Anda di halaman 1dari 34

Konsep Dasar HIV/AIDS

Dr. Wira. M.Biomed

A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu menjelaskan konsep-konsep dasar pada
penyakit HIV dan AIDS
B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, Peserta mampus:
1. Mampu menjelaskan pengertian HIV dan AIDS
2. Menjelaskan penyebab HIV dan AIDS
3. Menjelaskan manifestasi klinis serta tahapan HIV dan AIDS menurut WHO
4. Menjelaskan epidemi dan kebijakan terkait HIV dan AIDS di indonesia
5. Menjelaskan dan menganalisah stigma
6. Memahami perasaan terstigma dan menangani stigma dalam diri
7. Menjelaskan perilaku-perilaku berisiko tinggi tertulaR HIV
8. Mengetahui manfaat deteksi dini pada pasien
9. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien yang dicurigai terinfeksi
HIV
10. Menjelaskan alur deteksi dan diagnosis HIV
11. Mengetahui pemberian terapi HIV
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Apa itu HIV
1.1 Pengertian HIV dan AIDS
1.2 Penyebab HIV dan AIDS
1.3 Manifestasi klinis serta tahapan HIV dan AIDS menurut WHO
2. Epidemiologi dan Kebijakan Terkait HIV dan di indonesia
2.1 Menjelaskan laju epidemiologi HIV dan AIDS di indonesia
2.2 Menjelaskan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait HIV dan AIDS
2.3 Mengetahui peran tenaga kesehatan dalam penaggulangan HIV dan AIDS

3. Stigma
3.1 Pengertian stigma
3.2 Mengenali stigma
3.3 Mengenaki siapa saja yang cenderung menerima stigma
3.4 Memahami perasaan terstigma
3.5 Menangani stigma dalam diri
4. Perilaku Beresiko Tertular HIV
4.1 Perilaku-perilaku berisiko tinggi tertular HIV
4.2 Cara-cara mencegah penularan HIV
5. Deteksi Dini HIV dan AIDS
5.1 Manfaat deteksi dini pada pasien
5.2 Pemeriksaan fisik pada pasien
5.3 Anamnesis pada pasien yang dicorigai terkena HIV
5.4 Alur deteksi dan Diagnosi HIV
6. Pengobatan HIV dan AIDS
6.1 Pemberian terapi antiretroviraluntuk HIV secara umum
6.2 Pemberian terapi antiretroviral untuk HIV pada wanita hamil
7. Testimoni dari perempuan penderita HIV dan AIDS

Modul 1

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti sesi ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, manifestasi
dan tahapan HIV dan AIDS

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikut sesi ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian HIV dan AIDS


2. Menjelaskan penyebab HIV dan AIDS
3. Menjelaskan manifestasi klinis serta tahapan HIV dan AIDS menurut WHO

Metode

1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan tanya jawab
Alat bantu

1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu Metaplan

Aktivitas Pembelajaran

No Tulislah yang diketahui tentang : Benar/Salah


.
1. Penyakit HIV

2. Penyebab HIV

3. Gejala HIV

4. Pencegahan HIV

5. Pengobatan HIV

6. Orang yang terkena HIV


1. Penyebab
Infeksi HIV disebabkan Immunodeficiency Virus. HIV merupakan virus yang
termasuk ke dalam Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sel kekebalan
tubuh yang di serang adalah sel T helper yang berperan sangat penting dalam
mengaktifkan seluruh sistem kekebalan tubuh baik yang humoral maupun yang seluler.
HIV menyerang dan menghancurkan CD4+, yang ada di permukaan sel T. ketika
seseorang terinfeksi virus ini, tidak akan langsung menyebabkan penyakit atau gejala,
perlu beberapa waktu sampai muncul gejala awal dan beberapa tahun untuk sampai
menjadi AIDS. AIDS(acquired immunodeficiency syndrome) adalah tahap akhir dari
infeksi HIV, orang yang terinfeksi HIV akan disebut menderita AIDS apabila sudah
muncul infeksi oportunistik seperti TB, Pneunomia dan keganasan.
2. Tanda dan Gejala HIV/AIDS
Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka merasa
sehat dan juga dari luar tampak sehat. Walaupun tampak dan merasa sehat, namun orang
yang terinfeksi HIV akan menjadi pembawa dan penular HIV kepada orang lain. Tanda
dan gejal HIV/AIDS pada seseorang dapat dilihat berdasdarkan fase-fase berikut ini :
 Fase Akut
Terjadi 2 minggu setelah terinfeksi virus, fase ini sering di sebut “Window
Periode” gejala yang biasa dirasakan adalah :
 Demam
 Sakit ternggorokan
 Nyeri otot dan sendi
 Kulit kemerahan
 Adanya pembengkakan kelenjar getah bening
 Stadium I : Asimptomatik
Pada stadium I, penderita tidak menunjukkan adanya gejala yang khas. Aktivitas
penderita normal dan tidak ada penurunan berat badan. Gejala yang mungkin
muncul hanyalah PGL (Persistent Generalized Lymphadenopathy), yaitu
pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh dan menetap. Fase ini
biasanya di tandai dengan CD4 antara 500-800sel/mm3.
 Stadium II : Simptomatik Ringan

Fase ini merupakan fase dengan gejala minor, berlangsung antar 2-10 tahun sejak
terinfeksi HIV. Pasien mengalami pembengkakan kelenjar limfe extra inguinal tanpa
disertai adanya peradangan atau infeksi. Gejala yang kadang muncul pada fase ini adalah:

 Penurunan berat badan (<10%)


 Kadanag-kadanag demam
 Infeksi jamur
 Herpes zoster
 Jamur mulut yang hilang timbul
 Infeksi pernafasan atas yang hilang timbul

Fase ini biasanya ditandai dengan jumlah CD4 antara 350-5—sel/

 Stadium III : Simptomatik Sedang


Fase ini ditandai dengan simptom-simptom atau gejala penyakit yang diakibatkan
oleh menurunnya kekebalan tubuh yang dapat terjadi antara 2-10 tahun setelah terinfeksi.
Biasanya gejala yang muncul adalah penyakit-penyakit akibat jamur, diantaranya :
 Penurunan berat badan
 Infeksi candida baik oral maupun vaginal
 Herpes simpleks baik di tenggorokan maupun vagina
 Pembesan kelenjar limfe yang bertambah
 Diare persisten dengan kehilangan berat badan lebih dari 10%
 TB tumbuh lagi

Fase ini ditandai dengann CD4 sebanyak 200-350 sel/

 Stadium IV : Simptomatik Berat / AIDS


Fase ini merupakan fase akhir dari infeksi HIV yang disertai dengan gejala infeksi
oprtunistik yang berat yang diakibatkan oleh penurunan fungsi sistem imun yang sangat
berat. Manifestasi klinik AIDS meliputi :
 Infeksi saluran nafas yang berat disertai batuk yang terus menerus
 Diare yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi
 Infeksi pada otak toksoplasma serebri, menginitis TB, atau meningitis
kriptokokus
 Kanker seperti kaposis sarcoma : bintik-bintik pada kulit dan membran
mukosa yang semakin lama semakin bertambah besar.
 Pemebesaran hepar dan limfe
 Wasting : kurus sekali
 Lelah dan sangat lemah
 Dapat disertai dengan penurunan kesadaran

Fase AIDS ini disertao dengan Jumlah CD4 sebanyak dibaah 200 sel/
Epidemiologi dan Kebijakan Terkait HIV di lndonesia

Tujuan lnstruksional Umum

Setelah mengikuti sesi ini, mahasiswa mampu menjeiaskan epidemi dan kebijakan terkait

HIV dan AIDS di Indonesia

Tujuan lnstruksional Khusus

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan laju epidemiologi HIV dan AIDS di indonesia

2. Menjelaskan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait HIV dan AIDS

3. Mengetahui peran tenaga kesehatan dalam penanggulangan HIV dan AIDS

Metode

1. Curah pendapat

2. Ceramah

3. Diskusi dan tanya jawab

Alat bantu

1. Audio visual

2. Kertas dan papan fiipchart

3. Spidol

4. Kartu Metaplan

Aktivitas Pembelajaran
1. Epidemiologi

Menurut Iaporan triwulan direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sampai dengan Maret Tahun 2011
terdapat 24.482 kasus AIDS di Indonesia dengan 351 kasus baru dari 27 Provinsi. Dari seluruh
kasus baru yang dilaporkan 66% penularan meIaIui Heteroseksual, 23.8% melalui Narkoba
suntik, 5.70% meIaIui perinetaI dan 3.24% meIaIuI homoseksual dengan ratio Iaki-Iaki dan
perempuan 3 : 2. Lebih Ianjut dilaporkan bahwa kasus AIDS terbanyak adaIah DKI Jakarta, Jawa
Timur dan disusul oleh Jawa Barat dan Papua. Jawa Barat sebagai provinsi dengan kasus AIDS
terbanyak memiliki sekitar 3728 kasus AIDS.

Bila melihat faktor resiko dan cara penuIaran HIV, terlihat bahwa transmisi melalui
heteroseksual merupakan cara yang paling banyak dibandingkan dengan penularan Iewat jarum
suntik yang tidak steril pada IDU dan cara Iainya. Dengan demikian terjadi pergeseran
epidemiologi yang tadinya HIV/AIDS Iebih banyak pada kelompok beresiko seperti pengguna
Napza suntik, penjaja seks dan kaum Ielaki seks dengan Ielaki, bergeser ke kelompok perempuan
pasangan IDU dan heteroseksual, hal ini terIihat dari adanya peningkatan persentase kelompok
perempuan dengan AIDS dari tahun ke tahun dari 16.4% di 2010 menjadi 26.8% pada akhir
Maret 2011. Kaum perempuan dan anak anak harus mendapat perhatian yang besar daIam
pencegahan dan penanganan HIV/AIDS ke depan, bukan hanya pada kalangan perempuan yang
sudah menikah dan hamil , akan tetapi pada para perempuan secara

keseluruhan dengan fokus pada remaja dan usia produktif, mengingat data 66.62% ada pada usia
produktif dan 4.55% kelompok usia remaja.

Kasus transmisi perinatal terbilang besar. Walaupun prevalensi HIV pada perempuan di
Indonesia hanya 26.8, tetapi karena mayoritas (92,54%) ODHA berusia reproduksi aktif, maka
diperkirakan jumIah kehamilan déngan HIV positif akan meningkat. Infeksi oportunistik
merupakan penyulit utama dalam manajemen HIV/AIDS, di Indonesia TBC menduduki
peringkat pertama (11983 kasus), diare (7381 kasus), Kandidiasis (7227 kasus) dan disusul yang
IaIn-Iainya (Kemenkes, 2011).
2. Kebijakan

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan pemerintah Indonesia dalam merespon tingginya


angka HIV/AIDS di Indonesia adalah (1) menurunkan angka infeksi HIV baru, (2) meningkatkan
kualitas hidup orang yang sudah terinfeksi termasuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, (3)
dan yang terakhir dampak dan mitigasi. Diharapkan dengan memiliki akses yang kontinu
terhadap perawatan dan pengobatan, orang dengan HIV/AIDS dapat menjalankan hidup dengan
kualitas hidup yang baik. Komisi penanggulangan AIDS nasional (KPA) sebagai badan
independen diperkuat peranya dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan meningkatkan
penanganan yang lebih komprehensif, terintegrasi dan lebih terkoordinasi (kepres no 75 tahun
2006): kebijakan penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia meliputi:

1. Harm reduction
Karena di Indonesia yang paling banyak kasus HIV/AIDS adlaah kelompok
pengguna napza suntik, oleh sebab itu pemerintah mengendalikan penularan dengan
progam ‘Harm reduction” mulai tahun 2003. Melalui jarum suntik dengan membuat
progam pertukaran jarum suntik dengan pengguna napza di pukesmas tertentu. Progam
ini mencakup progam pertukaran jarum suntik bekas dengan jarum suntik steril (NSE)
bagi para pengguna napza. Beberapa pukesmas terpilih telah memberikan layanan ini
sejak tahun 2003. Selain itu, progam “harm reduction” yang dibuat oleh pemerintah
adalah progam “Rumatan Metadon” progam ini disediakan oleh rumah sakit yang
ditunjuk oleh pemerintah.
2. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual sudah sejak tahun 2008 di
integrasikan dalam klinik penyakit menular seksual (IMS). Promosi penggunaan kondom
dilakukan di pukesmas, klinik swasta dan pada wanita penjaja seks, transgender, dan
lelaki seks lelaki.
3. Konseling dan testing sukarela (VCT)
Konseling dan testing secara sukarela dilakukan bukan hanya pada kelompok
kunci seperti pengguna napza suntik, penjaja seks, kelopok waria dan lelaki seks dengan
lelaki, akan tetapi sekarang sudah diperluas untuk pasangan kelompok kunci tersebut.
Walapun progam VCT sudah lama ada, akan tetapi cakupan pada kelompok beresiko
tetap masih rendah. VCT dilakukan dengan prinsip kerahasiaan dan sukarela.
4. Akses Universal terhadap obat Anti Retroviral (ART)
Akses universal terhadap layanan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS sudah
sejak tahun 2006. Pemerintah telah memberikan akses ODHA terhadap obat-obatan
dengan menggratiskan obat ART. Pengobatan ART disediakan oleh rumah sakit-rumah
sakit besar yang sudah di tunjang oelh pelayanan care, support and treatment (CST) yang
baik. Pemerintah pada tahun 2007 telah membuat perencanaan aksi nsional tahun 2007-
2010 yang mentargetkan CST pada 80% populasi beresiko dan juga mitigasi dampak dari
HIV/AIDS.

5. PMTCT

Upaya penceghan penularan HIV pada perempuan masih menghadapi kendala yang
besar. Penggunaan kondom sebagai pencegahan yang efektif masih kurang dari 10%.
Berbagai alasan yang di ungkapkan laki-lakiu ntuk menolak menggunakan kondom dan
posisi tawar yang rendah dari perempuan menyebabkan upaya perubahan perilaku untuk
dapat menggunakan kondom sulit untuk dilakukan.

Perogram pencegahan pada perempuan hamiluntuk mencegah penularan HIV kepada


bayinya (prevention of mother to child HIV transmission/PMTCT) telah dilakukan terutama di
wilayah kantong kantong epidemic terkonsentrasi papua dan papua barat. Kementrian kesehatan
memperkirakan bahwal ebih dari 6.5 juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan
tertular dan menularkan, di mana lebih dari 24.000 perempuanu sia subur diantaranya telah
terinfeksi HIV, dan daris ejumlah 9000 perempuan HIV positif hamil setiap tahunnya danl ebih
dari 30% dianataranya melahirkan bayi yang tertular HIV bila tidak ada PMTCT.

MODUL 3. STIGMA
Tujuan Intruksional Umum

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan menyadari


keberadaan stigma serta menangani stigma dalam diri.

Tujuan Intruksional Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian stigma.


2. Mengenali stigma.
3. Mengenalisi apa saja yang cenderung menerima stigma.
4. Memahami perasaan stigma.
5. Menangani stigma dalam diri.
Metode
1. Curah pendapat.
2. Ceramah.
3. Diskusi dantanya jawab.

Alatbantu
1. Audio visual.
2. Kertas dan papan flipchart.
3. Spidol.
4. Kartu metaplan.

Aktivitas belajar

a. Anda akan menerima selembar kertas berperekat/post it note dari fasilitator


anda
b. Tuliskan kata atau frasa yang dapat mewakili stigma dalam bahasa Indonesia
atau daerah dalam kertas tersebut
c. Letakkan kertas tersebut diatas flipchart yang telah disediakan

1. Pengertian stigma

Irving goffam , salah satu ahli sosiologi pertama membahas stigma,menyatakn bahwa stigma
adalah “atribut yang tidak diinginkan atau bersifat merendahkan yang dimiliki oleh seorang
individu”,yang menyebabkan individu tersebut “didiskualifikasi dari penerimaan sosial secara
penuh “dan menurunkan status invidu tersebut dimata masyarakat.

Para ahli psikologi sosial sepakat bahwa stigma :


 Mencakup suatu atribut yang membuat orang menjadi berbeda sehingga kurang
dihargai orang lain.
 Bergantung pada jenis hubungan dan kontaks ,dengan kata lain dibentuk secara
sosial
 Dapat muncul dari luar maupun dari dalam (perceived stigma)

Stigma memiliki komponen – komponen sebagai berikut (link dan phelan ,2001 ) :

 Labeling : yaitu pemberian cap atau label kepada seseorang


 Stereotyping : yaitu tindakan menyamaratakan seseorang dalam satu kelompok
setelah hanya mengenal satu kelompok setelah hanya mengenal satu atau beberapa
diantaranya.
 Cognitive separation : yaitu anggapan bahwa seseorang berbeda secara kognitif
 Reaksi emosional

2. Penyebab utama stigma

Penyebab stigma antara lain :

1. Kurangnya pengetahuan,kesalahpahaman dan ketakutan


2. Penilaian moral tentang orang lain(terkait dengan nilai norma yang
berlaku)
3. Ketakutan akan kematian dan penyakit
4. Kurangnya pengenalan/pemahaman stigma

3. Stigma dan diskriminasi

Stigma merupakan suatu konsep yang muncul dalam pemikiran dan sikap
seseorang yang kemudian mendorong orang tersebut untuk memberikan suatu
bentuk perlakuan yang kurang menyenangkan. tindakan mewujudkan stigma
menjadi perbuatan atau tindakan disebut diskriminasi .

Bentuk perlakuan stigma antara lain :

1. Pengucilan secara sosial dan fisik dari keluarga , teman, dan


masyarakat
2. Gossip, pemberian sebutan yang buruk ,kekerasan dan pemberian
hukuman.
3. Kehilangan hak dan suara dalam pengambilan keputusan.
4. Jenis-Jenis Stigma

1. Self-stigma atau perceived sitigma adalah pada saat seseorang


menyalahkan dan mengisolasi diri mreka sendiri
2. Stigma by association- pada saat seluru keluarga mendapat stigma karena
salah satu angota keluarganya
3. Felt stigma atau real stigma – persepsi atau perasaan yang nyata terhadap
seseorang dan bukan datang dari orang tersebut.

5.Efek yang dintingalkan stigma

Stigma dapat mengarah kepada tindakan-tindakan yang membuat orang yang tersitgma
kehilangan hak-hak yang seharusnya melekat pada dirinya. Stigma dapat membuat
seseorang tidak memiliki hak bersuara di masyarakat dan bahkan hak berada di suatu
tempat dalam masyarakat. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan depresi, kecanduan
alkohol dan bunuh diri bagi orang yang menerima stigma. Diskriminasi mungkin pula di
alami oleh mereka seperti di berhentikan dari sekolah akibat dari tekanan dari teman
sebaya brupa ejekan,di usir dari keluarga,tempat tingal, temapat kerja dan lain.

Stigma juga dapat mengakibatkan perlakuan diskriminatif di tempat layanan kesehatan


seperti perlakuan tidak ramah, pemeriksaan yang tidak sesuai standard dan lain-lain. Efek
dari stigma dapat menjadi sangat buruk sehingga orang yang terstigma di isolasi atau
dikuncikan oleh masyarakat sehinga di paksa untuk hidup sendiri.

