Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN IBU

HAMIL DENGAN HIV/AIDS

Disusun oleh Kel 2:

1.Asrial Ramdan(22230119P)
2.Abri Adi Yohanes(22230112P)
3.Vivina Cahya Ovzicha(22230079P)
4.Delvi Kembang Sari(22230120P)
5.Rilda Dwi Tania(22230122P)
6.Puty Andam Dewi(22230164P)
7.Rahmadhan Habib Mulya(22230197P)
8.Miftakhul Aurosi(22230113P)
Penyakit HIV/AIDS

01. Definisi penyakit HIV/AIDS 2. Menurut Rampengan & Laurentz ,1997

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler
jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui
AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara
untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit
infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
Etiologi HIV/AIDS Pada Ibu Hamil
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV
pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
• Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
• Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
• Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
• Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare,
neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
• AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
• Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya
cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
• Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut belum dideteksi
virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
• Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi.
• Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau persalinan dan juga
melalui menyusui.

Penularan secara perinatal:

• Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
• Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung
antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
• Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga melalui ASI
• Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:

1) Lelaki homoseksual atau biseks.


2) Orang yang ketagian obat intravena
3) Partner seks dari penderita AIDS
4) Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5) Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Macam Infeksi HIV/AIDS
Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi menjadi tiga
Tahap :
Tahap dini, fase akut
Ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam
jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari
CD4+ sel T diikuti serokonversi dan pengaturan
replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T Tahap akhir, fase krisis
antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut
yang sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, Ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh penderita
mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik. secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan
Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T berat badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan
menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu. sekunder. Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS.
Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat menganggap semua
orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari
Tahap menengah, fase kronik 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum
terlihat.
Berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. Virus yang rendah khususnya di
jaringan limfoid dan hitungan CD4+ secara
perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala
yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia. Tahap
kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.
Patofisiologi
1.HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase.

2.Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru.
Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan
berhasil menulari lebih banyak sel.

3.Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya.

4. Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml
kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200,
dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.

5. Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan


tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–infeksi tersebut tidak
biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat
menjadi fatal
Periode Penularan HIV pada Ibu hamil
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur,
Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-
ganti pasangan dan gaya hidup.

Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:


• Periode Prenatal (kehamilan)
• Periode Intrapartum (persalinan)
• Periode Postpartum (melalui ASI)

Gejala HIV AIDS

Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Manifestasi Klinis Mayor 2.Manifestasi Klinis Minor

• Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan • Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

• Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus • Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans

• Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan • Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

TBC • Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh
Pemeriksaan diagnostik

VCT (Voluntary Counseling Testing)

Pemerikasaan Laboratorium
Tes blot western
Tes Antibodi
Pencegahan

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah


melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan,
saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:

1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat


persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan.

2. Penanganan obstetrik selama persalinan

3. Penatalaksanaan selama menyusui


Asuhan keperawatan
Pengkajian
• Anamnesa
• Riwayat Kesehatan
• Riwayat obstreti
• Pola Fungsional Kesehatan
1. Aktifitas / Istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas dan Ego
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
6. Hygiene
7. Neurosensoro
8. Nyeri / Kenyamanan
9. Pernafasan
10. Keamanan
11. Seksualitas
12. Interaksi Sosial
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,


malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
Intervensi Keperawatan
1.Kekurangan volume ciran b.d diare berata Managemen Cairan
Managemen Diare Timbang berat badan setiap hari dan
• Tentukan riwayat diare monitor status klien
• Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
sebsitifitas bila diare berlanjut output klien
• Ajari klien cara penggunaan obat anti diare dengan Monitor status hidrasi (misalnya membran
tepat mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan
• Intruksikan klien atau anggota keluarga untuk tekanan darah ortostatik)
mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi Monitor tanda-tanda vital klien
tinja Monitor perubahan berat badan klien
• Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sebelum dan sesudah dialisis
sudah dikonsumsi sebelumnya Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi
• Anjurkan klien menghindari makanan pedas dan dan hitung asupan kalori harian
yang menimbulkan gas dalam perut Beriakn terapi IV seperti yang ditentukan
• Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare Monitor status gizi
• Monitor tanda dan gejala diare Berikan cairan dengan tepat
• Amati turgor kulit secara berkala Dukung klien dan keuarga untuk membantu
• Ukur diare/output keluaran pencernaan dalam pemberian makan dengan baik
• Timbang klien secara berkala
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Kontrol Infeksi Konseling Nutrisi


• Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
untuk setiap klien • Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan klien
• Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
• Batasi jumlah pengunjung • Guanakan satndar gizi yang bisa diterima untuk
• Anjurkan klien mengenai teknik cuci tangan dengan tepat
• Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat membantu klien mengevaluasi intake diet yang adekuat
memasuki dan meninggalkan ruangan klien
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan  Diskusikan makanan yang disukai dan tidak disukai
klien klien
• Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat
universal
 Bantu klien mencatat makanan yang biasanya dimakan
• Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal/Universal
• Precautions  Kaji ulang pengukuran intake dan output cairan klien,
nilai Hb, tekanan darah, atau penambahan dan
penurunan brat badan sesuai kebutuhan
Kesimpulan

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia
yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro
yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIV melakukan penetrasi seks, melalui darah yang
terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi,
wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi
kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung
memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga banyak penelitian melibatka anak-anak yang
rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai