A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu menjelaskan konsep-konsep dasar pada
penyakit HIV dan AIDS
B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, Peserta mampus:
1. Mampu menjelaskan pengertian HIV dan AIDS
2. Menjelaskan penyebab HIV dan AIDS
3. Menjelaskan manifestasi klinis serta tahapan HIV dan AIDS menurut WHO
4. Menjelaskan epidemi dan kebijakan terkait HIV dan AIDS di indonesia
5. Menjelaskan dan menganalisah stigma
6. Memahami perasaan terstigma dan menangani stigma dalam diri
7. Menjelaskan perilaku-perilaku berisiko tinggi tertulaR HIV
8. Mengetahui manfaat deteksi dini pada pasien
9. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien yang dicurigai terinfeksi
HIV
10. Menjelaskan alur deteksi dan diagnosis HIV
11. Mengetahui pemberian terapi HIV
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Apa itu HIV
1.1 Pengertian HIV dan AIDS
1.2 Penyebab HIV dan AIDS
1.3 Manifestasi klinis serta tahapan HIV dan AIDS menurut WHO
2. Epidemiologi dan Kebijakan Terkait HIV dan di indonesia
2.1 Menjelaskan laju epidemiologi HIV dan AIDS di indonesia
2.2 Menjelaskan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait HIV dan AIDS
2.3 Mengetahui peran tenaga kesehatan dalam penaggulangan HIV dan AIDS
3. Stigma
3.1 Pengertian stigma
3.2 Mengenali stigma
3.3 Mengenaki siapa saja yang cenderung menerima stigma
3.4 Memahami perasaan terstigma
3.5 Menangani stigma dalam diri
4. Perilaku Beresiko Tertular HIV
4.1 Perilaku-perilaku berisiko tinggi tertular HIV
4.2 Cara-cara mencegah penularan HIV
5. Deteksi Dini HIV dan AIDS
5.1 Manfaat deteksi dini pada pasien
5.2 Pemeriksaan fisik pada pasien
5.3 Anamnesis pada pasien yang dicorigai terkena HIV
5.4 Alur deteksi dan Diagnosi HIV
6. Pengobatan HIV dan AIDS
6.1 Pemberian terapi antiretroviraluntuk HIV secara umum
6.2 Pemberian terapi antiretroviral untuk HIV pada wanita hamil
7. Testimoni dari perempuan penderita HIV dan AIDS
Modul 1
Setelah mengikuti sesi ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, manifestasi
dan tahapan HIV dan AIDS
Metode
1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan tanya jawab
Alat bantu
1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu Metaplan
Aktivitas Pembelajaran
2. Penyebab HIV
3. Gejala HIV
4. Pencegahan HIV
5. Pengobatan HIV
Fase ini merupakan fase dengan gejala minor, berlangsung antar 2-10 tahun sejak
terinfeksi HIV. Pasien mengalami pembengkakan kelenjar limfe extra inguinal tanpa
disertai adanya peradangan atau infeksi. Gejala yang kadang muncul pada fase ini adalah:
Fase AIDS ini disertao dengan Jumlah CD4 sebanyak dibaah 200 sel/
Epidemiologi dan Kebijakan Terkait HIV di lndonesia
Setelah mengikuti sesi ini, mahasiswa mampu menjeiaskan epidemi dan kebijakan terkait
Metode
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Alat bantu
1. Audio visual
3. Spidol
4. Kartu Metaplan
Aktivitas Pembelajaran
1. Epidemiologi
Bila melihat faktor resiko dan cara penuIaran HIV, terlihat bahwa transmisi melalui
heteroseksual merupakan cara yang paling banyak dibandingkan dengan penularan Iewat jarum
suntik yang tidak steril pada IDU dan cara Iainya. Dengan demikian terjadi pergeseran
epidemiologi yang tadinya HIV/AIDS Iebih banyak pada kelompok beresiko seperti pengguna
Napza suntik, penjaja seks dan kaum Ielaki seks dengan Ielaki, bergeser ke kelompok perempuan
pasangan IDU dan heteroseksual, hal ini terIihat dari adanya peningkatan persentase kelompok
perempuan dengan AIDS dari tahun ke tahun dari 16.4% di 2010 menjadi 26.8% pada akhir
Maret 2011. Kaum perempuan dan anak anak harus mendapat perhatian yang besar daIam
pencegahan dan penanganan HIV/AIDS ke depan, bukan hanya pada kalangan perempuan yang
sudah menikah dan hamil , akan tetapi pada para perempuan secara
keseluruhan dengan fokus pada remaja dan usia produktif, mengingat data 66.62% ada pada usia
produktif dan 4.55% kelompok usia remaja.
Kasus transmisi perinatal terbilang besar. Walaupun prevalensi HIV pada perempuan di
Indonesia hanya 26.8, tetapi karena mayoritas (92,54%) ODHA berusia reproduksi aktif, maka
diperkirakan jumIah kehamilan déngan HIV positif akan meningkat. Infeksi oportunistik
merupakan penyulit utama dalam manajemen HIV/AIDS, di Indonesia TBC menduduki
peringkat pertama (11983 kasus), diare (7381 kasus), Kandidiasis (7227 kasus) dan disusul yang
IaIn-Iainya (Kemenkes, 2011).
2. Kebijakan
1. Harm reduction
Karena di Indonesia yang paling banyak kasus HIV/AIDS adlaah kelompok
pengguna napza suntik, oleh sebab itu pemerintah mengendalikan penularan dengan
progam ‘Harm reduction” mulai tahun 2003. Melalui jarum suntik dengan membuat
progam pertukaran jarum suntik dengan pengguna napza di pukesmas tertentu. Progam
ini mencakup progam pertukaran jarum suntik bekas dengan jarum suntik steril (NSE)
bagi para pengguna napza. Beberapa pukesmas terpilih telah memberikan layanan ini
sejak tahun 2003. Selain itu, progam “harm reduction” yang dibuat oleh pemerintah
adalah progam “Rumatan Metadon” progam ini disediakan oleh rumah sakit yang
ditunjuk oleh pemerintah.
2. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual sudah sejak tahun 2008 di
integrasikan dalam klinik penyakit menular seksual (IMS). Promosi penggunaan kondom
dilakukan di pukesmas, klinik swasta dan pada wanita penjaja seks, transgender, dan
lelaki seks lelaki.
3. Konseling dan testing sukarela (VCT)
Konseling dan testing secara sukarela dilakukan bukan hanya pada kelompok
kunci seperti pengguna napza suntik, penjaja seks, kelopok waria dan lelaki seks dengan
lelaki, akan tetapi sekarang sudah diperluas untuk pasangan kelompok kunci tersebut.
Walapun progam VCT sudah lama ada, akan tetapi cakupan pada kelompok beresiko
tetap masih rendah. VCT dilakukan dengan prinsip kerahasiaan dan sukarela.
4. Akses Universal terhadap obat Anti Retroviral (ART)
Akses universal terhadap layanan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS sudah
sejak tahun 2006. Pemerintah telah memberikan akses ODHA terhadap obat-obatan
dengan menggratiskan obat ART. Pengobatan ART disediakan oleh rumah sakit-rumah
sakit besar yang sudah di tunjang oelh pelayanan care, support and treatment (CST) yang
baik. Pemerintah pada tahun 2007 telah membuat perencanaan aksi nsional tahun 2007-
2010 yang mentargetkan CST pada 80% populasi beresiko dan juga mitigasi dampak dari
HIV/AIDS.
5. PMTCT
Upaya penceghan penularan HIV pada perempuan masih menghadapi kendala yang
besar. Penggunaan kondom sebagai pencegahan yang efektif masih kurang dari 10%.
Berbagai alasan yang di ungkapkan laki-lakiu ntuk menolak menggunakan kondom dan
posisi tawar yang rendah dari perempuan menyebabkan upaya perubahan perilaku untuk
dapat menggunakan kondom sulit untuk dilakukan.
MODUL 3. STIGMA
Tujuan Intruksional Umum
Alatbantu
1. Audio visual.
2. Kertas dan papan flipchart.
3. Spidol.
4. Kartu metaplan.
Aktivitas belajar
1. Pengertian stigma
Irving goffam , salah satu ahli sosiologi pertama membahas stigma,menyatakn bahwa stigma
adalah “atribut yang tidak diinginkan atau bersifat merendahkan yang dimiliki oleh seorang
individu”,yang menyebabkan individu tersebut “didiskualifikasi dari penerimaan sosial secara
penuh “dan menurunkan status invidu tersebut dimata masyarakat.
Stigma memiliki komponen – komponen sebagai berikut (link dan phelan ,2001 ) :
Stigma merupakan suatu konsep yang muncul dalam pemikiran dan sikap
seseorang yang kemudian mendorong orang tersebut untuk memberikan suatu
bentuk perlakuan yang kurang menyenangkan. tindakan mewujudkan stigma
menjadi perbuatan atau tindakan disebut diskriminasi .
Stigma dapat mengarah kepada tindakan-tindakan yang membuat orang yang tersitgma
kehilangan hak-hak yang seharusnya melekat pada dirinya. Stigma dapat membuat
seseorang tidak memiliki hak bersuara di masyarakat dan bahkan hak berada di suatu
tempat dalam masyarakat. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan depresi, kecanduan
alkohol dan bunuh diri bagi orang yang menerima stigma. Diskriminasi mungkin pula di
alami oleh mereka seperti di berhentikan dari sekolah akibat dari tekanan dari teman
sebaya brupa ejekan,di usir dari keluarga,tempat tingal, temapat kerja dan lain.
Menunjuk atau memberi lebel pada orang lain bahwa- ” dia berbeda
dengan kita bahwa batuknya sangat parah”
Mengakaitkan keadaan kepada perilaku yang tidak baik – “ penyakit di
sebabkan karena dirinya yang suka konta ganti pasangan dan berdosa”
Membuat pemisa atau memisahkan antara “kita” dan” mereka” conto,
menjauhi, mengucilkan, menolak.
Membuat seseorang kehilangan status-nya dan mendapat diskriminasi
(kehilangan rasa hormat dan pengucilan)
Seringkali orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki stigma karena kata stigma
itu sendiri mereka tidak memahami. Tidak ada kata yang benar – benar mewakili
makna stigma menunjukan bahwa konsep ini tidak sepenuhnya di anggap nyata dan
ada dalam budaya tersebut. Stigma seringkali membuat seseorang di bedakan
kemampuanya,baik secara halus maupun terang – terangan.
Dalam hal infeksi HIV, stigma seringkali di berikan karena asosiasi HIV dengan
penyebabnya seperti menjual sex, kecanduan narkoba dan lain – lain. Keberadaan
stigma dalam HIV juga mempengaruhi penderita – penderita penyakit lain terutama
penderita penyakit yang sama dengan jenis infeksi oportunistik pada penderita HIV
seperti TB dan lain –lain. Pada infeksi HIV, stigma biasanya menjadi kuat sejalan
dengan makin parahnya penyakit akibat ketakutan terhadap penularan.
1. Bersama pasangan anda ,tentukan satu bentuk stigma terkait HIV yang anda dan
pasanganan pernah lihat atau temui ditempat layanankesehatan.
2. Identifikasi efek dan penyebab dari bentuk stigma tersebut dengan menggunakan
diagram dibawah ini.
3. Presentasikan hasil diskusian di dalam kelompok-kelompok kecil.
Ekspresi stigma
1. Bersama kelompok anda,pikirkan cara berbed amengatakan
“halo”(dari intonasi,ekspresiwajah dan bahasatubuh)
2. Praktekkan cara-cara tersebu tdalam kelompok lalu demonstrasikan
keseluruh kelas.
3. Kelompok dengan ekspres terrbanyak akan menjadi pemenangnya.
4. Diskusikan bersama dalam kelas dalam setiap mengatakan “halo”
yang telah diungkapkan dengan memperkirakan kepada siapakah cara itu
mungkin dilakukan.
Renungan
Secara individu, renungkanlah salah satu saat dalam kehidupan
anda ketika anda meraasa tidak begitu bias diterima oleh lingkungan
sekitar.
1.Cara Penularan
Diskusikan apa yang terjadi ,perlakuan orang sekitar dan
HIV bisa didapatanda
dari saat
kontak
itu dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan vagina.
perasaan bersamakelompok.
Ada beberapa kemungkinan cara dimana virus bisa masuk, yaitu:
Paling sering, infeksi HIV ditularkan dengan melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang terinfeksi. Virus ini dapat memasuki tubuh melalui lapisan,vulva
vagina,penis dubur, atau mulut selama seks.
HIV sering menyebar diantara pengguna narkoba suntikan yang berbagi jarum
atau alat suntikan yang berbagi jarum atau alat suntik yang terkontaminasi dengan
darah dari orang yang terinfeksi.
Perempuan dapat menularkan HIV kepada bayi selama kehamilan atau
kelahiran,ketika sel-sel ibu yang terinfeksi masuk ke sirkulasi bayi.penularan HIV
dari ibu kepada janin di kandungannya melalui:
a) Transplasenta,jika plasenta meradang,terinfeksi,atau rusak
b) Persalinan. Hal ini terjadi karena bayi terlalu lama terpapar darah dan
cairan vagina ibu.persalinan normal kemungkinan lecet besar sekali, jalan lahir
ibu juga sempit, sehingga kontak antara selaput kepala dengan jalan lahir akan
lebih sering, hal tersebutlah yang mengakibatkan kepala lecet (perlekukan), di
tambah jika dilakukan episiotomi ( pengguntingan jalan lahir) guna
memperbesar jalan lahir. Oleh karena itu di sarankan pada ibu penderita HIV
atau AIDS melahirkan melalui seksio Caesar. Dengan melahirkan lewat seksio
darah ibu juga banyak tetapi dapat dijaga jangan sampai ada perlukaan pada
bayi yang merupakan media bagi virus HIV.
c) Pemberian Asi
Didalam ASI terdapat sel bebas supermatans dan human lymphocytes dimana
tempat virus HIV bisa hidup di tambah lagi jika teknik menyusul pada bayi yang
salah dapat mengakibatkan lecet (perlukaan) pada putting ibu,maka memperbesar
resiko penularan.
HIV dapat terbesar di fasilitas pelayanan kesehatan melalui jarum suntik
atau kontak dengan cairan yang terkontaminasi.
HIV juga dapat menyebar melalui transfuse darah yang terkontaminasi
atau komponen darah, walaupun sangat jarang ditemukan produk darah
sekarang di uji untuk meminimalkan resiko ini.
Orang yang sudah memiliki penyakit menular seksual, seperti sefilis,
herpes genital, infeksi klamidia,gonore,atau bakteri vaginosis, lebih mungkin
pasangan yang terinfeksi.
HIV tidak bertahan dengan baik di luar tubuh.jadi tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa
se perti berciuman atau berbagi gelas minum dengan orang yang terinfeksi . biasa seperti
menyiapkan makanan, bersenggolan, berjabat tangan, bersentuhan, hidup serumah denngan odha
, gigitan nyamuk,sabun mandi,berbagi handuk dan kamar tidur, melalu kolam renang, telepon ,
atau kursi toilet.virus ini juga tidak mungkin menyebar melalui kontak dengan air mata, air
kencing,keringat, air liur,kecuali jika terkontaminasi dengan darah.
HIV dapat ditularkan oleh orang yang tidak tahu mereka terinfeksi. Perawat dan bidan
dapat memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan, berkaitan dengan pencegahan dengan
berbagai cara penularan HIV seperti :
Melakukan hubungan seks yang aman. Gunakan kondom setiap kali
melakukan hubungan seks (termasuk seks oral)
Jangan memiliki lebih dari satu pasangan seks pada suatu waktu. Seks
yang paling aman adalah dengan satu pasangan yang berhubungan seks hanya
dengan anda
Jangan berbagai barang pribadi, seperti sikat gigi atau pisau cukur
Jangan berbagai jarum atau alat suntik dengan siapapun
Remaja diberi penyuluhan agar tidak melakukan seks bebas dan mencoba
– coba narkoba
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu mendeteksi kasus-kasus yang dicurigai
sebagai infeksi HIV secara dini melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis.
Metode
1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan Tanya jawab
Alat bantu
1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu metaplan
Aktivitas pembelajaran
Riwayat Tes HIV dan tes laboraturium Tanggal dan tempat tes HIV, alasan tes
lainnya dokumentasi dari hasilnya
Hasil pemeriksaan CD4, HIV-RNA
(viral load) atau lainnya
Faktor resiko HIV Kegiatan seksual yang tidak aman
(berganti-ganti pasangan/dengan PSK,
tanpa kondom)
Penggunaan narkoba suntik
Lelaki yang berhubungan seks dengan
lelaki (LSL)
Kecelakaan kerja
Penularan dari ibu ke bayi (saat hamil,
melahirkan, menyusui)
Tranfusi darah
Pasangan kelompok dengan perilaku
beresiko tinggi
Telaah sistemik Kehilangan berat badan
Pembengkakan gelenjar getah bening
Keringat malam
Sakit kepala yang tidak biasa
Nafsu makan menurun
Ruam kulit
Radang atau bercak putih dirongga
mulut
Nyeri menelan
Nyeri dada, batuk lama, sesak nafas
Diare lama, nyeri perut, muntah-muntah
Kesemutan pada tangan dan kaki
Kelemahan anggota gerak
Penglihatan menurun
Keputihan, duh tubuh, penyakit kelamin
Riwayat pentakit dahulu Riwayat pengobatan TB
Rirawayat Toxoplasmosis otak
Riwayat Kandidisiasis
Riwayat Herpes Zoster Riwayat penyakit
kelamin rieayat penyakit jiwa
Penyakit lain
Riwayat obstretri dan Ginekologis Riwayat penggunaan kontrasepsi
Riwayat kehamilan, melahirkan anak,
atau status HIV anak
Riwayat Pap Smear Tes: tanggal dan
hasil
Riwayat ARV dan obat-obatan lainnya Pengobatan ARV sebelumnya
Pernah pengobatan/tidak,
tanggal mulai, tanggal
II.
Berat badan menurun < 10%
Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti:
Dermatitis seboroik, prurogo, onikomikosis, sintomatik, aktivitas
Ulkus oral yang rekuren, chielitis angularis: normal
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
ISPA seperti: sinusitis bakterialis
III.
Berat badan menurun > 10%
Diare kronis > 1bulan
Demam berkepanjngan > 1bulan
Kandidiasis orofaringeal pada umumnya
lemah, aktivitas ditempat tidur > 50%
Oral hairyleukoplakia
TB paru dalam tahun terakhir
Infeksi bakerial berat seperti: pneumonia, piomiositis
IV.
HIV wasting syndrome seperti yang di definisikan CDC
Pneumonia pneumocytis
Toksoplasmolisis otak pada
umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur > 50%
Diare kriptoporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstrapulmonal antara lain : meningitis kriptokokus
Retinitis virus cytomegalo
Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
Leukoensefalopati multifokal progresif
Mikosis diseminata seperti histoplasmolisis
Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus,dan paru
Mikobakteriosis atipikal diseminata
Septisemia salmonellosis non tifoid
Tuberkulosis di luar paru
Limfoma
Sarkoma kaposi
Ensefalopati HIV
Keterangan :
HIV wasting syndrome: berat badan turun > 10% ditambah diare kronik >1 bulan atau
demam >1 bulan yang tidak disebabkan penyakit lain.
Ensefalopati HIV : gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu
aktivitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang
tidak disertai penyakit lain selain HIV.
Tanda-tanda utama infeksi HIV yang semakin memburuk pada ibu hamil mencakup:
1. Turunnya berat badan lebih daro 10% dari berat badan sebelum
kehamilan,
2. Diare kronis lebih dari1 bulan dan demam (kambuhan atau konstan)
selama lebih dari 1 bulan
3. Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS
4. Stadium I,ibu dengan HIV positif tidak akn menunjukkan gejala klinis
yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu
melakukan aktivitasnya seperti biasa
5. Stadium II, sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi
penurunan berat badan kurang dari 10%. Infeksi yang berulang pada saluran nafas
dan kulit.
6. Stadium III, ibu dengan HIV sudah tampak lemah, gejala dan infeksi
sudah mulai bermunculan dan ibu akan mengalami penurunan berat badan yang
lebih berat, diare yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan
mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar
sampai ke paru-paru.
7. Stadium IV, pasien akan menjadi AIDS, aktivitas akan banyak dilakukan
di tempat tidur karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah, serta infeksi
mulai bermunculan dimana-mana dan cenderung berat.
3. pemeriksaan laboratorium
Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisiktidak ada bedanya dengan orang yang tidak
terinfeksi. Terkadang sulit memastikan apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak,karena
gejala awal HIV mirip dengan gejala flu atau bahkan tanpa gejala. Tetapi ketika berkembang
menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya
sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.
Untuk mengetahui bahwa seseorang terinfeksi HIV, selain melakukan pemeriksaan fisik
dilakukan pemeriksaan laboratorium . pemeriksaan laboratorium selain diperlukan untuk
mendiagnosa penyakit oportunistik dan penyakit penyerta, juga menentukan apakah penderita
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan ARV atau belum.
Biarkan virus dari darah, isolasi virus dari sampel, umumnya menggunakan
mikroskop elektron da deteksi gen virus. Yang paling sering digunakan adalah PCR
(polymerase Chain Reaction).
b) Tidak langsung
Denagn melihat respons zat anti yang spesifik, misalnya dengan tes ELISA, Western
Blot, Immunofluoresens Assay (IFA) , DAN Radio Immunoprecipitation Assay
(RIPA) untuk diagnosis yang lazim dipakai adalah tes ELISA karena sensitivitasnya
98,1% . 100% dan biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Uji
HIV pada wanita hamil terintegrasi dengan pemeriksaan rutin kehamilan. Apabila
sudah terdiagnosa AIDS perlu pula dilakukan pemeriksaan infeksi PMS lainnya.
4. Diagnosis AIDS
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HiV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam
perkembangan infeksi HIV selanjutny amenunjukan adanya infeksi-infeksi dan kanker
oportunistik yang mengancam jiwa penderita.Selain infeksi dan kanker juga termasuk:
ensefalopati, sindrom, kelehan yang berkaitan dengan AIDS dan hitung CD4,<200/ml.
Penalataksanaan manajemen ibu hamil yang terinfeksi HIV perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah ibu hamil tersbut termasuk teropositif tanpa gejala atau dengan gejala. Seharusnya setiap
wanita hamil mendapatkan langkah-langkah sebagai berikut:
5. AlgoritmeDeteksidanPemeriksaan HIV
Mengingat fase-fase dalam perjalanan penyakit HIV/AIDS, maka untuk mendeteksi secara dini
orang –orang yang tertular HIV serta melakukan pemeriksaan HIV/AIDS bukanlah hal yang
mudah. Namun demikian, sebagai tenagakesehatan professional, perawat dan bidan harus tetap
menjunjung tingg inilai dan etik pelayanan kesehatan yang di berikan.Alur deteksi dan
pemeriksaan labotarium infeksi HIV dapatdigambarkan pad abagan berikut:
Surveilance Epidemiologi
berdasarkan :
5.faktor resiko
6. Tanda awal/gejala
Kelompok beresiko
Lakukan konseling :
VCT
PITC
Terduga infeksi HIV
[a]
Lakukan tes inisiasi
A1 (rapid test) [b]
T Apakahyaada manifestasi klinis?
Antibodi HIV + Ya Lakukan tes Apakah antibodi HIV +
tambahan A2
Tdk
Tdk
Apakah antibodi HIV + pada salah satu tes? Ya Lakukan tes
alternatif A3 [e]
Tdk
Tes A1+,A2+,A3+?
Ya
Tes A1+ dan salh satu A2 atau A3 positif? Ya
Tdk
Ya
Apakah resiko tinggi?
Apakah tes A1+,A2 dan A3 negatif
Tdk
Tdk
Ya Ya
Keterangan:
Anggap tdk ditemukan antibodi HIV
Strategi pemeriksaan labolatoriumAngggap
seperti indeterminate Diagnosis
yang terpapar pada baganpastidi untuk
atas, dengan
[g] infeksi –HIV [h]
menggunakan tes inisial A1 dan tes tambahan A2dan A3 disebut pemeriksaan labolatorium
strategi III, dan di pakai sebagai diagnostik. Untuk lebih jelasnya dapat merujuk pada petunjuk
pemeriksaan HIV yang di rekomendasikan WHO dan telah diterimah oleh Departemen
kesehatan.
Setiap tes atau pemeriksaan labolatorium seharusnya disertai dengan konseling pre-tes dan
pasca-test, dan pada pelaporan hasil pemeriksaan labolatorium penting sekali untuk
mempertimbangkan informasi klinis ataupun epidemiologis.
a) Dugaan terhadap infeksi-HIV disertakan atas salah satu temuan klinis atau faktor
resiko seperti tercantum pada catatan (h)
b) Untuk pemeriksan pertama bisanya dilakukan rapid test untuk melkukan uji tapi.
Saat ini banyak jenis tes yang cukup sensitif yang juga memiliki sensifitas tinggi.
c) Untuk hasil yang positif akan diperiksa ulang dengan menggunakan tes yang
memiliki prinsip dasar tes yang berbeda dan atau yang menggunakan perparasi antigen
yang berbedadari tes pertama meminimalkan adanya hasil positif palsu, biasanya dengan
menggunakan enzim-linked immun0sorbent essay (ELISA) atau pemeriksaan sejenis
yang memiliki spesitifitaslebih tinggi dari tes rapid yang pertama.
d) Dilakukan pemeriksaan ulang dengan cara seperti catatan (a) dan (b).
e) Bila tersedia tes konfirmasikan maka untuk pemeriksaan ke3 dapat menggunakan
WB, IFA, atau RIPA. Bila tidak tersedia tes konfirmasi maka dapat menggunakan
pemeriksaan labolatorium lain yang tersedia yang menggunakan prinsip dasar tes atau
menggunakan preparat antigen yang berbeda dari A1 dan A2.
f) Untuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang HIV (+), maka hasil positif pada bayi
kurang dari 18 bulan mempunyai dua kemungkinan:
1. Bayi membawa antibodi HIV dari ibunya
2. Bayi tersebut terinfeksi HIV dan akan tetap memberikan hasil positif
g) Ulangi tes setiap tiga bulan sampai anak berumur 18 bulan, pada saat mana
diharapkan antibodi ibu yang beredar pada bayi tersebut telah hilang dan HIV menjadi
(-). Bila tes pemeriksaan masi tetap memberi hasil positf, anak tersebut dinyatakan positif
terinfeksi HIV.
h) Resiko tinggi adalah seperti yang tercantum pada resiko epodemiologis sbb:
Ibu seropositif HIV
Riwayat tranfusi darah yang berulang
Koban kekerasan seksual
Pemekayan jarum suntik tercemar HIV
Bagan alur deteksi dan perawatan ODHA
Polikinik
TB
IMS
Poli Umum
Poli Anak
Poli kebidanan (PMTCT)
Poli KIA/KB
Poli Mata Bangsal
Poli Gigi Penyakit Dalam
Poli Jiwa Anak
Datang Sendiri Klinik Rumatan Metadon Bedah
Kebidanan
Penjaungkauan
Penasun, Waria, Gay,
PSK Rutan dan Lapas
Keluarga
Konseling dan tes HIV Unit Tranfusi
Pasangan
Anak (KTHIV)
Pelayanan Swasta
Organisasi Kemasyarakatan Klinik/praktek swasta
Kelompok sebaya, PBR, PKK, SPSI, Karang Taruna
Setelah mengikuti sesi ini,mampu menjelaskan cara pengobatan HIV dan AIDS
Metode
1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan tanya jawab
Alat bantu
1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu metaplan
Aktifitas pelajaran
Selama beberapa tahun akhir, beberapa obat telah tersedia untuk melawan infeksi yang terkait
dan kangker. Obat ini disebut terapi,antiretroviral
(ART) dan telah secara substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian terapi di
mulai di bawah pengawasan seorang dokter yang ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV
obat ART merupakan kombinasi dari setidaknya tiga obat yang di anjurkan untuk menekan virus
memperbanyak jumlahnya dan meningkat sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa kelas obat
ART:
d Integrase inhibitor
Menghentikan gen HIV masuk ke dalam DNA sel manusia , ini adalah kelas baru obat
baru disetujui untuk membantu mengobati mereka yang telah mengembangkan
resistensi terhadap obat lain. Raltegravir (isentress) adalah obat pertama dikelas ini telah
disetujui oleh FDA pada tahun 2007
Wanita hamil yang positif HIV harus mencari keperawatan segera karena terapi ART dapat
mengurangi resiko menularnya virus ke janin. Ada obat obatan tertentu, namun yang berbahaya
bagi janin. Oleh karena itu, menemui dokter untuk mendiskusikan obat anti HIV sangat penting.
Tampa intervensi, resiko penularan dari ibu dengan HIV ke anak selama kehamilan, persalinan
dan menyusui mencapai 40%. Penggunaan obat ART intervensi obstretik, dan tidak menyusui
dalam upayapencegahan penularan HIV dari ibu ke anak fapat mengurangi resiko penularan
sehinga kurang dari 2%
Perempuan hamil dengan HIV diberikan ARV pada saat CD4 <350 sel/mm3 tampa
melihat gejala klinis atau pada saat stadium klinis 3 dan 4 tampa melihat CD4.
Berdasarkan pedoman tahun 2010, regimen lini pertama yang direkomendasikan oleh
WHO adalah :
- AZT + 3TC + NVP
- AZT + 3TC + EFV
- TDF + 3TC?FTC + NVP
- TDF + 3TC/FTC + EFV
Bayi dari ibu HIV memerlukan ARV profilaksis untuk mencegah penularan. Dibutuhkan
konsul tasi dokter dalam memilih obat dan caranya sebelum bayi lahir. Bagi bidan
disarankan segera memberikan ARV profilaksis tersebut selama 6 minggu, selanjutnya
diberikan kotrimoksazol untuk mencegah oportunistik pneumocytis pneumonia setelah
ARV profilaksis selesai diberikan.
Keterangan
AZT/ZOV = zidofudin
3TC = lamivudin
NVP = nevirapin
EFV = evafiren
TDF/TNF = tenofovir
Pendapat penderita HIV akan selalu diperhatikan dalam hal terapi ARV.