Stigma adalah suatu proses yang :

 Menunjuk atau memberi lebel pada orang lain bahwa- ” dia berbeda
dengan kita bahwa batuknya sangat parah”
 Mengakaitkan keadaan kepada perilaku yang tidak baik – “ penyakit di
sebabkan karena dirinya yang suka konta ganti pasangan dan berdosa”
 Membuat pemisa atau memisahkan antara “kita” dan” mereka” conto,
menjauhi, mengucilkan, menolak.
 Membuat seseorang kehilangan status-nya dan mendapat diskriminasi
(kehilangan rasa hormat dan pengucilan)

Seringkali orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki stigma karena kata stigma
itu sendiri mereka tidak memahami. Tidak ada kata yang benar – benar mewakili
makna stigma menunjukan bahwa konsep ini tidak sepenuhnya di anggap nyata dan
ada dalam budaya tersebut. Stigma seringkali membuat seseorang di bedakan
kemampuanya,baik secara halus maupun terang – terangan.

Dalam hal infeksi HIV, stigma seringkali di berikan karena asosiasi HIV dengan
penyebabnya seperti menjual sex, kecanduan narkoba dan lain – lain. Keberadaan
stigma dalam HIV juga mempengaruhi penderita – penderita penyakit lain terutama
penderita penyakit yang sama dengan jenis infeksi oportunistik pada penderita HIV
seperti TB dan lain –lain. Pada infeksi HIV, stigma biasanya menjadi kuat sejalan
dengan makin parahnya penyakit akibat ketakutan terhadap penularan.

1. Dalam kelompok,telaalah gambar yang diberikan oleh fasiitator anda.


2. Diskusikan apa yang mungkin terjadi dalam gambar itu dan bentuk
stigma apa yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan hasildiskusian data tersebut didalam kelas.

1. Bersama pasangan anda ,tentukan satu bentuk stigma terkait HIV yang anda dan
pasanganan pernah lihat atau temui ditempat layanankesehatan.
2. Identifikasi efek dan penyebab dari bentuk stigma tersebut dengan menggunakan
diagram dibawah ini.
3. Presentasikan hasil diskusian di dalam kelompok-kelompok kecil.

Efek dari stigma(branches/dahan)

Bentuk stigma (batangpohon)


Penyebab stigma (root/akar)

Ekspresi stigma
1. Bersama kelompok anda,pikirkan cara berbed amengatakan
“halo”(dari intonasi,ekspresiwajah dan bahasatubuh)
2. Praktekkan cara-cara tersebu tdalam kelompok lalu demonstrasikan
keseluruh kelas.
3. Kelompok dengan ekspres terrbanyak akan menjadi pemenangnya.
4. Diskusikan bersama dalam kelas dalam setiap mengatakan “halo”
yang telah diungkapkan dengan memperkirakan kepada siapakah cara itu
mungkin dilakukan.

Renungan
 Secara individu, renungkanlah salah satu saat dalam kehidupan
anda ketika anda meraasa tidak begitu bias diterima oleh lingkungan
sekitar.
1.Cara Penularan
 Diskusikan apa yang terjadi ,perlakuan orang sekitar dan
HIV bisa didapatanda
dari saat
kontak
itu dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan vagina.
perasaan bersamakelompok.
Ada beberapa kemungkinan cara dimana virus bisa masuk, yaitu:
 Paling sering, infeksi HIV ditularkan dengan melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang terinfeksi. Virus ini dapat memasuki tubuh melalui lapisan,vulva
vagina,penis dubur, atau mulut selama seks.
 HIV sering menyebar diantara pengguna narkoba suntikan yang berbagi jarum
atau alat suntikan yang berbagi jarum atau alat suntik yang terkontaminasi dengan
darah dari orang yang terinfeksi.
 Perempuan dapat menularkan HIV kepada bayi selama kehamilan atau
kelahiran,ketika sel-sel ibu yang terinfeksi masuk ke sirkulasi bayi.penularan HIV
dari ibu kepada janin di kandungannya melalui:
a) Transplasenta,jika plasenta meradang,terinfeksi,atau rusak
b) Persalinan. Hal ini terjadi karena bayi terlalu lama terpapar darah dan
cairan vagina ibu.persalinan normal kemungkinan lecet besar sekali, jalan lahir
ibu juga sempit, sehingga kontak antara selaput kepala dengan jalan lahir akan
lebih sering, hal tersebutlah yang mengakibatkan kepala lecet (perlekukan), di
tambah jika dilakukan episiotomi ( pengguntingan jalan lahir) guna
memperbesar jalan lahir. Oleh karena itu di sarankan pada ibu penderita HIV
atau AIDS melahirkan melalui seksio Caesar. Dengan melahirkan lewat seksio
darah ibu juga banyak tetapi dapat dijaga jangan sampai ada perlukaan pada
bayi yang merupakan media bagi virus HIV.
c) Pemberian Asi
Didalam ASI terdapat sel bebas supermatans dan human lymphocytes dimana
tempat virus HIV bisa hidup di tambah lagi jika teknik menyusul pada bayi yang
salah dapat mengakibatkan lecet (perlukaan) pada putting ibu,maka memperbesar
resiko penularan.
 HIV dapat terbesar di fasilitas pelayanan kesehatan melalui jarum suntik
atau kontak dengan cairan yang terkontaminasi.
 HIV juga dapat menyebar melalui transfuse darah yang terkontaminasi
atau komponen darah, walaupun sangat jarang ditemukan produk darah
sekarang di uji untuk meminimalkan resiko ini.
 Orang yang sudah memiliki penyakit menular seksual, seperti sefilis,
herpes genital, infeksi klamidia,gonore,atau bakteri vaginosis, lebih mungkin
pasangan yang terinfeksi.
HIV tidak bertahan dengan baik di luar tubuh.jadi tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa
se perti berciuman atau berbagi gelas minum dengan orang yang terinfeksi . biasa seperti
menyiapkan makanan, bersenggolan, berjabat tangan, bersentuhan, hidup serumah denngan odha
, gigitan nyamuk,sabun mandi,berbagi handuk dan kamar tidur, melalu kolam renang, telepon ,
atau kursi toilet.virus ini juga tidak mungkin menyebar melalui kontak dengan air mata, air
kencing,keringat, air liur,kecuali jika terkontaminasi dengan darah.

2. Kelompok Beresiko dan Upaya Pencegahan HIV / AIDS


Berdasarkan cara penularan HIV/AIDS, dalam upayapencegahan penyakit, masayarakat
dibedakan menjadi kelompok (Strategi Nasional HIV/AIDS 2007-2010)

 Kelompok tertular (infected people)


Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV. Pencegahan
ditunjukkan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara
prokduktifitas individu dan meningkatkan kwalitas hidup.
 Kelompok beresiko tertular atau rawan terrular (high-risk people)
Kelompok beresiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa
sehingga sangat beresiko tertular HIV. Dalam kelompok ini termasuk penjaja seks
perempuan maupun laki – laki, pelanggan penjaja seks, penyalahguna napza
suntik dan pasangannya, waria penjaja seks dan pelanggannya serta lelaki.
Karena kekhususannya, nrapidana termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan
untuk kelompok ini ditunjukkan untuk mengubah perilaku beresiko menjadi
aman.
 Kelompok rentan (vulnerable people)
Kelomok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena linkup pekerjaan,
lingkungan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah dan status. Kesehatan
yang labil, sehingga rentan terhadap penularan HIV. Termasuk dalam kelompok
rentan adalah dengan mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan,
remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfuse darah dan petugas
layanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok ini ditunjukkan agar tidak
melakukan kegiatan – kegiatan yang beresiko terular HIV.(Menghambat menuju
kelompok beresiko).
 Masyarakat Umum (general population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok
terdahulu. Pencegahan ditunjukkan untuk peningkatan kewaspadaan kepedulian
dan keterlibatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di
lingkungannya.

HIV dapat ditularkan oleh orang yang tidak tahu mereka terinfeksi. Perawat dan bidan
dapat memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan, berkaitan dengan pencegahan dengan
berbagai cara penularan HIV seperti :
 Melakukan hubungan seks yang aman. Gunakan kondom setiap kali
melakukan hubungan seks (termasuk seks oral)
 Jangan memiliki lebih dari satu pasangan seks pada suatu waktu. Seks
yang paling aman adalah dengan satu pasangan yang berhubungan seks hanya
dengan anda
 Jangan berbagai barang pribadi, seperti sikat gigi atau pisau cukur
 Jangan berbagai jarum atau alat suntik dengan siapapun
 Remaja diberi penyuluhan agar tidak melakukan seks bebas dan mencoba
– coba narkoba

1. Diskusikan bersama kelompok anda kelomok-kelompok beresiko apa sajakah


yang anda temui dalam pekerjaan anda. Diskusikan pula bagaimana anda
mempersepsikan kelompok-kelompok tersebut dan bagaimana masyarakat
mempersepsikan kelompok-kelompok tersebut
2. Diskusikan cara-cara pencegahan yang paling mungkin disediakan atau dilakukan
ditempat anda bekerja, lalu tuliskan hasilnya pada selembar flip chart

Deteksi Dini HIV dan AIDS

Tujuan Instruksional Umum

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu mendeteksi kasus-kasus yang dicurigai
sebagai infeksi HIV secara dini melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu :

1. Mengetahui manfaat deteksi dini pada pasien


2. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
3. Melakukan anamnesis pada pasien yang dicurigai terkena HIV
4. Menjelaskan alur deteksi dan diagnosis HIV

Metode
1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan Tanya jawab

Alat bantu

1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu metaplan

Aktivitas pembelajaran

1. Deteksi dini Infeksi HIV


Kebanyakan infeksi HIV pada anak akibat penularan HIV dari ibu ke bayi (mother to-
child transmission/MTCT), terjadi selama kehamilan dan persalinan atau selama menyusui.
Infeksi HIV pada anak yang tidak diobati mengakibatkan pertumbuhan yang tertunda dan
keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan oleh ART. Penting untuk
mendiagnosis ibu hamil dan bayi dengan HIV sedini mungkin untuk mencegah kematian,
penyakit dan penundaan pertumbuhan dan pengembangan mental pada bayi.

Tujuan deteksi dini HIV pada dasarnya ada dua, yakni:


o Sebagai intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik.
o Untuk menghambat perjalanan penyakit ke AIDS.

Daftar Tilik Penyakit


Untuk mendapatkan gambaran yang komperehensif mengenai penderita HIV maka
digunakan daftar tilik penyakit. Walaupun demikian, daftar tilik ini tidak hanya brtujuan
untuk mencari penyakit infeksi oportunistik dan penyakit-penyakit penyerta yang sering
ditemukan pada penderita HIV saja, tetapi juga mencakup masalah sosial yang dihadapi.
Daftar tilik penyakit sebagai alat skrining yang mencakup anamsesi dan pemeriksaan fisik,
seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Daftar Tilik Anamsesis

Riwayat Tes HIV dan tes laboraturium Tanggal dan tempat tes HIV, alasan tes
lainnya dokumentasi dari hasilnya
Hasil pemeriksaan CD4, HIV-RNA
(viral load) atau lainnya
Faktor resiko HIV Kegiatan seksual yang tidak aman
(berganti-ganti pasangan/dengan PSK,
tanpa kondom)
Penggunaan narkoba suntik
Lelaki yang berhubungan seks dengan
lelaki (LSL)
Kecelakaan kerja
Penularan dari ibu ke bayi (saat hamil,
melahirkan, menyusui)
Tranfusi darah
Pasangan kelompok dengan perilaku
beresiko tinggi
Telaah sistemik Kehilangan berat badan
Pembengkakan gelenjar getah bening
Keringat malam
Sakit kepala yang tidak biasa
Nafsu makan menurun
Ruam kulit
Radang atau bercak putih dirongga
mulut
Nyeri menelan
Nyeri dada, batuk lama, sesak nafas
Diare lama, nyeri perut, muntah-muntah
Kesemutan pada tangan dan kaki
Kelemahan anggota gerak
Penglihatan menurun
Keputihan, duh tubuh, penyakit kelamin
Riwayat pentakit dahulu Riwayat pengobatan TB
Rirawayat Toxoplasmosis otak
Riwayat Kandidisiasis
Riwayat Herpes Zoster Riwayat penyakit
kelamin rieayat penyakit jiwa
Penyakit lain
Riwayat obstretri dan Ginekologis Riwayat penggunaan kontrasepsi
Riwayat kehamilan, melahirkan anak,
atau status HIV anak
Riwayat Pap Smear Tes: tanggal dan
hasil
Riwayat ARV dan obat-obatan lainnya Pengobatan ARV sebelumnya
 Pernah pengobatan/tidak,
tanggal mulai, tanggal

Tabel 2. Daftar titik pemeriksaan fisik

Tanda vital Berat badan dan tinggi badan, tekanan


darah, frekuensi denyut nadi, respirasi, suhu
badan.
Keadaan umum Kehilangan berat badan tanpa sebab yang
jelas (wasting syndrome) atau akibat infeksi
oportunistik.
Jejas suntikan pada penasun atau tattoo.
Penyakit lain selain HIV Malaria, TB, PCP, pneumonia bacterial,
infeksi susunan syaraf pusat, penyakit
kelamin, gastrointeritis, hepatitis viral, dan
lain-lain.
kulit Prorittic popular eroption (PPE) dermatitis
seborrhoik.
Herpes simpleks, herpes zoster atau
bekasnya.
Mulut Kandidiasis oral.
Oral hairy leukoplakia (OHL).
Chielitis angularis.
Leher Persistent Generalized Lymphadenopathy
(PGL).
Lympadenopathy TB.
Lymphoma Maligna.
Dada TB.
PCP (Pneumocistis Pneumonia).
Pneumonia bakterial.
Abdomen Kandidiasi oesophageal.
Hepatitis akut dan kronik.
Anogenital Herpes simplek.
Lesi genital, duh tubuh.
Pap smear bila perlu.
Neurologi Virus, tanda-tanda neuropathy.
Kelemahan neurologis.

2. klasifikasi Klinis Infeksi HIV


a. klasifikasi Klinis Infeksi HIV pada orang dewasa
Tabel 3. Klasifikasi Klinis Infeksi HIV pada Orang Dewasa (WHO)

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I.
 Asimptomatik Asimptomatik,Aktivitas

 Limfadenopti generalisata normal

II.
 Berat badan menurun < 10%
 Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti:
Dermatitis seboroik, prurogo, onikomikosis, sintomatik, aktivitas
Ulkus oral yang rekuren, chielitis angularis: normal
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 ISPA seperti: sinusitis bakterialis

III.
 Berat badan menurun > 10%
 Diare kronis > 1bulan
 Demam berkepanjngan > 1bulan
 Kandidiasis orofaringeal pada umumnya
lemah, aktivitas ditempat tidur > 50%
 Oral hairyleukoplakia
 TB paru dalam tahun terakhir
 Infeksi bakerial berat seperti: pneumonia, piomiositis

IV.
 HIV wasting syndrome seperti yang di definisikan CDC
 Pneumonia pneumocytis
 Toksoplasmolisis otak pada
umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur > 50%
 Diare kriptoporidiosis > 1 bulan
 Kriptokokosis ekstrapulmonal antara lain : meningitis kriptokokus
 Retinitis virus cytomegalo
 Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
 Leukoensefalopati multifokal progresif
 Mikosis diseminata seperti histoplasmolisis
 Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus,dan paru
 Mikobakteriosis atipikal diseminata
 Septisemia salmonellosis non tifoid
 Tuberkulosis di luar paru
 Limfoma
 Sarkoma kaposi
 Ensefalopati HIV

Keterangan :
 HIV wasting syndrome: berat badan turun > 10% ditambah diare kronik >1 bulan atau
demam >1 bulan yang tidak disebabkan penyakit lain.
 Ensefalopati HIV : gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu
aktivitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang
tidak disertai penyakit lain selain HIV.

B. Klasifikasi klinis infeksi HIV pada ibu hamil

Tanda-tanda utama infeksi HIV yang semakin memburuk pada ibu hamil mencakup:

1. Turunnya berat badan lebih daro 10% dari berat badan sebelum
kehamilan,

2. Diare kronis lebih dari1 bulan dan demam (kambuhan atau konstan)
selama lebih dari 1 bulan
3. Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS

4. Stadium I,ibu dengan HIV positif tidak akn menunjukkan gejala klinis
yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu
melakukan aktivitasnya seperti biasa

5. Stadium II, sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi
penurunan berat badan kurang dari 10%. Infeksi yang berulang pada saluran nafas
dan kulit.

6. Stadium III, ibu dengan HIV sudah tampak lemah, gejala dan infeksi
sudah mulai bermunculan dan ibu akan mengalami penurunan berat badan yang
lebih berat, diare yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan
mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar
sampai ke paru-paru.

7. Stadium IV, pasien akan menjadi AIDS, aktivitas akan banyak dilakukan
di tempat tidur karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah, serta infeksi
mulai bermunculan dimana-mana dan cenderung berat.

3. pemeriksaan laboratorium

Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisiktidak ada bedanya dengan orang yang tidak
terinfeksi. Terkadang sulit memastikan apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak,karena
gejala awal HIV mirip dengan gejala flu atau bahkan tanpa gejala. Tetapi ketika berkembang
menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya
sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.

Untuk mengetahui bahwa seseorang terinfeksi HIV, selain melakukan pemeriksaan fisik
dilakukan pemeriksaan laboratorium . pemeriksaan laboratorium selain diperlukan untuk
mendiagnosa penyakit oportunistik dan penyakit penyerta, juga menentukan apakah penderita
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan ARV atau belum.

Diagnosis HIV ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari


gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku resiko tinggi individu tertentu. Dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu:
a) Langsung

Biarkan virus dari darah, isolasi virus dari sampel, umumnya menggunakan
mikroskop elektron da deteksi gen virus. Yang paling sering digunakan adalah PCR
(polymerase Chain Reaction).

b) Tidak langsung

Denagn melihat respons zat anti yang spesifik, misalnya dengan tes ELISA, Western
Blot, Immunofluoresens Assay (IFA) , DAN Radio Immunoprecipitation Assay
(RIPA) untuk diagnosis yang lazim dipakai adalah tes ELISA karena sensitivitasnya
98,1% . 100% dan biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Uji
HIV pada wanita hamil terintegrasi dengan pemeriksaan rutin kehamilan. Apabila
sudah terdiagnosa AIDS perlu pula dilakukan pemeriksaan infeksi PMS lainnya.

4. Diagnosis AIDS

AIDS merupakan stadium akhir infeksi HiV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam
perkembangan infeksi HIV selanjutny amenunjukan adanya infeksi-infeksi dan kanker
oportunistik yang mengancam jiwa penderita.Selain infeksi dan kanker juga termasuk:
ensefalopati, sindrom, kelehan yang berkaitan dengan AIDS dan hitung CD4,<200/ml.
Penalataksanaan manajemen ibu hamil yang terinfeksi HIV perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah ibu hamil tersbut termasuk teropositif tanpa gejala atau dengan gejala. Seharusnya setiap
wanita hamil mendapatkan langkah-langkah sebagai berikut:

 Identifikasi perilaku berisiko tinggi, yaitu pemakaian napza suntik,


berhubungan seksual dengan partner yang HIV positif, penderita IMS, Riwayat
pekerjaan sebagai PSK.
 Dilakukan konseling dantes HIV
 Disarankan untuk bersalin dengan seksio Casarea
 Sangat disarankan untuk tidak memberi ASI
 Sarankan untuk minumobat-obat ARV profilksis secara tertur dan
rekomdasi dokter

5. AlgoritmeDeteksidanPemeriksaan HIV
Mengingat fase-fase dalam perjalanan penyakit HIV/AIDS, maka untuk mendeteksi secara dini
orang –orang yang tertular HIV serta melakukan pemeriksaan HIV/AIDS bukanlah hal yang
mudah. Namun demikian, sebagai tenagakesehatan professional, perawat dan bidan harus tetap
menjunjung tingg inilai dan etik pelayanan kesehatan yang di berikan.Alur deteksi dan
pemeriksaan labotarium infeksi HIV dapatdigambarkan pad abagan berikut:

Surveilance Epidemiologi
berdasarkan :

5.faktor resiko

6. Tanda awal/gejala
Kelompok beresiko
Lakukan konseling :

 VCT
 PITC
Terduga infeksi HIV
[a]
Lakukan tes inisiasi
A1 (rapid test) [b]
T Apakahyaada manifestasi klinis?
Antibodi HIV + Ya Lakukan tes Apakah antibodi HIV +
tambahan A2
Tdk

Ulangi tes A1 dan A2 [d]Apakah antibodi HIV + pada kedua tes


Ya Tdk

Tdk
Apakah antibodi HIV + pada salah satu tes? Ya Lakukan tes
alternatif A3 [e]
Tdk
Tes A1+,A2+,A3+?
Ya
Tes A1+ dan salh satu A2 atau A3 positif? Ya

Tdk
Ya
Apakah resiko tinggi?
Apakah tes A1+,A2 dan A3 negatif
Tdk
Tdk
Ya Ya
Keterangan:
Anggap tdk ditemukan antibodi HIV
Strategi pemeriksaan labolatoriumAngggap
seperti indeterminate Diagnosis
yang terpapar pada baganpastidi untuk
atas, dengan
[g] infeksi –HIV [h]
menggunakan tes inisial A1 dan tes tambahan A2dan A3 disebut pemeriksaan labolatorium
strategi III, dan di pakai sebagai diagnostik. Untuk lebih jelasnya dapat merujuk pada petunjuk
pemeriksaan HIV yang di rekomendasikan WHO dan telah diterimah oleh Departemen
kesehatan.

Setiap tes atau pemeriksaan labolatorium seharusnya disertai dengan konseling pre-tes dan
pasca-test, dan pada pelaporan hasil pemeriksaan labolatorium penting sekali untuk
mempertimbangkan informasi klinis ataupun epidemiologis.
a) Dugaan terhadap infeksi-HIV disertakan atas salah satu temuan klinis atau faktor
resiko seperti tercantum pada catatan (h)
b) Untuk pemeriksan pertama bisanya dilakukan rapid test untuk melkukan uji tapi.
Saat ini banyak jenis tes yang cukup sensitif yang juga memiliki sensifitas tinggi.
c) Untuk hasil yang positif akan diperiksa ulang dengan menggunakan tes yang
memiliki prinsip dasar tes yang berbeda dan atau yang menggunakan perparasi antigen
yang berbedadari tes pertama meminimalkan adanya hasil positif palsu, biasanya dengan
menggunakan enzim-linked immun0sorbent essay (ELISA) atau pemeriksaan sejenis
yang memiliki spesitifitaslebih tinggi dari tes rapid yang pertama.
d) Dilakukan pemeriksaan ulang dengan cara seperti catatan (a) dan (b).
e) Bila tersedia tes konfirmasikan maka untuk pemeriksaan ke3 dapat menggunakan
WB, IFA, atau RIPA. Bila tidak tersedia tes konfirmasi maka dapat menggunakan
pemeriksaan labolatorium lain yang tersedia yang menggunakan prinsip dasar tes atau
menggunakan preparat antigen yang berbeda dari A1 dan A2.
f) Untuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang HIV (+), maka hasil positif pada bayi
kurang dari 18 bulan mempunyai dua kemungkinan:
1. Bayi membawa antibodi HIV dari ibunya
2. Bayi tersebut terinfeksi HIV dan akan tetap memberikan hasil positif
g) Ulangi tes setiap tiga bulan sampai anak berumur 18 bulan, pada saat mana
diharapkan antibodi ibu yang beredar pada bayi tersebut telah hilang dan HIV menjadi
(-). Bila tes pemeriksaan masi tetap memberi hasil positf, anak tersebut dinyatakan positif
terinfeksi HIV.
h) Resiko tinggi adalah seperti yang tercantum pada resiko epodemiologis sbb:
 Ibu seropositif HIV
 Riwayat tranfusi darah yang berulang
 Koban kekerasan seksual
 Pemekayan jarum suntik tercemar HIV
Bagan alur deteksi dan perawatan ODHA

Polikinik
TB
IMS
Poli Umum
Poli Anak
Poli kebidanan (PMTCT)
Poli KIA/KB
Poli Mata Bangsal
Poli Gigi Penyakit Dalam
Poli Jiwa Anak
Datang Sendiri Klinik Rumatan Metadon Bedah
Kebidanan

Penjaungkauan
Penasun, Waria, Gay,
PSK Rutan dan Lapas
Keluarga
Konseling dan tes HIV Unit Tranfusi
Pasangan
Anak (KTHIV)

Pelayanan Swasta
Organisasi Kemasyarakatan Klinik/praktek swasta
Kelompok sebaya, PBR, PKK, SPSI, Karang Taruna

Pelayanan kesehatan perusahaan


HIV +
Pengobatan Tradisional
Dukun
Dokumentasai hasil
informasikan

Konseling pasca cas

Pelayanan yang tersedia

Bahas kasus di di bawah ini dalam kelompok

1. Wanita 31 tahun berkerja sebagai buruh pabrik,datang dengan keluhan


deamam
Yang tidak sembuh selama 1 bulan di sertai penurunan berat badan 8 kg sejak dua
Bulan yang lalu
2. Wanita 28 tahun,ibu rumah tangga dengan satu orang anak,datang dengan
keluhan
Keputihan sejak seminggu yang lalu di sertai gatal-gatal pada kelamin
3Keputihan sejak seminggu yang lalu di sertai gatal-gatal pada kelamin
3. Wanita 16 tahunpelajar, hamil anak pertama, datang unyuk memeriksakan
Kehamilannya dan mengeluh ada bruntus-bruntusdi pinggang sebelah kiri yang
melingkar sampai kepunggung kiri
4. Wanita 25 tahun, pedagang makanan keliling, datang dengan keluhan
pinggiran
Lidah yang di penuhi lapisan putih
5. Wanita 36 tahun, sudah tidak berkerja,datang dengan keluhan diare terus
menerus selama tiga minggu,keluhan juga di sertai dengan lemah badan dan batuk

berdarah sejak empat bulan yang lalu


Pengobatan HIV dan AIDS

Tujuan intruiksional umum

Setelah mengikuti sesi ini,mampu menjelaskan cara pengobatan HIV dan AIDS

Khususnya pada perempuan

Tujuan intruksional Khusus

Setelah mengikuti sesi ini,peserta mampu:

