Tim Farmasi
SubDirektorat HIV dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2023
POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan I : Penggolongan dan mekanisme kerja obat ARV
Pokok Bahasan II : Konsep Terapi ARV
Sub Pokok Bahasan 1 : Konsep Terapi 4 S
Sub Pokok Bahasan 2 : Profilaksis Pasca Pajanan
Sub Pokok Bahasan 3 : Profilaksis Pengobatan TB
Sub Pokok Bahasan 4 : ODHIV dengan obat Hepatitis
Pokok Bahasan III : Obat infeksi oportunistik dan PIMS
adopted picture
STADIUM KLINIS HIV
Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
∙ Asimtomatik ∙ Infeksi saluran napas ∙ Penurunan berat badan derajat sedang ∙ HIV wasting Syndrome
∙ Limfadenopati atas berulang yang tidak dapat dijelaskan (<10% BB) ∙ Pneumonia Pneumocystis (PCP)
generalisata ∙ Herpes zoster ∙ Diare kronik selama >1 bulan yang tidak ∙ Pneumonia bacterial berulang (episode saat
persisten ∙ Keilitis angularis dapat dijelaskan ini ditambah satu episode atau lebih dalam 6
∙ Sariawan berulang ∙ Demam persisten yang tidak dapat bulan terakhir)
∙ Erupsi Papular Pruritik dijelaskan (>37,5oC intermiten atau ∙ Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial,
(PPE) konstan, > 1 bulan) genital atau anorektal) selama >1 bulan, atau
∙ Dermatitis seboroik ∙ Kandidiasis oral (di luar masa 6-8 minggu viseral tanpa melihat lokasi ataupun durasi.
∙ Infeksi jamur pada kuku pertama kehidupan) ∙ Kandidiasis Esophageal
∙ Hepatosplenomegali ∙ Oral hairy leukoplakia ∙ TB ekstraparu
persisten yang tidak ∙ TB Paru ∙ Kriptosporidiosis kronik
dapat dijelaskan ∙ Infeksi bakterial berat (seperti ∙ Isosporiasis kronik
∙ Eritema linea gingiva pneumonia, meningitis, empiema, ∙ Mikosis diseminata (histoplasmosis,
∙ Infeksi virus wart Luas piomiositis, infeksi tulang atau sendi, coccidiomycosis)
∙ Moluskum kontagiosum bakteremia, radang panggul berat. ∙ Septisemia berulang (termasuk Salmonella
luas ∙ Stomatitis, ginggivitis atau periodontitis nontifoid
∙ Pembesaran kelenjar ulseratis nekrotikans akut ∙ Limfoma (sel B non-Hodgkin atau limfoma
parotis yang tidak dapat ∙ Anemi yang tidak dapat dijelaskan serebral) atau tumor solid terkait HIV lainnya
dijelaskan (<8g/dl) netropenia (<1000/mm3) ∙ Karsinoma serviks invasive
dan/atau atau trombositopenia kronik ∙ Leishmaniasis diseminata atipikal
(<50,000/mm3, >1 bulan) ∙ Nefropati terkait HIV (HIVAN)
∙ Malnutrisi sedang yang tidak dapat ∙ Kardiomiopati terkait HIV
dijelaskan ∙ Malnutrisi, wasting dan stunting berat yang
∙ TB kelenjar tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons
∙ Pneumonitis interstisial limfoid (PIL) terhadap terapi standar Infeksi bacterial berat
simtomatik yang berulang (misalnya empiema,
∙ Penyakit paru berhubungan dengan HIV, piomiositis, infeksi tulang dan sendi,
termasuk bronkiektasis meningitis, kecuali pneumonia)
∙ Kandidiasis esophagus (atau trakea, bronkus,
atau paru)
Tujuan Terapi ARV
• Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya
• Mencegah infeksi oportunistik
• Mencegah progresi penyakit
• Memperbaiki kualitas hidup
• Mengurangi transmisi kepada yg lain
PENGELOMPOKAN OBAT ARV
1. Entry Inhibitor
2. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
a. Abacavir
b. Emtricitabine
c. Lamivudine
d. Tenofovir
e. Zidovudine
3. Non-nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor
a. Efavirenz
b. Rilpivirine
4. Integrase Inhibitor
a. Dolutegravir
b. Raltegravir
5. Protease Inhibitor
a. Atazanavir
b. Darunavir
c. Lopinavir
6. Pharmacologic Booster
a. Cobicistat
b. Ritonavir
Mekanisme Kerja ARV Adopted pic
Mengingat Parameter Farmakokinetika
Obat
PNPK NO 23
TAHUN 2022
KONSEP TERAPI 4S
- Indikasi memulai ARV : Semua ODHA dewasa termasuk ODHA hamil, remaja
START dna anak <10 thn
tanpa melihat stadium dan nilai CD4
- Pasien koinfeksi TB
- Penggantian salah satu atau seluruh komponen rejimen ARV
SUBSTITUSI dalam lini yang sama
- Alasan substitusi : ESO, interaksi, kehamilan, stock out, etc
- Apabila pasien mengalami kegagalan terapi dan atau terjadi
SWITCH resistensi, maka dilakukan Switch obat ke Lini 2
- Kegagalan terapi: gagal secara klinis, imunologis dan virologis
GAGAL IMUNOLOGIS
Dewasa dan Remaja
Jumlah CD4 < 250 sel/mm3 setelah gagal klinis atau CD4 persistence < 100 sel/mm3
Anak-anak
< 5 tahun : CD4 persistence < 200 sel/mm3
> 5 tahun : CD4 persistence < 100 sel/mm3
GAGAL KLINIS
Dewasa dan Remaja
Munculnya IO baru atau berulang yg mengindikasikan defisiensi imun berat
setelah 6 bulan pengobatan yg efektif
Anak-anak
Munculnya IO baru atau berulang yg mengindikasikan defisiensi imun berat
atau lanjut setelah 6 bulan pengobatan yg efektif
Profilaksis Paska Pajanan
Perlu dilakukan tes HIV sebelum memulai PPP, jika negatif diberikan terapi PPP
Waktu terbaik diberikan kurang dari 4 jam, maksimal dalam 48-72 jam setelah
kejadian.
Diberikan selama 1(satu) bulan (28-30 hari)
Perlu dilakukan pemantauan efek samping
Perlu dilakukan tes ulang pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian
Permenkes NO. 23 Tahun 2022
tentang Penanggulangan HIV,
AIDS, PIMS
PMTCT
Pemberian ARV pencegahan pada bayi
Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, baik yang diberi ASI
eksklusif maupun susu formula, diberi Zidovudin + NVP dalam
12 jam pertama, selanjutnya diberikan tiap 12 jam selama
enam minggu.
Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, yang diberi susu
formula tanpa ASI, diberi Zidovudin dalam 12 jam pertama,
selanjutnya diberikan tiap 12 jam selama enam minggu.
Profilaksis Pengobatan TB
ODHIV DENGAN HEPATITIS
OBAT IO DAN PIMS
Nama Logistik Satua
No
n
1 RDT HIV Tes
2 Rapid Duo HIV Sifilis Tes
BAHAN MEDIS HABIS