Anda di halaman 1dari 29

Askan Pada Pasien dengan

Penyakit Penyerta HIV/AIDS

I Ketut Sudiana, SST., M.Kes


POKOK BAHASAN

1. Pengertian penyakit HIV/AIDS


2. Epidemiologi penyakit HIV/AIDS
3. Klasifikasi penyakit HIV/AIDS
4. Pemeriksaan penunjang penyakit
HIV/AIDS
5. Penatalaksanaan penyakit HIV/AIDS
6. Asuhan keperawatan anestesiologi
pada penyakit HIV/AIDS
Port
Pengertian

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) yaitu merupakan


kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human immuno
deficiency virus (HIV)

Pada awal masuknya HIV ke dalam tubuh manusia,


mekanisme respons imun yang terjadi adalah up regulation, tetapi
lambat laun akan terjadi down regulation karena kegagalan dalam
mekanisme adaptasi dan terjadinya kelemahan sistem imun

Keadaan ini menye-babkan tubuh


pengidap HIV menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik
Epidemiologi

• Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertama kali


dikenal sejak lebih dari 20 tahun

• Dalam dua dekade, lebih dari 50 juta manusia terinfeksi Human


Immunodeficiency Virus (HIV) dan 20 juta meninggal dunia.

• Di dunia, dua pertiga dari 36 juta penderita HIV tinggal di sub-


Sahara Afrika.

• Tahun 2006, jumlah kematian akibat HIV/AIDS 2,9 juta dan


total individu hidup dengan HIV/AIDS mencapai 39,5 juta jiwa
(Baluch, 2009)
HIV dan Pembedahan ???
• Sekitar 20 sampai 25% pasien HIV positif
memerlukan tindakan bedah terhadap
penyakitnya.

• Dokter anestesiologi harus memperhatikan


penyakit tersebut untuk menentukan pilihan
anestesi.

• Penyakit multiorgan ini dapat berkomplikasi


baik berupa infeksi oportunistik, tumor,
penyalahgunaan obat, atau terapi obat
antiretroviral yang semuanya dapat
berimplikasi terhadap tindakan anestesi
(Evron, S, 2004)
Gejala
Gejala mayor Gejala minor

• Berat badan menurun > 10 % o Batuk menetap > 1 bulan


dalam 1 bulan o Dermatitis generalisata
o Herpes zoster multi
• Diare kronik berlangsung > 1
bulan
segmental dan berulang
o Kandidiasis orofaringeal
• Demam berkepanjangan > 1 o Herpes simpleks kronik
bulan progresif
o Limfadenopati generalisata
• Penurunan kesadaran
o Infeksi jamur berulang pada
alat kelamin wanita
• Demensia/ HIV ensefalopati
o Retinitis cytomegalovirus
Pemeriksaan diagnostik

1. Tes diagnostik infeksi HIV:


ELISA, Barat noda, P24 antigen
uji, Kultur HIV
2. Tes deteksi gangguan sistem
immune: HCT, LED, CD4 / CD
limfosit, serum mikroglobulin
B2, HB
Diagnosis infeksi HIV & AIDS ditegakkan
berdasarkan klasifikasi klinis WHO atau CDC

Di Indonesia diagnosis AIDS dibuat apabila


menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-
kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu
gejala minor
Stadium I

 Tidak ada penurunan


berat badan
 Tanpa gejala atau
hanya limfadenopati
generalisata persisten
Stadium II

• Penurunan berat badan< 10%


• ISPA berulang; sinusitis, otitis media, tonsillitis dan faringitis
• Herpes zooster dalam 5 thn terakhir
• Luka di sekitar bibir (Kelitis angularis)
• Ulkus mulut berulang
• Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo)
• Dermatitis Seboroik
• Infeksi jamur pada kuku
Stadium III

 Penurunan berat badan >10%


 Diare, demam yang tidak diketahui
penyebabnya > 1 bln
 Kandidiasis oral atau Oral Hairy
 Leukoplakia
 TB Paru dalam 1 tahun terakhir
 Limfadenitis TB
 Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia,
Piomiosis
 Anemia(<8gr/dl),Trombositopeni Kronik
Stadium IV

 Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan


 Kandidiasis esofagus
 Herpes Simpleks Ulseratif >1
 Limfoma
 Sarkoma Kaposi
 Kanker Serviks yang invasif
 Retinitis CMV
 TB Ekstra paru
 Toksoplasmosis
 Ensefalopati HIV
 Meningitis Kriptokokus
 Infeksi mikobakteria non-TB meluas
STADIUM IV  Lekoensefalopati multifokal progresif
 Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas
Interaksi obat pada pasien HIV

 Obat anestesi berinteraksi dengan obat-


obatan ARV
 Agen anestesi dapat meningkatkan
perubahan farmakodinamik yang berefek
pada efikasi dan toksitas obat
 ARV, dan efek farmakokinetik obat-obat
ARV dapat berefek pada absorpsi,
distribusi, metabolisme dan eliminasi obat-
obat anestesi
1. Opioids : fentanyl dipengaruhi oleh ritonavir menurunkan
waktu clearence fentanyl dan induksi enzym meningkatkan
metabolisme menuju aktiv metabolit seperti normepiridine
2. Benzodiazepines: Saquinavir dapat menghambat
metabolisme midazolam
3. Calcium channel blockers: dapat mempengaruhi efek
hipotensi akibat inhibisi enzym
4. Local anaesthetics seperti lignocaine: dapat meningkatkan
level plasma akibat inhibisi enzym
5. Efek Neuromuscular blocker: dapat memanjang, sehingga
digunakan dosis tunggal vecoronium untuk instance.
Pertimbangan teknik anastesi

HIV merupakan penyakit multiorgan


yang mungkin mempunyai
komplikasi akibat infeksi
opportunistic, tumor, atau obat-
obatan ARV, yang kesemuanya bisa
berdampak pada anesthesia
Tujuan penatalaksanaan HIV di OK

1. Mencegah lanjut
penularan infeksi dari
pasien ke petugas kamar
bedah
2. Mencegah lanjut
penularan infeksi dari
pasien ke pasien yang
lainnya.
Universal Precautions

1. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh.


Bila menangani cairan tubuh pasien gunakan alat
pelindung standar (APD)
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, termasuk setelah melepas sarung tangan
3. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4. Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi
semua alat kedokteran yang dipakai (tercemar)
5. pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan
kesehatan
6. membuang limbah yang tercemar berbagai
cairan tubuh secara benar dan aman (Depkes RI,
1997).
 SPO Penatalaksanaan HIV dan Hepatitis di
OK
Askan pasien dengan HIV/AIDS

A. Pengkajian

Domain permasalahan pada HIV/AIDS


(1) Biologis
(2) Psikis
(3) Sosial
(4) ketergantungan
Masalah fisik Masalah psikis Masalah sosial Masalah
ketergantun
gan
1. Sistem Pernapasan: - Intergritas Ego: Perasaan Perasaan
Dyspnea, TBC, Perasaan tak minder dan tak membutuhka
Pneumonia berdaya/ putus berguna di n pertolongan
2. Sistem Pencernaan asa masyarakat orang lain
(Nausea-Vomiting, Diare,
Dysphagia, BB turun -Faktor stress: Interaksi Sosial:
10%/3 bulan) baru/ lama Perasaan
3. Sistem Persarafan: terisolasi/ ditolak
letargi, nyeri sendi, - Respons
encepalopathy psikologis:
4. Sistem Integumen: Denial, marah,
Edema yg disebabkan Cemas, irritable
Kaposis Sarcoma, Lesi di
kulit atau mukosa, Alergi
5. Lain – lain : Demam,
Risiko menularkan
Prisip asuhan yang diberikan:

Prinsip Asuhan keperawatan


pasien HIV dalam meningkatkan
Imunitas Klien HIV/AIDS melalui
pemenuhan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual
perawat dalam menurunkan
stressor
B. Masalah Kesehatan Anestesi

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan:


kelemahan, kelelahan, efek samping
pengobatan, demam, malnutrisi, gangguan
pertukaran gas (sekunder terhadap infeksi paru
atau keganasan)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan: penurunan energi, kelelahan, infeksi
respirasi, sekresi trakheobronkhial, keganasan
paru, pneumothoraks
3. Kecemasan berhubungan dengan: prognosis
yang tidak jelas, persepsi tentang efek penyakit
dan pengobatan terhadap gaya hidup.
4. Konfusi (akut atau kronik) berhubungan
dengan: infeksi susunan saraf pusat
(misalnya toksoplasmosis), infeksi
sitomegalovirus, limfoma, perkembangan
HIV
5. Diare berhubungan dengan: pengobatan,
diet, infeksi
6. Volume cairan: kurang berhubungan
dengan: asupan cairan yang tidak adekuat
sekunder terhadap lesi oral, diare.
7. Infeksi, risiko untuk faktor risiko:
imunodefisiensi seluler
8. Risiko injuri (jatuh) berhubungan dengan:
kelelahan, kelemahan, perubahan kognitif,
ensephalopati, perubahan neuromuskular
9. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu
makan, lesi oral dan esofagus, malabsorbsi
gastro intestinal, infeksi oportunistik
(kandidiasis, herpes).
10. Nyeri akut berhubungan dengan perkembangan
penyakit, efek samping pengobatan, odem limfe,
sakit kepala sekunder terhadap infeksi SSP,
neuropati perifer, mialgia parah
11. Perubahan persepsi sensori
(pendengaran/penglihatan) berhubungan dengan
kehilangan pendengaran sekunder efek
pengobatan, kehilangan penglihatan akibat infeksi
CMV
12. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kehilangan otot dan jaringan sekunder akibat
perubahan status nutrisi, ekskoriasi perineum
sekunder akbibat diare dan lesi
C. Intervensi
• Rencanakan intervensi sesuai diagnosa
yang ditemukan
D. Implementasi
Dilaksanakan sesuai intervensi yang direncanakan
Sesuaikan dengan masalah prioritas pasien

E. Evaluasi
• SOAP
KDRS (Kekerasan Dalam Rumah Sakit) lebih
kejam daripada KDRT
Kasus

Anda adalah seorang penata anastesi yang bertugas di poliklinik


anastesiologi, pada suatu pagi menerima seorang pasien pre op
limfadenopati yang akan dilakukan eksisional biopsi, keluhan lainnya
panas badan dan diare sudah satu bulan. Anda bermaksud mengusulkan
pemeriksaan tes HIV untuk pasien.
Pertanyaan :
a. Prinsip etik apa yang harus Saudara pertimbangkan?
b. Kapan Informed consent diberikan?
c.Bagaimana cara memberikan konseling pada klien tersebut
mengapa anda merasa dia perlu melakukan tes.
d. Penjelasan apa yang harus anda sampaikan ketika pasien
menanyakan jenis tes yang diperlukan?

Anda mungkin juga menyukai