Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PORTOFOLIO BLOK REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :

Rezza Allghifari Hadi

G2A015038

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017 – 2018
A. PENGERTIAN

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang


menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan,
obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. AIDS
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh

Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal yang sudah
diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas
mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam
kehamilan.

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.

 Cara penularan HIV:


1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.

 Penularan secara perinatal


1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat
itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari
ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau
juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

 Kelompok resiko tinggi:


1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
C. PATOFISIOLOGI
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-
AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang
sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan
seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi
wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi
pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal
terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim reverse transcriptase, yang mampu
membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju
intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat membentuk RNA
yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita) sehingga dapat
membentuk protein.
Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan
sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat memecah
diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang akan
menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan sel yang
diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar mampu
membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat
ini.
 Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu
sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus
plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
1. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
2. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
3. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi
untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
 Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh
karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses
persalinan adalah:Lama robeknya membran.
1. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
2. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu
misalnya, episiotomy.
3. Anak pertama dalam kelahiran kembar.

 Periode Post Partum


Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data
penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi
payudara lainnya.
3. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
4. Status gizi ibu yang buruk
D. MANIFESTASI KLINIK
 Manifestasi Klinis Mayor
1. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan

 Manifestasi Klinis Minor


1. Batuk kronis
2. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
4. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

E. PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
 Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti,
nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
 Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik transcriptase.
 Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus
atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya.Obat- obat ini adalah :
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
 Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
 Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.

 Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu mengubah
perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
 Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi
ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan
ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat
tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.
Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun.
Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis,
keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat
mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid,
globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
liosing enteropati (peradangan usus)
3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
 Aktifitas / Istirahat
a. Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
b. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).

 Sirkulasi
a. Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
b. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
 Integritas dan Ego
a. Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
b. Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
 Eliminasi
a. Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
b. Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan
jumlah, warna dan karakteristik urine.
 Makanan / Cairan
a. Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
b. Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema
 Hygiene
a. Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
b. Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
 Neurosensoro
a. Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
b. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
 Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
b. Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.

 Pernafasan
a. Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
b. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
 Keamanan
a. Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
b. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
 Seksualitas
a. Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
b. Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
 Interaksi Sosial
a. Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS.
b. Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Neurologis
 Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnosa
 Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
 Sel T limfosit
Penurunan jumlah total

 Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
 T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
 P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
 Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
 Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
 Tes PHS
Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

b. Neurologis
 EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
 Tes Lainnya
 Sinar X dada
 Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
 Tes Fungsi Pulmonal
 Deteksi awal pneumonia interstisial
 Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
 Biopsis
 Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
 Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP
ataupun dugaan kerusakan paru-paru

c. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug
Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency
Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
 Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
 Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
 Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
 Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
G. PATHWAY
H. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2. Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya kontak
darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan berlebih
sekunder terhadap diare
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.

I. INTERVENSI DAN RASIONAL


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk
berhubungan dengan setelah dilakukan baru. pengobatan dini
imunosupresi, malnutrisi dan tindakan keperawatan
pola hidup yang beresiko. selama 3×24 jam dengan 2. gunakan teknik aseptik pada
kriteria hasil: setiap tindakan invasif. Cuci tangan
sebelum meberikan tindakan. 2. Mencegah pasien
- Tidak ada luka atau terpapar oleh kuman
eksudat. 3. Anjurkan pasien metoda patogen yang
mencegah terpapar terhadap diperoleh di rumah
- Tanda vital dalam lingkungan yang patogen. sakit.
batas normal
(TD=110/70, RR=16-24, 4. Kumpulkan spesimen untuk
N=60-100, S=36-37) tes lab sesuai order.
3. Mencegah
- Pemeriksaan leukosit 5. Atur pemberian antiinfeksi bertambahnya infeksi
normal (6000-10000) sesuai order

4. Meyakinkan
diagnosis akurat dan
pengobatan

5. Mempertahankan
kadar darah yang
terapeutik

2 Resiko tinggi infeksi (kontak Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang 1. Pasien dan
pasien) berhubungan dengan ditransmisikan setelah penting lainnya metode mencegah keluarga mau dan
infeksi HIV, adanya infeksi dilakukan tindakan transmisi HIV dan kuman patogen memerlukan
nonopportunisitik yang dapat keperawatan selama lainnya. informasikan ini
ditransmisikan. 3×24 jam dengan kriteria
hasil: 2. Gunakan darah dan cairan
tubuh precaution bial merawat
- kontak pasien dan tim pasien. Gunakan masker bila perlu. 2. Mencegah
kesehatan tidak terpapar transimisi infeksi HIV
HIV ke orang lain

- Tidak terinfeksi
patogen lain seperti TBC.

3 Resiko tinggi defisit volume Defisit volume cairan 1. Kaji konsistensi dan 1. Mendeteksi
cairan berhubungan dengan dapat teratasi setelah frekuensi feses dan adanya darah. adanya darah dalam
output cairan berlebih dilakukan tindakan feses
sekunder terhadap diare keperawatan selama 1×24 2. Auskultasi bunyi usus
jam dengan criteria hasil:

- perut lunak 2. Hipermotiliti


3. Atur agen antimotilitas dan mumnya dengan diare
- tidak tegang psilium (Metamucil) sesuai order
3. Mengurangi
- feses lunak, warna 4. Berikan ointment A dan D, motilitas usus, yang
normal vaselin atau zinc oside pelan, emperburuk
perforasi pada
- kram perut hilang, intestinal

4. Untuk
menghilangkan
distensi

DAFTAR PUSTAKA

 Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


 Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa
dan Ni Made S, EGC, Jakarta
 Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf. 07
Oktober 2013. 13.00 WIB (access online)
 Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. 05 Oktober 2013.
15.10 WIB (access online)
 Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada kehamilan.
http://www.mkb-online.org/. 05 Oktober 2013. 13.30 WIB (access online)

FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO


NAMA MAHASISWA : REZZA ALLGHIFARI HADI
NIM : G2A015038
NO KRITERIA BBT NILAI NILAI X BBT
1 2 3 4
1 KERAPIAN 10
1. Tulis tangan tidak rapi
2. Tulis tangan kurang rapi
3. Diketik rapi
4. Diketik sangat rapi
2 WAKTU PENYERAHAN 10
1. Lewat 3 hari
2. Lewat 2 hari
3. Lewat 1 hari
4. Tepat waktu
3 JUMLAH SUMBER BUKU 15
1. Satu sumber
2. Dua sumber
3. Dua sumber plus internet
4. >2 sumber plus internet, sumber
dilampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10
1. 2 halaman
2. 3 halaman
3. 4 halaman
4. Lebih dari 4 halaman
5 ORIGINALITAS 5
Tidak meniru milik orang lain
6 KELENGKAPAN ISI 30
a. Makalah memuat kurang dari 7
item dalam sistematika.
b. Makalah memuat 7-8 dari 9 item.
c. Makalah memuat 9 item sesuai
sistematika terdiri dari; pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, penatalaksanaan,
pengkajian focus kurang lengkap,
pathways kurang lengkap,
diagnose keperawatan kurang
lengkap, intervensi tanpa rasional.
d. Makalah memuat 9 item sesuai
sistematika terdiri dari; pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, penatalaksanaan,
pengkajian focus lengkap,
pathways lengkap, diagnose
keperawatan lengkap, intervensi
disertai rasional.
7 PEMAHAMAN 20
a. Tidak memahami tidak membaca
b. Membaca tidak memahami
c. Membaca memahami
d. Membaca sangat memahami

Anda mungkin juga menyukai