Anda di halaman 1dari 19

HIV-AIDS

(HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

Pembimbing: dr. Risna Halim M, Sp.PD-KTI

Andi Faiz Batara Achdar


Giovanni F Popang
Gunawan Wirakusuma
Identitas Pasien

 Nama : Tn. MF
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 27 tahun
 No. RM : 184969
 Alamat : Jl. Tinumbu
 Tanggal Masuk RS : 30 Mei 2021
Anamnesis
 Keluhan Utama: Lemas
 Pasien masuk UGD RSI Faisal dengan keluhan lemas. Intake oral pasien tidak terjamin dikarenakan cepat
kenyang saat makan. Mual muntah dan nyeri ulu hati tidak ada, namun pasien mengeluhkan ada BAB
berwarna hitam minggu lalu dan nyeri pada bekas operasi usus buntu. Pasien juga mengeluhkan ada
demam sejak 2 hari lalu yang sifatnya hilang timbul. Tidak ada batuk dan sesak. BAK Normal. BAB encer
kurang lebih 10 hari dengan frekuensi 2x sehari.
 3 bulan sebelumnya, pasien pernah operasi usus buntu. Sesudah operasi usus buntu pasien hanya
berbaring di tempat tidur dan masih merasakan nyeri pada perut. Pasien terdiagnosis HIV dan
mendapatkan pengobatan ARV sejak 3 bulan yang lalu.
Hasil Pemeriksaan

 Keadaan Umum
 Keadaan Umum : Lemah
 Status gizi : Underweight
 TB : 168 cm
 BB : 35 kg
 IMT : 12,4

 Status Vital (30/5/2021)


 Tekanan Darah: 110/80
 Nadi : 80 x/menit
 Pernafasan : 24 x/menit
 Suhu : 37 C
Pemeriksaan Fisis

 Kepala : Normocephal, rambut hitam, sulit dicabut


 Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
eksoftalmus(-)
 Telinga : normal
 Hidung : normal
 Mulut : Ada bercak putih hampir diseluruh permukaan lidah
 Leher : Normal
Pemeriksaan Fisis
Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak teraba massa, vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, tidak ada murmur

Abdomen
Inspeksi : Terlihat distended abdomen, ada kemerahan pada bekas operasi (suprapubik)
Auskultasi : Peristaltik ada kesan normal
Palpasi : Tidak ada asites, tidak ada pembesaran organ
Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat,


Pemeriksaan Lab
PEMERIKSAAN HASIL
Tanggal Pemeriksaan: 1/6/2021
Hb 9.5 g/dl
WBC 8900 uL
Platetet 160.000 uL
Neutrofil 95 %
Limfosit 3%
SGPT 31 U/L
ASSESMENT Planning

• General weakness et causa Low intake • Infus RL 20 tpm


• Dyspepsia Organik • Omeprazole 40mg/12jam/iv
• HIV Stage III On ARV • ARV triple adult/24 jam/oral
• Malnutrisi • Nystatin 2ml/8jam/oral
• Konsul Gizi Klinik
Pembahasan

 HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus RNA yang


menargetkan limfosit CD4+. HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh
akibat kontak seksual, jarum suntik, transfusi darah dan dari ibu yang
terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya.
 Gejala infeksi HIV akut tidak khas seperti demam, nyeri menelan,
limfadenopati, ruam, diare, dan batuk. Penurunan kekebalan tubuh akibat
infeksi HIV menahun akan menimbulkan gejala penyakit infeksi
oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah,
limfadenopati, diare, TB, infeksi jamur, herpes dan lain-lain. Kumpulan
gejala/penyakit yang disebabkan oleh virus HIV disebut AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome)
Referensi:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014.
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. 2011.
Perjalanan Alamiah Penyakit

Kasper, D., Fauci, A., Hauser, S., Longo, D., Jameson, J., & Loscalzo, J. (2015). Harrison's principles of
internal medicine, 19e (Vol. 1, No. 2). Mcgraw-hill.
Stadium Klinis HIV- AIDS
Stadium 3
1. Penurunan berat badan yang tak diketahui
penyebabnya (> 10% dari perkiraan BB atau BB
Stadium 1
sebelumnya)
2. Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya
1. Tidak ada penurunan BB lebih dari 1 bulan
2. Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati 3. Demam menetap yang tak diketahui
generalisata persisten
penyebabnya
4. Kandidiasis pada mulut yang menetap
Stadium 2 5. Oral hairy leukoplakia
1. Penurunan BB bersifat sedang yang tidak 6. Tuberkulosis paru
diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan BB atau 7. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia,
BB sebelumnya) empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang
2. ISPA berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, atau sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi
faringitis) panggul yang berat)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir 8. Stomatitis nekrotikans ulseratif akut,
4. Keilitis angularis ginggivitis atau periodontitis
5. Ulkus mulut yang berulang 9. Anemia yang tak diketahui penyebabnya (Hb
6. Ruam kulit yang gatal (Papular pruritic eruption)
<8g/dL), neutropeni (<0,5 x 10 g/L) dan/atau
7. Dermatitis seboroik
trombositopenia kronis (<50 x 10 g/L)
8. Infeksi jamur pada kuku
Referensi:
World Health Organization. (2007). WHO clinical staging of HIV disease in adults, adolescents and children.
Stadium 4
1. Sindrom wasting HIV 11. Pneumonia kriptokokus ekstrapulmoner,
2. Pneumonia pneumocystis jiroveci termasuk meningitis
3. Pneumonia bakteri berat yang berulang 12. Infeksi mikobakterium non tuberkulosis yang
4. Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, menyebar
atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau 13. Leukoencephalopathy multifocal progresif
viseral di bagian manapun) 14. Kriptosporidiosis kronis
5. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, 15. Isosporiasis kronis
bronkus atau paru) 16. Mikosis diseminata (histoplasmosis,
6. Tuberkulosis ekstra paru coccidiomycosis)
7. Sarkoma kaposi 17. Septikemi yang berulang (termasuk Salmonella
8. Penyakit sitomegalovirus (retinitis atau infeksi non-tifoid)
organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar 18. Limfoma (serebral atau Sel B non-Hodgkin)
getah bening) 19. Karsinoma serviks invasif
9. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat 20. Leishmaniasis diseminata atipikal
10. Ensefalopati HIV 21. Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang
simtomatis

Referensi:
World Health Organization. (2007). WHO clinical staging of HIV disease in adults, adolescents and children.
Diagnosis

Strategi 3
 Pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes
dengan sensitifitas tinggi (>99%)
 Pemeriksaan selanjutnya (A2 & A3) digunakan
tes dengan spesifisitas tinggi (≥ 99%)

Referensi:
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral Pada Orang Dewasa. 2011.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 ANTI-HIV
Metode rapid test atau ELISA. Tes diagnostik yang dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga
3 bulan setelah terinfeksi (window period).

 VIRAL LOAD
Mendeteksi jumlah HIV-RNA metode PCR. Tes diagnostik yang dapat mendeteksi pada 11 hari
setelah terinfeksi HIV. Juga sebagai monitoring terapi ARV.

 CD4 COUNT
Monitoring terapi ARV. Sebagai salah satu indikasi untuk memulai terapi ARV pada stadium klinis
1 dan 2 (CD4 >350 sel/mm3, terapi ARV ditunda).

 Hitung Limfosit Total


Referensi:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014.
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. 2011.
TERAPI

Profilaksis
Cotrimoxazole (1x960 mg) untuk mencegah infeksi primer dan sekunder.
Diberikan 2 minggu sebelum terapi ARV apabila terdapat infeksi oportunistik atau
CD4 <200 sel/mm3.
ANTI-RETROVIRAL
Panduan yang ditetapkan untuk lini pertama: 2 NRTI + 1 NNRTI
AZT: 200 - 300mg 2x1 hari
3TC: 150mg 2x1 hari
NVP:
- Loading dose 14 hari 200 mg 1x 1 hari
- >14 hari 200 mg 2x2 hari
EFV: 600mg 1x1 hati
TDF: 245mg 1x1
Referensi:
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. 2011.
TERAPI

Terapi suportif dan edukasi


 Edukasi perubahan perilaku berisiko
 Edukasi kepatuhan obat
 Edukasi efek samping obat

Terapi simtomatik
Terapi Infeksi oportunistik sesuai
penyebab

Referensi:
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. 2011.
Prognosis

 Pasien yang tidak mendapatkan terapi memiliki angka mortalitas >90%


 Pada pasien yang berkembang menjadi AIDS tanpa diterapi memiliki usia
harapan hidup <2 tahun
 Penggunaan kombinasi ARV dengan profilaksis infeksi oportunistik dapat
meningkatkan usia harapan hidup secara signifikan serta menurunkan risiko
infeksi sekunder.

Referensi:
Gilroy et al. HIV Infection and AIDS. https://emedicine.medscape.com/article/211316-overview. 2020
Kesimpulan

HIV merupakan virus RNA yang menyerang limfosit CD4+ sehingga terjadi
penurunan sistem imun pada pasien HIV yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi oportunistik. Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat anti-
retroviral serta profilaksis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara
signifikan dan menurunkan derajat mortalitas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai