USULAN PENELITIAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Penulisan Skripsi Pada Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Oleh:
WITRI SARASWATI
NPM. 173401117
USULAN PENELITIAN
Oleh:
WITRI SARASWATI
173401117
Pembimbing I Pembimbing II
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
Penulisan usulan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungan. Ucapan terimakasih ini
1. Ayahanda dan Ibunda penulis, Bapak Carli dan Ibu Aas, yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun
materil.
3. Bapak Prof. Dr. H. Rudi Priyadi, Ir., M.S., selaku Rektor Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
4. Bapak Prof. Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA. selaku
5. Bapak H. Aso Sukarso, S.E., M.E., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
ii
6. Bapak Dr. H. Asep Yusup Hanapia, S.E., M.P., selaku Dosen Wali Program
7. Ibu Dr. Hj. Iis Surgawati, Dra., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
8. Bapak Jumri, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
10. Seluruh Staff SBAP di Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi yang telah
berjuang bersama.
12. Sahabat sekaligus keluarga penulis Dona Fira Gustiani, Rida Parida, Rahayu
Eka Lusiana, Dyen Rosita Setiawan, Kiki Kharisma, Nina Ceriawati yang
iii
14. Teman-teman KKN Ceria yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.
15. Semua pihak yang telah membantu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari kata
dan pengalaman. Penulis berharap usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
iv
DAFTAR ISI
HIPOTESIS ......................................................................................................... 14
v
2.1.3 Indeks Pembangunan Manusia ............................................................. 21
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan IPM Metode Lama dengan Metode Baru ............................ 22
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020 .......... 7
Gambar 1.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020........ 8
Gambar 1.4 Harapan Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020 ......... 9
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-
(GBHN). Namun dalam kenyataannya apa yang dijanjikan oleh pemerintah tidak
negatif yang mungkin timbul bisa terjadi, mulai dari sikap apatis terhadap semua
kebijakan pemerintah daerah, tidak mau membayar pajak, serta timbulnya gejolak
daerah, dan yang paling ekstrim adalah desakan untuk memisahkan diri dari
Provinsi Jawa Barat. Berdirinya Provinsi Banten di wilayah utara Jawa Barat pada
tahun 2000 merupakan sebuah fakta bahwa ketimpangan dalam hal pembangunan
provinsi baru. Kondisi ini sudah cukup lama diingatkan oleh Soetama (1986) dalam
Evan Evianto (2010) bahwa ketertinggalan dan perbedaan yang semakin besar
1
2
dapat membahayakan stabilitas dan integritas bangsa dalam konteks ini integrasi
daerah.
segera ditangani namun dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, tidak
waktu yang sama, maka kebijakan yang sedang diupayakan adalah dengan
daerah yaitu Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan No. 33 tahun 2004, daerah otonom berhak,
pemerintahan kecuali yang menjadi urusan Pemerintah Pusat, dengan tujuan untuk
dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Desentralisasi fiskal yang secara
efektif berlaku sejak 1 Januari 2001 merupakan sebuah momentum bagi pemerintah
publikasi bersama BPS, Bappenas dan UNDP disebutkan bahwa salah satu tugas
3
tingkat kesejahteraan penduduk yang ada di Provinsi Jawa Barat, karena IPM
mencakup variabel ekonomi yaitu dilihat dari pendapatan yang menunjukkan daya
beli masyarakat, sedangkan variabel non ekonomi yaitu dilihat dari prendidikan dan
kesehatan masyarakat, maka dengan asumsi ini kabupaten/kota yang nilai IPM-nya
kabupaten/kota lainnya.
sejalan dengan kebijakan pemerintah Jawa Barat yang menjadikan IPM sebagai
salah satu alat analisis untuk menilai kemajuan maupun disparitas antar
kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat sejak beberapa tahun terakhir. Dalam skala
nasional IPM merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan
kemajuan. Selama periode 2010-2019 IPM Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 0,87
persen per tahun dan meningkat dari level “sedang” menjadi “tinggi” sejak tahun
pembangunan manusia Indonesia. IPM tahun 2020 tercatat sebesar 71,94 atau
Salah satu pulau di Indonesia yaitu Pulau Jawa, merupakan pulau yang
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki
jumlah penduduk yang paling banyak. Capaian IPM di Provinsi Jawa Barat cukup
baik walaupun bukan capaian yang tertinggi di Pulau Jawa. Pencapaian IPM di
di setiap provinsinya. Provinsi DKI Jakarta menempati urutan pertama dengan IPM
pada tahun 2020 sebesar 80,77 diikuti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebesar 79,97 kemudian Banten sebesar 72,45, Jawa Barat sebesar 72,09, Jawa
Tengah sebesar 71,87 dan Jawa Timur sebesar 71,71. Selisih capaian IPM DKI
Jakarta dengan Jawa Barat pada tahun 2020 yaitu sebesar 8,68 poin. Meskipun
begitu selisih capain IPM antara Jawa Barat dan DKI Jakarta mengalami penurunan
dari 9,17 poin pada tahun 2018. Selisih antara kedua provinsi ini disebabkan oleh
mencapai 49,94 juta jiwa pada tahun 2019 (Proyeksi Penduduk), Jawa Barat
memiliki potensi penduduk dan wilayah yang sangat kaya. Namun, potensi yang
dimiliki ini belum termanfaatkan secara optimal. Pembangunan manusia yang terus
100
90 84,72 86,61
81,51 82,23 83,05 81,36
80
71,63 69,98
70 65,36 66,11 63,91
62,7
60
50
40
30
20
10
0
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Jawa D.I Banten
Tengah Yogyakarta
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa capaian IPM Provinsi di Pulau Jawa masih
terdapat ketimpangan. Pada tahun 2020 capaian IPM tertinggi di DKI Jakarta
adalah Kota Jakarta Selatan dengan nilai IPM 84,72 dan terendah Kepulauan Seribu
dengan nilai IPM 71,63. Capaian IPM tertinggi di Jawa Barat adalah Kota Bandung
dengan nilai IPM 81,51 dan terendah Kabupaten Cianjur dengan nilai IPM 65,36.
Capaian IPM tertinggi di Jawa Timur adalah Kota Surabaya dengan nilai IPM 82,23
dan terendah Kabupaten Sampang dengan nilai IPM 62,70. Capaian IPM tertinggi
di Jawa Tengah adalah Kota Semarang dengan nilai IPM 83,05 dan terendah
Kabupaten Brebes dengan nilai IPM 66,11. Capaian IPM tertinggi di D.I
Yogyakarta adalah Kota Yogyakarta dengan nilai IPM 86,61 dan terendah
Kabupaten Gunung Kidul dengan nilai IPM 69,98. Capaian IPM tertinggi di
6
Provinsi Banten adalah Kota Tangerang dengan nilai IPM 81,36 dan terendah
Kabupaten Lebah dengan nilai IPM 63,91. Jika diurutkan dari provinsi yang
Jawa Barat, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur.
komposit menggunakan perhitungan metode baru yang dibentuk oleh tiga indikator
dasar, yaitu umur Panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living). Umur Panjang
dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH). Pengetahuan
diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama
Sekolah (HLS). Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita
disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran perkapita dan paritas daya beli
Tidak bisa dipungkiri bahwa kesehatan merupakan hal penting yang harus dimiliki
oleh setiap manusia. Menurut Todaro (2011) kesehatan merupakan prasyarat bagi
kepada kesehatan yang memadai. Indikator kesehatan dapat dilihat dari besarnya
nilai Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai rata-
rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka
73,1
73,04
73
72,9 72,85
72,8
72,7 72,66
72,6
72,5
72,4
2018 2019 2020
Gambar 1.2 Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020
(Tahun)
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018-2020 terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Selama periode 2018-2020 secara rata-rata AHH tumbuh sebesar 0,19
Indikator pendidikan dapat dilihat dari besarnya Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan
formal. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk yang berusia 25
8
tahun ke atas dengan asumsi pada usia 25 tahun tersebut proses pendidikan telah
berakhir (BPS, 2018). Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi
8,6 8,55
8,5
8,4 8,37
8,3
8,2 8,15
8,1
7,9
2018 2019 2020
Gambar 1.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020
(Tahun)
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018-2020 terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. RLS Provinsi Jawa Barat tahun 2018-2020 secara rata-rata tumbuh
Indikator Pendidikan juga dapat dilihat dari Harapan Lama Sekolah (HLS).
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
Sekolah (HLS) dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan
12,51
12,5
12,5
12,49
12,48
12,48
12,47
12,46
12,45
12,45
12,44
12,43
12,42
2018 2019 2020
Gambar 1.4 Harapan Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020
(Tahun)
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018-2020 terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. HLS Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018-2020 secara rata-rata tumbuh
hidup layak atau daya beli. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak
dampak semakin membaiknya ekonomi. Standar Hidup Layak ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity-PPP). Rata-
rata pengeluaran per kapita diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi
11200000
11152000
11100000
11000000
10900000
10845000
10790000
10800000
10700000
10600000
2018 2019 2020
Gambar 1.5 Pengeluaran Per Kapita Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2020
(Tahun)
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
kapita di Provinsi Jawa Barat mengalami fluktuatif. Dimana pada tahun 2019
pengeluaran per kapita mengalami kenaikan dari tahun 2018 dengan angka Rp.
menjadi Rp. 10.845.000. Penurunan pengeluaran per kapita Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2020 sejalan dengan penurunan pengeluaran per kapita secara nasional.
kemajuan. Capaian IPM Jawa Barat saat ini berada pada posisi ke-10 secara
nasional dan posisi ke-4 dalam Pulau Jawa. Capaian IPM Provinsi Jawa Barat ini
bukanlah capaian tertinggi ataupun terendah tetapi sangat potensial untuk diteliti.
komponennya antara kabupaten/kota yang satu dengan yang lainnya yang perlu
11
diteliti lebih jauh. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian
2011-2020”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi yang akan penulis teliti
Pendidikan (RLS dan HLS) dan Indeks Standar Hidup Layak (Pengeluaran
2011-2020.
12
Pembangunan Manusia.
penelitian selanjutnya.
didapat melalui website resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat.
Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret 2021, yang diawali dengan
5 Pengolahaan
Data
Penyusunan
6 Skripsi dan
Bimbingan
Ujian Skripsi
7 dan
Komprehensif
BAB II
Pada bab ini disajikan tinjauan pustaka yang melandasi kerangka pemikiran
dan pengajuan hipotesis. Penulisan ini akan disajikan sebagai berikut, yang pertama
yaitu tinjauan pustaka untuk menggambarkan konsep dasar dari variabel yang
diteliti, yang kedua yaitu penelitian terdahulu. Setelah itu membahas tentang
2.1.1 Ketimpangan
Ketimpangan atau disparitas antar daerah merupakan hal yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas pada dasarnya disebabkan oleh
adanya perbedaan kondisi geografis, kandungan sumber daya alam dan perbedaan
Oleh karena itu di setiap daerah biasanya terdapat daerah maju dan daerah yang
terbelakang.
relatif pada seluruh masyarakat. Perbedaan ini yang membuat tingkat pembangunan
14
15
terus terjadi hingga ketimpangan mencapai titik puncak. Kemudian, apabila proses
negara-negara yang sedang berkembang, dan akan terjadi sebaliknya pada negara-
negara berkembang menggunakan data time series dan cross section. Hasilnya
menunjukkan bahwa Hipotesa Neo-Klasik terbukti benar secara empirik. Ini berarti
bahwa proses pembangunan suatu negara tidak langsung dapat menurunkan tingkat
pembangunan ekonomi regional merupakan hal yang umum terjadi pada kegiatan
kondisi geografis, kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografis
mendorong proses pembangunan ekonomi juga berbeda. Maka pada setiap negara
di antaranya yaitu:
e. Struktur Fiskal
f. Tingkat Kemiskinan
semakin baik pembangunan di suatu wilayah maka semakin tinggi HDI di wilayah
tersebut.
17
daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya
Contohnya adalah minyak dan gas alam, batubara, tingkat kesuburan lahan.
cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini
kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta
produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan.
pada daerah tertentu, misalnya minyak bumi, gas, batubara dan bahan mineral
baik darat, laut dan udara juga ikut mempengaruhi konsentrasi kegiatan
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada
akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan
oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu
swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan
konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu
manusia adalah suatu proses meningkatkan pilihan yang lebih banyak bagi manusia
telah dimilikinya untuk bekerja, menikmati kehidupan atau aktif dalam berbagai
Programme (UNDP) harus dianalisis dan dipahami dari sudut manusianya tidak
meningkatkan kemampuan.
sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan
dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang
diperbaharui.
proses pembangunan.
Adapun tolak ukur mengenai klasifikasi negara maju atau negara berkembang
selain pertumbuhan ekonomi ada juga pembangunan manusia yang diukur oleh
pencapaian di bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan riil per kapita yang
macam pilihan bagi penduduk, sebagai alat ukur kualitas pembangunan manusia.
pada peningkatan formasi kemampuan manusia dengan cara investasi pada diri
wilayah/negara.
c. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran
Haryadi, 2016).
Indeks (HDI) menurut UNDP (1993) yaitu indikator kesehatan, pengetahuan, dan
standar hidup layak. IPM selanjutnya diadopsi oleh berbagai negara termasuk
dilakukan oleh UNDP sejak tahun 2010 sampai tahun 2013, Indonesia mulai tahun
Agregasi
Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik
Perubahan
Reduksi Shortfail (RSF) Pertumbuhan
Capaian
alasan yang cukup rasional. Suatu indeks komposit harus mampu mengukur apa
yang diukur. Pemilihan metode dan variabel yang tepat, maka indeks yang
dihasilkan akan cukup relevan. Namun, alasan utama yang dijadikan dasar
perubahan metodologi perhitungan IPM setidaknya ada dua hal mendasar, yaitu:
itu, indikator Angka Melek Huruf (AMH) dianggap sudah tidak relevan
diciptakan dari seluruh faktor produksi dan apabila ada investasi asing turut
24
dinikmati oleh penduduk lokal saja. Oleh karena itu, Produk Domestik
suatu wilayah.
suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Pada
sebagai berikut:
telah ditetapkan.
Pengeluaran Perkapita
26.572.252 1.007.436 Standar UNDP
disesuaikan
(UNDP) yang digunakan dalam perhitungan IPM. Adapun rumus yang digunakan
Keterangan:
IPendidikan = Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS)
segi, yang pertama yaitu kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur dengan
1. Dimensi Kesehatan
(AHH). Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun
yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Semakin baik kesehatan
berikut:
𝑨𝑯𝑯−𝑨𝑯𝑯𝒎𝒊𝒏
Ikesehatan =
𝑨𝑯𝑯𝒎𝒂𝒌𝒔−𝑨𝑯𝑯𝒎𝒊𝒏
2. Dimensi Pendidikan
yaitu:
oleh penduduk di suatu wilayah, maka akan semakin tinggi pula mutu
tahun) yang diharapkan dapat dirasakan oleh anak pada umur tertentu di
𝑯𝑳𝑺−𝑯𝑳𝑺𝒎𝒊𝒏
IHLS =
𝑯𝑳𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔−𝑯𝑳𝑺𝒎𝒊𝒏
𝑹𝑳𝑺−𝑹𝑳𝑺𝒎𝒊𝒏
IRLS =
𝑹𝑳𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔−𝑹𝑳𝑺𝒎𝒊𝒏
𝑰𝑯𝑳𝑺+𝑰𝑹𝑳𝑺
IPendidikan =
𝟐
pengeluaran riil per kapita serta perhitungan paritas daya beli 96 komoditas
kebutuhan pokok, antara lain beras lokal, tepung terigu, tempe, tahu, daging
sapi, ayam, telur, susu kental manis, pepaya, jeruk, kelapa, kacang tanah,
kacang panjang, bayam, kopi, garam, gula, merica, mie instan, rokok kretek,
air minum, bensin, minyak tanah, listrik, sewa rumah, dan lain-lain.
𝑰𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏−𝑰𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏𝒎𝒊𝒏
IPengeluaran =
𝑰𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏𝒎𝒂𝒌𝒔−𝑰𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏𝒎𝒊𝒏
Menurut Tambunan (2001), IPM dapat juga digunakan sebagai salah satu
wilayah maka semakin tinggi IPM daerah tersebut. Namun data menunjukkan
bahwa korelasi antara pendapatan per kapita dan IPM tidak terlalu kuat. Misalnya
tahun 1996 Jakarta menduduki posisi teratas dalam IPM dan nomor dua dalam
29
PDRB per kapita. Sementara Kalimantan Timur paling tinggi PDRB per kapita
diperoleh melalui penyediaan fasilitas atau bantuan pemerintah saja, ada komponen
IPM khususnya daya beli yang juga memerlukan upaya-upaya yang serius dari
seluruh masyarakat.
diduga mempunyai peran yang sangat dominan dalam peningkatan kualitas hidup
manusia yang diukur dengan pencapaian IPM, oleh karena itu pendapatan
masyarakat yang sangat timpang akan menyebabkan kualitas hidup yang timpang
juga, sehingga pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup manusia dalam suatu
Salah satu kelebihan IPM adalah indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah
negara dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah, dan
bahwa kenaikan pendapatan yang besar dapat berperan relatif kecil dalam
pendidikan.
4) Alternatif Gross National Product (GDP) per kapita dan ditambah indikator
antardaerah.
publikasi bersama BPS, Bappenas dan UNDP disebutkan bahwa salah satu tugas
variabel non ekonomi yaitu dilihat dari prendidikan dan kesehatan masyarakat,
maka dengan asumsi ini kabupaten/kota yang nilai IPM-nya masih rendah dianggap
prioritas penanganan agar tidak terjadi ketimpangan yang cukup jauh antara satu
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan Manusia
Indeks Kesehatan
Indeks Pembangunan
Indeks Pendidikan
Manusia
Kesehatan (AHH), Indeks Pendidikan (RLS dan HLS), dan Indeks Standar Hidup
Pembangunan Manusia dan komponennya dari website Badan Pusat Statistik (BPS)
Jawa Barat, Jabar Open Data, selain itu juga dari penelitian yang dilakukan
sebelumnya.
misalnya untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknis dan alat-
alat analisis tertentu. Maksud cara ilmiah ini merupakan kegiatan penelitian yang
(Sugiyono, 2013:2).
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 29), analisis deskriptif adalah statistik yang
adalah metode penelitian yang menggunakan proses data berupa angka sebagai alat
menganalisis dan melakukan kajian penelitian mengenai apa yang sudah terjadi.
42
43
dalam penelitian ini merupakan runtutan waktu (time series) dari tahun 2011 sampai
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Indeks
Menurut Lubis (2018) variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan objek
yang akan diamati dalam penelitian atau yang menjadi pusat perhatian peneliti
variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terlihat pada tabel sebagai berikut:
hal-hal yang sudah ada untuk mengetahui apa yang sudah ada dan apa yang belum
ada dalam berbagai literasi seperti jurnal-jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan
dengan penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun
waktu (time series) yang diperoleh berdasarkan informasi peneliti yang sudah
disusun dan didapatkan dari hasil publikasi instansi tertentu. Data dalam penelitian
ini diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dan Open Data
Jabar.
sebagai berikut:
46
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Indeks Williamson digunakan untuk
klasifikasi daerah.
Williamson merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
berikut:
IW = Indeks Williamson
47
dengan jumlah penduduk Kabupaten/Kota ke-i (IPMi) dan PDRB per kapita
IW PM = ( )𝟐 𝒇𝒊/𝒏
√𝚺 𝑰𝑷𝑴𝒊−𝑰𝑷𝑴A
𝑰𝑷𝑴A
Keterangan:
Kabupaten/Kota ke i
48
IW Kesehatan =
Keterangan:
Kabupaten/Kota ke i
IW Pendidikan =
Keterangan:
Kabupaten/Kota ke i
49
IW Ekonomi =
Keterangan:
Kabupaten/Kota ke i
tingkat kemajuan suatu daerah ataupun basis sektoral suatu daerah (Kuncoro,
2004). Tipologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan, yaitu sektoral
(LPE) dan nilai masing-masing PDRB per kapita Kabupaten/Kota dengan LPE dan
PDRB per kapita rata-rata Provinsi. Namun pada penelitian ini nilai PDRB per
Laju Pertumbuhan
Ekonomi LPEi > LPE Provinsi LPEi < LPE Provinsi
Indeks Pembangunan
Manusia
lebih besar daripada laju pertumbuhan ekonomi dan nilai IPM Kabupaten/Kota
di Provinsi.
lebih kecil daripada laju pertumbuhan ekonomi dan nilai IPM rata-rata
Kabupaten/Kota di Provinsi.
wilayah apabila teknik ini digunakan dalam menentukan kebijakan beserta program
berikut:
Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat 2018. [Online].
Tersedia:
https://jabar.bps.go.id/publication/2019/09/13/2d8fab69df7adfa34467f240/i
ndeks-pembangunan-manusia-provinsi-jawa-barat-2018.html (Diakses 20
April 2021).
Marisca dan Haryadi. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Di Provinsi Jambi. Jurnal Prespektif Pembiayaan
Dan Pembangunan Daerah Vol. 3, No. 3, Januari-Maret tahun 2016. Dinas
53
54
Sukirno Sadono. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.