
Yayasan Karya.

P. M. (2020). Penggunaan dana desa papua perlu ditingkatkan.


www.tagar.id. Diakses pada 27 Maret 2020.
Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
RH Unang Suharjo, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Bandung,
Tarsito,1984.
Sari, R. N., Ribawanto, H., & Said, M. (2008). Dalam Perspektif
Pemberdayaan Masyarakat ( Studi pada Kantor Pemerintahan
Desa Ngasem , Kecamatan Ngasem , Kabupaten (2005). Metode
Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Tambunan.
S.P. Siagian, 1978, Manajemen, Yogyakarta: Liberty.
Sulindawati, N. L. G. E., Darmawan, N. A. S., & SE, A. (2015). Analisis
Mekanisme Penyaluran Alokasi Dana desa (ADD) Pada
Pemerintah Desa (Studi Kasus Desa Tri Eka Buana, Kec. Sidemen,
Kab. Karangasem). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Undiksha, 3(1).
Soewignjo. 1985. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber
Pendapatan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tamin, O.Z. 2003. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi: Contoh
dan Aplikasi. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Ulber, Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintah
Daerah.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

61

Anda mungkin juga menyukai