Anda di halaman 1dari 14

PENCEGAHAN

PRIMER,SEKUNDER,TERSIER
PADA KLIEN HIV/ AIDS
KELOMPOK 2:
• Dwi Ratnaningsih

• Ninuk Setyaningati
• Sri Palupi
• Indah Kurniawati
• Sri Setyowati
• Rini Yuni Astuti
• Kristian Nophel
• Maria Novita Sari

• Rutiani Triposa
• Firdhianza Anggi
LATAR BELAKANG

Human Immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sel darah putih manusia dan
menyebabkan menurunnya kekebalan daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi /
penyakit ( Brunner and Suddart, 2011).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) Merupakan kumpulan gejala penyakit
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus tersebut merusak system kekebalan
tubuh manusia, dengan akibat turunnya/ hilannya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan
darah. Penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfuse darah,
penggunaan jarum suntik yang tidak steril
RUMUSAN MASALAH
Tujuan Umum
1. Penyebab HIV/AIDS
2. Tahapan perubahan HIV/AIDS
3. Cara penularan HIV/AIDS

Tujuan Khusus
4. Pencegahan HIV secara umum
5. Mengetahui pencegahan primer pada pasien HIV/AIDS
6. Mengetahui pencegahan sekunder pada pasien HIV/AIDS
7. Mengetahui pencegahan tersier pada pasien HIV/AIDS
TINJAUAN TEORI

Penyebab HIV/ AIDS


Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah. Semen dan secret
vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah limfosit CD4 karena
virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD 4. Virus ini akan mengubah genetiknya
kedlam bentuk yang teringrasi di dalam informasi geneticnya ke dalam informasi informasi genetic
dari sel yang diserangnya.Yaitu mengubah bentuk RNA ( ribonucleic Acid) menjadi DNA
( Deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut
kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogamkan untuk membentuk gen
virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri. Informasi genetic virus juga ikut
diturunkan
TAHAPAN PERUBAHAN HIV/ AIDS

Fase 1
Umur infeksi 1-6 bulan ( sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi
ciri- ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakuan tes darah. Pada fase ini antibody terhadapa
HIV belum terbentuk. Bias saja terlihat/ mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu ( biasanya 2-3
hari dan sembuh sendiri)
Fase 2
Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV, pada fase kedua ini individu sudah positif HIV
dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/
mengalami gejala- gejala ringan, seperti flu ( biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)
Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala AIDS. Gejala- gejala
yang berkaitan anatara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus,
pembengkakan kelenjar getah bening. Flu yang tidak sembuh- sembuh, nafsu makan berkurang dan
badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sisem kekeblan tubuh
mulai berkurang.
Fase 4
Sudah masuk pada fase AIDS, AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel-Tnya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi
opotunistik yaitu TBC infeksi paru- paru yang menyebabkan radang paru- paru dan kesulitaan
bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma Kaposi, infeksi usu yang
menyebakan diare parah berminggu- minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan
mental dan sakit kepala.
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari individu yang terinfeksi,
seperti darah, air susu ibu, mani dan cairan vagina.
Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari- hari biasa seperti berciuman, berpelukan,
berjabat tangan, atau berbagai benda pribadi, makanan atau air.
Cara penularan HIV/AIDS
1. Hubungan seksual: hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV
2. Tranfusi darah : melalui trnsfusi darah yang tercemar HIV
3. Penggunaan jarum suntik
4. Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
a. Anatenatal : saat bayi berada di dalam Rahim, melaui palsenta
b. Intranatal : saat proses persalinan bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina
c. Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu, kenyataannya 25-35% dari
semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang ibu yang sudah terinfeksi di Negara berkembang
tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.
PENCEGAHAN HIV

Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut.
1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum
menikah.
2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti
pasangan).
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan
kondom.
4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada
seorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat trapeutik, tidak
menggunakan tindakan trapeutik, dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit, Pencegahan
ini di meliputi dua hal yaitu :
1. Peningkatan kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas, screening dan sebagainya.
2. Perlindungan khusus, misalnya : imunisasi, kebersihan pribadi, atau pemakain kondom
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak mengalami
komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan diagnosa
dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan
memungkinkan ODlHA tatap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap ini. Hal
ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit, atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.
Pencegahan Tersier
1. Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang terindentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan
mengalami ketidak mampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari
cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidak mampuan melalui intervensi yang bertujuan
mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
2. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi dari pada pembuatan
diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini di tujukan untuk membantu ODHA
mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat HIV /AIDS.
3. Tingkat perawatan ini bisa di sebut juga perawatan preventive. Karena di dalamnya terdapat
tindakan pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam
merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping meminimalkan aktivitas ODHA dalam
sehari- hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita
HIV/AIDS. Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami penurutan imunitas dan
sangat rentan tertular penyakit lain.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai