Anda di halaman 1dari 28

TUJUAN BELAJAR

1. Mengidentifikasi konsep penyakit


HIV/AIDS, khususnya pada anak.
2. Menjelaskan masalah keperawatan yang
timbul pada anak dan balita
3. Mejelaskan prinsip tindakan
keperawatan pada ibu hamil, bayi dan
anak yang terinfeksi HIV.
4. Menjelaskan intervensi keperawatan
berdasarkan aspek fisik psikologis dan
sosial
PENDAHULUAN
 Di Asia Tenggara pada tahun 2002 diperkirakan
ada 6,1 juta ODHA. Di Indonesia sendiri ada
90.000-130.000 ODHA.
 Apabila angka kalahiran di Indonesia adalah 2,5
%, maka setiap tahun akan ada 2.250-3.250 bayi
yang lahir dari ibu yang HIV positif.
 Lebih dari 90 % penularan HIV dari ibu ke anak
terjadi selama dalam kandungan, persalinan, dan
menyusui dan hanya 10 % ditularkan lewat
transfusi darah yang tercemar HIV maupun cara
lainnya (Depkes, 2003)
Perjalanan HIV / AIDS Dibagi Dalam Dua Fase :

1. Fase Infeksi Awal


2. Fase Interaksi Lanjut

Pembagian Stadium :
1. Stadium Pertama ; HIV
2. Stadium Kedua : Asimptomatis (Tanpa Gejala)
3. Stadium Ketiga : Pembesaran kelenjar limfe sacara
menetap dan merata (Persistent Generalized
lymphadenpathy)
4. Stadium Ke empat : AIDS
Gejala Klinis Pada Stadium AIDS Dibagi
Antara Lain :
Gejala Utama / Mayor :
 Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
 Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun
terus-menerus
 Penurunan Berat badan labih dari 10 % dalam tiga bulan

Gejala Minor :
 Batuk Kronis selama lebih dari satu bulan
 Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan
oleh jamur Candida Albicons
 Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di
seluruh tubuh
 Munculnya herpes zorter berulang dan bercak-bercak
gatal diseluruh tubuh (Depkes RI, 1997)
4 TAHAP DERAJAT INFEKSI HIV :

FASE DERAJAT

1 Infeksi HIV Primer

2 HIV Dengan Defisiensi Imun Dini (CD4 + : > 500/ul)

3 Adanya HIV Dengan devisiensi Imun yang Sedang


(CD4+: 200 – 500/ul)

4 HIV dengan defisiensi imun yang berat


(CD4 + : < 500/ul) disebut dengan AIDS, Sehingga
menurut CDC Amerika (1993), pasien masuk dalam
kategori AIDS bila CD4+ < 200/ul.
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV menurut WHO (Depkes, 2003)

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I 1. Asimptomatis Asimptomatis,
2. Limfadenopati Generalisata aktivitasNormal

II 3. Berat badan menurun < 10 % Pada umumnya lemah,


aktivitas di tempat tidur
4. Kelainan kulit dan mukosa
kurang dari 50 %
yang ringan seperti,
dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis, ulkus oral yang
rekuren dan kheilitis
angularis
5. Herpes Zoster dalam 5 tahun
terakhir
6. Infeksi saluran napas bagian
atas seperti : sinusistis
bakterialis
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
III 7. Berat badan Menurun > 10 % Pada umumnya sangat
lemah, aktivitas di tempat
8. Diare kronis yang
tidur lebih dari 50 %
berlangsung lebih dari 1
bulan
9. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan
10. Kondidiasis orofaringeal
11. Oral hairy leokoplakea

12. TB paru dalam tahun terakhir

13. Infeksi bacterial yang berat


seperti pnemonia, piomiositis
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
IV 14. HIV wasting syndrome seperti Pada umumnya sangat
yang didefinisikan oleh CDC lemah, aktivitas di tempat
tidur lebih dari 50 %
15. Pnemonia Pneumocystis
carini
16. Toksoplasmosis otak
17. Diare Kriptosporidiosis lebih
dari 1 bulan
18. Kriptokokosis Ektrapulmonal
19. Retinitis virus sitomegalo
20. Herpes simpleks mukokutan
> 1 bulan
21. Leukoensefalopati multifokal
progresif
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
IV 22. Mikosis diseminata seperti Pada umumnya sangat
histoplasmosis lemah, aktivitas di
tempat tidur lebih
23. Kandidiasis di esophagus,
dari 50 %
trakea,bronkus, dan paru
24. Mikobakteriosis atipikal
diseminata
25. Septisemia salmonelosis
nontifoid
26. Tuberkulosis diluar paru
27. Limfoma
28. Sarkoma
29. Ensefalopati HIV
ASPEK PSIKOSOSIAL
Aspek Psikososial Menurut Stewart ( 1997 ) dibedakan
menjadi tiga aspek, yaitu
 Stigma sosial yang mempengaruhi depresi dan pandangan
yang negatif tenteng harga diri pasien dan keluarga.
 Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi
HIV,misalnya,penolakan untuk bekerja an hidup
serumah,juga akan berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan.Bagi pasien yang homoseksual, penggunaan
obat-obat narkotika akan berakibat terhadap kurangnya
dukungan sosial. Hal ini akan memperparah stres pasien
 Respons Psikologis yang memerlukan waktu yang
lama,mulai dari penolakan, marah-marah, tawar-menawar,
dan depresi berakibat terhadap keterlambatan upaya
pencegahan dan pengobatan. Pasien akhirnya
mengkonsumsi obat – obat terlarang untuk
menghilangkan stres yang dialami.
INTERVENSI

Pencegahan Penularan HIV dari


Ibu ke Anak dan Intervensi
Keperawatan
Alasan Pentingnya Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ODHA ke Bayi
1. Sebagian besar ODHA perempuan
berada pada usia subur.
2. Lebih dari 90% kasus HIV pada anak
ditularkan dari ibunya pada masa
perinatal.
3. Anak yg dilahirkan akan menjadi yatim
Piatu.
4. Anak yang terinfeksi HIV mengalami
Gangguan tumbuh kembang
5. Stigmatisasi dan diskriminasi
mungkin terjadi pada anak tersebut.
Strategi Pencegahan Penularan HIV
pada Bayi dan Anak
WHO Mencanangkan emapt strategi u/ mencegah
penularan HIV terhadap bayi ( Depkes 2003 )

1. Mencegah jaringan sampai ada wanita yg terinfeksi HIV


(Pencegahan primer )
2. Apabila sudah terinveksi HIV, cegah jangan sampai ada
kehamilan
3. Apabila sudah hamil,cegah penularan dari ibu ke bayi dan
anaknya.
4. Apabila ibu dan anak sudah terinfeksi, berikan dukungan dan
perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
Pencegahan Primer

 Prinsip pencegahan primer


1. Mengubah perilaku seksual ( ABC )
2. Konsultasi dan Tes HIV ( VCT )
3. Kewaspadaan Universal Precautions
Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ODHA ke Janinnya

A. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan.

B. Penggunaan antiretroviral saat persalinan dan


Bayi yang baru dilahirkan.

C. Penanganan obstretri selama persalinan.

D. Penatalaksanaan saat menyusui.


PENGGUNAAN
ANTIRETROVIRAL UNTUK
MENCEGAH PENULARAN HIV
DARI IBU KE BAYINYA

Nevirapine

A Z T
Cara Persalinan Yang Disarankan dalam
Pencegahan Penularan HIVdari Ibu Ke Bayi

1.Kontrasepsi
2.Menyusui
3.Terapi antiretroviral dan imunisasi
Intervensi Keperawatan pada
Bayi dan Anak
 Pemberian ART
Tujuan Pemberian ART:
1. Mengurangi Morbiditas & Mortalitas
terkait HIV.
2. Memperbaiki Mutu Hidup
3. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan
4. Menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam
waktu yang lama.
Indikasi Pemberian ARV
1. Intervensi HIV telah dikonfirmasi dengan tes antibody;
2. Keluarga dan orang tua telah mendapat informasi yang lengkap
dengan persyaratan tertentu;
3. Indikasi laboratorium atau klinis ;
a. HIV stadium IV kriteria WHO, tanpa memperhatikan
jumlah CD4+.
b. Tes CD4: dibawah 200
c. Jika tes CD4+ tidak dapat dilakukan, ART sebaiknya
dimulai jika infeksi HIV memenuhi klasifikasi klinis stadium
II atau III WHO, dengan limfosit total di bawah : 1200
Asuhan Nutrisi pada ODHA (Bayi dan Anak)

1. Tujuan Asuhan nutrisi atau gizi


Tujuan gizi bagi ODHA adalah
mempertahankan kesehatan dan status
gizi serta meningkatkan kekebalan
tubuh, sehingga kualitas hidup akan
lebih baik.
2. Paket asuhan nutrisi
1) Pemantauan status nutrisi
2) Intervensi atau pemberian nutrisi / gizi
3) Konseling nutrisi
1. Pemantauan status nutrisi / gizi
a. Pengakuan Antropometri
b. Pengukuran Laboratorium
c. Clinical Sign and Symptoms
d. Diet
2. Pemberian Nutrisi / Gizi
3. Konseling Nutrisi / Gizi
TUJUAN PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN TUJUAN

Hb Status Anemia

Albmin dan Prealbumin Peningkatan atau penurunan kadar


albumin (mendeteksi fungsi ginjal)

Pemeriksaan Mengetahui profil lipid, fungsi hati,


laboratorium lain dan kekurangan vitamin serta
mineral dalam tubuh. Kadar serum
ferritin akan meningkatkan fase
akut infeksi HIV
Bahan makanan di Indonesia yang Dianjurkan Dikonsumsi ODHA

Bahan Makanan Kandungan dan Tujuan


1. Tempe atau  Mengandung protein dan vitamin B 12 yang
Produk Sejenis berguna untuk mencukupi kebutuhan ODHA
dan mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare

2. Kelapa dan  Memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai


Produknya sumber energi yang mengandug MCT (Medium
Chain Triglesterida), yang mudah diserap dan
tidak menyebabkan diare serta berguna untuk
pembentukan sel
3. TKW: Tomat,  Mengandung beta karoten tinggi yang dapat
kacang-kacangan meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai
dan wortel bahan pembentukan CD4+, vitaminE, C dan
beta karoten berfungsi sebagai antiradikal
bebas
Asuhan pada anak dengan Paliatif dan terminal
(Pendekatan Psikososial)

Indikasi asuhan pada pasien paliatif meliputi :


• Apabila pengobatan secara medis tidak lagi memberikan
ahasil atau efek sampingnya lebih berat dari manfaatnya
• Apabila yang keluarga memutuskan untuk tidak
melanjutkan pengobatan secara agresif.
• Apabila ada kegagalan organ vital
• Apabila kelurga mamutuskan untuk membawa pulang
pasien
Tujuan asuhan pada anak dengan paliatif atau terminal adalah :

1. Kenyamanan :
a) Gunakan penanganan untuk membantu relaksasi seperti menarik nafas
panjang, gosokan di punggung, dan pijatan di badan
b) Perawatan untuk menjaga pasien tetap bersih dan kering
c) Penggantian posisi secara teratur mencegah kontraktur dan dicubitus
d) Memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien dan keluarga,
seperti tidak mau dijenguk, tidakmau ditemani, dan lain-lain
e) Menghormati kebutuhan untukmandiri

2. Pengelolaan nyeri
a) Tentukan derajat nyeri dan keluhan pasien. Tanyakan obat-obat yang
pernah dikonsumsi sebelumnya dan lakukan pemeriksaan fisik atas
penyebab dari nyeri.
b) Jika tidak di temuka, maka perlu dipertimbangkan pemberian jenjang
analgetik
c) Apabila rasa nyeri menetap,maka perlu didiskusikan perawatan lanjutan
di rumah sakit atau rumah
Tujuan asuhan pada anak dengan paliatif atau terminal adalah :

3. Penerimaan terhadap kehilangan dan perubahan :


a) Memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga
untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan
keluarga
b) Membangkitkan harga diri anak dan keluarga dengan melihat
keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah
c) Menerima perasaan marah, sedih atau emosi, dan reaksi lainnya
d) Ajarilah kepada keluarga untuk pandai mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri

4. Menyiapkan untuk menghadapi kamatian :


a) Apabila keluarga atau pasien bertanya tentang keadaan sakitnya,
jelaskan dengan bahwa pasien sudah mendekati kematian
b) Bantulah keluarga untuk mengatur pemakaman dan mungkin wasiat
lainnya
c) Pada acara pemakaman, pengurusan jenazah harus sesuai dengan
budaya setempat, tanpa mengabaikan kaidah universal precaution

Anda mungkin juga menyukai