1. Menjelaskan pemberian terapi Antiretroviral untuk HIV secara umum


2. Menjelaskan pemberian terapi Antiretroviral untuk HIV pada wanita hamil

Metode

1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi dan tanya jawab
Alat bantu

1. Audio visual
2. Kertas dan papan flipchart
3. Spidol
4. Kartu metaplan

Aktifitas pelajaran

Selama beberapa tahun akhir, beberapa obat telah tersedia untuk melawan infeksi yang terkait
dan kangker. Obat ini disebut terapi,antiretroviral

(ART) dan telah secara substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian terapi di
mulai di bawah pengawasan seorang dokter yang ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV
obat ART merupakan kombinasi dari setidaknya tiga obat yang di anjurkan untuk menekan virus
memperbanyak jumlahnya dan meningkat sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa kelas obat
ART:

a. Reverse Transcriptase Inhibitor


Obat ini menghambat kemampuan virus untuk membuat salinan dari diinya sendiri. Yang
termasuk obat golong ini adalah:
1. Nukleosida atau nukleotida terbalik transcriptase inhibitor (NRTI). Ini termasuk
obat-obatan seperti tenofovir (Tenovofir).
2. Non –nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) biasnya digunakan
dalam kombinasi dengan NRTI untuk membantu jaga virus dari mengalikan. Contoh
NNRTI adalah efavirenz (sustiva), nevirapine (intelnce), anggota baru dari obat ini,
telah distujui oleh FDA AS pada taun 2008.
b. Protease inhibitor (PI):
Obat ini mengganggu replekasi virus pada langkah selanjutnya pada siklus hidupnya,
mencrgah sel-sel dari memproduksi vius baru. Ini termasuk ritonavir (RITONAVIR),
lopinavir boosted ritonavir (ALUVIA), saquinavir (INVIRASE), indinavir sulfat and
nelfinavir (viracept). Dan nelfinavir (viracept). Menggunakan PI dengan NRTI
mengurangi kmungkinan bahwa virus akan mnjadi resisten terhadap obat.
c. Fusion dan entry inhibitor :
Adalah agen baru yang mencegah HIV masuk sel manusia. Enfuvirtide (fuzeon/T20)
Adalah obat pertama dalam kelompok ini. Hal ini di beikan dalam bentuk injeksi seperti
insulin.obat lain yang di sebut maraviroc (selzentry) mengikat protein pada permukaan
sel manusia dandapat di berikan melalui mulut. Kedua obat yang di gunakan dalam
kombinasi dengan obat anti- HIV.

d Integrase inhibitor

Menghentikan gen HIV masuk ke dalam DNA sel manusia , ini adalah kelas baru obat
baru disetujui untuk membantu mengobati mereka yang telah mengembangkan
resistensi terhadap obat lain. Raltegravir (isentress) adalah obat pertama dikelas ini telah
disetujui oleh FDA pada tahun 2007

Wanita hamil yang positif HIV harus mencari keperawatan segera karena terapi ART dapat
mengurangi resiko menularnya virus ke janin. Ada obat obatan tertentu, namun yang berbahaya
bagi janin. Oleh karena itu, menemui dokter untuk mendiskusikan obat anti HIV sangat penting.

Tampa intervensi, resiko penularan dari ibu dengan HIV ke anak selama kehamilan, persalinan
dan menyusui mencapai 40%. Penggunaan obat ART intervensi obstretik, dan tidak menyusui
dalam upayapencegahan penularan HIV dari ibu ke anak fapat mengurangi resiko penularan
sehinga kurang dari 2%

Tujuan terapi ARV pada perempuan hamil

1. Memperbaiki kualitas hidup


2. Mencegah infeksi obtunistik
3. Mencegah progresifitas penyakit
4. Mengurangi transmisi pada yang lain
Tabel penggunaan ovat ARV pada ibu hamil

Terapi ARV Profilaksis ARV


Tujuan Mencegah timbulnya AIDS Mencegah penularan HIV
dari ibu ke bayi

Penggunaan Jangka lama/ seumur hidup Masa kehamilan


Kelayakan pemberian Gejala klinis dan kadar Ibu dengan HIV yang hamil
CD4 dan limfosit

Perempuan hamil dengan HIV diberikan ARV pada saat CD4 <350 sel/mm3 tampa
melihat gejala klinis atau pada saat stadium klinis 3 dan 4 tampa melihat CD4.
Berdasarkan pedoman tahun 2010, regimen lini pertama yang direkomendasikan oleh
WHO adalah :
- AZT + 3TC + NVP
- AZT + 3TC + EFV
- TDF + 3TC?FTC + NVP
- TDF + 3TC/FTC + EFV

Bayi dari ibu HIV memerlukan ARV profilaksis untuk mencegah penularan. Dibutuhkan
konsul tasi dokter dalam memilih obat dan caranya sebelum bayi lahir. Bagi bidan
disarankan segera memberikan ARV profilaksis tersebut selama 6 minggu, selanjutnya
diberikan kotrimoksazol untuk mencegah oportunistik pneumocytis pneumonia setelah
ARV profilaksis selesai diberikan.

Keterangan

 AZT/ZOV = zidofudin
 3TC = lamivudin
 NVP = nevirapin
 EFV = evafiren
 TDF/TNF = tenofovir

Yang perlu diperhatikan adalah :


1. Pengobatan ARV adalah pengobatan seumur hidup
2. Karena ARV tidak untuk semua penderita HIV pada stadium awal kecuali
pada keadaan tertentu seperti ibu hamil dan kecelakaan kerja, dan lain-lain.
3. Biaya pengobatan, pemeriksaan labolatorium dan lain-lain.
4. Proses yang akan dijalani untuk mendapatkan ARV : pemeriksaan awal
konseling adherence dan lain-lain.

Pendapat penderita HIV akan selalu diperhatikan dalam hal terapi ARV.

Anda mungkin juga menyukai